Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN

“APLIKASI KONSEP KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PROGRAM KESEHATAN


MASYARAKAT”

OLEH :

HELMAN

IDA ROBIYANTI

RAHMAD PUTRA

RIQA AQRIYANTI

PROGRAM STUDI

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES HANGTUAH PEKANBARU

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Aplikasi
Konsep Komunikasi dalam Program Kesehatan Mayarakat” ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesahatan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat untuk para
pembaca.

Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari internet yang ada
kaitannya dengan makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada orang tua kami, dosen pembimbing kami, dan teman-teman kami
yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.

Pekanbaru, 26 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................
....1
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR
ISI....................................................................................................................................3

BAB I             :
PENDAHULUAN.................................................................................................5

Latar
Belakang.................................................................................................................................5

Rumusan
Masalah............................................................................................................................6

Tujuan Penulisan
Makalah...............................................................................................................6

BAB II            :
PEMBAHASAN...............................................................................................................7

Pengertian P-
Proses……………………………………………………………………………….7

Analisis masalah
komunikasi……………………………………………………………………...7

Strategik
desain……………………………………………………………………………………8
Pengembangan
media…………………………………………………………………………....13

Implementation, monitoring, dan


assessment……………………………………………………13

Review………………………………………………………………………………………...
…13

Aplikasi P-Proses dalam program kesehatan


masyarakat………………………………………..14

BAB III          :
PENUTUP...........................................................................................................31

Kesimpulan...................................................................................................................................
.31

DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Later Belakang

Komunikasi adalah suatu ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam manajemen.  Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.  Secara sederhana,
kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan/ ide dari
satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang
dipertukarkan tersebut.

Dalam sejarahnya, ilmu komunikasi dikembangkan oleh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu.
Sehingga para ilmuwan tersebut mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka
masing-masing. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen dalam Wiryanto (2004) mendifinisikan
komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima
melalui beragam saluran. Sedangkan menurut Hoveland dalam Wiryanto (2004) komunikasi
adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu
yang lain.
Gode dalam Wiryanto (2004) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses
yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau
beberapa orang. Raymon S. Ross dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga
membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

Komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris, menurut Mulyana (2003), berasal
dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis)
adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan
akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat ”Kita berbagi pikiran”, ”Kita mendiskusikan makna”, dan ”Kita mengirimkan
pesan”.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana tahap analisis masalah komunikasi ?

2.      Bagaimana tahap strategic desain ?

3.      Bagaimana proses pengembangan media dalam komunikasi ?

4.      Bagaimana Implementasi, monitoring, dan assessment ?

5.      Bagaiamana hasil komunikasi yang berkelanjutan (review) ?

6.      Bagaimana desain pesan ?

7.      Bagaimana aplikasi P-Proses dalam program kesehatan masyarakat ?


C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui tahap analisis masalah komunikasi

2.      Untuk mengetahui tahap strategic desain

3.      Untuk mengetahui proses pengembangan media dalam komunikasi

4.      Untuk mengetahui Implementasi, monitoring, dan assessment dalam komunikasi

5.      Untuk mengetahui evaluasi dalam P-Proses

6.      Untuk mengetahui desain pesan komunikasi

7.      Untukmengetahui aplikasi P-Proses dalam program kesehatan masyarakat

                                                                
BAB II

PEMBAHASAN

1.      P-PROSES

P-Procces adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap bagaimana
mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Selama ini P-Process telah
memberikan kerangka kerja yang mantap dan mudah diterapkan untuk pengembangan
strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan pelatihan. Kerangka
kerja ini digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-macam stakeholder yang
terlibat dalam perancangan dan perwujudan program komunikasi kesehatan strategis.

Langkah-langkah P-Procces

P-Process dikembangkan pada tahun 1983 dan digambarkan seperti ilustrasi berikut.

Langkah P-Process adalah sebagai berikut

1. Analisa (Memahami karakteristik masalah kesehatan serta hambatan terhadap perubahan)

Mendengarkan khalayak sasaran yang potensial, menilai kebijakan, sumber daya, kekuatan
serta kelemahan program yang sudah ada dan menganalisa sumber daya komunikasi.

Dalam tahap analiasa masalah perlu dilakukan pengumpulan data/fakta/informasi mengenai


kondisi khalayak sebagai bahan untuk melakukan analisis khalayak. Perumusan masalah
harus berdasarkan pada felt needs dan real needs yang dimiliki oleh khalayak sasaran.

Dalam penjabaran lebih luas, tahapan dalam proses komunikasi dapat disusun sebagai
berikut:

1.      Formulasi misi lembaga: pernyataan umum tentang tujuan, filosofi dan alasan
berdirinya/keberadaan lembaga yang bersangkutan.

