Anda di halaman 1dari 94

RESOLUSI KONFLIK ANTAR DESA

(Studi Kasus Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi Candra Kencana Dengan


Masyarakat Pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat)

( Skripsi )

Oleh

MEISANDRA ANNISA ALMEGA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

RESOLUSI KONFLIK ANTAR DESA


(Studi Kasus Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi Candra Kencana dengan
Masyarakat Pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Oleh :

MEISANDRA ANNISA ALMEGA

Konflik agraria di Provinsi Lampung rentan terjadi di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Salah satu kasus konflik agrarian yakni konflik sengketa tanah masyarakat tranmsigrasi
Candra Kencana dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa yang sudah terjadi selama 44
tahun. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, maka penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui penyebab faktor konflik tanah, kronologis penyebab konflik, dampak akibat
konflik, serta peran pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik. Metode penelitian yang
digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan konflik tanah yang terjadi disebabkan oleh wanprestasi yaitu masyarakat
Candra Kencana belum memenuhi kewajiban membayar uang kompensasi senilai Rp.
25.000.000 perhektar diluar administrasi surat menyurat kepada pihak Bandar Dewa.
Kronologis penyebab terjadinya konfik dikarenakan masyarakat transmigrasi Candra
Kencana menempati tanah Lahan Swadaya Desa Bandar Dewa yang seharusnya tanah
tersebut tidak ditempati. Konflik ini menimbulkan dampak positif yaitu bertambahnya
solidaritas dan memperkuat tali persaudaraan masyarakat, selain itu masyarakat menyadari
pentingnya hak berpendapat untuk proses penyelesaian konflik. Resolusi konflik yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu mediasi,
Pemerintah Daerah telah melakukan upaya yang maksimal sehingga konflik ini dapat
diselesaikan.

Kata Kunci : Konflik, Faktor dan Dampak Konflik, Peran Pemerintah Daerah
ABSTRACT

CONFLICT RESOLUTION INTER VILLAGE


(Case Study of the Land Dispute of the Transmigration Community in Candra Kencana
and the Bandar Dewa Indigenous People of Tulang Bawang Barat Regency)

By:

MEISANDRA ANNISA ALMEGA

Agrarian conflict in Lampung Province is vulnerable in Tulang Bawang Barat District.


One of the cases of agrarian conflict is the conflict between the community land dispute in
Candra Kencana and the Bandar Dewa indigenous community that has occurred for 44
years. With regard to these problems, this study aims to determine the causes of land
conflict factors, the chronology of the causes of conflict, the impact of conflict, and the role
of local governments in resolving conflicts. The research method used is the type of
descriptive research with a qualitative approach. The results showed that land conflicts
that occurred were caused by default, namely the people of Candra Kencana had not
fulfilled the obligation to pay compensation in the amount of Rp. 25,000,000 per hectare
outside the administration of correspondence to Bandar Dewa. The chronology of the
cause of the conflict was caused by the Candra Kencana transmigration community
occupying the land of the Swadaya Land in Bandar Dewa Village, where the land should
not have been occupied. This conflict has a positive impact, namely increasing solidarity
and strengthening the strings of community fraternity, in addition the community is aware
of the importance of the right to opinion for the process of resolving the conflict. The
conflict resolution that has been carried out by the Regional Government of Tulang
Bawang Barat District is mediation, the Regional Government has made maximum efforts
so that this conflict can be resolved.

Keywords: Conflict, Factors and Impact of Conflict, Role of Local Government


RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Penulis adalah Meisandra Annisa Almega, Penulis

dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 18 Mei 1997. Penulis

merupakan anak kedua dari 2 (dua) bersaudara. Penulis merupakan

anak perempuan satu-satunya dari pasangan Bapak Syarifuddin Ali

KM dan Ibu Zulida Z.A S.Pd.

Penulis menjalani Pendidikan Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kota Metro diselesaikan pada

tahun 2004, lalu melanjutkan Sekolah Dasar Negeri Pertiwi Teladan Kota Metro

diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Kota Metro diselesaikan pada tahun 2012, dan dilanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri

5 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2015.

Penulis diterima sebagai mahasiswi di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) pada tahun 2015. Selama proses kuliah Penulis aktif menjadi anggota

biro Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, kemudian menjadi Bendahara

Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan pada tahun 2017/2018, Penulis
telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2018 di Desa Candra Kencana,

Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis merupakan

owner Helloshop.idd yaitu bisnis hijab.


MOTTO

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya”
( QS Al-Baqarah : 286 )

“Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi
belum tentu punya otak”
( Albert Einstein )

“No matter how difficult and heard something is, I will always be positive and smile”
( Park Chanyeol EXO )

“Let your smile change the world but don’t let the world change your smile”
( Kim Jennie BLACKPINK )

“Pelan-pelan tapi terus berjalan lebih baik daripada terburu-buru tapi banyak berhenti”
( Meisandra Annisa Almega )
PERSEMBAHAN

Dengan Segala Kerendahan Hati dan Rasa Syukur Kupersembahkan


Karya Kecilku ini kepada :

Kedua Orang Tuaku

Ayahku Tercinta Syarifuddin Ali KM Terima kasih Untuk Semua Kasih Sayang dan
Dukungan yang Selalu Ayah Curahkan Kepadaku.

Mamiku Tercinta Zulida Z.A S.Pd Terima kasih Untuk Semua Kasih Sayang, Dukungan
dan Percaya Kepadaku Sehingga Diriku Bisa Menyelesaikan Skripsi ini.

Kepada Kakakku

Kakakku Tersayang M. Syanda Giantara Ali KM S.P Terima kasih Untuk Semua Kasih
Sayang, Dukungan, dan Telah Membimbingku Sehingga Diriku Bisa Sampai di Titik ini.

Kepada Seluruh Keluarga Besar

Terima kasih Sudah Memberikan Motivasi dan Do’a Untuk Diriku.

Kepada Sahabat

Terima kasih Untuk Seluruh Sahabatku Yang Telah Memberikan Semangat, Motivasi,
Pelajaran Hidup Tentang Pertemanan Sehingga Menjadikan Pribadi Diriku yang Kuat.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Tempatku memperoleh Ilmu, Sahabat, Merancang Semua Mimpi dan Tujuanku Sebagai
Langkahku Menuju Kesuksesan
SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji dan syukur Penulis ucapkan atas limpahan

berkah, rahmat dan hidayahnya dari Allah SWT Tuhan Semesta Alam Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyanyang sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Resolusi Konflik Antar Desa (Studi Kasus Sengketa Tanah

Masyarakat Transmigrasi Candra Kencana dengan Masyarakat Pribumi

Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu

saran dan kritiknya yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini Penulis

mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga

penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, Penulis

ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya terhadap :

1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.


2. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Dosen Pembahas dan Penguji

yang telah memberikan kritik, saran dan motivasi sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar

membimbing dan memberikan saran demi terciptanya skripsi ini. Terima

kasih atas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat

dan motivasi sehingga Penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktunya, memberikan arahan, masukan, nasihat dan

dukungannya selama proses penyelesaian skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung,

terima kasih atas ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama

di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Terutama dan teristimewa kepada ayahku tercinta Syarifuddin Ali KM dan

mamiku tercinta Zulida Z.A S.Pd atas segala kasih sayang, perhatian,

kepercayaan, kesabaran, dukungan, nasehat, perjuangan serta do’a selama ini.

Terima kasih untuk segalanya yang telah Ayah dan Mami berikan kepada

Penulis sejak lahir hingga saat ini, terima kasih selalu memberikan finansial,

moral, kasih sayang dan segalanya hingga saat ini. Semoga anak bungsu

kalian bisa membahagiakan Ayah dan Mami dengan kesuksesan dan


membalas semuanya dengan kebanggaan. Semoga Mami Ayah selalu

dilindungi Allah SWT.

8. Terima kasih untuk Kakakku tersayang M. Syanda Giantara Ali KM S.P atas

kasih sayang, perhatian, semangat, memberikan dukungan moral, menjadi

panutan untukku dalam segala hal. Semoga diriku bisa sukses sehingga

membanggakanmu dan keluarga seperti yang telah kamu lakukan, semoga

kita berdua bisa sukses dan selalu akur sehingga menjadi pelindung Ayah dan

Mami disaat mereka tua.

9. Sahabatku, teman kecilku, my human diary Tri Nanda Octaria. Terima kasih

atas segala waktu, kenangan, kasih sayang antar sahabat, motivasi, serta do’a

yang telah diberikan kepada Penulis. Terima kasih selalu ada sejak TK, SD,

SMP, SMA, serta Kuliah kurang lebih 18 Tahun selalu bersama dan menjadi

pendengar yang baik dan menjadi sahabat seperti keluarga yang luar biasa.

Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kemudahan dan kesuksesan

untukmu sehingga bisa membuktikan pada dunia bahwa kamu bisa.

10. Sahabatku sejak SMP hingga saat ini Stami Irawan, Terima kasih tetap

menjadi teman sepermainan Penulis sampai sekarang walaupun sibuk dengan

urusan masing-masing tapi tetap bertemu hingga saat ini, menjadi tempat

cerita Penulis begitupun sebaliknya walaupun kuliah beda pulau tapi

komunikasi selalu terjalin. Semoga Allah SWT selalu memberikan

perlindungan dimanapun kalian berada.

11. Team Helloshop.idd Tri Nanda dan Roma Dona. Terima kasih telah

bersamaku untuk membangun usaha kecil-kecilan, semoga kedepannya nanti


kita sukses dan dikenal oleh banyak orang, jangan lupa misi Penulis yaitu ke

Negara Gingseng yaitu Korea Selatan disaat kita sukses nanti, aamiin.

12. Teman-teman sepermainanku sejak SMA Anjar Sashmita, Fitria Ulfah,

Rahmanita Luhfiani, Sayekti Purwaningsih, Yolanda Arnesti, Rizky Illahi,

Aldianka, Tesar Santuri, Bripda Sidiq. Terima kasih canda tawa, kegilaan,

keseruan, dan hal-hal yang menyenangkan selama kita berteman. Apapun

yang kita sibukkan untuk masa depan semoga silahturahmi dan pertemanan

selalu terjalin. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan kesuksesan

untuk kita masing-masing.

13. Sahabat mainku sejak awal kuliah hingga saat ini Sherly Meiriza Putri S.IP

dan Erica Putri Hermala. Terima kasih telah menjadi temanku sejak

mahasiswa baru hingga mahasiswi yang telah menyelesaikan skripsi, suka

duka telah kita lalui, berbagai konflik telah kita lewati yang telah

mendewasakan kita, sekian banyak teman dari awal kuliah terima kasih kalian

tetap setia menjadi temanku hingga akhir perkuliahan. Semoga pertemanan

kita selalu awet sampai sukses, menikah, punya anak bahkan cucu, semoga

kalian tidak ikut pergi meninggalkan seperti yang lain. Untuk Yulianda

Amalia Sari terimakasih telah menemaniku dari sejak awal perkuliahan dan

menjadi bagian cerita di kampusku, semoga kita bertemu lagi di kemudian

hari.

14. Teman-teman sepermainanku sejak kuliah Untsa Sholihah S.IP, Fani Destia,

Anisantika Cahyati, Linda Margareta, Dina Mei Fitriana, dan Sekar Arum

Maheswari. Terima kasih telah mewarnai kehidupan kampusku, keceriaan


yang selalu kalian berikan kepada Penulis hingga saat ini. Tetaplah menjadi

penyebar energy positif dimanapun kalian berada, sehat selalu, sukses dan

semoga kalian cepat sadar.

15. Terima kasih untuk EXO dan BLACKPINK menjadi penyemangatku selama

proses penyelesaikan skripsi, menjadi penghiburku disaat suntuk, lelah dan

letih dalam proses penyelesaian skripsi, terima kasih menjadi vitamin agar

semangat menyelesaikan skripsi, tidak hanya skripsi terima kasih telah

menjadi pengalihku dalam hal apapun yang buat sedih, kacau, kesel, lelah,

bete, letih dan segalanya. Terima kasih untuk BLACKPINK yang telah

melaksanakan konser di Jakarta sehingga Penulis bisa datang dan nonton

konser menjadi semangatku sebelum melakukan penelitian. Semoga suatu

saat bisa bertemu dan menonton konser EXO sebagai vitamin kerja nanti.

16. Teman-teman HMJ Ilmu Pemerintahan 2017/2018 Fadel Darmawan,

Khairunnisa Maulida, Untsa Sholihah, Candra Dayu Ramidi, Zukhrova, dan

lainnya. Terima kasih telah mempercayakan Bendahara Umum kepadaku,

terima kasih pengalaman-pengalaman yang luar biasa untukku, terima kasih

telah mengajarkanku tanggung jawab yang besar.

