OLEH:
XXXXXXXXXXXXXXX
xxxxxxx
1
C. Latar Belakang Masalah Penelitian
budaya tinggi yang dilandasi oleh falsafah agama dan telah dikenal hingga ke
manca negara. Hingga saat ini, Bali masih menjadi tujuan wisata utama di
Bali bekerja pada sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena Bali merupakan
daerah agraris, sehingga sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting
bagi kehidupan masyarakat Bali. Selain sebagai daerah wisata dan pusat investasi,
Bali kini semakin berkembang. Salah satu simpul budaya yang menjadi daya tarik
budaya yang lain seperti desa pakraman, dadia, sekaa, dan desa dinas. Simpul-
simpul sosial budaya ini sangat penting bagi perkembangan solidaritas sosial dan
Organisasi lokal yang ada di Bali berkembang seiring budaya lokal yang
ada, yang semakin memberikan ciri khas dalam keberadaannya. Masyarakat Bali
khususnya memiliki suatu sistem yang terorganisir dalam suatu daerah yang
disebut dengan istilah Sekaa. Sistem sekaa merupakan ciri khas sistem kelompok
dalam satu desa yang ada di Bali. Seperti disebutkan oleh Sunaryasa (2009),
sekaa di Bali memiliki lima ciri meliputi (1) sekaa merupakan organisasi pada
demen (saling suka atau hobi) yang memiliki pengurus dan peraturan organisasi
(awig-awig) baik tertulis maupun tidak tertulis, (2) sekaa mempunyai suatu
pendanaan tersendiri maupun dari desa dimana sekaa itu berada, (3) sekaa
mempunyai otonomi, baik internal maupun eksternal, dan (5) sekaa mempunyai
2
Dilihat dari ciri organisasi lokal khususnya sekaa yang ada di Bali, maka
khususnya bagi mereka yang memiliki suatu hobi atau ketertarikan yang
membentuk suatu perkumpulan di desa. Hal ini juga yang membedakan sistem
dan musyawarah yang merupakan ciri yang kuat dari masyarakat Bali. Berpijak
dari kegotong royongan inilah kepentingan bersama dilandasi rasa paras paros
memiliki suatu nilai religius yang merupakan sisi menarik yang senantiasa ingin
kita ketahui. Sama halnya dengan organisasi sekaa di Bali, kepentingan bersama
dari sekaa dipadukan dengan nilai-nilai agama Hindu, yang menjadikan organisasi
sistem saling memiliki yang diterapkan pada organisasi sekaa, serta ditambah juga
dengan kearifan lokal konsep Tri Kaya Parisudha (tiga jenis tindakan suci
setiap kegiatan dalam sekaa, maka para anggota yang merupakan anggota sekaa
daerah. Hal ini dipandang dari filosofi Tri Kaya Parisudha yang diemban, yang
3
meliputi Kayika (berperilaku yang baik), Wacika (berkata yang baik) dan
Bertolak dari hal tersebut diatas, Desa Selat merupakan salah salah satu
desa yang ada di Kabupaten Karangasem , yang terdiri dari dua sistem
dari adat yang berbentuk desa pakraman. Warga masyarakat Desa Selat juga
memiliki suatu ketertarikan atau hobi yang berbeda yang senantiasa diwadahi
dalam satu wadah organisasi sekaa. Menurut data yang diperoleh dari Kelihan
Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat, Bapak I Gusti Rika Semara, keberadaan
sekaa di Desa Selat sudah merupakan warisan nenek moyang terdahulu dan
“Sekaa Genjek Dharma Shanti niki (ini) sudah ada sejak nenek moyang
terdahulu nggih (ya). Jadi awal mulanya nike (itu) dari hobi saja, begitu
dari cerita yang tyang (saya) dengar. Dari hobi dan ketertarikan dengan
kidung, kekawin, dharma gita dan megenjekan nike (itu) lalu dibentuk
sekaa niki (ini). Yen (kalau), megenjekan itu kan nyanyian orang-orang
saat melepas lelah saat kumpul-kumpul, kenten (begitu).”
