Anda di halaman 1dari 6

Widyanuklida Vol. 5 No.

2, Desember 2004:10-15

KESELAMATAN DAN KEAMANAN DALAM


PEMANFAATAN ZAT RADIOAKTIF NON BAHAN NUKLIR

B.Y. Eko Budi Jumpeno


BHOP-BATAN

ABSTRAK
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PEMANFAATAN ZAT RADIOAKTIF NON
BAHAN NUKLIR. Prosedur keselamatan yang memadai telah diaplikasikan dalam
pemanfaatan zat radioaktif baik bahan nuklir maupun non bahan nuklir. Namun
meningkatnya ancaman terorisme global dan pencurian zat radioaktif yang mungkin akan
digunakan untuk tujuan yang dapat mengganggu ketenangan, keselamatan dan keamanan
masyarakat mendorong Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy
Agency-IAEA) menyelenggarakan International Conference on the Safety of Radioactive
Sources and the Security of Radioactive Material di Dijon, Perancis pada bulan September
1998. Sistem keamanan zat radioaktif non bahan nuklir relatif kurang ketat dibandingkan
dengan sistem keamanan yang diterapkan di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir, reaktor
riset, pusat riset bahan nuklir, pabrik pengkayaan bahan nuklir dan pusat senjata nuklir.
Kekhawatiran akan terjadinya pencurian zat radioaktif non bahan nuklir yang mungkin akan
disalahgunakan untuk menciptakan kepanikan dan ketakutan di kalangan masyarakat seperti
dalam bentuk ledakan 'dirty bomb' menjadikan rencana program Badan Tenaga Atom
International mengenai isu keselamatan sumber radiasi dan keamanan zat radioaktif non
bahan nuklir sangat mendesak untuk direalisasikan oleh fasilitas yang memanfaatkan zat
radioaktif non bahan nuklir dan oleh Badan Pengawas.

ABSTRACT
SAFETY AND SECURITY ON UTILIZING RADIOACTIVE MATERIAL NON
NUCLEAR FUEL. Sufficient safety procedures have been applied on utilizing radioactive
material. However, the increasing of global terrorism threats and radioactive material thefth
which might create instability on safety and security of the society encourages the
International Atomic Energy Agency (IAEA) conducting the International Conference on the
Safety of Radioactive Sources and the Security of Radioactive Material in Dijon, France in
September 1998. Security system on utilizing of radioactive material non nuclear fuel is
relatively less tight compared with it applied in nuclear power plant facility, research reactor,
nuclear fuel research centre, nuclear fuel enrichment plant and nuclear weapon facility.
Worrying condition caused by theft of radioactive material non nuclear fuel that it will be
used to make panicky and fearful situation in the society like dirty bomb, makes action plan
of International Atomic Energy Agency about safety of radiation sources and security of
radioactive material non nuclear fuel urgent to be realized by facility and regulatory body.

Kata kunci : Keselamatan dan Keamanan Radioaktif

PENDAHULUAN radioaktif atau disingkat ZRA didefinisikan


Zat radioaktif sudah banyak dikenal dan sebagai setiap zat yang memancarkan
dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih
manusia, misalnya bidang kesehatan, bidang besar dari pada 70 kBqlkg atau 2
industri dan teknik serta bidang penelitian dan nCi/gram (Bq singkatan dari becquerel dan
pelatihan. Menurut Undang-undang Nomor Ci singkatan dari Curie adalah satuan
10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukl iran, zat aktivitas/kekuatan suatu sumber radiasi).
10
B.Y. Eko Budi Jumpeno, Keselamatan dan Keamanan Pemanfaatan Zat Radioaktif ...

