Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA


SPEKTROFOTOMETRI

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Navinda Nurqisti Afianti 1187040043

Patmawati 1187040050

Rizki Adityawan Maulana 1187040059

Shofia Khoerunnisa Saef 1187040069

Silmi Rahma Amelia 1187040070

Yuni Shiyami Sulistiawati 1187040077

JURUSAN KIMIA/4B

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020
PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri adalah suatu metode analisis


secara kimia melalui pengukuran panjang gelombang dan absorbansi berdasarkan variasi
konsentrasi yang akan diuji. Larutan dimasukan dalam kuvet kemudian ditentukan nilai
absorbansinya pada panjang gelombang 400 hingga 550 nm sehingga dapat diketahui
hubungan keduanya. Prinsip dari pengukuran dengan spektrofotometri ini adalah hukum
Lambert-Beer dimana terdapat hubungan linier antara absorbansi dan konsentrasi suatu larutan
yang menyerap cahaya. Oleh karena itu, tetapan pengionan metil merah dapat ditentukan
dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan HCl sebagai asam dan larutan NaOH sebagai
basa yang ditambah dengan metil merah. Metil merah dalam larutan asam membentuk larutan
berwarna merah, metil merah dalam basa membentuk larutan berwarna kuning, dan bila suatu
larutan berada dalam rentang 4,4-6,2 maka akan terbentuk larutan berwarna jingga. Diperoleh
absorbansi pada keadaan asam 0.366 pada panjang gelombang 520 nm dan dalam keadaan basa
absorbansi sebesar 0.221 dengan panjang gelombang 430 nm. Setelah dianalisis dan diolah
datanya dengan dibuat grafik antara konsentrasi dengan absorbansi, maka diperoleh tetapan
pengionan dalam bentuk Ka (konstanta disosiasi asam)

Kata kunci : spektrofotometri, absorbansi, metil merah, dan tetapan pengionan


I. Pendahuluan

Dalam larutan air, metal merah ditemukan sebagai sesuatu “zwitter ion”. Dalam
suasana asam senyawa ini berupa I, disingkat HMR, yang berwarna merah dan
mempunyai dua bentuk resonansi. Jika didalamnya ditambah basa, sebuah pohon akan
hilang dan terjadi II, anion MR- yang berwarna kuning, keadaan kesetimbangan antara
kedua bentuk metal merah yang berlainan warnanya itu ditunjukan sebagai berikut.

I – metal merah bentuk asam – HMR (merah)

OH- H+

(1)

II – metal merah bentuk basa MR- (kuning)

Reaksi pengionan metal merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan


sederhana,

HM → RH+ + MR- (2)

Dengan tetapan pengionan,

(3)

Yang dapat di ubah menjadi,


(4)

Harga tetapan kesetimbangan ini dapat dihitung dengan persamaan (4) dari

pengukuran perbandingan pada pH tertentu yang diketahui. Karena kedua


bentuk metal merah mengabsorpsi kuat di daerah cahaya tampak (400-800 nm), maka

perbandingan dapat ditentukan secara spektrofotometri.

Jika I dan I0 berurut-turut adalah intensits cahaya dengan panjang


gelombang tertentu yang telah melalui larutan dan yang telah melalui pelarut murni,
maka absorbansi optik A di definisikan oleh hokum Lambert – Beer.

(5)

dan jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengsbsorpsi cahaya maka,

(
A=abc 6)

Dengan: a = indeks absorbansi zat terlarut,

b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya,

c = konsentrasi zat terlarut.

Nilai a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu dan jenis pelarut.
Pada daerah berlakunya hokum Lambert-Beer, aluran A terhadap konsentrasi zat
terlarut berupa garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat terlarut dan
masing-masing zat dapat mengabsorpsi cahaya secara bebas, maka absorbansi
campuran ini bersifat aditif, yaitu jumlah total serapan dari spesi-spesi zat terlarut.

A = ΣA1 = Σa1 bc1 (7)


Pada percobaan ini pertama sekali dibentuk spektrum absorpsi metil merah
bentuk I (dalam larutan asam) dan bentuk II (dalam larutan basa). Kemudian dipilih
dua panjang gelombang, maksimum yaitu λ1 dan λ 2. Pada λ1 bentuk asam, HMR,
mengabsorpsi jauh lebih kuat dibandingkan dengan bentuk basanya, MR. Sebaliknya
pada λ 2 bentuk basa, MR-, mengabsorpsi jauh lebih kuat dari pada bentuk asamnya.
HMR. Secara ideal, aluran absorbansi terhadap panjang gelombang dapat dilukiskan
seperti pada Gambar 1, yang memperlihatkan puncak-puncak serapan pada λ1 dan λ2

Gambar 1. Alur absorbansi terhadap panjang gelombang untuk HMR dan


MR-

Dalam suasana sangat asam (seperti dalam HCI) metil merah dapat dianggap
terdapat dalam bentuk I dan sebaliknya dalam suasana sangat basa (seperti dalam
NaOH) metil merah hanya ditentukan dalam bentuk II.