Sekaa di Desa Selat ini begitu banyak, tetapi ada salah satu sekaa yang
memiliki keunikan tersendiri yakni Sekaa Shanti Genjek. Keunikan Sekaa Genjek
Dharma Shanti ini dapat dilihat pada beberapa ciri yang dimiliki yaitu: (1) adanya
dua hobi atau ketertarikan yang dipadukan dalam satu wadah organisasi yaitu
Dharma Shanti (Kekawin) dan Genjek (lagu khas Bali dengan instrumen
tersendiri), (2) dalam setiap kegiatannya Sekaa Genjek Dharma Shanti ini tidak
bentuk yadnya (tulus ikhlas), dan (3) Sekaa Genjek Dharma Shanti ini memiliki
peraturan akan adanya iuran dari krama sekaa, dan diakhir periode kepengurusan
akan diadakan paruman laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya seperti pada tabel
4
1.1 di bawah ini, adapun nama krama Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat,
Tabel 1.1 Krama Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat Periode 2019-2019
Shanti Desa Selat memerlukan berbagai jenis sumber daya kolektif sebagai
penunjang. Sumber daya tersebut berasal dari modal struktur sekaa maupun modal
halnya Sekaa Genjek Dharma Shanti yang ada di Desa Selat, sekaa umumnya
5
sumber daya tersebut karena sejalan dengan praktik akuntabilitas dan transparansi
yang merupakan kajian yang marak dibahas dewasa ini. Sistem pengelolaan
organisasi desa telah menjadi kajian penting dalam ranah ilmu akuntansi.
Pengelolaan dana desa lewat keberadaan peraturan desa yakni UU No.6 Tahun
2014 tentang Desa, juga menuntut pertanggungjawaban organisasi lokal yang ada
desa dalam membina organisasi lokal adat. Tentunya dalam pembinaan ini tidak
hanya dalam hal teoritis tetapi juga menyangkut teknis yang terkait dengan
desa dimana sekaa itu berada. Dengan sistem keuangan yang baik maka akan
Keunikan dalam Sekaa Genjek Dharma Shanti ini sangat dilandasi dari
latar belakang anggota sekaa yang rata-rata merupakan pegawai dan karyawan.
Sehingga timbul suatu niat bahwa melakukan pertanggungjawaban yang baik dan
benar merupakan hal yang wajar dan harus dilakukan demi menjaga kepercayaan
masyarakat desa. Selain itu, kepercayaan masyarakat Hindu akan adanya hukum
Karmaphala (hasil perbuatan) tidak lepas dari pemikiran masyarakat di Desa Selat
akan pentingnya melakukan suatu kebaikan demi phala (hasil) yang nanti akan
6
dipertanggungjawabkan disaat sudah meninggal. Inilah landasan kuat dari krama
menerangkan kinerja dan tindakan seorang/ pimpinan suatu inti organisasi kepada
yang disajikan andal, akurat dan dapat dipercaya oleh anggota sekaa lainnya.
Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat dipilih sebagai objek kajian
pada organisasi sekaa di desa ini. Pertama, adanya dua hobi atau ketertarikan
yang dipadukan dalam satu wadah organisasi yaitu Dharma Shanti (Kekawin) dan
Genjek (lagu khas Bali dengan instrumen tersendiri). Hal ini menambah keunikan
keberadaan organisasi lokal adat yang ada di Desa Selat. Secara umum sekaa yang
ada hanya terdiri atas satu kegiatan saja, tetapi berbeda dengan Sekaa Genjek
Dharma Shanti Desa Selat, selain ada kegiatan Dharma Shanti juga dipadukan
7
dengan keberadaan Genjek. Kedua, dalam setiap kegiatannya Sekaa Genjek
Dharma Shanti ini tidak pernah menetapkan besarnya jumlah bayaran yang harus
diterima atau dibayar, tetapi semua dikembalikan dalam bentuk yadnya (tulus
ikhlas). Hal ini tercermin saat Ngayah di pura ataupun di tempat acara
keagaamaan, sekaa ini menerima canang sari (hisan janur dan bunga, yang
ditambah beras) dan beberapa banten (sesajen). Ketiga, Sekaa Genjek Dharma
Shanti ini memiliki peraturan akan adanya iuran dari krama sekaa dan dari pihak
Selat ini dapat dilihat dari dua pengelolaan keuangan, yaitu keuangan internal
sekaa dan keuangan eksternal sekaa. Keuangan internal sekaa diperoleh dari iuran
krama sekaa, sedangkan dana eksternal berasal dari dana punia ataupun uang
bantuan dari pihak Desa Adat Selat. Laporan keuangan yang dibuat juga sangat
sederhana tetapi merincikan semua pengeluaran dan pemasukan yang ada di kas
sekaa, yang tentunya selalu dilaporkan kepada krama sekaa dan krama desa saat
paruman berlangsung. Selain itu, jika ada pengeluaran dari sekaa untuk
operasional sekaa, maka bukti belanja/ kuitansi juga menjadi alat kendali.
manipulasi itu bisa dilakukan, tetapi semua kembali ke hukum Karma Phala,
karena Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat ini sangat berpegangan teguh
8
Mengenai laporan keuangan yang dibuatpun sudah dapat dibilang bagus
dan terinci dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pembukuan yang dibuat oleh
sekaa, akan selalu dibuat secara periode sesuai laporan pertanggungjawaban dan
selalu diarsip untuk menjaga jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Disamping itu,
laporan keuangan yang dibuat jika ditinjau dari aspek akuntansi sudah bagus dan
sesuai, karena antara penerimaan dan pengeluaran disajikan secara terpisah. Ini
pada salah satu item laporan keuangan. Walapun masih terbilang sederhana, pihak
terkait dapat memahami secara jelas isi laporan yang disajikan oleh Sekaa Genjek
Genjek Dharma Shanti Desa Selat, seperti pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Laporan Keuangan Sekaa Genjek Dharma Shanti Karya Pura
Dalem Desa Adat Selat
sekaa pada Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat merupakan hal yang menarik
untuk diangkat dalam penelitian ini. Keunikan lain dari laporan keuangan yang
ada di organisasi Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat ini dapat dilihat dari
9
adanya laporan keuangan yang diitegrasikan antara laporan keuangan sekaa
shanti dan sekaa genjek jika kedua krama tersebut melakukan kegiatan secara
tidak bersamaan. Misalnya saja, saat adanya pementasan kesenian Karang Taruna,
Sekaa Genjek Dharma Shanti hanya menampilkan atraksi Genjek saja sehingga
diintegrasikan secara bersama dalam wadah Sekaa Shanti Genjek. Keunikan lain
yang semakin menambah nilai tersendiri dalam Sekaa Genjek Dharma Shanti
Desa Selat ini adalah adanya laporan pertanggungjawaban mingguan yang selalu
rumah kelihan sekaa atau terkadang di rumah salah satu krama/ anggota sekaa.
Laporan keuangan yang dibuat oleh Sekaa Genjek Dharma Shanti ini
pun sangat berbeda dengan sekaa lainnya, yang mana jika dibandingkan dengan
sekaa yang ada di Bali mereka pada umunya membuat laporan keuangan yang
disatukan dengan desa adat atau desa pakraman tempat sekaa itu berada. Berbeda
dengan Sekaa Shanti Genjek, membuat laporan keuangan sendiri tetapi tetap
mendapat pengawasan dari pihak desa. Laporan keuangannya pun sudah bisa
dikatakan layak dan mudah dipahami, karena akun-akun dalm ilmu akuntansi
sederhana.
