OLEH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari yang sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sekiranya bersifat membangun.
Riau,2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2
PENDAHULUAN
Masalah ekonomi adalah masalah mendasar yang terjadi disemua negara. Oleh karena
itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi ditiap negara, masing-masing negara menganut
sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan ideologi negara tersebut.
Pada makalah ini, penulis ingin menjelaskan perbandingan sistem perekonomian,
yaitu sistem ekonomi liberal dan sosialis
Sistem Ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai: keseluruhan cara untuk
mengordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan
sebagaiannya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi,
investasi, dan sebagaiannya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan
kekacauan dapat dihindari.
Menurut Ramlan Surbakti yang dimaksud dengan sistem ekonomi ialah seperangkat
mekanisme dan lembaga untuk membuat dan melaksanakan keputusan mengenai produksi,
pendapatan, dan konsumsi di dalam suatu wilayah tertentu. Dan lebih jauh Ramlan Surbakti
mengatakan sistem ekonomi terdiri atas sejumlah mekanisme, pengaturan organisasi, dan
peraturan untuk membuat dan melaksanakan keputusan tentang alokasi sumber-sumber yang
terbatas.
Dalam sistem ekonomi banyak para ahli yang mengklasifikasikan apa saja cara,
bentuk atau ideologi yang mempengaruhi sistem ekonomi. Misalnya menurut Theodore
Morgan membagi sistem ekonomi dalam 5 bagian yaitu mixed economy (perekonomian
campuran), facism (fasisme), communism (soviet rusia), british socialism (sosialisme
inggris), the middle way (jalan tengah). Lalu ada juga menurut J Ulmer yang membagikan
sistem ekonomi dalam 3 bagian yaitu Capitalism, Socialis, dan Comunism. Selanjutnya J. E.
Andriessen membagi dalam 2 bagian yaitu Perekonomian bebas dan Perekonomian
terpimpin. Selain dari 3 ahli tersebut masih banyak ahli lainnya yang yang
mengklarifikasikan sistem ekonomi sehingga akhirnya secara umum sistem-sistem ekonomi
yang terkenal adalah sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem
ekonomi campuran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai pandangan Adam Smith bahwa tiap pelaku ekonomi (baik konsumen maupun
produsen) haruslah diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan pribadinya masing-masing.
Konsumen diberi kebebasan memilih kombinasi konsumsi dari berbagai macam barang dan
jasa yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya sesuai selera dan kemampuan uang yang
dimilikinya. Begitu juga produsen diberi kebebasan memilih berbagai input dan teknologi
untuk digunakan dalam proses produksi menghasilkan berbagai jenis dan jasa yang paling
menguntungkan usahanya.
Salah satu asumsi paling penting dalam sistem ekonomi liberal yang dikembangkan
Adam Smith ialah bahwa setiap orang dibebaskan melakukan yang terbaik bagi dirinya
masing-masing. Walau kedua pihak (konsumen dan produsen) memiliki motivasi yang
bertolak belakang, tetapi kalau perekonomian dibiarkan bebas sesuai kekuatan mekanisme
pasar tanpa campur tangan dari pemerintah maka akan tercipta suatu keseimbangan atau
ekuilibrium. Dalam model pasar persaingan sempurna, pasar bersifat self-regulating dan self-
correcting karena ada tangan tak kentara yang selalu dapat mengarahkan perekonomian pada
keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh yang menguntungkan semua pihak dalam
masyarakat.
Salah satu asumsi paling penting dalam sistem ekonomi bebas yang dikembangkan
Adam Smith ialah bahwa setiap orang dibebaskan melakukan yang terbaik bagi dirinya
masing-masing. Jika diperhatikan, paham liberalisme ini
relative baru, sebab muncul pada abad pertengahan. Yang pasti, istilah kebebasan tidak ada
dalam kamus Plato.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, bagi Plato yang tidak percaya pada individu
dan demokrasi, adalah absurd untuk memberikan kebebasan pada individu-individu, sebab
orang-perorangan tidak tahu apa yang terbaik bagi dirinya sendiri, apalagi yang terbaik bagi
masyarakat dan negaa. Alih-alih memberikan kebebasan pada tiap orang untuk bertindak,
sebaliknya Plato justru menginginkan agar tiap orang mengikuti perintah dan mematuhi
semua yang telah digariskan oleh para pemimpin.
Dari uraian diatas, jelas bahwa bagi Plato tidak ada kebebasan bagi tiap orang untuk
bertindak sebab segala tindakannya harus diatur oleh Negara yang dipimpin oleh filsuf.