Radiasi pengion ialah radiasi dalam bentuk intemasional yang disponsori oleh IAEA,
gelombang elektromagnetik (seperti European Commission, World Customs
gelombang cahaya) atau partikel bennuatan Organization dan International Criminal
yang karena energi yang dimilikinya mampu Police Organization, Dr. Dan J. Beninson
mengionisasi media yang dilaluinya. ZRA selaku Ketua Panitia Program Konferensi
pada dasarnya dibedakan menjadi 2 jenis menyampaikan keputusan konferensi yang
yaitu ZRA bahan nuklir dan ZRA non bahan meliputi beberapa hal yang berkaitan
nuklir. ZRA bahan nuklir adalah bahan yang dengan keamanan pemanfaatan ZRA.
dapat menghasilkan reaksi Keamanan pemanfaatan ZRA berkaitan
pembelahan
berantai (reaksi fisi) atau bahan yang dapat dengan upaya pencegahan terhadap
diubah menjadi bahan yang kepemilikan ZRA yang tidak sah dengan
dapat
menghasilkan reaksi pembelahan berantai. memastikan bahwa ZRA selalu dalam
Reaksi ini terjadi dalam reaktor nuklir pengendalian dan pemindahannya dari satu
lokasi ke lokasi lain memenuhi ketentuan
(reaksinya terkendali) atau pada ledakan suatu
born nuklir (reaksi berantai tak terkendali).yang berlaku.
Sedangkan ZRA non bahan nuklir tidak dapat Sistem keamanan yang sangat ketat
menghasiIkan reaksi pembelahan sebenamya sudah diterapkan di fasilitas
berantai,
hanya dapat memancarkan radiasi pengion pusat listrik tenaga nuklir (PL TN), reaktor
saja. riset, pusat riset bahan nuklir atau pabrik
ZRA baik bahan nuklir maupun non pengkayaan bahan bakar nuklir serta pusat
bahan nuklir memiliki risiko menimbulkan senjata nuklir. Oengan demikian sangat
efek pada tubuh manusia akibat radiasi sulit bagi orang-orang yang tidak
pengion yang dipancarkannya. Efek radiasi bertanggungjawab untuk dapat memperoleh
tersebut dapat bersifat ekstema (efek pada bahan nuklir secara tidak sah. Di samping
bagian luar tubuh) atau bersifat intema (efekitu keberadaan bahan nuklir di suatu
pada bagian dalam tubuh). Oleh karena itu fasilitas nuklir selalu diawasi oleh IAEA
prosedur keselamatan yang memadai hams melalui kegiatan inspeksi safeguards.
diterapkan dalam pemanfaatannya. Namun tidak demikian dengan ZRA non
Hal ini
sudah dilaksanakan oleh fasilitas bahan nuklir, IAEA melakukan pengawasan
yang
memanfaatkan ZRA terse but, walaupun melalui badan pengawas sebagai regulatory
pelaksanaan sistem keselamatan ini belum body. Di Indonesia hal 101 adalah
dikatakan sempuma. Jadi tanggungjawab Badan Pengawas Tenaga
keselamatan
pemanfaatan ZRA berkaitan dengan usaha Nuklir (Bapeten). Sistem keamanan yang
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya diberlakukan untuk ZRA non bahan nuklir
efek radiasi pada manusia akibat paparan belum seketat pengamanan ZRA bahan
radiasi berlebih. nuklir. Salah satu akibat dari tingkat
Meningkatnya ancaman keamanan yang rendah ini adalah terjadinya
terorisme
global dan bahaya pencurian ZRA yang kehilangan (pencurian) 24 buah ZRA
mungkin akan digunakan untuk maksud- Cobalt-60 dan I buah Am-24 I di salah .~atu
maksud yang dapat mengganggu ketenangan, fasilitas yang memanfaatkan ZRA.
keselamatan dan keamanan masyarakat umum Kekhawatiran akan terjadinya
(penyalahgunaan ZRA) mendorong Badan pencurian ZRA yang akan digunakan untuk
Tenaga Atom Intemasional maksud teror (terorisme global) seperti
(JAEA=
International Atomic Energy Agency) dalam bentuk dirty bomb menjadikan
menyelenggarakan International Conference rencana program IAEA dalam isu
on the Safety of Radiation Sources and the keselamatan sumber radiasi dan keamanan
Security of Radioactive Material di Dijon, bahan radioaktif (non bahan nuklir) sangat
Perancis pada tanggal 14 sampai dengan 18 mendesak untuk direalisasikan oleh fasilitas
September 1998. Pada konferensi
II
Widyanukl ida ver.s No.2, Desember 2004: 10-15