pementasan kesenian Shanti Genjek, maka biasanya Sekaa Genjek Dharma Shanti
10
ini akan dibayar dengan upah rata-rata Rp 1.000.000. Pementasannya pun
tergantung dari panitia penyelenggara. Pernah Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa
Selat ini disewa untuk pentas di acara ulang tahun STT dan juga ulang tahun HUT
Kota Amlapura. Selain itu, yang paling membanggakan Sekaa Genjek Dharma
Shanti Desa Selat ini juga pernah sebagai Duta Kabupaten Karangasem dalam
Pesta Kesenian Bali tahun 2017. Sekaa pun dibayar dengan upah mencapai Rp
8.000.000.
laporan keuangan dari sekaa lain yang ada di lingkup Kabupaten Karangasem ,
snagat sederhana dan dibuat secara manual, seperti pada gambar 1.2 berikut ini.
11
Dari laporan keuangan yang ditampilkan pada gambar 1.1 di atas, dapat
pengeluaran tidak dipisah secara baik. Selin itu, berbeda dengan Sekaa Genjek
Dharma Shanti yang menyajikan laporan keuangan secara mendetail dan sesuai
banyak dilakukan oleh peneliti akuntansi, tetapi penelitian yang terkait dengan
sangatlah baik dan diikuti dengan keberadaan kearifan lokal Pada Gelahang.
Teruna Teruni (STT) sebagai organisasi sosial adat di Bali yang mengemukakan
bahwa praktik akuntabilitas pada STT berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana
Tuhan (akuntabilitas spiritual). Hal ini berarti akuntabilitas pada STT tidak hanya
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Lestari (2014) yang
12
dengan kepercayaan untuk menunjukan transparansi pengelolaan keuangan desa.
Penelitian lain dari Shanti Widyani (2015) yang bertujuan untuk mengungkap
menjungjung tinggi konsep dan nilai-nilai agama Hindu dan memupuk rasa saling
oleh beberapa peneliti. Temuan Ardika (2013) menunjukkan Sekaa Celek Desa
governance. Jinah (uang) satu rupiah adalah milik bersama, sehingga mengikat
Warniti (2014) menelaah kearifan lokal Desa Tunjuk Tabanan sebagai social
pengelolaan keuangan pada organisasi local adat Sekaa Genjek Dharma Shanti
keuangan pada organisasi lokal adat. Harapannya adalah agar dapat digali nilai
13
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka
keuangan pada organisasi Sekaa Genjek Dharma Shanti di Desa Selat, Kabupaten
Organisasi lokal yang ada di Bali berkembang seiring budaya lokal yang
ada, yang semakin memberikan ciri khas dalam keberadaannya. Masyarakat Bali
khususnya memiliki suatu sistem yang terorganisir dalam suatu daerah yang
disebut dengan istilah Sekaa. Sistem sekaa merupakan ciri khas sistem kelompok
dalam satu desa yang ada di Bali. Salah satu sekaa unik yang ada di Bali yaitu
Shanti Desa Selat memerlukan berbagai jenis sumber daya kolektif sebagai
penunjang. Sumber daya tersebut berasal dari modal struktur sekaa maupun modal
halnya Sekaa Genjek Dharma Shanti yang ada di Desa Selat, sekaa umumnya
sumber daya tersebut karena sejalan dengan praktik akuntabilitas dan transparansi
14
Sistem pengelolaan organisasi desa telah menjadi kajian penting dalam
ranah ilmu akuntansi. Pengelolaan dana desa lewat keberadaan peraturan desa
organisasi lokal yang ada di desa setempat seperti yang diamanatkan pada pasal
dalam pembinaan ini tidak hanya dalam hal teoritis tetapi juga menyangkut teknis
yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan organisasi lokal dan sistem
diantaraya:
penelitian ini adalah suatu organisasi lokal adat yang ada di Desa Selat,
yang mewadahi para krama desa dalam hal kegiatan Dharma Shanti dan
Genjek.
15
F. Rumusan Masalah Penelitian
Bali?
G. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah penelitian di atas maka
adat Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat, baik dalam hal
16
3. Untuk mengetahui implikasi yang diperoleh dari pengelolaan
yang terkait. Adapun manfaat yang diberikan dari adanya penelitian ini, baik
1. Manfaat Teoritis
keyakinan diri untuk berubah ke hal yang lebih baik khsusnya dalam
pengelolaan keuangan.
2. Manfaat Praktis
17
I. Kajian Pustaka
penelitian selanjutnya. Berkenaan dengan itu ada beberapa pokok pikiran yang
keuangan tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan pada penyusunan
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
18
keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelapor atas sumber daya
daya ekonomi,
anggarannya,
untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospek, yang
yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan
dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait.
19
1. indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan.
Melihat beberapa definisi dan arti penting dari laporan keuangan, maka
bahwa dana operasional subak berasal dari dana internyaitu kas subak itu sendiri
dan dana ekstern yaitu daa yang diperleh dari pemerintah. Tentunya hal tersebut
menuntut agar organisasi yang mendapatkan dana dari pihak pemerintah harus
transparansi.
some agreed purpose) melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab (Through the
2. Kerja sama
3. Tujuan bersama
20
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab personil
sebuah integrasi anggota angota spesial yang sangat rasional dan impersonal (adil)
yang bekerja sama (kooperasi) untuk mencapai tujuan tujuan spesifik yang telah
adalah entitas sosial yang terkoordinasi secara sadar dengan batas batas yang
dapat diidentifikasi yang berfungsi untuk mencapai tujuan tujuan yang relatif
menekankan terhadap entitas sosial yang terkoordinasi. Selain itu, tujuan dari
organisasi itu mencapai tujuan yang disuarakan atau diserukan maka kerja
dalam suatu desa atau wilayah untuk mewadahi bakat, minat dan potensi warga
Organisasi ini dapat berupa organisasi paguyuban, organisasi yang memilki hobi
tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua anggota dan
21
pengurus organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh keluar dari
rambu-rambu utama tugas dan fungsi yang ada serta kearifan lokal yang
berkembang.
persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi
individu melakukan tindakan dalam artian menetapkan pilihan atau cara dari
sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan yang hendak
apa yang sudah dicapai oleh tokoh utamanya yaitu Weber. Malahan teori ini
teori aksi dikemukakan oleh Himkle dengan menunjuk karya Mac Iver, Znaniecki
22
3. dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode
experience).
voluntarisme Parsons. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif
dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative
yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya
membatasi kebebasan aktor, tetapi di sebelah itu aktor adalah manusia yang aktif,
23
c) aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuan,
e) aktor berada di bawah kendali dari nilai, norma, dan berbagai ide-
pengelola kegiatan baik dari unsur perangkat sampai dengan anggota, sehingga
hasil dari sebuah rentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu
norma sebagai salah satu bagian terpenting dari kehidupan sosial sebab dengan
24
penegakan norma seseorang dapat merasa tenang dan terbebas dari segala tuduhan
Nilai memiliki sifat isi dan intensitas. Sifat isi menyampaikan bahwa cara
pelaksanaan atau keadaan akhir dari kehidupan adalah penting. Sifat intensitas
system) orang tersebut. setiap dari kita memiliki hierarki nilai yang membentuk
sistem nilai kita. Sistem ini didefinisikan oleh kepentingan relatif yang kita
(dalam Mulyana, 2004:9) nilai terjadi pada wilayah psikologi yang disebut
dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan.
konsepsi (tersirat atau tersurat yang sifatnya membedakan ciri-ciri individu atau
kelompok) dari apa yang diinginkan yang mempengaruhi pilihan terhadap cara,
tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Sementara itu, Mulyana (2004: 11)
cara, tujuan, sifat dan ciri-ciri nilai tidak diungkapkan secara eksplisit. Pengertian
tersebut dimaksudkan sebagai takaran manusia sebagai pribadi yang utuh atau
nilai yang berkaitan dengan konsep benar dan salah yang dianut oleh golongan
25
Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia.
memiliki sikap dan perilaku sebagai layaknya manusia. Sebaliknya dia tidak
Dalam teori nilai yang digagasnya, Spranger (dalam Mulyana, 2004: 32)
menjelaskan ada enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh manusia
menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi seseorang. Ke-enam nilai tersebut
1. Nilai Teoretik, yang mana nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan
karena itu nilai erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan
Komunitas manusia yang tertarik pada nilai ini adalah para filosof dan
ilmuwan.