Pandangan Plato ini jelas sangat bertentangan dengan paham liberalismeyang dikembangkan
oleh kaum fisiokrat dan diadopsi oleh Adam Smith. Dalam paham liberalisme, orang-
perorangan harus memutuskan apa, kapan, di mana dan bagaimana suatu pekerjaan harus
dilakukan, bukan Negara. Menurut Smith, pemerintah yang intrusive dan confiscatory justru
tidak dibutuhkan.
Liberalisme adalah paham yang membela kebebasan, baik individual maupun
nasional, dengan seminimal mungkin campur tangan pemerintah. Paham yang dikembangkan
oleh kaum fisiokrat dengan istilah “laissez-faire laissez-passer” pada pertengahan abad ke-18
ini muncul sebagai reaksi terhadap kongkalingkong pengusaha dengan penguasa aristrokratis
masa merkantilisme, yang menganggap privilese sosial dan kekuasaan sebagai warisan.
Disatu sisi, Smith percaya bahwa semua actor penyelenggara Negara didorong oleh
motivasi yang mulia, yaitu ingin berbuat baik bagi Negara berdasarkan konsep benign and
wefare maxmising state. Tetapi ia lebih percaya bahwa campur tangan yang terlalu banyak
oleh pemerintah justru bias menyebabkan perekonomian mengalami distorsi yang ujung-
ujungnya hanya akan menimbulkan terjadinya inefiensi. Karena campur tangan pemerintah
lebih sering mengganggu jalannya perekonomian, ia pernah menulis bahwa secara pribadi ia
sangat tidak menyukai “orang-orang politik” yang disebutnya “insisious and crafty animals”.
Adam Smith tidak menyukai campur tangan pemerintah sebab campur tangan pemerintah
lebih sering dijadikan sebagai alat oleh kaum kaya untuk menekan kelompok masyarakat
miskin. Jalan keluar yang ditawarkan Smith adalah membentuk kelompok-kelompok
nonpolitik yang bisa mengorganisir sedemikian rupa sehingga indenpenden dari pembuatan
keputusan politik.
Menurut Smith, hukum dan kelompok-kelompok nonpolitik yang harus mendominasi
politik, dan bukan sebaliknya. Hukum-hukum ekonomi membatasi gerak orang-orang
pemerintah dan politisi. Pada akhirnya, hukum-hukum tersebut akan mengurangi orang-orang
pemerintah pada peran sebagai care-taker yang tugasnya tidak lain untuk melindungi
kepentingan individu-individu dalam masyarakat.
Dalam The wealth of nations, Adam Smith menegaskan bahwa tugas Negara tidak
lebih dari kegiatan untuk:
(1) melindungi masyarakat dari kekerasan dan serbuan Negara lain,
(2) melindungi setiap warga dari ketidakadilan dan pemaksaan/pemerasan yang
dilakukan warga lain, dan
(3) mengadakan serta mempertahankan prasarana public dan berbagai lembaga public
bukan hanya kepentingan orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu.
Model ekonomi pasar dilandaskan pada interaksi antara permintaan dan penawaran
secara sukarela. Jumlah actor (produsen dan konsumen) begitu banyaknya sehingga pangsa
pasar sekaligus kekuatan dari tiap actor sangat kecil. Melalui model yang dikembangkan
kaum klasik, pasar denga elegan berhasil mencampakkan kekuasaan
Pada pembahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa model ekonomi pasar
dilandaskan pada interaksi antara permintaan dan penawaran secara sukarela. Jumlah actor
(konsumen dan produsen) begitu banyaknya sehingga pangsa pasar sekaligus kekuatan dari
tiap actor sangat kecil. Melalui model yang dikembangkan kaum klasik, pasar dengan elegan
berhasil mencampakkan kekuatan dengan dua cara. Pertama, karena tiap actor ekonomi
menghadapi
lingkungan yang dicirikan oleh pilihan sukarela, dan karena sudut pandang actor banyak hal
sudah “given” atau terberi adanya (apakah itu harga-harga factor, teknologi, maupun
distribusi sumber daya dan kebutuhan), menyebabkan terlalu sedikit hal untuk diputuskan dan
sangat terbatas pula ruang untuk prilaku strategis. Kedua, tidak ada actor yang memiliki
kemampuan ekonomi (capital, labor, barang-barang) yang memadai untuk mempengaruhi
actor lainnya. Karena kedua hal tersebut, hamper tidak ada ruang untuk terbentuknya
kekuatan dalam model pasar persaingan sempurna Liberal Klasik.