17. Teman-teman Ilmu Pemerintahan 2015 tanpa terkecuali terimakasih untuk

semua kenangan yang tak akan terlupakan, terimakasih telah mewarnai cerita

kehidupan kampusku sehingga menjadi berwarna, semoga kita meraih cita-

cita yang diinginkan dan bertemu kembali dengan kesuksesan dan kebanggan.

See You On Top, I hope we meet again guys.


18. Adik-adikku Ilmu Pemerintahan 2016, Adik-adikku Ilmu Pemerintahan 2017,

Adik-adikku Ilmu Pemerintahan 2018. Terima kasih telah menjadi bagian

kehidupan kampusku, semoga saat kita berjumpa lagi dengan keadaan sehat

dan sukses.

19. Teman-teman KKN selama 40 hari lamanya. Doni, Adel, Eny, Gilang, Bella,

Fikih, Nadia, Sinta, Revi, Garnis, Rohani, Ketut, Ajo, dan Fitra. Terima kasih

telah menjadi teamwork yang luar biasa dan baik selama 40 hari yang luar

biasa seru.

20. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata, Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

dan masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membacanya, khususnya bagi Penulis dalam mengembangkan dan

mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Mei 2019


Penulis

Meisandra Annisa Almega


i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 20
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 20
D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 20

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Konflik ....................................................... 22
1. Faktor Penyebab Konflik ............................................... 27
2. Dampak Konflik............................................................. 29
3. Resolusi Konflik ............................................................ 30
B. Tinjauan Tentang Tanah ......................................................... 33
C. Tinjauan Konflik Pertanahan .................................................. 36
D. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................... 42

III. METODE PENELITIAN


A. Tipe Penelitian ........................................................................ 45
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 47
C. Lokasi Penelitian..................................................................... 49
D. Informan.................................................................................. 49
E. Jenis Data ................................................................................ 50
1. Data Primer ....................................................................... 50
2. Data Sekunder ................................................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 52
1. Wawancara........................................................................ 52
2. Dokumentasi ..................................................................... 53
3. Observasi .......................................................................... 54
G. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 55
1. Editting.............................................................................. 55
ii

2. Interprestasi ....................................................................... 56
H. Teknik Analisis Data............................................................... 56
1. Reduksi Data ..................................................................... 56
2. Penyajian Data .................................................................. 57
3. Verifikasi Data .................................................................. 57
I. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 58

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat ................ 59
B. Gambaran Umum Tiyuh Candra Kencana ................................ 62
1. Demografi Desa ................................................................... 62
a. Letak dan Luas Wilayah................................................. 62
b. Iklim ............................................................................... 62
c. Keadaan Sosial Desa ...................................................... 63
d. Keadaan Ekonomi Tiyuh................................................ 64
C. Sejarah Transmigrasi di Candra Kencana.................................. 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil........................................................................................... 68
a. Faktor Penyebab Konflik Tanah Masyarakat Transmigrasi
Candra Kencana dengan Masyarakat Pribumi
Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat ................. 69
1. Wanprestasi................................................................... 70
2. Kronologis Penyebab Terjadinya Konflik .................... 75
b. Dampak Konflik Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi
Candra Kencana dengan Masyarakat Pribumi
Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat ................. 80
1. Dampak Positif .............................................................. 80
a. Bertambahnya Solidaritas........................................ 81
b. Masyarakat Menyadari Pentingnya Musyawarah... 83
c. Peran Pemerintah Daerah Terhadap Penyelesaian Konflik
Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi Candra
Kencana dengan Masyarakat Pribumi Bandar Dewa
Kabupaten Tulang Bawang Barat ........................................ 85
B. Pembahasan ............................................................................... 94
a. Faktor Penyebab Konflik..................................................... 94
b. Identifikasi Dampak Akibat Konflik ................................... 99
c. Peran Pemerintah Daerah Terhadap Penyelesaian
Konflik................................................................................. 102

VI. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .................................................................................... 110
B. Saran .......................................................................................... 112
iii

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Provinsi Penyumbang Konflik Agraria Terbanyak di


Indonesia pada tahun 2017................................................... 4
2. Penelitian Terdahulu dan Sejenisnya ................................... 12
3. Daftar Informan.................................................................... 50
4. Dokumen-dokumen Konflik Sengketa Tanah...................... 54
5. Tingkat Pendidikan Penduduk Tiyuh Candra Kencana
Tahun 2018 .......................................................................... 63
6. Mata Pencaharian Penduduk Tiyuh Candra Kencana .......... 64
7. Pola Penggunaan Tanah Tiyuh Candra Kencana ................. 65
8. Data Kepemilikan Ternak Tiyuh Candra Kencana .............. 65
9. Sarana dan Prasarana Tiyuh Candra Kencana ..................... 66
10. Identitas Informan ................................................................ 69
11. Nama-nama Polisi yang Ditugaskan Pada Saat Pengukuran
Ulang Tanah LSD Bandar Dewa ......................................... 79
12. Triangulasi Data Penelitian .................................................. 90
13. Mata Pencaharian Penduduk Tiyuh Candra Kencana.......... 96
14. Aparat Polisi yang Ditugaskan............................................. 106
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ............................................................... 44


2. Peta Tanah Sengketa di Tiyuh Candar Kencana ............ 77
3. Lokasi Tanah LSD Pada Saat Pengukuran Tanah
Tahun 1990 .................................................................... 104
4. Lokasi Tanah LSD Pada Saat Pengukuran Tanah
Tahun 2016 .................................................................... 105
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan peranan yang penting untuk kehidupan manusia, karena

segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung, tanah sebagai sarana untuk mencari penghidupan yang

layak untuk pemenuhan kebutuhan manusia, tanah sering menjadi obyek

yang sangat subur untuk dijadikannya ladang sengketa oleh pihak dan

kelompok yang memiliki berbagai kepentingan.

Berbagai bentuk hubungan hukum dengan tanah yang memberikan

wewenang untuk menggunakan tanah sesuai dengan sifat dan tujuan haknya

berdasarkan dengan persediaan, penggunaan, dan pemeliharaannya. Tanah

sangat erat sekali berhubungan dengan kehidupan manusia dikarenakan

setiap manusia pasti memerlukan tanah untuk kepentingannya. Jumlah luas

tanah di daerah-daerah kabupaten dan kota di setiap provinsi semakin lama

akan semakin berkurang, kebutuhan tanah yang diperlukan oleh manusia

akan semakin bertambah, jumlah manusia pun semakin banyak sehingga


2

semakin bertambah manusia yang memerlukan tanah untuk tempat tinggal

untuk kemajuan perkembangan di pembangunan ekonomi tidak hanya itu

saja tanah juga diperlukan untuk perkebunan, peternakan, pabrik-pabrik,

perumahan-perumahan, perkantoran, jalan-jalan untuk perhubungan dan lain

sebagainya.

Perkembangan yang terjadi pada makhluk sosial akan selalu berhadapan

dengan konflik antar individu maupun kelompok dengan berbagai

permasalahan-permasalahan yang ada. Konflik yang terjadi tidak selalu

dapat diselesaikan dengan cepat bahkan dapat memakan waktu yang lama

untuk menyelesaikannya. Konflik yang terjadi tidak hanya dapat

diselesaikan oleh pelaku dan korban saja tetapi dapat juga diselesaikan oleh

pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah tanpa ada yang merasa dirugikan.

Peran pihak ketiga diharapkan untuk mengupayakan kesepakatan antara

pihak-pihak yang bersengketa dengan cara mufakat dengan memenuhi

keinginan oleh pihak-pihak tersebut.

Konflik yang sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah konflik agraria

atau yang biasa disebut masyarakat awam adalah konflik tanah. Setiap tahun

konflik tanah di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Konsorsium Pembaharuan Agrari (KPA) menyatakan bahwa dari semua

sektor yang dimonitor, perkebunan masih menempati posisi pertama.

Sebanyak 208 konflik agraria telah terjadi di sektor ini sepanjang tahun
3

2017, atau 32 persen dari seluruh jumlah kejadian konflik. Sektor properti

menempati posisi kedua dengan 199 atau 32 persen jumlah kejadian konflik.

Posisi ketiga ditempati sektor infrastruktur dengan 94 konflik (14%), disusul

sektor pertanian dengan 78 (12%) kejadian konflik. Seterusnya sektor

kehutanan dengan jumlah 30 (5%) konflik, sektor pesisir dan kelautan

sebanyak 28 (4%) konflik, dan terakhir sektor pertambangan dengan jumlah

22 (3%) kejadian konflik yang terjadi sepanjang tahun 2017 (diakses melalui

situs https://www.kpa.or.id/news/blog/kpa-launching-catatan-akhir-tahun-

2017/ pada tanggal 13 September 2018 pukul 11.00 WIB).

Sepanjang 2017 ada lebih dari 500.000 hektar lahan yang masuk dalam

konflik agraria. Paling luas adalah perkebunan yaitu seluas 194.453,27 ha.

Berturut-turut setelahnya yaitu kehutanan (137.204,47 ha), infrastruktur

(52.607,9 ha), pertambangan (45.792,8 ha), pesisir/kelautan (41.109,47 ha),

pertanian (38.986,24 ha), dan properti (10.337,72 ha). (diakses melalui situs

https://nasional.kompas.com/read/2017/12/27/14592061/659-konflik-

agraria-tercatat-sepanjang-2017-mencakup-lebih-dari-500000 pada tanggal

13 September 2018 pukul 11:10 WIB).


4

Saat ini ada lima provinsi yang tercatat sebagai penyumbang konflik agraria

terbanyak di Indonesia, jumlah konflik dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 1. Provinsi Penyumbang Konflik Agraria Terbanyak di Indonesia


pada Tahun 2017
No Provinsi Jumlah Konflik Persentase Konflik
1 Jawa Timur 60 Konflik 9,10%
2 Sumatera Utara 59 Konflik 8,95%
3 Jawa Barat 55 Konflik 8,34%
4 Riau 47 Konflik 7,13%
5 Lampung 35 Konflik 5,3%
Sumber : news.metrotvnews.com

Provinsi Jawa Timur menduduki posisi pertama sebagai penyumbang

konflik agraria di Indonesia dengan jumlah 60 konflik. Konflik di Provinsi

ini terjadi dikarenakan berkaitannya dengan penguasaan tanah oleh PT.

Perkebunan Nusantara (PTPN), kemudian terjadinya monopoli hutan Jawa

dalam perluasan proyek-proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan tol,

bandara, perumahan, waduk, dan lain-lain yang tumpang tindih dengan

perkebunan dan pemukiman masyarakat didaerah tersebut.

Provinsi Jawa Timur saja tetapi penyebab Provinsi Jawa Barat menduduki

posisi ketiga sebagai penyumbang konflik agraria di Indonesia juga

dikarenakan tumpang tindih dengan perkebunan dan pemukiman

masyarakat. Penyebab Provinsi Sumatera Utara yang menduduki posisi

kedua sebagai penyumbang konflik agrarian di Indonesia dengan jumlah 59


5

konflik agraria dikarenakan konflik ekspansi perkebunan terutama kelapa

sawit.

Provinsi Riau pada tahun 2016 menduduki posisi pertama sebagai

penyumbang konflik agraria terbanyak di Indonesia namun pada tahun 2017

menjadi posisi keempat sebagai penyumbang konflik agraria dengan jumlah

47 konflik. Penyebabnya adalah ekspansi perusahaan kelapa sawit dan

Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai akibat dari putusan pejabat publik

yang memberikan izin konsesi kepada perusahaan-perusahaan. Selanjutnya

penyumbang konflik agraria terbanyak di Indonesia adalah provinsi

Lampung. Penyebab konflik agraria di Provinsi Lampung adalah konflik

antar perusahaan dengan masyarakat, konflik tanah antar desa atau antar

suku, tidak adanya sertifikat tanah sehingga saling mengklaim juga

penyebab paling utama di Provinsi lampung.

Konflik yang berhubungan dengan tanah juga merupakan akumulasi konflik

kepentingan pihak-pihak yang bersengketa tanah antara perseorangan

dengan perorangan, perseorangan dengan badan hukum swasta, badan

hukum swasta dengan badan hukum swasta, perseorangan dengan badan

hukum publik (pemerintah atau pemerintah daerah Badan Usaha Milik

Negara atau Badan Usaha Milik Desa), badan hukum swasta dengan badan

hukum publik, dan perseorangan dengan badan hukum swasta maupun

badan hukum publik, yang pada akhirnya semua konflik tanah itu bermuara
6

ke lembaga peradilan. Penyelesaian secara bermusyawarah tidak tercapai

kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa.