2. Nilai Ekonomis, yang mana nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai
suatu barang atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih mengutamakan
26
manusia seringkali terjadi konflik antara kebutuhan nilai ekonomis ini
dengan nilai lainnya. Kelompok manusia yang tertarik nilai ini adalah
3. Nilai Estetik, yang mana nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada
bentuk dan keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari subyek yang
berbeda dengan nilai teoretik. Nilai estetik lebih mengandalkan pada hasil
4. Nilai Sosial, yang mana nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di
antara manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang
nilai sosial. Nilai sosial ini banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang
5. Nilai Politik, yang mana nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan.
Karena itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang
kelemahan adalah bukti dari seseorang kurang tertarik pada nilai ini.
27
Dilihat dari kadar kepemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan
6. Nilai Agama, yang mana secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan
tertinggi yang datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai
melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai.
28
(2015) Keuangan di Subak keuangan, seluruh krama subak menjungjung
Abangan Dalam tinggi konsep dan nilai-nilai agama Hindu dan
Mewujudkan memupuk rasa saling percaya dengan sesama
Pembangunan krama subak.
Berkelanjutan di Desa
Pakraman Kubu
Karangasem Bali
4 Ardika Praktik Pengelolaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sekaa
(2013) Arisan Banjar Sekaa memiliki keunikan tersendiri dalam tata
Celek Desa Rendang, kelolanya. Sistem bagi hasil terlaksana dengan
Karangasem Bali baik dengan mengutamakan prinsip good
governance. Jinah (uang) satu rupiah adalah
milik bersama, sehingga mengikat perilaku
mereka untuk saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi.
5 Warniti Peran Kearifan lokal Hasil penelitian menunjukan bahwa kearifan
(2014) Desa Tunjuk Tabanan lokal yang ada sebagai social safety nets bagi
Dalam Pengelolan masyarakat pedesaan untuk meningkatkan
Keuangan Dana Desa sistem ketahanan pangan masyarakat desa
Tahun 2014 dengan nilai gotong-royong dan mengutamakan
tujuan kemakmuran bersama melalui
peningkatan good governance.
6 Darmada Pada Gelahang Dalam penelitiannya yang bertujuan untuk
(2015). Sebagai Kearifna mengetahui pemahaman akuntabilitas sebuah
Lokal Dalam organisasi Subak Multikultur di Desa
Pengelolaan Penarukan menunjukan bahwa akuntabilitas
Keuangan Subak yang ada di organisasi subak multikultur
Multikultur Di Desa sangatlah baik dan diikuti dengan keberadaan
Penarukan kearifan lokal Pada Gelahang
7 Viona Penerapan Sosial Hasil penelitian menunjukan lewat kearifan
(2015) Culture “Gedong gedong telu, keberadaan organisasi semakin
Telu” Dalam bagus dikarenakan kearifan lokal tersebut
Organisasi Paguyuban mampu menjaga eksistensi dan transparansi
Si Pitung Desa bagi para anggota
Tegalrejo
(Sumber: Analisis Sumber, 2019)
J. Metode Penelitian
kualitatif atau yang sering disebut juga dengan nama metode interaksionis
29
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan
pengetahuan (Moleong dalam Ikbar, 2012:146). Sejalan dengan itu, maka sasaran
terhadap fenomena sosial dari perspektif para partisipan atau menurut perspektif
emik. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar yang berlaku pada paradigma
pemahaman dari sudut pandang informan atas apa yang mereka lakukan menjadi
sangat mutlak adanya. Mereka adalah pelaku sehingga merekalah yang paling
paham atas apa yang mereka lakukan. Pemahaman luar hanya bersifat melengkapi
(Spradley dan Corbin dalam Atmadja, 2013). Pemaknaan sesuatu sangat berkaitan
resep bertindak, melainkan juga pemberi makna terhadap pelaku. Karena itulah,
epistemology yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari sudut pandang dalam
memahami fenomena yang terjadi pada bidang akuntansi. Sebagai sebuah sistem
memahami perilaku manusia yang dibentuk oleh akuntansi sebagai fakta sosial,
penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan sosial atau fakta sosial yang terjadi
30
pada organisasi lokal Sekaa Genjek Dharma Shanti Desa Selat, dalam konteks
(krama), perangkat sekaa dan juga transformasi sosial yang diperlukan dalam
Penelitian ini akan lebih banyak mengungkapkan perspektif emik informan atas
seberapa besar pengaruh dan pemahaman informan dalam Sekaa Genjek Dharma
Shanti terhadap sistem pengelolaan keuanganyang ada. Hal ini menjadikan data
utama yang diolah dalam penelitian ini yang merupakan hasil wawancara dengan
31
Genjek Dharma Shanti tersebut beranggotakan krama desa. Hal ini menambah
keunikan data yang diperoleh, yang dikaitkan dengan keberadaan kearifan lokal
ini dapat dimanfaatkan pada organisasi yang memiliki bentuk serta karakteristik
yang sama.
ada, dan keterkaitan fungsional mereka terhadap struktur organisasi, kepala desa
dan dusun, Pengurus, Mantan Pengurus dan elemen terkait lainnya. Banyaknya
informan, memang tidak ditentukan secara pasti dari awal, melainkan bergantung
informan lainnya (Atmadja, 2015). Tujuannya untuk menentukan siapa yang bisa
yang terkait. Mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem
32
pengelolaan keuangan organisasi lokal adat, maka ditunjuk pula Kepala Desa dan
Dusun yang dikaji pada penelitian ini. Begitu pula Sekaa Genjek Dharma Shanti
saja bertumpu pada apa yang diucapkan informan, tetapi disertai pula
33
a. Kepala Desa Adat Selat, tujuannya untuk menggali informasi terkait
dimaksud di desa.
sebelumnya,diantaranya:
Desa Selat?” akan digali lewat informan Kelihan Adat Desa Selat,
34
c. Rumusan tentang “bagaimana implikasi yang diperoleh terkait
2. Teknik Observasi
saat Sekaa Genjek Dharma Shanti pentas (ngayah) di pura Dalem Desa
Selat.
sebelumnya,diantaranya:
35
a. Rumusan tentang “bagaimana sistem pengelolaan keuangan Sekaa
bukti pengeluaran.
pertanggungjawaban di desa.
3. Studi Dokumen
Dokumen yang dikaji antara lain, laporan keuangan, hasil rapat, awig-
awig Sekaa Shanti Genjek, dan dokumen lain yang terkait dengan
diandalkan.
36
Dalam teknik wawancara ini akan dilakukan untuk mengetahui
sebelumnya,diantaranya:
Desa Selat?” akan digali lewat dokumen nota penerimaan kas atau
dokumentasi hasil rapat sekaa, dan hasil notulen rapat sebagai bahan
evaluasi.
yang telah disusun. Reduksi pada hasil wawancara ini dilakukan dengan
37
menghilangkan jawaban-jawaban informan yang keluar dari konteks pertanyaan
pedoman wawancara.