Model pasar persaingan sempurna dilandaskan pada asumsi banyak pembeli, penjual,
maupun buruh. Dalam kondisi seperti ini koalisi di antara konsumen, penjual maupun buruh
mustahil, sebab market entry sangat mudah. Penyesuaian ekonomi bersifat instan dan terjadi
seketika. Kalau ada yang menetapkan laba atau sewa diatas rata-rata mereka akan cepat
tersingkir oleh kompetisi. Dalam situasi seperti ini, para actor ekonomi tidak memiliki
kekuatan unutk mempengaruhi parameter-parameter ekonomi keseluruhan (tingkat harga-
harga secara umum, atau permintaan agregat), atau mempengaruhi prilaku agen-agen atau
actor-aktor ekonomi lan. Teknologi, preferensi, output perusahaan lain, distribusi kekayaan,
semuanya sudah tertentu adanya (given). Dengan demikian yang tersisa bisa dilakukan
perusahaan hanya menyesuaikan output yang harus diproduksipada tingkat harga yang
ditentukan oleh pasar
Dari uraian-uraian diatas, jelas bahwa sistem ekonomi liberal percaya pada dan
pentingnya fenomena kolektif, tetapi menentang intervensi pemerintah dalam proses-proses
ekonomi (produksi dan distribusi). Walau menentang campur tangan pemerintah dalam
ekonomi, tetapi Smith menganggap pentingnya Negara bertanggung jawab terhadap
pertahanan, peradilan, pekerjaan umum dan institusi-institusi umum.
Ada lima institusi pokok yang membangun sitem ekonomi liberal/kapitalis, yakni :
a. Hak kepemilikan.
Sebagian besar hak kepemilikan dalam sistem ekonomi liberal kapitalis adalah hak
kepemilikan swasta/individu (private/individual property), sehingga individu dalam
masyarakat liberal kapitalis lebih terpacu untuk produktif.
b. Keuntungan.
Keuntungan (profit) selain memuaskan nafsu untuk menimbun kekayaan produktif,
juga merupakan bagian dari ekspresi diri, karena itu keuntungan dipercaya dapat memotivasi
manusia untuk bekerja keras dan produktif.
c. Konsumerisme.
Konsumerisme sering diidentikkan dengan hedonisme yaitu falsafah hidup yang
mengajarkan untuk mencapai kepuasan sebesar-besarnya selama hidup di dunia. Tetapi
dalam arti positif, konsumerisme adalah gaya hidup yang sangat menekankan pentingnya
kualitas barang dan jasa yang digunakan. Sebab tujuan akhir dari penggunaan barang dan jasa
adalah meningkatkan nilai kegunaan (utilitas) kehidupan. Sehingga masyarakat liberal
kapitalis terkenal sebagai penghasil barang dan jasa yang berkualitas.
d. Kompetisi.
Melalui kompetisi akan tersaring individu-individu atau perusahaan-perusahaan yang
mampu bekerja efisien. Efisiensi ini akan menguntungkan produsen maupun konsumen, atau
baik yang membutuhkan (demander) maupun yang menawarkan (supplier).
e. Harga.
Harga merupakan indikator kelangkaan, jika barang dan jasa semakin mahal berarti
barang dan jasa tersebut semakin langka. Bagi produsen, gejala naiknya harga merupakan
sinyal untuk menambah produksi agar keuntungan meningkat.
Dalam Sanusi, sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana
kekayaan yang produktif terutama yang dimiliki secara pribadi dan produksi terutama
dilakukan untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara pribadi yakni untuk memperoleh
suatu keuntungan/laba yang cukup besar dari hasil menggunakan kekayaan yang produktif.
Jelas sekali dan motif mencari keuntungan/ laba, bersama-sama dengan lembaga warisan
serta dipupuk oleh hukum perjanjian sebagai system kapitalisme yang besar.
Ada enam (6) hal yang dapat dilihat sebagai ciri dari sistem ekonomi kapitalis, yakni
sebagai berikut.
1. Hak milik pribadi
Dalam sistem ekonomi kapitalis alat-alat produksi atau sumber daya ekonomi, seperti
SDA, modal, dan tenaga kerja, dimiliki oleh individu dan lembaga-lembaga swasta.
2. Kebebasan berusaha dan kebebasan memilih
Dalam sistem ekonomi kapitalis, yang dimaksud dengan kebebasan beruasah adalah
kegiatan produksi dapat dengan bebas dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai inisiatif.
Sedangkan yang dimaksud dengan kebebasan memilih adalah sistem ekonomi kapitalis
adalah menyangkut kedaulatan konsumen dan kebebasan pengusaha untuk memperoleh
sumber daya ekonomi untuk memproduksi suatu produk yang dipilihnya sendiri untuk dijual
dengan tujuan mencari keuntungan yang maksimum. Kebebasan memilih juga mencakup
kebebasan pekerja untuk memilih setiap jenis pekerjaan yang dikehendakinya. Kebebasan
memilih juga termasuk dalam kebebasan membuat berbagai perjanjian.