Untuk mengetahui terpenuhinya hukum Beer pada percobaan ini, indeks


absorbansi molar HMR pada λ1 dan λ2 (a1.HMR) dan pada λ2 (=a2.MR-) dan juga indeks
absorbansi molar MR- pada λ1 (a1.MR-) dan pada λ2 (=a2 HMR-) ditentukan pada berbagai
konsentrasi dengan menggunakan persamaan (6). Untuk maksud ini dapat juga
dilakukan dengan memeriksa kelinieran grafik absorbansi A terhadap konsentrasi dan
menentukan nilai-nilai indeks absorbansi kedua spesi tersebut pada λ1 dan λ2 (berapa
buah grafik yang harus di buat?). kemudian komposisi campuran HMR dan MR-pada
suatu pH tertentu dihitung dengan menggunakan Persamaan (8) dan Persamaan (9)
berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan, A1 dan A2, berturut-turut pada λ1 dan
λ2 dengan tebal sel 1 cm (b = 1 cm)

-
A1 = a1. HMR [HMR] + a1,MR [MR-] (8)

-
A2 = a2. HMR [HMR] + a2,MR [MR-] (9)

II. Metode Percobaan


2.1 Alat dan bahan
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Spektrofotometer (Spectronic –
20), 1 buah pH meter, 1 buah Labu takar 100 mL, 1 buah Pipet seukuran 10 mL, 1 buah
Pipet seukuran 25 mL, 1 buah Pipet seukuran 50 mL.
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah 0,1 M Metil merah sebanyak 1 gram,
0,1 M Natrium asetat sebanyak 50 mL , 0,1 M Asam asetat sebanyak 50 mL, 0,1 M Asam
klorida sebanyak 20 mL, etanol 95 % sebanyak 300 mL, Air suling sebanyak 500 mL.

2.2 Prosedur percobaan

Pertama membuat larutan baku metil merah. Dilarutkan setangah gram


metal merah Kristal dalam 300 mL etanol 95 % kemudian diencerkan hingga tepat 500
mL dengan air suling.

Selanjutnya membuat larutan standar metal merah 10 mL larutan persediaan


ditambah ke dalam 50 mL etanol 95 % dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan
dengan air suling hingga tepat 100 mL.

Dalam pembuatan spektrum absorpsi bentuk asam, larutan standar dipipet


sebanyak 5 mL lalu ditambahkan 10 mL 0,1 M HCI dan diencerkan hingga tepat 100
mL.

Dalam pembuatan spektrum absorpsi bentuk basa, MR-, larutan standar dipipet
sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 25 mL 0,04 M larutan NaOH dan kemudian
diencerkan hingga tepat 100 mL.
Larutan asam dan basa yang sudah dibuat ditentukan absorbansinya pada
panjang gelombang 400 - 550 nm, dan digunakan aquadest sebagai pembanding, setelah
itu dibuat kurva A terhadap λ dan pilih λ1 dan λ2 yang sesuai (tepat) untuk menganalisis
campuran bentuk asam dan bentuk basa.

Untuk pengujian hokum Lambert – Beer, metil merah asam dan basa diencerkan
dengan 0,01 N HCI atau 0,01 N NaOH (pengeceran 2x4x8x), lalu ditentukan harg
indeks absorbansinya pada λ1 dan λ2 dan diamati nilai λ1 dan λ2.

Untuk penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi, larutan standar metil merah


dipipet sebanyak 5 mL lalu ditambahlan larutan asam asetat 0,04 M sebanyak 25 mL
ditambahkan aquadest hingga tanda batas lalu dibagi menjadi tiga larutan, larutan
pertama ditambahkan 0,01 M asam asetat, larutan kedua ditambahkan 0,05 M asam
asetat, dan larutan ketiga ditambahkan 0,10 M asam asetat selanjutnya dientukan
absorbansi dan pH dari masing-masing larutan.

III. Hasil dan Pembahasan

Penentuan Tetapan Pengionan Secara Spektrofotometri adalah suatu metode


analisis kimia dengan mengukur panjang gelombang dan mengukur besar nilai
absorbansi (serapan) berdasarkan tingkatan konsentrasi larutan yang uji dengan cara
spektrofotometri. Tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk menentukan tetapan
pengionan pada metil merah dengan cara melakukan variasi konsentrasi pada larutan
asam (HCl) dan basa (NaOH) yang telah di tambah dengan metil merah. Larutan
dimasukan dalam kuvet selanjutnya di analisis dengan cara spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer dan dicari hubungan antara panjang gelombakang
dengan besar adsorbansinya dan juga konsentrasi dari larutan tersebut. Variasi
konsentrasi akan mempengaruhi tingkat absorbansinya. Spektrofotometri merupakan
suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube.
Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-
700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm), dan pada percobaan kali ini
spektrofotometri yang digunakan yaitu daerah visible karena kita gunakan 430 nm dan
525 nm untuk asam dan basa dan salpel larutan.