nuklir yang memanfaatkan ZRA non bahan terjadi dapat ditekan serendah mungkin (as
nuklir dan juga Badan Pengawas . low as reasonably achievable - ALARA)
Tulisan ini akan membahas masalah dengan memperhatikan faktor ekonomi dan
keselamatan • dan keamanan dalam sosial. Ketiga prinsip dasar keselamatan
pemanfaatan ZRA non bahan nuklir dan radiasi ini sudah dikenal luas di kalangan
bagaimana ZRA tersebut digunakan oleh praktisi proteksi radiasi dan diterapkan
orang yang tidak bertanggung jawab untuk secara luas pada fasilitas yang
menimbulkan ketakukan dan kepanikan di memanfaatkan ZRA. Namun demikian,
masyarakat. Di samping itu akan diuraikan pelaksanaan di lapangan sangat dipengaruhi
juga bagaimana agar kejadian yang tidak oleh sikap dan perilaku para pihak terkait.
diinginkan berkaitan dengan masalah Oleh karena· itu kesadaran akan budaya
keselamatan dan keamananan pemanfaatan keselamatan kerja di setiap fasilitas yang
ZRA dapat dicegah. memanfaatkan ZRA menjadi faktor yang
sangat mempengaruhi mutu pelaksanaan 3
KESELAMATAN DALAM prinsip keselamatan radiasi terse but.
PEMANFAATAN ZAT RADIOAKTIF Apabila pemahaman dan pelaksanaan
Keselamatan pemanfaatan ZRA atau konsep keselamatan radiasi dan budaya
keselamatan radiasi dimaksudkan sebagai keselamatan kerja sudah mendarah daging
upaya untuk melindungi seseorang atau pada diri personel mulai dari tingkat
keturunannya dan masyarakat secara pimpinan hingga pelaksana yang paling
keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya bawah, niscaya keselamatan pemanfatan
efek radiasi pengion yang dipancarkan oleh ZRA sebagaimana yang telah menjadi
ZRA tersebut. Upaya ini dilakukan dengan keharusan akan terwujud.
cara menciptakan suatu kondisi sedemikian Mengikuti prosedur operasi sesuai
rupa sehingga dosis radiasi pengion yang standar yang sudah ditetapkan dan
diterima oleh seseorang atau sekelompok pengungkungan ZRA akan menjamin
orang tidak melampaui nilai batas yang sudah terciptanya keselamatan para pekerja dan
ditentukan. Terminologi dosis radiasi masyarakat umum karena dosis radiasi yang
menyatakan kualitas dan kuantitas paparan diterima relatif rendah.
radiasi pengion yang dipancarkan oleh ZRA
(dan sumber radiasi lainnya, seperti pesawat KEAMANAN DALAM
sinar-X). PEMANFAATAN ZAT RADIOAKTIF
Pada pemanfaatan ZRA dikenal konsep Pad a tanggal 12 Oktober 2002 terjadi
keselamatan radiasi atau azas proteksi radiasi peristiwa yang akan selalu diingat oleh
yang meliputi 3 (tiga) prinsip dasar setiap orang di Pulau Dewata yaitu ledakan
keselamatan radiasi yaitu justifikasi, Iimitasi born yang sangat dahsyat di sebuah klub
dan optimisasi. Justifikasi mengandung malam di Pantai Kuta. Tindakan yang tidak
pengertian bahwa setiap pemanfaatan ZRA berperikemanusiaan ini dilakukan oleh
harus memiliki manfaat yang lebih besar jaringan teroris yang ingin membuat
dibandingkan dengan risiko yang mungkin suasana di negara Indonesia khususnya di
akan ditimbulkan. Limitasi memiliki makna Pulau Bali menjadi tidak aman dan penuh
bahwa penerimaan dosis radiasi terhadap ketakutanlkekhawatiran. Tragedi yang
pekerja atau masyarakat umum tidak boleh sangat memilukan ini tentu akan semakin
melebihi nilai batas dosis yang sudah dramatis apabila dalam ledakan itu juga
ditetapkan. Sedangkan optimisasi memiliki disebarkan ZRA yang menyebabkan
arti bahwa kegiatan pemanfaatan ZRA harus timbulnya kontaminasi dan paparan radiasi
direncanakan sebaik-baiknya, sumber radiasi di area sekitar ledakan.
(ZRA) harus dirancang dan dioperasikan Penyalahgunaan ZRA untuk
untuk menjamin agar paparan radiasi yang menimbulkan rasa takut dan panik di