3. Motif kepentingan sendiri
Kekuatan utama dari sistem ekonomi kapitalis adalah motivasi individu untuk
memenuhi kepentingan/keuntungaan diri sendiri.
4. Persaingan
Sistem persaingan bebas merupakan salah satu lembaga penting dari sistem ekonomi
kapitalis. Setiap individu atau pelaku ekonomi swasta, baik pembei maupun penguasha,
dengan motivasi mencari keuntungan yang maksimum bebas bersaing dipasar dengan
kekuatan masing-masing. Setiap pelaku ekonomi swasta bebas memasuki dan meninggalkan
pasar.
5. Harga di tentukan oleh mekanisme pasar
Segala keputusan yang diambil oleh pengusaha (penjual) dan kosumen (pembeli)
dilakukan melalui sistem pasar. Dalam perkataan lain, tingkat harga dan jumlah produksi
yang terjual ditentukan sepenuhnya oleh kekuataan permintaan dan penawaran.
6. Perana tebatas pemerintah
Dalam sistem ekonomi kapitalis, pemerintah masih mempunyai peran yang dapat
membatasi berbagai kebebasan individu, misalnya mengeluarkan peraturan-peraturan yang
melarang praktik-praktik monopoli yang sifatnya non-alamiah dan melindungi hak-hak
konsumen pekerja.
Negara-negara yang menganut sistem ini antar lain, USA, Argentina, Brazil, Perancis,
jerman, Yunani, Korea Selatan, Thailand, Australia, Afrika Selatan dan sebagainya.
2.Sistem Ekonomi Sosialis
b.Pengertian Sistem ekonomi Sosialis
Sosialisme dilihat sebagai suatu sistem ekonomi adalah sebuah sistem sosial yang
dilandaskan pada prinsip komune atau kebersamaan, dimana kepemilikan alat-alat produksi
dan distribusi adalah bersifat kolektif. Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah
kebersamaan, dan salah satu bentuknya yang paling ekstrem adalah komunisme, dimana
keputusan-keputuan ekonomi disusun, direncanakan, dan sekaligus dikontrol oleh Negara.
Banyak yang beranggapan bahwa sosialisme identic dengan ajaran Marx (Marxisme). Hal ini
keliru, sebab jauh sebelum Marx sudah ada pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan
tentang kebersamaan dan kolektivisme.
b) Asistem ini secara tidak langsung terikat oleh sistem sistem ekonomi dictator. Buruh
dijadikan budak masyarakat dan memaksanya bekerja seperti mesin.
c) Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara
pendidikan moral individu diabaikan. Akibatnya masyarakat akan terbagi beberapa kelompok
(buruh dan majikan). Seluruh kekuasaan akan berada ditangan buruh (proletariat) yang
kurang berpendidikan.
Negara yang menganut sistem ekonomi sosialis sudah tidak ada lagi. Uni Soviet
(sekarang Rusia) beserta negara-negara pengikutnya telah gagal dalam menjalankan prinsip
sosialisme sebagai cara hidupnya baik secara ekonomi, moral, maupun sosial dan politik. Hal
ini disebabkan oleh tidak adanya kemampuan pemerintah pusat untuk menangani seluruh
masalah yang muncul, baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah. Selain itu, pada
kenyataannya telah terjadi banyak penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah.
Telah banyak konsep, kelebihan dan kelemahan yang telah dipaparkan dan saya
mencapai sebuah pemahaman bahwa dari 2 sistem ekonomi yang paling umum dari berbagai
macam pendapat para ahli mengenai apa saja sistem-sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi
liberal, sistem ekonomi sosialis mempunyai suatu hubungan dalam mengartikan ketiganya,
yakni:
Pertama, sistem ekonomi liberal dengan tokoh paling terkenal Adam Smith ini yang
merupakan sistem dengan prinsip kebebasan dimana konsumen dan produsen memiliki
kebebasan dalam menentukan kepentingannya. Konsumen bebas menentukan
kepentingannya dengan memilih berbagai barang dan jasa yang tersedia agar dia puas sesuai
budget yang ia miliki dan produsen bebas menentukan ingin menentukan berapa harga yang
akan dia patok untuk produknya dan teknologi canggih, efisien dan efektif apa yang
digunakan untuk membuat produk tersebut atau sumber daya manusia apa saja yang akan
direkrut untuk bekerja di perusahaan. Berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yaitu
konsumen tidak memiliki kebebasan untuk konsumen maupun produsen. Semuanya memiliki
kesetaraan, sehingga konsumen tidak dapat menemukan produk yang berbeda dan perusahaan
sangat mengutamakan pekerja bukan teknologi. Sistem ekonomi campuran menengahi ini.