Maka dari itu, proses reduksi berkaitan dengan pemilahan data yang
reduksi akan dibuat suatu narasi awal yang bersifat tentatif. Hal ini penting
maupun pemaknaan yang sudah ada. Kesemuannya itu tidak dapat dilepas dari
bangunan landasan teori yang sudah dibuat. Landasan teori memberikan arah
tentang data apa yang dikumpulkan dan bagaimana membangunnya dalam bentuk
narasi.
dalam proses reduksi. Hal ini penting dilakukan untuk menambah validitas data
lebih terjamin keabsahannya. Data yang didapat dari hasil wawancara dan
sehingga data yang didapat lebih banyak dan keabsahannya lebih kuat.
kesatuan bentuk, keteraturan, pola yang jelas, pemaknaan, dan alur sebab akibat
dengan kaidah bahasa yang bagus. Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi
38
Suatu penyajian data, memerlukan tahapan, yang dimulai dengan
penulisan hasil penelitian yang tentatif. Hal inilah disempurnakan secara terus-
menerus, lewat pengumpulan data dan reduksi data, lalu dilanjutkan dengan
berulang-ulang untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang lengkap dan data
yanga sah.
proposisi yang telah dibuat sebelumnya. Proposisi ini diuji untuk mengetahui
penelitian. Selain itu juga, kegiatan pengumpulan data, reduksi dan penarikan
sampai mendapatkan hasil penelitian akhir yang berisfat holistik dan sarat makna
2006:65). Adapun, gambaran proses penelitian seperti bagan 1.1 berikut ini.
REDUKSI DATA:
Menghilangkan hasil wawancara yg keluar
konteks
Mengolah dokumen & Meningkatkan validitas
data
39
Bagan 1.1 Alur Metode Penelitian
(Sumber: Penulis, 2019)
Kepastian (Confirmability).
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Peneliti
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata
Langkah yang digunakan dalam teknik triangulasi data ini adalah dengan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dengan
dengan data hasil wawnacara, membandingkan apa yang dikatakan orang secara
40
umum dengan apa yang dikatakan oleh orang pribadi, membandingkan apa yang
berbagai pendapat atau pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berada, orang
yang terkait.
41
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, M. Dahlan, Asdar Muis RMS, dan Joko Susilo. 2007. Inco Mengalir di
Tengah Gejolak Pertambangan. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra.
Ardika. 2013. “Praktik Pengelolaan Arisan Banjar Sekaa Celek Desa Rendang,
Karangasem Bali. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Akuntansi
S1, Undiksha
Atmadja, Anantawikrama Tungga. 2013. “Penyertaan Modal Sosial Dalam
Struktur Pengendalian Intern LPD (Studi Kasus Lima LPD di Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali)”.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika, Undiksha, Vol. 5, No. 1, hlm. 10-13
42
Lestari, Ayu Komang Dewi. 2014. “Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan
Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif pada
Organisasi Publik Non Pemerintahan)”.Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: Jurusan Akuntansi Program S1,Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
Mardismo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI
Miles, M.B dan A.M. Hubermen. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru (Tjetjep Rohendi Rohidi Penerjemah).
Jakarta: UI Press
43
Warniti. 2014.” Peran Kearifan lokal Desa Tunjuk Tabanan Dalam Pengelolan
Keuangan Dana Desa Tahun 2014”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja:
Jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha
Wiana, I Ketut. 2010. Tri Hita Karana Dalam Hindu. Surabaya: Paramitha
Widyani, Shanti. 2015. “Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan di Subak Abangan
Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Desa Pakraman Kubu
Karangasem Bali. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Akuntansi
S1, Undiksha
Yulianita, Dewi Ni Wayan. 2008. “Akuntabilitas dan Bingkai Filososfis Tri Hita
Karana: Suatau Eksplorasi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa
Pakraman Dharmajati, Tukadmungga Kabupaten Buleleng, Provinsi
Bali”.Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Brawijaya Malang.
Yunita. 2015. “Sisi Remang Pengelolaan Keuangan Organisasi Mahasiswa”.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Multiparadigma, Universitas Bwarijaya, Vo.6,
No.1, hal: 1-174
44