2.      Melakukan analisis terhadap kondisi dan kemampuan internal lembaga (:evaluasi diri).

3.      Melakukan analisis/penilaian terhadap lingkungan eksternal lembaga, yang meliputi


para kompetitor dan faktor-faktor eksternal lainnya.

4.      Mengidentifikasi opsi-opsi alternatif, dengan mempertimbangkan existing resources


dan lingkungan eksternalnya.

Dalam menganalisa suatu masalah komunikasi kita dapat menggunakan teori 5W+IH

1.      What, apa masalah yang terjadi ?

2.      Who, siapa audiens yang kita hadapi ?

3.      Where, dimana tempat terjadinya masalah ?

4.      When, kapan terjadinya masalah ?

5.      Why, kenapa masalah bias terjadi ?

6.      How, bagaimana cara mengatasi masalah ?


2. Rancangan Strategis

Menentukan tujuan, mengidentifikasi segmen khalayak sasaran, memposisikan konsep bagi


khalayak sasaran, mengklasifikasika model perubahan perilaku yang akan digunakan,memilih
saluran komunikasi, merencanakan diskusi antarpribadi, menyusun rencana tindakan dan
rancangan evaluasi.

Dalam menentukan strategic dalam komunikasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ;

·         Menentukan khalayak sasaran

·         Menentukan tujuan secaraspesifik

·         Menentukan isi pesan dan media

·         Menentukan strategi

·         Menyusun rencana tindakan (POA)

Berhasil tidaknya kegiatan (proses) komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi.

Fungsi ganda strategi komunikasi baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun
secara mikro (single communication medium strategy) antara lain :

    Menyebarluaskan informasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
    Menyebarluaskan informasi yang bersifat informatif, persuasive dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan.

    Selain 'arah' juga harus dapat menunjukkan 'taktik' operasional.


    Pendekatannya harus bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
    Perhatikan faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku manusia
(know your audience).

Strategi komunikasi harus didukung oleh teori.

Salah satu cara untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan Who
Says What in Which Channel to Whom with What Effect (Harold Laswell).
Dengan demikian, strategi komunikasi dapat dihubungkan dengan komponen-komponen
yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam paradigma Lasswell tersebut.

3 tujuan utama :

    to serve understanding


    to establish acceptance
    to motivate action

Komponen pertanyaan 'efek apa yang diharapkan' mengandung pula pertanyaan "When",
"How" dan "Why".
Efek yang diharapkan dalam proses komunikasi bisa berjenis-jenis, antara lain : menyebarkan
informasi, melakukan persuasi (behavior change), melaksanakan instruksi.

Cara bagaimana berkomunikasi (how to communicate) dapat berupa : komunikasi tatap muka
atau komunikasi bermedia.

Paradigma Daniel Lerner : "Who Says What How to Whom".


How menjadi masalah penting dalam strategi komunikasi.
Suatu paradigma mengandung tujuan, dalam komunikasi adalah : to change the attitude,
opinion and behavior (mengubah sikap, opini, atau pandangan, dan perilaku).
Pada komunikan timbul efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif atau behavioral.

Formula LAURENCE BRENNAN : sebagai landasan strategi komuniksi : "The


COMMUNICATION with a PURPOSE and an OCCASION gives EXPRESSION to an
IDEA which he CHANNELS to some RECEIVER from whom he gains a RESPONSE".
(KOMUNIKASI dengan satu TUJUAN dan suatu PERISTIWA memberikan EKSPRESI
kepada suatu IDE yang ia SALURKAN kepada sejumlah KOMUNIKAN dari siapa ia
memperoleh TANGGAPAN).

Proses Komunikasi :

    Hayati proses komunikasi yang akan dilancarkan.


    Sebaiknya berlangsung secara berputar "circular", usahakan agar efek komunikasi dalam
bentuk tanggapan menjadi umpan balik.
    Komunikator

    Sadari dukungan dari berbagai pihak.


    Bangun kerjasama dalam satu teamwork.

Pesan

    Dalam berekspresi, perhatikan aspek isi dan aspek lambang.


    Penataan pesan memerlukan ketermpilan, baik dimensi 'seni' maupoun 'pengetahuan atau
ilmu'.

Media

    Media yang memiliki kemampuan memikat perhatian khalayak.


    Perkembangan bentuk media komunikasi menimbulkan dampak sosial.
Komunikan

    Diharapkan dapat menerima setiap pesan baik secara inderawi (received) maupun rohani
(accepted).
    Tentukan target audience dan target group.
    Ketahui frame of reference. Baca teori 'Individual Differences Theory', 'Social Categories
Theory', 'Social Relationships Theory', 'Two Step Flow of Communication', dan 'Cultural
Norms Theory'.