12
B.Y. Eko Budi Jumpeno, Keselamatan dan Keamanan Pemanfaatan Zat Radioaktif ...

masyarakat melalui born yang diledakkan stres dan ketakutan yang dapat mendorong
inilah yang sekarang menjadi perhatian para munculnya serangan jantung.
petugas keamanan dan para ahli keselamatan Salah satu persyaratan untuk
radiasi. Bahkan IAEA sendiri sebagaimana mendapatkan izin pemanfaatan ZRA
sudah diuraikan di awal tulisan ini menyusun sebagaimana diatur dalam Peraturan
rencana aksi bersama negara-negara yang Pemerintah No. 64/2000 tentang Perizinan
memiliki atau memanfaatkan ZRA untuk Pemanfaatan Tenaga Nuklir Pasal 3 butir b
membenahi sistem keamanan ZRA non adalah mempunyai fasilitas yang memenuhi
bahan nuklir dalam rangka mengantisipasi persyaratan keselamatan (dan secara
ancaman para teroris tersebut. implisit juga keamanan). Persyaratan ini
Pada umumnya ZRA non bahan nuklir terkait dengan upaya pencegahan agar ZRA
yang dimiliki oleh fasilitas disimpan di lokasi tidak jatuh ke tangan orang yang tidak
dengan tingkat keamanan yang relatif lebih memiliki hak.
rendah dibandingkan dengan tempat Keamanan pemanfaatan ZRA
penyimpanan ZRA bahan nuklir. Bahkan diwujudkan dengan cara memasang
tidak jarang fasilitas tersebut tidak memiliki proteksi fisik seperti bangunan, sistem
inventaris ZRA dan lebih buruk lagi tidak penguncian dan penghalang (barrier) serta
mengetahui secara tepat ZRA apa saja yang sistem kendali jalan masuk (acces controf).
dimiliki dan dimana lokasi ZRA tersebut Bangunan, sistem penguncian dan
dimanfaatkan atau disimpan. Kondisi ini tentu penghalang harus mampu mencegah
saja sangat rawan terhadap penyalahgunaan menyusupnya orang yang tidak
ZRA atau bahkan pencurian. Oleh karena itu berkepentingan ke dalam tempat
sistem pengamanan yang sudah tertata pada pemanfaatan atau penyimpanan ZRA.
pemanfaatan ZRA bahan nuklir semestinya Sementara itu sistem kendali jalan masuk
juga dapat diadopsi pada pemanfaatan ZRA ke lokasi tersebut di atas harus disusun di
non bahan nuklir, walaupun tidak bawah tanggung jawab Petugas Proteksi
sepenuhnya, misalnya masalah proteksi fisik Radiasi (PPR) yaitu petugas yang ditunjuk
ruang penyimpanan ZRA. Pengusaha Instalasi Nuklir (pemilik atau
ZRA (biasanya berbentuk serbuk atau penangung jawab instalasi) untuk
pelet) yang dikombinasikkan dengan peledak mengawasi pemanfaatan ZRA agar aman
konvensional seperti dinamit atau TNT (Tri dan selamat. Kunci untuk memasuki lokasi
Nitro Tholuene) dikenal dengan nama dirty penyimpanan sumber seharusnya dipegang
bomb. Born ini apabila diledakkan, didesain oleh PPR. Setiap pemasukan dan
untuk menyebarkan ZRA dan menimbulkan pengeluaran sumber harus mendapatkan
terjadinya kontaminasi ZRA dalam suatu area persetujuan dari PPR dan dicatat dalam
yang sempit di sekitar ledakan. Tujuannya buku logbook. Semua ZRA yang tersimpan
adalah untuk menciptakan kepanikan dan atau sedang dimanfaatkan harus
ketakutan dalam masyarakat serta menjadikan diinventaris dalam buku inventaris sumber
gedung dan lahan yang menjadi sasaran yang berisi data antara lain jenis dan
ledakan tidak dapat digunakan dalam jangka aktivitas ZRA serta lokasi ZRA tersebut
waktu lama. disimpan atau dimanfaatkan. Buku
Seorang ahli fisika kesehatan di inventaris sumber itu harus selalu
Universitas Rochester, New York, Andrew diperbarui dan disahkan oleh PPR
Karam [9] mengatakan bahwa ledakan suatu
dirty bomb akan mengakibatkan kematian PENGAWASAN PEMANFAATAN ZAT
yang disebabkan bukan oleh radiasi atau RADIOAKTIF
kontaminasi ZRA tetapi oleh kecelakaan di Berdasarkan bunyi Pasal 14 Ayat (1)
jalan raya karena terjadinya kepanikan atau Undang-undang No. 1011997 tentang
Ketenaganukliran maka pengawasan