Berdasarkan Pasal 10 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Konsekuensi penerapan asas desentralisasi, maka

kewenangan Pemerintah di bidang pertanahan menjadi kewenangan yang

wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan kota. Pasal 14 ayat (1)

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa : Urusan wajib

yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penangan bidang kesehatan;

6. Penyelenggaraan pendidikan;

7. Penanggulangan masalah sosial;

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

10. Pengendalian lingkungan hidup;

11. Pelayanan pertanahan;

12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;


7

13. Pelayanan administrasi umum;

14. Pelayanan administrasi penanaman modal;

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Masyarakat yang semakin banyak di setiap daerahnya akan membutuhkan

tanah yang lebih banyak lagi untuk perorangan, badan hukum, maupun

pemerintah daerah, dalam melaksanakan pembangunan di daerah tersebut.

Konflik atau sengketa tanah akan semakin muncul dipermukaan, terutama

konflik tanah register, tanah adat, tanah hak guna usaha, dan pembebasan

tanah, dan masalah menduduki tanah tanpa izin yang berhak.

Konflik sengketa dibidang pertanahan di Indonesia dapat dikatakan tidak

pernah surut bahkan setiap tahunnya konflik pertanahan selalu saja

bertambah dan makin banyak di daerah-daerah. Konflik tanah yang terjadi

dimasyarakat beraneka ragam, diantaranya adalah konflik antarsuku, konflik

antaretnik, konflik antarpemeluk agama, bahkan konflik yang terjadi antara

pemilik modal atau kapitalis dengan buruh, konflik antar pihak swasta dan

masyarakat salah satu penyebab konflik terjadi.

Kebutuhan tanah semakin meningkat maka akan timbul konflik atau

sengketa tanah merupakan persoalan yang bersifat klasik, dan selalu terjadi
8

di setiap daerah Indonesia, salah satunya yaitu konflik sengketa tanah di

Provinsi Lampung seperti Tulang Bawang, Mesuji dan Tulang Bawang

Barat yang sering terjadi dan sangat memprihatinkan karena mengalami

tumpang tindih atas hak kepemilikan tanah. Contohnya, konflik sengketa

tanah masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Tragedi yang terjadi ini berawal dari konflik tanah tetua adat dengan

masyarakat Candra Kencana dimulai dari tahun 1975 sampai sekarang,

kurang lebih sudah 44 tahun konflik ini terjadi. Awal mulanya tanah seluas

50 Hektar merupakan tanah Lahan Swadaya Desa (LSD) Bandar Dewa yang

terletak di Candra Kencana, pada tahun 1975 pihak Bandar Dewa

mempermasalahkan tanah tersebut.

Tanah LSD yang ditempati oleh pihak Candra Kencana bukan tanah yang

seharusnya ditempati oleh masyarakat Candra Kencana. Pemecahan masalah

ini sudah menggunakan proses negosiasi yaitu pihak Bandar Dewa dan

pihak Candra Kencana sukarela untuk mencari penyelesaian masalah ini.

Namun, Kedua belah pihak tidak menemukan kata sepakat dalam proses

negosiasi.

Menurut Harian Jejamo.com (2016) proses penyelesaian masalah ini

menggunakan cara mediasi, yaitu pihak ketiga yang netral ikut membantu
9

kedua belah pihak menyelesaikan masalah ini. Sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 10.00 pihak Candra

Kencana melaksanakan pengukuran ulang lahan yang disengketakan oleh

Badan Pertanahan Nasional (BPN) sedangkan pihak Bandar Dewa memberi

patok ditanah yang mereka klaim milik mereka. Pihak BPN membantu

mengukur ulang tanah untuk menyelesaikan masalah tanah tersebut, pihak

Polsek Tulang Bawah Tengah dan Pemerintah Daerah khususnya Dinas

Kawasan Perumahan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Tulang

Bawang Barat ikut andil dalam permasalahan ini. tetapi, kedua belah pihak

tetap tidak menemukan kata sepakat (diakses pada tanggal 16 Februari 2018

pukul 13.00 WIB)

Pada tanggal 29 Januari 2018 telah sepakat Masyarakat Candra Kencana

yang menempati tanah tersebut memberi kompensasi sebesar Rp.

25.000.000/Ha kepada pihak Bandar Dewa. Total kompensasi yang

diberikan kepada pihak Bandar Dewa sebesar Rp. 1. 250.000.000.-

Pembayaran kompensasi yang dilakukan oleh warga masyarakat Candra

Kencana diberikan waktu 6 bulan untuk melunasinya, karena mayoritas mata

pencaharian masyarakat Candra Kencana merupakan petani karet yang

menerima pendapatan kurang lebih sebesar Rp.350.000 per minggu. Banyak

upaya yang dilakukan oleh masyarakat Candra Kencana untuk melunasi

kompensasi ini.
10

Terkait permasalahan gugatan Lahan Swadaya Desa (LSD) Bandar Dewa,

Pemerintah Daerah melaksanakan rapat musyawarah mediasi guna

menengahi permasalahan antara Tiyuh Candra Kencana dengan Tiyuh

Bandar Dewa. Rapat mediasi forum masyarakat Tiyuh Bandar Dewa

mengungkapkan sejak tahun 1975 pihaknya telah lakukan musyawarah

kepada pihak Candra Kencana yang saat ini berisi perkebunan pohon karet

dan sawit tidak memiliki sejumlah surat/sertifikat kepemilikan. (diakses

melalui situs berita24.id pada tanggal 20 September 2018 pukul 14.30 WIB).

Berdasarkan berita yang dikutip bahwa pada saat pemerintah daerah

mendengar pendapat antara dua pihak menyatakan hasil keputusan mediasi

musyawarah itu pemerintah daerah akan menindaklanjuti permasalahan itu

dan berupaya akan membentuk tim bersama Badan Pertanahan Nasional

(BPN) guna akan turun langsung ke lokasi guna mengukur lahan dan

memberi keputusan pihak mana yang memiliki tanah tersebut (diakses

melalui situs berita24.id pada tanggal 20 September 2018 pukul 14.45 WIB).

Konflik sengketa yang terjadi di Tiyuh Candra Kencana belum mendapat

perhatian yang serius dan lebih dalam dari pihak-pihak yang terkait untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Permasalahan yang terjadi, perlu

dicarikan jalan keluar yang tepat serta perlu dapat perhatian atau dukungan

dari semua pihak yang terkait terutama pemerintah yang terkait dalam
11

penyelesaian permasalahan tersebut, karena dampak dari konflik ini adalah

masyarakat yang terhambat dalam mencari nafkah.

Pemerintah daerah yang berjanji akan mensejahterakan masyarakat dan

masyarakat yang tidak terkena imbas dari konflik ini seharusnya dapat

membantu masyarakat yang mengalami permasalahan ini, mengingat

Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan badan atau

lembaga yang memiliki wewenang untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut.

Sejak tahun 1975 peran Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat ikut

andil menjadi pihak ketiga antar kedua tiyuh tersebut untuk menyelesaikan

konflik tersebut. Masyarakat Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa telah melakukan negoisasi sejak tahun 1975 namun tidak

pernah mencapai kesepakatan. Tiyuh Candra Kencana dipertemukan dengan

Tiyuh Bandar Dewa oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat

untuk berdamai dan terlah bersepakat dengan suatu keputusan namun,

negosiasi tersebut vacuum atau berhenti.

Permasalahan yang terjadi ini menjadi daya tarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut, agar hasil dari penelitian ini akan menjadi sumbangan

yang positif bagi pihak-pihak terkait terutama untuk mengetahui peran

Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di


12

Indonesia terutama konflik tanah yang terjadi di Kabupaten Tulang Bawang

Barat Provinsi Lampung.

Beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, berikut akan

dijabarkan beberapa contoh penelitian sejenis tentang penyelesaian konflik

sengketa pertanahan:

Tabel 2. Penelitian Terdahulu dan Sejenisnya


No Nama Peneliti Tahun Jenis Jenis Penelitian
1 Nuril Anwari 2017 Skripsi Penyelesaian Sengketa Tanah
Dalam Rangka Pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera
(JTTS) Di Dusun Cilamaya
Kecamatan Bakauheni
Kabupaten Lampung Selatan
2 H. Mohd. Yunus 2013 Jurnal Konflik Pertanahan dan
Penyelesaiannya Menurut
Adat di Provinsi Riau
3 Riska Fitriani 2013 Jurnal Penyelesaian Sengketa Lahan
Hutan Melalui Proses
Mediasi Di Kabupaten Siak.
4 Layyin Mahfiana 2013 Jurnal Sengketa Kepemilikan Hak
Atas Tanah Di Kabupaten
Ponorogo
5 Dimiyati Gedung 2014 Jurnal Penyelesaian Konflik
Intan Pertanahan Di Prvoinsi
Lampung
6 Abdul Aziz 2017 Jurnal Strategi Penanganan
Tambunan Sengketa Dan Konflik
Pertanahan
Sumber diolah oleh Peneliti tahun 2019
13

1. Penelitian terdahulu skripsi yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Tanah

Dalam Rangka Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) di Dusun

Cilamaya Kecamatan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan” Oleh Nuril

Anwari (2017).

Hasil penelitian ini adalah penyelesaiannya melalui mediasi oleh Pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan, Kantor Pertanahan Kalianda, Dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (Non Litigasi). Mediasi bertindak sebagai Mediator

adalah Kepala Seksi Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan, mediasi

dilaksanakan di ruang rapat Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan

Jl. Indera Bangsawan No.02 Kalianda. Faktor penghambat penyelesaian

sengketa tanah di Desa Cilamaya Kabupaten Lampung Selatan.

Masyarakat cenderung berkembang pada penyelesaian sengketa budaya

gugat menggugat. Faktor internal para pihak yang bersengketa di 77

pengadilan cenderung tidak mau untuk bermusyawarah untuk mencapai win-

win solution. Sengketa keperdataan lahir karena masing-masing pihak yang

bersengketa, bersikukuh bahwa obyek yang disengketakan adalah

hak/miliknya, sehingga budaya musyawarah yang memiliki nilai-nilai luhur

dalam penyelesaian sengketa, mulai ditinggalkan dan beralih pada

penyelesaian sengketa secara modern dengan menggunakan perangkat

pengadilan.
14

Faktor eksternal ialah pihak yang bersengketa dalam penyelesaian sengketa

tanah terhadap pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera antara lain dapat

disebabkan oleh kedisiplinan para pihak bersengketa dalam penyelesaian

sengket dan kejujuran para pihak yang bersengketa.

2. Penelitian selanjutnya berupa jurnal yang berjudul “Konflik Pertanahan dan

Penyelesaiannya Menurut Adat di Provinsi Riau” oleh H. Mohd. Yunus

(2013).

Hasil penelitian ini adalah, masalah pertanahan di Provinsi Riau selama

tahun 2013 belum banyak yang diselesaikan. Pemerintah Provinsi Riau

beralasan bahwa kewenangan penanganan konflik pertanahan lebih banyak

kewenangannya pada pemerintah kota dan kabupaten. Agenda penyelesaian

konflik pertanahan itu baru dibahas atau diselesaikan apabila muncul lagi

permohonan dari masyarakat atau apabila ada unjuk rasa, hal ini

menyebabkan tidak jelasnya agenda penyelesaian konflik pertanahan di

Riau. Hasil penelitian ini adalah, masalah pertanahan di Provinsi Riau

selama tahun 2013 belum banyak yang diselesaikan.

Pemerintah Provinsi Riau beralasan bahwa kewenangan penanganan konflik

pertanahan lebih banyak kewenangannya pada pemerintah kota dan

kabupaten. Agenda penyelesaian konflik pertanahan itu baru dibahas atau

diselesaikan apabila muncul lagi permohonan dari masyarakat atau apabila


15

ada unjuk rasa, hal ini menyebabkan tidak jelasnya agenda penyelesaian

konflik pertanahan di Riau.

3. Penelitian berupa jurnal yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Lahan Hutan

Melalui Proses Mediasi Di Kabupaten Siak” Oleh Riska Fitriani (2012).

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tanah-tanah yang digunakan untuk

lahan Hak Guna Usaha perkebunan kelapa sawit adalah tanah-tanah

statusnya milik negara dan tanah milik masyarakat. Tanah milik masyarakat

oleh investor dibebaskan dari tangan masyarakat yang menguasainya dengan

ganti rugi secara sporadis. Hak guna usaha tertera mengenai luas lahan yang

dipergunakan serta batas-batas lahan yang dikuasai tersebut sehingga

menjadi jelas mengenai pengguasaan lahan.

Investor memiliki jaminan untuk melakukan usahanya/berinvestasi dengan

kata lain dengan adanya hak guna usaha maka perusahaan merasa aman

kemudian upaya Penyelesaian sengketa sengketa antara masyarakat dengan

perusahaan dilakukan dengan berbagai cara, serta ditempuh dengan bantuan

pihak-pihak yang bisa menfasilitasi tercapainya kesepakatan dengan para

pihak yang bersengketa. Sama halnya dengan sengketa yang terjadi antara

masyarakat dengan PT. Maridan Sejati Surya Plantation di Kabupaten Siak

dilakukan dengan upaya negosiasi, yaitu dengan proses perundingan atau

tawar menawar suatu konsesi, dalam permasalahan yang timbul ditengah

masyarakat di Kabupaten Siak dengan pihak perusahaan.