Spektrofotometri juga merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada


absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia
peka, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan
sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih.
Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 nm Spektrofotometri ini
hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah
spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Keuntungan utama pemilihan
metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana
untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya
oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang
tertentu Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum tersebut. Melalui spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm.

Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu


senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi dan panjang
gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau di absorbsi. Kelebihan spektrometer dibanding fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating, atau celah optis. Karena absorbansi sebanding dengan
konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk sistem pengukuran
atau analisis kuantitatif.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik, melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap,
sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. Transmitans adalah perbandingan
intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel dengan intensitas
cahaya mula-mula sebelum melewati sampel. Persyaratan hukum Lambert-Beer antara
lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang di absorpsi oleh
sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, larutan yang mengabsorpsi harus homogen,
tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi dan indeks refraksi tidak berpengaruh
terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat.
Syarat suatu zat atau senyawa yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus
tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan
berwarna disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka larutan tersebut
harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik.
Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen
ini disebut reagen pembentuk warna.
Zwitter-ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada
pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion). Biasanya
zwitter-ion mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut
dalam pelarut nonpolar. Karena perilakunya, zwitter-ion merupakan larutan penyangga yang baik.
Apabila terdapat ion hidrogen berlebih (larutan bersifat asam), zwitter ion akan menangkapnya
(berperan sebagai basa). Sebaliknya, apabila larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion
hidrogen ke dalam larutan. Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik ini
dikenal sebagai zat amfoter. Salah satu contoh zwitter ion adalah metil merah, dimana metil
merah ditemukan sebagai “zwitter ion” dalam air senyawa ini berupa I dalam suasana
asam sisingkat HMR yang berwarna merah yang mempunyai dua bentuk resonansi.
Apabila keduanya ditambahkan basa, sebuah ion akan hilang, anion MR- yang berwarna
kuning yang ditujukan dengan reaksi sebagai berikut
HMR → H+ + MR-
(merah) (kuning)
Spektrum absorpsi dalam bentuk asam, HMR ditentukan dalam larutan HCl
yaitu dengan menambahkan 5 ml larutan standar dengan 10 ml 0,1 M HCl dan ditepatkan hingga
100 mldengan akuades. Tujuan dari penambahan HCl pada larutan standar karena HCl
merupakan asam kuat yang terdisosiasi sempurna dalam air sehingga absorbansi [HMR] pada
suasana asam dapat diketahui. Dilakukan variasi konsentrasi untuk mengetahui hubunganantara
konsentrasi larutan dengan absorbansi larutan serta keakuratan.Variasi konsentrasi yang dilakukan
adalah dengan pengenceran bertingkat, yaitu dengan menambahkan akuades sebanyak setengah
dari volume air awal sehingga didapatkan konsentrasi sebesar setengah dari konsentrasi pertama.
Proses pengukuran absorbansi pada spektrofometri menggunakan panjang
gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum absorbansi yang
dihasilkan juga maksimum sehingga intesitas cahaya yang diserap besar. Semakin
bertambah kepolaran suatu pelarut maka puncak absorbansi yang dihasilkan akan
berada pada panjang gelombang yang lebih pendek. Menyerap energi pada saat cahaya
dilewatkan yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dari atom.energi ynag diserap
dalam bentuk gelombang, semakin besar energi yang diserap maka anjang gelombang
semakin kecil. Kemudian menguji dipenuhnya hukum Lambert- Beer dan menentukan
harga-harga indeks absorbansi molar HMR dan MR- pada λ1 dan λ2, mengamati
absorbansinya untuk berbagai kosentrasi yang digunakan.

IV. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa Penentuan tetapan pengionan secara
spektrofotometri adalah suatu metode analisis secara kimia melalui pengukuran
panjang gelombang dan absorbansi yang pada dasarnya hukum Lambert-Beer dimana
terdapat hubungan linier antara absorbansi dan konsentrasi suatu larutan yang
menyerap cahaya. Diperoleh absorbansi pada keadaan asam 0.366 pada panjang
gelombang 520 nm dan dalam keadaan basa absorbansi sebesar 0.221 dengan panjang
gelombang 430 nm.
V. Referensi

Basset, J.R.C., Danny dan G.H. Jeffrey. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Erlangga
Chang, R. 2004. Konsep-konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Kusuma, S. 1983. Pengetahuan Bahan-Bahan. Erlangga. Jakarta : Erlangga
Rivai, H. 1994. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press
Satrohamidjojo, 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM Press

Anda mungkin juga menyukai