13
Widyanuklida Vol.5 No.2, Desember 2004:10-15

pemanfaatan ZRA yang ada dalam yurisdiksi kesadaran yang tinggi para PIN dan para
Negara Kesatuan Republik Indonesia Pekerja Radiasi di fasilitas maka tujuan
dilaksanakan oleh Badan Pengawas Tenga yang akan dicapai pada konsep keselamatan
Nuklir (BAPETEN). Pengawasan uu dan keamanan (safety and security)
dilakukan mengingat bahwa ZRA yang sebagaimana telah menjadi program IAEA
dipakai selain memiliki manfaat juga akan menjadi sesuatu yang konkrit. Dengan
mengandung bahaya radiasi atau bahaya demikian kekhawatiran akan terjadinya
kontaminasi. Pengawasan yang dilakukan penyalahgunaan ZRA untuk tujuan
dimaksudkan untuk mencegah agar potensi menciptakan ketakutan dan rasa tidak aman
bahaya itu tidak menjadi bahaya yang nyata. di dalam masyrakat umum paling tidak
Pengawasan pemanfaatan ZRA dapat dieleminir. Apabila keadaan ini dapat
sebagairnana sudah disebut sebelumnya diwujudkan maka Pasal 16 Ayat (l)
dilaksanakan melalui peraturan, perizinan dan Undang-undang No. 1011997 yang berbunyi
inspeksi. Peraturan tentang ketenaganukliran "Setiap kegiatan yang berkaitan dengan
diterbitkan dengan maksud agar tujuan pemanfaatan tenaga nuklir wajib
pengawasan tercapai. Perizinan memperhatikan keselamatan, keamanan,
diselenggarakan untuk mengendalikan agar dan ketenteraman, kesehatan pekerja dan
pemanfaatan ZRA (atau tenaga nuklir pad a anggota masyarakat, serta perlindungan
umumnya) akan dilaksanakan sesuai terhadap lingkungan hidup" bukan hanya
peraturan yang berlaku. Dengan sekedar slogan, tetapi sesuai dengan
menyelenggarakan penzinan, BAPETEN kenyataan di lapangan.
dapat mengetahui di mana, oleh siapa dan
bagaimana pemanfaatan ZRA dilakukan. KESIMPULAN
Pelaksanaan inspeksi keselamatan secara ZRA baik bahan nuklir maupun
berkala atau sewaktu-waktu dirnaksudkan non bahan nuklir memiliki risiko
untuk mengetahui apakah pemanfaatan ZRA menimbulkan efek pada tubuh manusia
sudah mengikuti peraturan yang sudah akibat radiasi pengion yang
ditetapkan ataukah belum. dipancarkannya. Oleh karena itu prosedur
Walaupun secara legal pengawasan keselamatan yang memadai hams
pemanfaatan ZRA dilakukan oleh BAPETEN, diterapkan dalam pemanfaatan ZRA.
namun demikian sebagai kepanjangan tangan Melalui pembentukan sistem