16

4. Penelitian berupa jurnal yang berjudul “Penyelesaian Konflik Pertanahan Di

Provinsi Lampung” Oleh Dimiyati Gedung Intan (2014).

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa masyarakat yang berkembang suatu

wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, banyak membutuhkan

tanah untuk perorangan, badan hukum, maupun pemerintah daerah dalam

melaksanakan pembangunan, maka konflik atau sengketa tanah semakin

muncul dipermukaan, terutama konflik tanah-tanah register, tanah adat,

tanah hak guna usaha, dan pembebasan tanah, dan masalah menduduki tanah

tanpa izin yang berhak.

Menurut Nasikum (2003:16-22) setiap masyarakat mengandung konflik-

konflik didalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik adalah

merupakan gejala yang melekat didalam masyarakat, telah lama menjadi

keyakinan atau tanggapan dari pandanga penganut teori pendekatan konflik.

Substansinya konflik pertanahan berkaitan dengan peruntukan dan/atau

penggunaan serta penguasaan hak atas tanah; keabsahan suatu hak atas

tanah; dan pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbita

tanda bukti haknya.

Memperoleh manfaat yang optimal dari tanah hutan dana atau kawasan

hutan bagi kesejahteraan masyarakat, maka pada prinsipnya semua tanah

hutan dana tau kawasan hutan dapat dimanfaatkan dengan tetap

memperhatikan sifat, karakteristik, dan kerentanannya, serta tidak


17

dibenarkan mengubah fungsi pokoknya. Masalah konflik pertanahan,

prioritas pertama yang harus dikerjakan adalah bagaimana menemukan cara

penyelesaian masalah pertanahan, penyelesaian konflik perseorangan, badan

hukum swasta, konflik antar etnis, dan pemerintah baik yang menimbulkan

kekerasan atau tidak, harus dilakukan dengan cara peraturan perundang-

undangan dalam menyelesaikan konflik tersebut.

5. Penelitian yang terakhir berjudul “Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah

Di Kabupaten Ponorogo” dalam jurnal Oleh Layyin Mahfiana (2013).

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanah dapat menunjukkan

tingkat status sosial seseorang yang tercermin dari jumlah penguasanya atas

tanah. Semakin banyak tanah yang dimiliki atau dikuasai seseorang semakin

tinggi status sosialnya, dapat dijadikan tolak ukur prestasi sosial seseorang

dan sebagai simbol sosio-kultural suatu masyarakat.

Fungsi dan manfaat tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya sengketa atau konflik tanah yang sejak dahulu

telah menjadi realistis sosial dalam setiap masyarakat meskipun dalam

bentuk identitasnya yang berbeda. Sengketa dan konflik seringkali

disamakan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah sengketa.

6. Penelitian berupa jurnal yang berjudul “Strategi Penanganan Sengketa Dan

Konflik Pertanahan” Oleh Abdul Aziz Tambunan (2017).


18

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa fakta yang menunjukkan absennya

fungsi hukum untuk melindungi masyarakat di tingkat bawah, sehingga

akses terhadap tanah-tanah strategis didominasi oleh kalangan yang terbatas

di tingkat atas, untuk kepentingan industri perumahan dan hiburan yang

merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya konflik atau sengketa

pertanahan.

Konflik atau sengketa pertanahan di Indonesia sudah bergeser dari konflik

secara horizontal di masa orde lama menjadi konflik bersifat vertikal di

masa orde baru, artinya pada masa orde lama konflik pertanahan lebih

didominasi antara rakyat dengan rakyat, akan tetapi pada masa orde baru

konflik/sengketa pertanahan tidak hanya antara rakyat dan rakyat tetapi

terdapat kecenderungan lebih didominasi konflik antara rakyat dengan

pemodal yang sering didukung oleh intervensi pemerintah. Izin lokasi yang

dikeluarkan Pemerintah Kabupaten kepada perusahaan perkebunan dan

seringkali mengabaikan keberadaan penduduk yang telah lama bermukim

pada lokasi yang diberikan izin.

Adanya tumpang tindih kepemilikan lahan, diserahkannya ganti rugi/ganti

untung atau tali asih yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat

tidak sesuai dan sering salah sasaran. Selain itu juga, masih banyak

perusahaan perkebunan yang menguasai dan mengusahai sebuah lahan

dalam kurun waktu yang cukup lama namun belum memiliki surat
19

keputusan Hasil Guna Usaha (HGU). Kondisi-kondisi tersebut yang

menyebabkan konflik berkepanjangan dan menimbulkan tindakan-tindakan

anarkis seperti pemukulan, penangkapan, pengrusakan tanamn dan lain-lain

sehingga akan menganggu keamanan dan kenyamanan berusaha.

Ponorogo sebagai kabupaten agraris yang terletak di Provinsi Jawa Timur

mempunyai sumber daya alam yang banyak, sehingga terbuka peluang yang

besar untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya alamnya dengan

sebaik-baiknya. Kabupaten Ponorogo, sengketa tanah umumnya terjadi

disebabkan oleh anggapan masing-masing pihak yang merasa berhak atas

tanah yang dinyatakan sebagai obyek sengketa, misalnya sengketa antara

ahli waris, sengketa yang disebabkan penjualan tanah, dan sengketa pinjam

meminjam sertifikat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, cenderung hanya

menjelaskan tentang penyebab konflik dalam penyelesaian konflik sengketa

pertanahan. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan Peneliti yang

lebih menekankan strategi resolusi konflik dengan berdasarkan pada

penyebab umum timbulnya konflik, dampak positif konflik dan peran

Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam menyelesaikan

konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat Pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat.


20

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

Bagaimana Resolusi Konflik Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi

Candra Kencana Dengan Masyarakat Pribumi Bandar Dewa Kabupaten

Tulang Bawang Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Resolusi Konflik Sengketa Tanah Masyarakat Transmigrasi

Candra Kencana Dengan Masyarakat Pribumi Bandar Dewa Kabupaten

Tulang Bawang Barat.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi sumber wawasan

dan menjadi kegunaan sebagai bahan masukan bagi seluruh elemen

masyarakat, birokrat dan politik. Tidak hanya itu saja tetapi juga untuk

perkembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, yang berkaitan

dengan konflik sengketa tanah, dan peran pemerintah dalam

penyelesaian konflik sosial antar masyarakat.


21

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan

rekomendasi bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam

mengambil keputusan untuk membuat kebijakan dalm mengatasi konflik

pertanahan. Terutama bagi pemerintah daerah Kabupaten Tulang

Bawang Barat dalam mengatasi konflik pertanahan, agar konflik yang

sudah terjadi tidak terulang kembali dan bisa mengantisipasi jika terjadi

konflik pertanahan yang lain.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Konflik

Wirawan (2010:4) menuliskan istilah konflik berasal Bahasa latin configure

yang memiliki arti saling memukul. Konflik dari Bahasa Latin diadopsi ke

dalam bahasa Inggris (conflict) yang kemudian diadopsi kedalam bahasa

Indonesia (konflik). Konflik merupakan proses pertentangan yang

diekspresikan antara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai

objek konflik yang menghasilkan keluaran konflik.

Konflik merupakan keadaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dalam

kehidupan manusia. Munculnya sebuah konflik dalam kehidupan manusia,

tidak pernah ditentukan kapan terjadinya, dengan siapa akan berkonflik dan

juga tentunya tidak pernah direncanakan oleh pihak manapun. Adanya

perbedaan kepentingan, tujuan dan perbedaan yang mendasar seperti nilai-

nilai, agama, ras, suku dan budaya dapat menyebabkan sebuah konflik itu

muncul. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Fisher (2001:6)

yang mengungkapkan bahwa konflik dapat diartikan sebagai situasi sosial

dimana terdapat dua atau lebih kelompok yang memiliki perbedaan tujuan

ataupun perbedaan nilai-nilai.


23

Terjadinya sebuah konflik juga dapat didasari oleh adanya tujuan yang sama

antar individu atau kelompok-kelompok yang hendak dicapai. Persamaan

tujuan akan menimbulkan sebuah persaingan antara individu-individu atau

kelompok-kelompok. Persaingan yang dilakukan secara jujur dan adil, dapat

menimalisir munculnya sebuah konflik, namun apabila persaingan itu

dilakukan secara tidak jujur dan tidak adil, maka dapat diprediksi konflik

akan terjadi antar individu atau kelompok-kelompok yang memiliki tujuan

yang sama. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh

Syaifudin (Gatara, 2011:183) yang mendefinisikan konflik sebagai

pertentangan yang bersifat langsung dan didasari antara individu-individu

atau kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

Webster (Pickering, 2006:1) mendefinisikan konflik sebagai :

1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu

sama lain.

2. Keadaan atau prilaku yang bertentangan (misalnya: pertentangan

pendapat, kepentingan, atau pertentangan antarindividual).

3. Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang

bertentangan.

4. Perseteruan.

Konflik selalu saja dikaitkan dengan kerusakan, konflik dipahami oleh

masyarakat umum merupakan sebuah keadaan yang tidak diinginkan karena


24

menimbulkan kecemasan dan perasaan tidak nyaman. Konflik yang terjadi

antar individu atau kelompok-kelompok yang menggunakan tindakan

kekerasan dan ancaman untuk memenuhi kebutuhan, melindungi

kepentingan sehingga mencapai tujuannya. Menurut Soekanto (Ahmadi,

2009:282) konflik merupakan suatu proses sosial dimana perorangan atau

kelompok-kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan

jalan menentang pihak lawan yang disertai sebuah ancaman dan kekerasan.

Konflik juga dapat menyebabkan perpecahan dalam sebuah negara, terutama

dalam konflik sosial antar masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan


Konflik Sosial, konflik sosial merupakan perseteruan atau benturan
fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih
yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan berdampak luas yang
akan mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga
mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan
sosial.

Perspektif teori ilmu sosial (Hayat, 2017:271) konflik merupakan sebuah

dogma masyarakat terhadap struktural fungsional yang semakin luas dengan

berbagai perbedaan secara substansif dari perubahan dan perkembangan

masyarakat untuk sadar dan mengerti makna dari bermasyarakat, terutama

dalam konsep masyarakat modern saat ini, situasi konflik bisa saja terjadi

dimana saja, tanpa mengenal ruang dan waktu sesuai dengan keberadaan

perbedaan itu sendiri, baik terhadap individu dengan individu, atau individu

dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.


25

Isitlah konflik dalam ilmu politik selalu saja dikaitkan dengan kekerasan,

seperti kudeta, terorisme, kerusuhan, bahkan revolusi. Teori Paul Conn,

“Conflict an Decision Making : An introduction to Political Science”, yang

dikutip oleh Ramlan Surbakti (1992:8) bahwa pada dasarnya politik adalah

konflik, karena konflik merupakan gejala yang selalu hadir dalam

masyarakat termasuk dalam setiap proses politik.

Perspektif ilmu sosial, konflik dipandang sebagai pertentangan antar

masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. Konflik

juga lebih dipahami sebagai kondisi atau keadaan yang tidak berfungsinya

komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau pertengkaran

dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang

berlaku.

Konflik dari perspektif sosiologis (Usman, 2001:34) bahwa konflik itu

timbul akibat terjadi perbedaan-perbedaan kepentingan dalam kehidupan

individu, kelompok, dan masyarakat. Berbeda konflik dari perspektif

komunikasi (Usman, 2001:34) konflik dalam proses komunikasi, terjadi

akibat pelemparan pesan yang tidak memuaskan antara komunikan dengan

komunikator. Konflik komunikasi selalu terikat dengan berbagai teori

sosiologi, terutama teori evolusi, interaksi, teori integrasi, karena teori

konflik berkembang dari teori-teori structural fungsional dimana salah satu


26

tokohnya adalah Karl Marx yang menggambarkan masalah kepentingan-

kepentingan manusia.

Konflik juga lebih dipahami sebagai kondisi atau keadaan tidak

berfungsinya komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau

gejala pertengkaran dalam masyarakat yang terintegrasi dengan tidak

sempurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bahkan konflik dapat

diartikan sebagai perwujudan dari adanya pertentangan antara dua hal atau

lebih yang secara terang-terangan atau tersembunyi (Adam, 2008 Volume.6,

No.2 hlm 139).

Berdasarkan pemaparan ahli maka dapat disimpulkan bahwa konflik

merupakan pertentangan atau perselisihan antara dua pihak atau lebih yang

terjadi karena suatu objek konflik yang sama, konflik bisa berupa konflik

fisik ataupu nonfisik. Kondisi yang terjadi berupa pertentangan atau

perbedaan yang akibatnya dapat menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak

aman sebab sedikitnya konflik yang terjadi menggunakan ancaman dan

tindakan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Sesungguhnya konflik tidak

bisa dihilangkan atau dihindari karena akan bertentangan dengan sifat

ilmiahnya, yang bisa dilakukan terhadap konflik hanya memahami,

menghadapi, dan mengelolanya.

1. Faktor Penyebab Konflik


27

Menurut Rahmadi (2010:7) konflik dapat timbul karena berbagai sebab.

Paling tidak ada beberapa teori tentang konflik, yaitu teori hubungan

masyarakat, teori negoisasi prinsip, teori identitas, teori hubungan

masyrakat, teori kesalahpahaman, teori transformasi, dan teori kebutuhan

manusia.

a. Teori hubungan masyarakat menjelaskan bahwa konflik disebabkan

oleh polarisasi yang terus terjadi, adanya ketidakpercayaan dan

rivalitas kelompok dalam masyarakat.

b. Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena

posisi-posisi pihak yang tidak selaras dan adanya perbedaan-

perbedaan diantara para pihak.

c. Teori identitas menjelaskan bahwa konflik terjadi karena

sekelompok yang merasa identitasnya terancam oleh pihak lain.

d. Teori kesalahpahaman antar budaya menjelaskan bahwa konflik

terjadi karena ketidakcocokan dalam berkomunikasi diantara orang-

orang dari latar belakang budaya yang berbeda.

e. Teori informasi menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena

adanya masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang

mewujud dalam bidang-bidang sosial, ekonomi dan politik.

f. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia menjelaskan, bahwa

konflik dapat terjadi karena kebutuhan atau kepentingan manusia


28

tidak dapat terpenuhi atau terhalangi atau merasa dihalangi oleh

pihak lain.

Sementara dalam Pasal 5 Undang-Undang No 7 Tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial disebutkan bahwa konflik dapat

bersumber dari :

a. Permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial

budaya.

b. Perseteruan antar umat beragama dan/atau inter umat beragama,

antarsuku dan antaretnis.

c. Sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota dan/atau provinsi.

d. Sengketa sumber daya alam antar masyarakat dan/atau antar

masyarakat dengan pelaku usaha.

e. Distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam

masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor penyebab konflik yang dikemukakan oleh

para ahli, dapat disimpulkan konflik dapat terjadi karena berbagai

macam hal. Bisa terjadi karena ekonomi, pribadi orang ataupun

dipengaruhi oleh perasaan dan emosinya. Perlu adanya kesadaran

dari diri sendiri untuk menimalisir konflik seperti sikap toleransi

antar individu agar penyebab-penyebab konflik tersebut dapat

menimalisir sehingga menjadi kebidupan yang harmonis.


29

2. Dampak Konflik

Menghasilkan dua dampak yaitu dampak positif dan negatif. Konflik

akan menghasilkan dampak negatif jika konflik itu dibiarkan, tidak

dikelola serta telah mengarah pada tindakan destruktif. Sebaliknya,

konflik akan berdampak positif jika konflik itu dapat dikelola sehingga

konflik kemudian bersifat konstruktif. Sebagaimana pendapat Coser

dalam (Susan, 2009:53-57) yang mengatakan bahwa konflik tidak hanya

menghasilkan dampak yang negatif tetapi konflik juga memiliki dampak

positif. Konflik tidak harus merusakkan atau bersifat disfungsional untuk

sistem dimana konflik itu terjadi, melainkan bahwa konflik itu dapat

mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif atau menguntungkan

sistem ini.

Carpenter dan Kennedy dalam (Susan, 2009: 7) juga mengatakan konflik

yang destruktif senantiasa muncul dalam bentuk kehancuran disemua

sisi, seperti kehancuran tata sosial dan fisik. Konflik destruktif

menyertakan cara-cara kekerasan didalamnya. Dampak dari konflik

destruktif diantaranya : (1) korban luka, (2) korban jiwa, (3) kerusakan

sarana dan prasarana sosial, (4) kerugian materil, (5) keretakan dan

kehancuran hubungan sosial. Sedangkan konflik konstruktif akan

muncul dalam bentuk peningkatan kerjasama atau kesepakatan yang

menguntungkan seluruh pihak berkonflik.


30

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

dimaknai bahwa konflik selain bisa menimbulkan dampak negatif,

namun nyatanya konflik bisa menimbulkan dampak yang positif seperti

bertambah kuatnya solidaritas antar pihak-pihak yang berkonflik dan

memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik

dalam kekuatan yang seimbang.

3. Resolusi Konflik

Ada beberapa pendekatan untuk menangani konflik, yang terkadang juga

dipandang sebagai tahap-tahap dalam suatu proses. Sebagaimana Fisher

(2001:6-7) menggambarkan sebagai berikut: Pertama, istilah pencegahan

konflik yang bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.

Kedua, penyelesaian konflik bertujuan untuk mengakhiri perilaku

kekerasan melalui suatu persetujuan perdamaian. Ketiga, pengelolaan

konflik bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan

mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

Keempat, resolusi konflik yaitu kegiatan menangani sebab-sebab konflik

dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara

kelompok-kelompok yang bermusuhan.

Mengelola konflik yaitu bagaimana menanganinya dengan cara yang

konstruktif, bagaimana membawa pihak-pihak yang bertikai bersama

dalam suatu proses yang kooperatif, bagaimana merancang sistem


31

kooperatif yang praktis dan dapat dicapai untuk mengelola perbedaan

secara konstruktif, bukan sebaliknya mengadvokasi metode-metode

untuk menghilangkan konflik Harris dan Reilly (2000:20).

Menurut Robinson dan Clifford (Liliweri, 2005:288) manajemen konflik

merupakan tindakan yang konstruktif yang direncanakan

diorganisasikan, digerakan, dan dievaluasi secara teratur atas semua

usaha demi mengakhiri konflik. Manajemen konflik harus dilakukan

sejak pertama kali konflik mulai tumbuh, karena itu sangat dibutuhkan

kemampuan manajemen konflik, antara lain melacak berbagai faktor

positif pencegah konflik dan melacak faktor negatif yang mengancam

konflik.

Pengelolan konflik atau manajemen konflik lebih marak dengan istilah

resolusi konflik. Menurut Morton Deutch dalam bukunya, The

Resolution of Conflict (Liliweri, 2005:289) adalah sekumpulan teori

penyelidikan yang bersifat eksperimental dalam memahami sifat-sifat

politik, meneliti strategi terjadinya konflik, kemudian membuat resolusi

terhadap konflik. Dengan demikian penyelesaian konflik atau resolusi

konflik sesungguhnya adalah proses mendiskusikan sebuah atau

serangkaian isu, mencapai kesepakatan, dan melaksanakannya,

kemudian menghilangkan akar penyebab konflik sebisa mungkin.


32

Strategi resolusi konflik yang dikemukakan oleh Fisher (2001:9) antara

lain:

a. Negosiasi

Negosiasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela

antara pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan mereka

oleh mereka sendiri. Negosiasi menuntut pemahaman, sikap dan

keterampilan yang baik dalam menyelesaikan konflik.

b. Mediasi

Mediasi adalah strategi resolusi konflik melalui suatu pihak ketiga

yang netral yang membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah mereka. Pihak ketiga

yang disebut mediator tidak mempunyai kepentingan terhadap hasil

resolusi.

c. Arbitrasi

Arbitrasi adalah suatu strategi resolusi konflik juga melibatkan suatu

pihak ketiga yang netral. Tetapi dalam arbitrasi pihak ketiga

mempunyai otoritas untuk menentukan hasil atau solusi konflik yang

harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Manajemen atau resolusi konflik dapat dimaknai suatu cara yang

ditempuh individu atau kelompok untuk memecahkan masalah yang


33

terjadi dengan cara netral, seperti melibatkan pemerintah daerah.

Keterlibatan pemerintah daerah dalam penyelesaian sebuah konflik

dengan tujuan agar konflik yang terjadi dapat segera diselesaikan dan

tidak menimbulkan dampak yang semakin luas, serta dapat dicegah agar

tidak terulang kembali.

B. Tinjauan Tentang Tanah

Kata “Tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah

diberi batasan resmi oleh Undang-Undang Pokok Agraria. Tanah dalam

pengertian yuridis adalah permukaan bumi sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 1 Ayat (1) UUPA.

Tanah adalah salah satu harta yang sangat berharga di muka bumi ini, yang

dalam sepanjang sejarah peradaban umat manusia tak henti-hentinya

memberikan problema-problema rumit. Indonesia, yang memiliki daratan

(tanah) yang sangat luas, telah menjadikan persoalan tanah sebagai salah

satu persoalan yang paling berbahaya diantara persoalan tanah sebagai salah

satu persoalan yang paling berbahaya diantara persoalan lainnya. Pasca

Indonesia merdeka, hal pertama yang dilakukan oleh pemuka bangsa dikala

itu adalah proyek “landreform” ditandai dengan diundangkannya UU No 5

Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, selanjutnya

disingkat UUPA beserta ketetuan-ketentuan pelaksanaannya menjadi acuan


34

bagi pengelolaan administrasi pertanahan di Indonesia, termasuk dalam

kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan tanah sebagai wadahnya.

Fasilitas umum tersebut tidak menemui masalah apabila persediaan tanah

masih luas. Permasalahan tanah merupakan sumber daya alam yang sifatnya

terbatas, dan tidak pernah bertambah luasnya. Tanah yang tersedia saat ini

telah banyak dilekati dengan hak (Hak Tanah), sementara tanah negara

sudah sangat terbatas persediannya.

Masalah keagrarian pada umumnya dan masalah pertanahan pada khususnya

adalah merupakan suatu permasalahan yang cukup rumit dan sensitif sekali

sifatnya, karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik bersifat sosial,

ekonomi, politik, psikologis dan lain sebagainya. Penyelesaian masalah ini

bukan hanya khusus memperhatikan aspek kehidupan lainnya supaya

penyelesaian persoalan tersebut tidak berkembang menjadi suatu kesalahan

yang dapat menganggu stabilitas masyarakat.

Pasal 6 UUPA dinyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial”. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa semua hak atas tanah

apapun yang ada pada seseorang tidak boleh digunakan semata-mata untuk

kepentingan pribadinya tetapi penggunaan tanah tersebut harus juga

memberikan kemanfaatan bagi kepentingan masyarakat dan negara.


35

Penjelasan umum fungsi sosial hak atas tanah apapun yang ada pada

seseorang, tidak dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan

dipergunakan/tidak dipergunakan semata-mata untuk kepentingan

pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan bagi masyarakat. Penggunaan

tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari pada haknya, hingga

bermanfaat baik bagi kesehatan dan kebahagiaan bagi yang memilikinya

maupun bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Ketentuan tersebut tidak

berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh

kepentingan umum.

Undang-undang Pokok Agraria memperhatikan pula kepentingan

perseorangan, masyarakat sehingga akan tercapai tujuan pokok yaitu

kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat. Fungsi sosial

hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 UUPA

mengandung beberapa prinsip keutamaan antara lain :

a. Merupakan suatu pernyataan penting mengenai hak-hak atas tanah yang

merumuskan secara singkat sifat kebersamaan atau kemasyarakatan hak-

hak atas tanah menurut konsepsi hukum tanah nasional.

b. Tanah seseorang tidak hanya mempunyai fungsi bagi yang punya hak itu

saja tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Konsekuensinya, dalam

mempergunakan tanah yang bersangkutan tidak hanya kepentingan


36

individu saja yang dijadikan pedoman, tetapi juga kepentingan

masyarakat.

c. Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan hak untuk mempergunakan

tanah yang bersangkutan sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan

tanahnya, sifatnya dan tujuan pemberian haknya. Tanah harus dipelihara

dengan baik dan dijaga kualitas, kesuburan serta kondisi tanah sehingga

dapat dinikmati tidak hanya pemilik atas tanah saja tetapi juga

masyarakat lainnya. Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan

kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan,

melainkan juga beban dari setiap orang, badan hukum/instansi yang

mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah.

C. Tinjauan Tentang Konflik Pertanahan

Sumarto (2012: 2-3) menuliskan bahwa konflik pertanahan dapat diartikan

sebagai konflik yang lahir sebagai akibat adanya hubungan antar orang atau

kelompok yang terkait dengan masalah bumi dan segala kekayaan alam yang

terdapat di atas permukaan maupun di dalam perut bumi. Pasal 1 Peraturan

Kepala BPN menyatakan bahwa kasus pertanahan adalah meliputi sengketa,

konflik dan perkara pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia untuk mendapatkan penanganan, penyelesaian

sesuai peraturan perundang-undangan dan kebijakan pertanahan nasional.