BAPETEN dalam hal pengawasan keamanan dan sistem keselamatan yang
keselamatan radiasi, PPR- hams melakukan sesuai dengan ketentuan yang ada serta
pengawasan dalam setiap kegiatan penyelenggaraan pengawasan yang efektif
pemanfaatan ZRA di fasilitas yang menjadi oleh Badan Pengawas maupun oleh PPR
tanggung jawabnya. Sebagai petugas pada setiap fasilitas maka diharapkan
pengawas keselamatan (termasuk juga kekhawatiran terhadap kemungkinan
keamanan ZRA), dan ditunjuk oleh PIN serta terjadinya paparan berlebih dan
dinyatakan mampu oleh BAPETEN, PPR penyalahgunaan pemanfaatan ZRA untuk
memiliki kewenangan yang sangat luas untuk tujuan menimbulkan ketakutan dan rasa
menjaga terciptanya keselamatan dan tidak amanltentram di kalangan masyarakat
keamanan pemanfaatan ZRA di fasilitas umum dapat dihilangkan
sebagaimana diuraikan di dalam Keputusan Keselamatan dan keamanan dalam
Kepala BAPETEN No. 0 I Tahun 1999 pemanfaatan ZRA non bahan nuklir dapat
tentang Ketentuan Keselamatan Kerja dicapai dengan memahami dan menerapkan
Dengan Radiasi. azas proteksi radiasi secara komprehensif
Melalui pengawasan yang efektif dan oleh seluruh personel terkait.. •
sinergi yang baik antara BAPETEN sebagai
Badan Pengawas dan para PPR serta

14
B. Y. Eko Budi Jumpeno, Keselamatan dan Keamanan Pemanfaatan Zat Radioaktif ...

DAFfAR PUSTAKA 5. BAPETEN, Rekualifikasi Petugas


1. BAPETEN, Ketenaganukliran.• Undang- Proteksi Radiasi Bidang Industri.,
undang No. 10 Tabun 1997. (1997) Modul Rekualifikasi PPR. (2001).

2. BAPETEN, Keselamatan dan Kesehatan 6. Gonzalez, AJ, Strengthening


Terhadap Pemanfaatan Radiasi Radiation Safety and Security. IAEA
Pengion., Peraturan Pemerintah No. 63 Bulletin Vol. 41 No.3, Vienna. (1999)
Tabun 2000. (2000)
7. Jumpeno, B.Y.E.B. Dirty Bomb,
3. BAPETEN, Perizinan Pemanfaatan Buletin ALARA Vol. 5 No.4,
Tenaga Nuklir., Peraturan Pemerintah P3KRBiN-BATAN. (2004)
No. 64 Tahun 2000. (2000)
8. Jumpeno, B.Y.E.B. Inspeksi
4. BAPETEN, Ketentuan Keselamatan Keselamatan Nuklir BATAN., Diktat
Kerja Dengan Radiasi, Keputusan Pelatihan Inspeksi Keselamatan
Kepala Bapeten No. OllKa- Instalasi Nuklir dan Fasilitas Radiasi.
BAPETENN-1999. (1999) Pusdiklat-BATAN. (2004)

9. www.bt.cdc.gov. Dirty Bomb., Artikel


Internet. (2004)

15

Anda mungkin juga menyukai