37

Masing-masing definisi sengketa, konflik dan perkara pertanahan adalah

sebagai berikut :

a. Sengketa Pertanahan

Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang

perseorangan, badan hukum atau lembaga yang tidak berdampak luas

penekanan yang tidak berdampak luas inilah yang membedakan definisi

sengketa pertanahan dengan definisi konflik pertanahan. Sengketa tanah

dapat berupa sengketa administratif, sengketa perdata, sengketa pidana

terkait dengan pemilikan, transaksi, pendaftaran, penjaminan,

pemanfaatan, penguasaan dan sengketa hak ulayat.

b. Konflik Pertanahan

Konflik pertanahan merupakan perselisihan pertanahan antara orang

perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum atau

lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas.

c. Perkara Pertanahan

Perkara pertanahan merupakan perselisihan pertanahan yang

penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan dan putusan

lembaga peradilan yang saat ini masih dimintakan penanganan

perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.


38

Menurut Hendrariks dalam (Wahyu, 2005:18) proses terjadinya sengketa ada

beberapa tahap yaitu, peristiwa sehari-hari yang menyebabkan

ketidakpuasan antar seseorang atau kelompok, adanya pertentangan dan

timbulnya pertentangan. Masyarakat yang masih memegang teguh adat

istiadat dan kebiasaan, sengketa yang sangat rentan terjadi adalah sengketa

tanah antar individu masyarakat maupun secara kolektif dengan orang lain

atau lembaga lain di luar lembaga adat.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (Pasal 1

ayat (2) Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan

Penanganan Kasus Pertanahan) menyebutkan sebab-sebab terjadinya suatu

sengketa :

a. Wanprestasi

Berupa tidak memenuhi kewajiban sama sekali, atau terlambat

memenuhi kewajiban, atau kewajiban sama sekali seperti yang telah

dijanjikan.

b. Kerugian salah satu pihak

Apabila salah satu pihak mengalami kerugian, baik bersumber dari

wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.

Keputusan Kepala BPN No.01/Juknis/D.V/2007 Tentang Pemetaan Masalah

dan Akar Masalah Pertanahan, tipologi masalah pertanahan adalah jenis


39

sengketa, konflik dan atau perkara pertanahan yang disampaikan atau

diadukan dan ditangani, terdiri dari masalah yang berkaitan dengan :

a. Penguasaan dan pemilikan tanah yaitu perbedaan persepsi, nilai atau

pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu

yang tidak atau belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah

dilekati hak oleh pihak tertentu.

b. Penetapan hak dan pendaftaran tanah yaitu perbedaan persepsi, nilai atau

pendapat, kepentingan mengenai proses penetapan hak dan pendaftaran

tanah yang merugikan pihak lain sehingga menimbulkan anggapan tidak

sahnya penetapan atau perizinan di bidang pertanahan

c. Batas atau letak bidang tanah yaitu perbedaan pendapat, nilai

kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui

satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan batas.

d. Pengadaan tanah yaitu perbedaan pendapat, kepentingan, persepsi atau

nilai mengenai status hak tanah yang perolehannya berasal proses

pengadaan tanah, atau mengenai keabsahan proses, pelaksanaan

pelepasan atau pengadaan tanah dan ganti rugi.

e. Tanah obyek landeform yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,

kepentingan mengenai prosedur penegasan, status penguasaan dan

pemilikan, proses penetapan ganti rugi, penentuan subyek obyek dan

pembagian tanah obyek landeform.


40

f. Tuntutan ganti rugi tanah partikelir yaitu perbedaan persepsi, pendapat,

kepentingan atau nilai mengenai keputusan tentang kesediaan pemerintah

untuk memberikan ganti kerugian atas tanah partikelir.

g. Tanah ulayat yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan

mengenai status ulayat dan masyarakat hukum adat di atas areal tertentu

baik yang telah diterbitkan hak atas tanah maupun yang belum, akan

tetapi dikuasai oleh pihak lain.

h. Sengketa waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,

kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang

berasal dari warisan.

i. Sertifikat ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,

kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki

sertifikat hak atas tanah lebih dari satu.

j. Sertifikat pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,

kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan

sertifikat hak atas tanah pengganti.

k. Akta jual beli palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,

kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya akta

jual beli palsu.

l. Pelaksanaan putusan pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau

pendapat, kepentingan mengenai putusan badan peradilan yang berkaitan


41

dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur

penerbitan hak atas tanah tertentu.

Berbeda dengan Sumardjono (2008:2) tipologi kasus-kasus dibidang

pertanahan secara garis besar dapat dipilih menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Kasus-kasus berkenaan dengan penggarapan rakyat atas tanah-tanah

perkebunan, kehutanan dan lain-lain.

b. Kasus-kasus berkenaan dengan pelanggaran landreform.

c. Kasus-kasus berkenaan dengan akses-akses penyediaan tanah untuk

pembangunan.

d. Sengketa perdata berkenaan dengan masalah tanah.

e. Sengketa berkenaan dengan tanah ulayat.

Sengketa akan selalu ditemukan didalam masyarakat, mengingat banyaknya

kepentingan bagi tiap-tiap orang, tidak mustahil akan terjadi sengketa atau

konflik diantara sesama manusia yang disebabkan adanya kepentingannya

saling bertentangan. Terjadi didalam sengketa tanah, karena tanah

merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, yang dimana banyaknya

manfaat dari tanah tersebut sehingga setiap manusia ingin menguasai tanah.
42

D. Kerangka Pikir Penelitian

Konflik dan perkara pertanahan sepertinya tidak pernah surut bahkan terus

meningkat seiring semakin sulitnya akses untuk memiliki tanah. Masalah

pertanahan yang disengketakan meliputi obyek tanah, batas-batas, luas,

status tanah, menyangkut subyek, hak yang membebani, pemindahan haknya

dan lain sebagainya.

Sengketa tanah yang terjadi di Lampung salah satunya di Tulang Bawang

Barat, yang terjadi antara masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandar Dewa diakibatkan karena hak milik tanah yang

tidak jelas. Pihak masyarakat pribumi Bandar Dewa tidak merasa telah

menjual tanah kepada Tiyuh Candra Kencana sehingga pihak masyarakat

pribumi Bandar Dewa meminta uang kompensasi sebesar Rp.

25.000.000/Ha, dengan total kompensasi yang harus dibayar oleh pihak

masyarakat transmigrasi Candra Kencana sebesar Rp. 1.250.000.000,-.

Konflik yang terjadi di Tulang Bawang Barat memberikan dampak

tersendiri bagi pihak-pihak yang terlibat konflik maupun yang tidak terlibat

dengan konflik. Dampak yang ditimbulkan berupa dampak positif yaitu

masyarakat meningkatkan solidaritas dan meningkatkan hubungan

kerjasama antar masyarakat.


43

Konflik tanah yang terjadi antara masyarakat transmigrasi Candra Kencana

dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa, melibatkan Pemerintah Daerah

Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam penyelesaiannya. Peneliti

menitikberatkan pada pemikiran Fisher yaitu terdapat tiga strategi resolusi

konflik yaitu negosiasi, mediasi dan arbitrasi. Penelitian ini menggunakan

hanya dua strategi resolusi konflik yaitu negosiasi dan mediasi karena

pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat mengupayakan kasus tersebut

tidak dibawa ke ranah pengadilan atau arbitrasi.

Penyelesaian konflik atau resolusi konflik sesungguhnya proses yang

mendiskusikan sebuah atau serangkaian isu, mencapai kesepakatan, dan

melaksanakannya, kemudian menghilangkan akar penyebab konflik sebisa

mungkin. Sejauh perangkat peraturan itu dipandang adil oleh segenap

lapisan masyarakat dan tidak ada kelompok mayoritas yang menentang atau

berniat mengganti peraturan itu, konflik yang ada dapat dikatakan berhasil

diselesaikan.
44

Masyarakat Konflik Tanah Di Masyarakat


Transmigrasi Kabupaten Pribumi Bandar
Candra Kencana Tulang Bawang Dewa
Barat

Penyebab sengketa tanah Dampak Konflik adalah

Solusi penyelesaian oleh pemerintah


daerah, menitikberatkan Teori Fisher:
a. Negosiasi
b. Mediasi

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir


45

III. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian bertujuan untuk memahami suatu permasalahan sehingga dapat

dikembangkan kebenarannya, maka diperlukan metode dalam penelitian

tersebut. Penelitian dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang

diharapkan. Tujuan metode ini adalah untuk menentukan cara pada saat

menganalisis dan memecahkan permasalahan yang ada. Pembahasan dimulai

dengan menentukan tipe penelitian, fokus penelitian, jenis data, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penarikan

keabsahan data. Semua pembahasan tersebut didukung dengan referensi-

referensi termutakhir terkait metode penelitian dalam studi sosial, politik dan

pemerintahan.

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Sedangkan pendekatan yang dipakai adalah kualitatif. Boglan dan Biklen

dalam Ibrahim (2015:9) penelitian kualitatif merupakan pradigma sebagai


46

kumpulan dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama konsep atau

proposisi yang mengarahkan cara berfikir penelitian. Kualitatif juga cara

pandang, kepercayaan, asumsi, konsep, proposisi atau persepsi mengenai

cara kerja penelitian yang bersifat naturalistic, memandang bahwa

kenyataan dibangun secara sosial, karena bersifat komplek, saling terkait,

tidak bisa diukur secara matematis, sebaliknya memerlukan pendekatan dari

dalam prosesnya.

Penelitian ini mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan mengenai

konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat

menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berdasarkan wawancara

mendalam, observasi dan dokumen-dokumen. Metode kualitatif digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung

makna.

Alasan memilih pendekatan kualitatif bukan kuantitatif dalam penelitian ini

karena berdasarkan tujuannya yaitu menggambarkan dan mengungkapkan

secara terperinci mengenai fenomena-fenomena tertentu. Terkait konflik

masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Peneliti memerlukan data

lapangan yang sifatnya faktual, untuk mendeskripsikan peristiwa konflik


47

dengan menganalisis penyebab konflik sengketa tanah, dampak yang

ditimbulkan, penyelesaian konflik, serta peran dari pemerintah daerah dalam

penyelesaian konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra

Kencana dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang

Bawang Barat.

B. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif, masalah diistilahkan dengan fokus penelitian yang

kemudian diturunkan manjadi pertanyaan penelitian. Fokus penelitian

dilakukan untuk membatasi masalah yang akan diangkat, sehingga dapat

menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang

melimpah ruah. Adapun fokus penelitian ini meliputi:

1. Penyebab konflik sengketa tanah:

a. Wanprestasi

Masyarakat transmigrasi Candra Kencana belum memenuhi

kewajiban membayar uang kompensasi senilai Rp. 25.000.000

perhektar.

2. Dampak konflik positif

Bertambahnya solidaritas dan semakin kuat tali persaudaraan masyarakat

Candra Kencana
48

3. Solusi penyelesaian konflik :

a. Negoisasi

Perjanjian oleh kedua belah pihak yang terlibat konflik sengketa

tanah, yaitu masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandar Dewa.

b. Mediasi

Kesepakatan antara masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandra Dewa dibantu oleh pihak netral (pihak

ketiga) yaitu Pemerintah Daerah khususnya Dinas Perumahan

Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang

Barat sebagai mediator.

Penyelesaian konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra

Kencana dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang

Bawang Barat menggunakan teori Fisher dengan dua strategi resolusi

konflik yaitu negoisasi dan mediasi. Pemerintah Kabupaten Tulang

Bawang Barat mengupayakan mendamaikan kedua belah pihak tanpa

harus membawa kasus tersebut ke pengadilan atau arbitrasi. Menurut

indikator penyebab konflik teori kebutuhan atau kepentingan manusia

yang menjelaskan konflik tersebut karena kebutuhan atau kepentingan

manusia tidak terpenuhi sehingga penyelesaian konflik ini bisa


49

dimediasikan agar mendapat kesepakatan untuk mengakhiri konflik

tanpa harus dibawa ke pengadilan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian perlu mempertimbangkan alokasi, waktu, dan jarak,

sehingga penelitian dapat berjalan efektif dan efisien Kartiko (2010:53).

Lokasi penelitian menjadi sasaran yang sangat membantu untuk menemukan

data yang diambil, sehingga lokasi itu sangat menunjang untuk memberikan

informasi yang valid. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan

dengan sengaja (purposive) karena lokasi tempat terjadinya konflik yakni di

Tiyuh Candra Kencana, Tiyuh Bandar Dewa dan Kantor Dinas Perumahan

Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Tulang Bawang Barat.

D. Informan

Sugiyono (2014:216) pada penelitian kualitatif peneliti memasuki situasi

sosial tertentu dengan melakukan observasi dan wawancara kepada orang-

orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber

data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang dinamakan sebagai

narasumber, atau partisipan atau informan, dan guru dalam penelitian.


50

Berikut para informan yang peneliti muat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Daftar Informan


No Nama Umur Jabatan
1 Bertha Rahma Jaya 31 Kasi Penatagunaan Tanah Dinas
Perumahan kawasan permukiman dan
pertanahan Kabupaten Tulang Bawang
Barat
2 Syaifulloh 40 Kepala Tiyuh Candra Kencana
3 Anwar 42 Kepala Tiyuh Bandar Dewa
4 Ani 28 Masyarakat Transmigrasi Candra
Kencana
5 Rumi 34 Masyarakat Transmigrasi Candra
Kencana
6 Hidayat 51 Masyarakat Pribumi Bandar Dewa
7 Lela Sari 50 Masyarakat Pribumi Bandar Dewa
Sumber : Diolah oleh peneliti 2019

E. Jenis Data

Proses penelitian sumber data peneliti berkaitan erat dengan jenis data

penelitian, maka untuk menentukan data penelitian, Peneliti harus

mengetahui jenis data yang akan digunakan, antara lain :

a. Data Primer

Lofland dalam Ibrahim (2015:69) sumber data primer adalah sumber

utama yang dapat memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa

yang diinginkan dalam penelitian. Penelitian kualitatif, sumber data

utama itu adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau

diwawancarai.
51

Penelitian ini data primer yang diperoleh dilapangan melalui wawancara

dengan panduan wawancara kepada sumber data mengenai konflik tanah

masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa di Tulang Bawang Barat.

b. Data Sekunder

Bungin dalam Ibrahim (2012:129) data sekunder adalah segala bentuk

dokumen, baik dalam bentuk tertulis atau foto atau sumber data kedua

sesudah sumber data primer. Moleong dalam Ibrahim (2015:70)

meskipun disebut sebagai sumber data kedua atau tambahan, dokumen

tidak bisa diabaikan dalam suatu penelitian, terutama dokumen tertulis

seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi.

Data sekunder atau data tambahan dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan jurnal ilmiah, arsip, koran, dokumen pribadi dan resmi

berkaitan baik yang diperoleh dari lapangan maupun dari media massa

yang berkaitan dengan konflik tanah masyarakat transmigrasi Candra

Kencana dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa di Tulang Bawang

Barat.
52

F. Teknik Pengumpulan Data

Ibrahim (2015:79) mengumpulkan data merupakan pekerjaan penting dan

sangat menentukan dalam suatu penelitian. Sebuah penelitian dapat

dikatakan berhasil apabila data dapat dikumpulkan, penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara

dan dokumentasi.

1. Wawancara

Moloeng dalam Ibrahim (2015:88) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu, yang melibatkan dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara

(interview) yang memberikan jawaban atas petanyaan itu. Wawancara

peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

narasumber dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang

terjadi dimana hal itu tidak bisa didapatkan dari teknik lain, termasuk

observasi.

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada narasumber atau sumber data

yang kompeten untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti

seputar penelitian ini. berikut nama-nama infoman yang akan peneliti

wawancarai : Bertha Rahma Jaya (Kasi Penatagunaan Tanah Dinas

Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Tulang

Bawang Barat), Syaifulloh (Kepala Tiyuh Candra Kencana), Anwar


53

(Kepala Tiyuh Bandar Dewa), Ani (Masyarakat Transmigrasi Candra

Kencana), Rumi (Masyarakat Transmigrasi Candra Kencana ), Hidayat

(Masyarakat Pribumi Bandar Dewa), Lela Sari (Masyarakat Pribumi

Bandar Dewa).

2. Dokumentasi

Sugiyono dalam Ibrahim (2015:94) dokumentasi adalah catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari

observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau

didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, sekolah, tempat

kerja, masyarakat, dan autobiografi. Untuk itu sewaktu peneliti sedang

melakukan observasi atau wawancara maka perlu adanya dokumentasi

agar lebih dipercaya oleh pembaca.

Dokumen dalam penelitian ini dapat berupa tulisan maupun berita media

online maupun cetak, arsip-arsip tertulis, ataupun dokumentasi eksternal

berisi bahan-bahan informasi berupa buku, jurnal ilmiah, data internet

berkaitan yang membantu penelitian.

Berikut adalah dokumen-dokumen mengenai konflik sengketa

masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat :


54

Tabel 4. Dokumen-dokumen Konflik Sengketa Tanah


No Dokumen
1 Surat Keterangan Umbulan Bakung Njelai Tahun 1972
2 Surat Keterangan Tanah LSD Bandar Dewa Ketjamatan Panaragan
tahun 1973
3 Surat Perihal Persengketaan Tanah Tahun 1975
4 Surat Perihal Penyelesaian Sengketa Tanah 1976
5 Berita Acara Tahun 1976
6 Surat Perihal Kasus Penyerobotan Tanah Tahun 1989
7 Berita Acara Tahun 1990
8 Peta Lokasi Tanah Tahum 1990
9 Nama-nama yang Menempati Lahan Sengketa Tahun 1990
10 Surat Perihal Kasus Penyerobotan Tanah Tahun 1990
11 Surat Perihal Kasus Penyerobotan Tanah Tahun 1991
12 Berita-berita Tentang Sengketa Tanah Tahun 2004
13 Keputusan Kepalo Tiyuh Nomor XI Tahun 2015 Tentang
Pembentukan Forum Masyarakat Bandar Dewa (FMBB) Tiyuh
Bandar Dewa Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang
Bawang Barat
14 Surat Tentang Permohonan Penyelesaian Sengketa Tahun 2015
15 Berita Acara Tahun 2015
16 Peta Lokasi Tahun 2016
17 Berita Acara Tahun 2016
18 Surat Permohonan Pengecekan Ulang Pengukuran Tanah Tahun 2016
19 Surat Undangan Pengukuran Tanah LSD Tahun 2016
20 Surat Tugas Aparat Kepolisian tahun 2016
21 Berita Acara Musyawarah Tahun 2017
22 Berita Acara Musyawarah Tahun 2018
Sumber : Diolah Peneliti 2019

3. Observasi

Bungi dalam Ibrahim (2015:81) observasi atau pengamatan juga

merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya, di samping indera

lainnya seperti telinga, hidung, mulut dan kulit. Observasi merupakan

kemampuan seeseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui

hasil kerja pancaindera mata serta dibantu panca indera lainnya.


55

Teknik obeservasi berguna untuk menjelaskan dan merinci gejala yang

terjadi, dimaksudkan sebagai pengumpulan data selektif sesuai dengan

pandangan seorang ahli ada data yang tidak dapat dinyatakan kepada

informan, ada diantaranya membutuhkan pengamatan secara langsung

peneliti. Penelitian ini observasi dilakukan dengan mengamati dan turun

langsung semua hal yang terkait faktor Resolusi Konflik Sengketa Tanah

Masyarakat Transmigrasi Candra Kencana Dengan Masyarakat Pribumi

Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan, selanjutnya diolah melalui beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah

1. Teknik Editing Data

Editing data menurut Sugiyono (2012:39) yaitu proses mengecek

kebenaran data dan menyesuaikan data agar memudahkan proses seleksi

data. Editing dilakukan dengan mengedit data atau memeriksa kembali

data yang telah diperoleh dari hasil penelitian sesuai dengan

kepentingan. Penelitian ini, teknik editing dilakukan pada data yang

telah diperoleh dari hasil wawancara dan dokumen.


56

2. Interpretasi Data

Tahap interpretasi data digunakan untuk mencari makna dan hasil

penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan atau menganalisa data

yang diperoleh, tetapi data diinterpretasikan untuk kemudian

mendapatkan kesimpulan sebagai hasil penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Ibrahim (2015:105) analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Menurut Sugiyono (2014:247) dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis data kualitatif dengan menggunakan 3 komponen analisis yaitu :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan akan dirangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang


57

lebih tajam dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Penyajian data yang dimaksud dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya serta dapat

pula dalam bentuk naratif, oleh karena itu informasi yang kompleks akan

disederhanakan kedalam kata-kata yang mudah dimengerti. Penyajian

data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang lebih

relevan sesuai dengan konteks penelitian/disajikan dalam kalimat baku

dan mudah dimengerti.

3. Verifikasi Data

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data yang

dibutuhkan telah tersusun secara sistematis dan dipadukan sesuai dengan

kerangka teori serta dokumen yang diperoleh dalam penelitian.

Verifikasi data dalam suatu penelitian dimaksudkan agar penelitian

berusaha mencari arti, pola, tema, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, penjelasan sebab akibat dan sebagainya.


58

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data atau kredibilitas data adalah cara menyelaraskan

antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang terjadi pada obyek

penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan cara

uji kredibilitas melalui proses triangulasi. Sugiyono (2012:273) triangulasi

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Triangulasi dibagi menjadi tiga yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah

teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang sama

dengan informan satu dan lainnya. Data dari informan dikompilasikan

dengan hasil dokumentasi yang memiliki kesamaan informasi. Teknik

triangulasi sumber bertujuan untuk memperoleh data yang sama dan

memiliki tingkat validitas yang tinggi.


59

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten hasil pemekaran

dari Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri

mempunyai luas wilayah ±6.851,32 km² dengan jumlah penduduk pada

tahun 2017 sebanyak 860.854 jiwa, terdiri atas 28 kecamatan. Memiliki luas

wilayah yang besar dan banyaknya jumlah penduduk tersebut membuat

akses pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau dan

pelaksanaan pembangunan belum sepenuhnya merata. Kondisi tersebut

kemudian diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan

melalui pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat

ditingkatkan guna mempercepat kesejahteraan masyarakat dan pemerataan

pembangunan.

Berdasarkan Sidang Paripurna DPR RI pada 29 Oktober 2008 telah disahkan

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten

Tulang Bawang Barat di Provinsi Lampung, kemudian Kabupaten Tulang

Bawang Barat diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia,


60

Mardiyanto pada 29 Oktober 2008. Pada tanggal 03 April 2009 Mendagri

atas nama Presiden RI meresmikan Kabupaten Tulang Bawang Barat di

Jakarta, sekaligus melantik Penjabat Bupati Tulang Bawang Barat yang

pertama yaitu Hi. Syaifullah Sesunan, SH. MH.

Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat didominasi warga pendatang

transmigran dari daerah Jawa, Sunda dan Bali. Mata pencaharian utama

penduduk adalah berkebun karet, sawit dan bertani. Kabupaten Tulang

Bawang Barat banyak dihuni suku pendatang seperti Jawa dan Sunda yang

mayoritas beragama Islam dan Suku Bali yang menganut agama Hindu.

Suku mayoritas di Tulang Bawang Barat adalah suku Jawa sehingga bahasa

Jawa sangat umum digunakan oleh penduduk sebagai bahasa pengantar

sehari-hari.

Kondisi Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah

secara keseluruhan ±1.201,15 km², secara geografis Kabupaten Tulang

Bawang Barat berada pada posisi 104º55-105,01 BT dan 3º35’-4º14’ LS.

Batas secara geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat dikelilingi oleh

beberapa kabupaten di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan.

Kabupaten Tulang Bawang Barat meliputi:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Provinsi Sumatera Selatan serta Kecamatan Way Serdang dan

Kecamatan Mesuji Timur.


61

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan

Banjar Agung dan Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

3. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten

Lampung Tengah, serta Kecamatan Abung Surakarta dan Kecamatan

Muara Sungkai Kabupaten Lampung Utara.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Negeri Batin, Kecamatan

Negara Batin dan Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan hasil pemekaran dari

Kabupaten Tulang Bawang memiliki delapan kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Tumijajar,

2. Kecamatan Tulang Bawang Udik,

3. Kecamatan Tulang Bawang Tengah,

4. Kecamatan Pagar Dewa,

5. Kecamatan Lambu Kibang,

6. Kecamatan Gunung Terang,

7. Kecamatan Way Kenanga, dan

8. Kecamatan Gunung Agung.

Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak juga dibagian hilir dari dua sungai

besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way Mesuji serta merupakan daerah

daratan rendah dengan ketinggian antara 39 Mdpl. Dibagian utara wilayah

Kabupaten Tulang Bawang Barat mengalir sungai besar yaitu Sungai Muara
62

Dua yang merupakan bagian hulu dari Way Mesuji yang bermuara ke Laut

Jawa.

B. Gambaran Umum Tiyuh Candra Kencana

1. Demografi Desa

a. Letak dan luas wilayah

Tiyuh Candra Kencana merupakan salah satu 17 Tiyuh dan 8

Kecamatan yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang

memiliki penduduk dari berbagai etnis antara lain Jawa, Lampung

dan Batak. Tiyuh Candra Kencana secara administratif dibagi

menjadi enam suku dan 34 RT. Tiyuh Candra Kencana mempunyai

luas wilayah ±675 Ha, dengan batas wilayah sebelah utara Mulya

Kencana, sebelah selatan Mulya Asri/Mekar Asri, sebelah barat

Candra Mukti, dan sebelah timur Candra Jaya. Tiyuh Candra

Kencana terdiri dari daratan rendah dengan ketinggian 31m dari

permukaan laut.

b. Iklim

Iklim Tiyuh Candra Kencana mempunyai iklim yang sama seperi

desa yang lain di Indonesia, yaitu musim kemarau dan penghujan.

Curah hujan rata-rata 9.924 mm/tahun, jumlah hari dengan curah


63

hujan yang terbanyak yakni 112 hari dan suhu rata-rata 38ºC atau

23ºC.

c. Keadaan Sosial Desa

1. Jumlah Penduduk

Tiyuh Candra Kencana berdasarkan sensus penduduk tahun 2018

mempunyai jumlah 4.218 Jiwa. Jumlah laki-laki 2.225 Jiwa,

jumlah perempuan 1.993 Jiwa, jumlah kepala keluarga 1.312

KK, keadaan sosial dalam suku.

2. Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan penduduk masyarakat Tiyuh Candra Kencana

sebagai berikut :

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk Tiyuh Candra


Kencana Tahun 2018
No Tingkat pendidikan Jumlah
Penduduk
1 TK 157
2 SD 1822
3 SLTP 947
4 SLTA 301
5 Sarjana Muda 13
6 Sarjana 30
7 Belum Sekolah 160
8 Buta Huruf 52
Jumlah 3.482
Sumber : Data Monografi Tiyuh Candra Kencana 2018
64

d. Keadaan Ekonomi Tiyuh

1. Mata Pencaharian

Tiyuh Candra Kencana merupakan tiyuh yang sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, data mata

pencaharian penduduk Tiyuh Candra Kencana sebagai berikut :

Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk Tiyuh Candra Kencana


No Pekerjaan Jumlah
1 Petani Milik Tanah 789
2 Petani Penggarap Tanah 818
3 Buruh Tani 167
4 Pengrajin / Industri Kecil 18
5 Buruh Industri 15
6 Buruh Bangunan 78
7 Buruh Perkebunan 238
8 Pedagang 87
9 Pengangkutan 21
10 PNS 14
11 ABRI 2
12 Pensiunan (PNS/ABRI) 6
13 Peternak 4
Jumlah 2317
Sumber : Data Monografi Tiyuh Candra Kencana 2018

2. Pola Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah di Tiyuh Candra Kencana sebagian besar

diperuntukkan untuk tanah pertanian dan perkebunan, data

penggunaan tanah di Tiyuh Candra Kencana sebagai berikut :


65

Tabel 7. Pola Penggunaan Tanah Tiyuh Candra Kencana


No Jenis Tanah Jumlah
1 Tanah Sawah Irigasi 106 Ha
2 Tanah Sawah Rendengan / Tadah Hujan 23 Ha
3 Tanah Kering Perkarangan 75 Ha
4 Kebun / Tegalan 201 Ha
5 Tanah Lapangan 1,5 Ha
6 Tanah Kuburan 1 Ha
7 Tanah Kas Kampung 5 Ha
Jumlah 412,5 Ha
Sumber : Data Monografi Tiyuh Candra Kencana 2018

3. Pemilikan Ternak

Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Tiyuh Candra

Kencana sebagai berikut :

Tabel 8. Data Kepemilikan Ternak Tiyuh Candra Kencana


No Jenis Hewan Ternak Jumlah
1 Ayam 800 Ekor
2 Itik 105 Ekor
Jumlah 905 Ekor
Sumber : Data Monografi Tiyuh Candra Kencana 2018

4. Sarana dan Prasarana Tiyuh

Tiyuh Candra Kencana memiliki sarana dan prasarana sebagai

kebutuhan Tiyuh , sarana dan prasarana yan dimiliki oleh Tiyuh

Candra Kencana sebagai berikut :


66

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Tiyuh Candra Kencana


No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Jalan 12 km (12 ha)
2 Balai Tiyuh 1 unit
3 Kantor Tiyuh 1 unit
4 Jembatan 41 unit
5 TK 5 unit
6 SD 1 unit
7 SD Swasta Islam 1 unit
8 SLTP 1 unit
9 SMTP Swasta Islam 1 unit
10 Masjid 3 unit
11 Musholla 18 unit
12 Gereja 2 unit
13 Sanggar 6 unit
14 PUSKESMAS Pembantu 1 unit
15 Posyandu 1 unit
Sumber : Data Monografi Tiyuh Candra Kencana 2018

C. Sejarah Transmigrasi di Candra Kencana

Transmigrasi dari Pulau Jawa dipindahkan ke Provinsi Lampung pertama

kali pada tahun 1905, menurut catatan Museum Nasional Ketransmigrasian

sepanjang tahun 1905 sampai 1943 terdapat 51.000 kepala keluarga.

Keturunan transmigran tersebar ke sejumlah daerah di Lampung antara lain

Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Lampung Timur, Pesisir Barat,

Lampung Barat, Lampung Utara, Tulang Bawang dan Tulang Bawang

Barat.

Tahun 1973 transmigran dari Pulau Jawa ditempatkan di Desa Candra

Kencana Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dihuni keturunan generasi

kedua dan ketiga warga transmigran asal Jawa Tengah dan Yogyakarta tetap
67

melestarikan kesenian kerawitan Jawa. Keberagaman suku dan budaya di

Kabupaten Tulang Bawang Barat salah satu daerah tujuan transmigrasi

membuat Bupati Tulang Bawang Barat Umar Ahmad menggagas konsep

kota multikultural dengan meletakkan seni budaya sebagai dasar

pembangunan daerah.

Para transmigran menemui kenyataan bahwa transmigran datang dari

beberapa daerah, berlatar belakang suku yang beragam, dan harus

bertetangga dengan warga asli Lampung. Tahun ke tahun situasi dan fasilitas

yang dihadapi para transmigran menjadi jauh lebih baik, jalan mulai

dibangun.

Fasilitas transmigran untuk menunjang kegiatan pertanian juga disediakan

sarana irigasi dibangun tidak hanya itu saja poliklinik kesehatan dan sekolah

dasar untuk anak-anak dibangun. Sekolah dasar yang mengajarkan

berhitung, membaca dan menulis. Transmigran memberikan nama-nama

jalan di Tiyuh Candra Kencana dengan memberikan nama khas Jawa supaya

mereka tidak lupa dengan kampung halaman. (diakses melalui situs

www.ditjenpkp2trans.kemendesa.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2019

pukul 16.30 WIB)


110

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Daerah Kabupaten

Tulang Bawang Barat dalam mengatasi konflik sengketa tanah di Kabupaten

Tulang Bawang Barat sudah baik. Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan

pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat,

disebabkan oleh :

a. Wanprestasi, yaitu pihak masyarakat transmigrasi Candra Kencana

belum memenuhi kewajibannya untuk memberikan uang kompensasi

senilai Rp. 25.000.000 perhektar diluar biaya administrasi surat

menyurat.

b. Awal mula terjadinya konflik, yaitu masyarakat transmigrasi Candra

Kencana menempati tanah LSD Bandar Dewa yang seharusnya tidak

ditempati oleh masyarakat transmigrasi.


111

2. Akibat konflik sengketa tanah masyarakat tranmsigrasi Candra Kencana

dengan masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang

Barat, terdapat dampak yang ditimbulkan yaitu dampak positif. Dampak

positif yang terjadi yaitu semakin bertambahnya solidaritas, bertambah

kuatnya tali persaudaraan masyarakat dalam penyelesaian konflik.

Dampak yang lainnya adalah masyarakat menyadari pentingnya

mengeluarkan hak pendapat dalam proses penyelesaian konflik.

3. Resolusi Konflik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah khususnya

Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten

Tulang Bawang Barat untuk menyelesaikan konflik sengketa tanah

masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan masyarakat pribumi

Bandar Dewa yaitu melalui mediasi yang sudah maksimal.

Proses mediasi sebagai resolusi konflik yang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah ini membuahkan hasil. Pemerintah Daerah menjadi penengah

bersikap tegas, cepat dan serius dalam mengatasi permasalahan konflik

sengketa tanah yang terjadi.

Konflik sengketa tanah masyarakat transmigrasi Candra Kencana dengan

masyarakat pribumi Bandar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat

sudah mencapai kesepakatan, namun belum sepenuhnya selesai


112

dikarenakan masyarakat Candra Kencana belum semua membayar uang

kompensasi kepada pihak Bandar Dewa.

B. Saran

1. Pemerintah Daerah seharusnya mempunyai dokumentasi, administrasi

surat menyurat mengenai letak tanah yang diberikan kepada masyarakat

transmigrasi.

2. Pemerintah Daerah sebaiknya menyelesaikan konflik sengketa tanah

yang ada dengan cepat dan tanggap supaya tidak ada lagi konflik

sengketa tanah.

3. Pemerintah Tiyuh (Pemerintah Desa) atau masyarakat seharusnya lebih

memperhatikan letak tanah yang sesuai dengan administrasi surat

menyurat tanah agar masyarakat tidak salah menempati tanah yang

seharusnya ditempati.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.

Fisher, Simon. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan & Strategi Untuk Bertindak. The
British Council: Jakarta.

Gatara Said, dan Dzulkiah Said. 2011. Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika
Perkembangan Kajian. Pustaka Setia: Bandung.

Harris, Peter, dan Reilly Ben. 2000. Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah
Pilihan untuk Negosiator. International Institute Democracy and Electoral
Assistance: Jakarta.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sinar Baru: Bandung.

Kartiko, Widi, Restu. 2010. Asas Metodelogi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian). Graha Ilmu: Yogyakarta.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik (Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur). LKIS: Yogyakarta.

Pickering, Peg. 2000. How to Manage Conflict Kita Menangani Konflik. Edisi Ke-3.
Diterjemahkan oleh : Masri Maris. Erlangga: Jakarta.

Rahmadi, Takdir. 2010. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakar.


Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sumardjono, Maria, Ismail dkk. 2008. Mediasi Sengketa Tanah. PT Kompas Media
Nusantara: Jakarta.
Sumarto. 2012. Penanganan dan Penyelesaian Konflik Pertanahan dengan Prinsip Win-
win Solution oleh BPN RI.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. PT Grasindo: Jakarta.

Susan, Novri. 2009. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer.
Kencana: Jakarta.

Wahyu, Akdan. 2005. Menejemen Konflik Dalam Organisasi. Alfabeta: Bandung.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi Dan Penelitian. Salemba
Humanika: Bandung.

Dokumen

Keputusan Kepala BPN No. 01/Juknis/D.V/ Tahun 2007 Tentang Pemetaan Masalah dan
Akar Masalah Pertanahan.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial

Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Penelitian Terdahulu

Nuril Anwari. 2017. Penyelesaian Sengketa Tanah Dalam Rangka Pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera (JTTS) Di Dusun Cilamaya Kecamatan Bakauheni Kabupaten
Lampung Selatan. Skripsi Mahasiswa Universitas Lampung.
Jurnal

Tambunan, Abdul Aziz. 2017. Strategi Penanganan Sengketa Dan Konflik Pertanahan.
Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 3. Nomor 2.

Intan, Dimiyati Gedung. 2014. Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Prvoinsi Lampung.


Jurnal Keadilan. Vol. 2. Nomor 2.

Yunus, H. Mohd. 2013. Konflik Pertanahan dan Penyelesaiannya Menurut Adat di Provinsi
Riau. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 12, Nomor 1.

James D. Adam. 2008. Peranan Teori Konflik dalam Interaksi Bisnis. Jurnal Bisnis dan
Usahawan, Vol. 6, Nomor 2.

Mahfiana, layyin. 2013. Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah Di Kabupaten Ponorogo.
Jurnal Kodifikasia. Vol. 7. Nomor 1.

Fitriani, Riska. 2013. Penyelesaian Sengketa Lahan Hutan Melalui Proses Mediasi Di
Kabupaten Siak. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 3. Nomor 1

Website

www.kpa.or.id diakses pada tanggal 13 September 2018 pukul 11.00 WIB

www.nasional.kompas.com diakses pada tanggal 13 September 2018 pukul 11:10 WIB

www.news.metrotvnews.com diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 20.00 WIB

www.jejamo.com diakses pada tanggal 16 Februari 2018 pukul 13.00 WIB

www.berita24.id diakses pada tanggal 20 September 2018 pukul 14.30 WIB

www.ditjenpkp2trans.kemendesa.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2019 pukul 16.30

WIB

Anda mungkin juga menyukai