Efek

    Efek timbul pada komunikasn sebagai sasaran komunikasi, sebagai akibat adanya
perubahan psikologis.
    Dapat diklasifikasikan ke dalam efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.

Peranan Komunikator
Pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action Procedure) dapat menjadi strategi
alternatif.
Seorang komunikator harus memiliki daya tarik (source of attractiveness).

Ethos Komunikator : Source of credibility

    Aristoteles : good sense, good moral character and goodwill.


    Modern : good intentions (itikad baik), trustworthiness (dapat dipercaya), dan competence
or expertness (kecakapan atau kemampuan).

Sikap kehendak dan sikap moral

Konsep Johari Window :

3. Pengambangan, Pengujian Awal, Perbaikan dan Produksi


Mengembangkan konsep pesan, menguji melalui anggota khalayak sasaran dan pihak
penanggung jawab, memperbaiki dan memproduksi pesan serta materi, serta menguji kembali
materi baru dan materi yang sudah ada.

4. Manajemen, Pelaksanaan, dan Pemantauan

Menggerakkan organisasi kunci, menciptakan lingkungan organisasi yang positif,


mewujidkan rencana tindakan dan memantau penyebarluasan informasi, pengiriman dan
penerimaan hasil-hasil program.

Dalam program komunikasi, implementasi, monitoring, dan evaluasi merupakan satu


kesatuan. Langkah – langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

a.              Pelatihan petugas (bila perlu)

b.             Peluncuran (lounching)

c.              Pemantauan proses

d.             Pengukuran dampak program komunikasi terhadap masyarakat (jangka pendek,


menengah, dan jangka panjang)

5. Evauasi Dampak
Mengukur dampak pada khalayak sasaran dan menentukan cara meningkatkan proyek yang
akan datang

6. Merencanakan Kesinambungan

Menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah dan merencanakan kesinambungan serta
kemandirian.

2.      APLIKASI P-PROSES DALAM PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

Program Desa Bebas Sampah

2.1            Analisis

2.1.1        Analisis Situasi

2.1.1.1  Kebijakan yang Ada Sebelumnya

Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin
merisaukan masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai
Lingkungan Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya kebijakan-
kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat saja yang kurang
kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka hanya berkoak-koak tanpa
melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya mengeluh pada pemerintah
ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan banyak kerugian. Misalnya,
masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya ke sungai. Akibatnya sungai
dipenuhi sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak
dapat dielakkan. Rumah masyarakat sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila
kejadian ini terjadi, tak ayal mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan,
masyarakat juga yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada
dikarenakan sinergi antara kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan.

2.1.1.2  Keparahan dan Penyebab Masalah

Sampah-sampah yang berserakan, terutama ditumpukan sampah yang berlebihan dapat


mengundang lalat, pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan, mencemari udara,
tanah dan air. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan cukup banyak. Dampak yang dapat
ditimbulkan sampah, antara lain :

-          Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat.
Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah dengan
pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.

-          Selama ini ada anggapan bahwa sampah menimbulkan pemanasan global.
Berdasarkan penelitian anggapan tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu
saja berkontribusi dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan
gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga
20-30 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2). Gas metan berada di atmosfer selama
sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30 C per tahun.

-          Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah
satunya yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap
menyebabkan banjir.
-          Sampah juga dapat mengurangi nilai estetika.

2.1.1.3  Halangan dan Pendukung Perubahan Perilaku yang Diinginkan

o   Halangan perubahan:

§  Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya
terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan
diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di
tempat itu.

§  Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat
pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu
perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, akan
menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah sembarangan.

o   Pendukung Perilaku yang Diinginkan

§  Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya sendiri.
Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan selalu menjaga
kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan dengan lingkungan
awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki lingkungan tersebut sesuai
dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah ke lingkungan yang sesuai dengan
harapannya.

2.1.1.4  Problem Statement

a.       Sistem belief masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.


è Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa membuang sampah sembarangan bukan
suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Pada umumnya mereka sering mengabaikan
sampah yang ada. Bahkan tidak jarang yang berfikir kalau sampah yang berserakan bukan
bagian dari tanggung jawabnya, terutama jika sampah tersebut bukan berasal dari dirinya.

b.      Norma dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan tetangga.

è Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku
membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi pola
perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.

2.1.2        Analisis Audience

2.1.2.1  Menganalisa kemungkinan kerja sama

Dalam pembuatan program ini, kita dapat berkerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan masyarakat secara langsung. Dapat juga menggunakan model yang sesuai dengan
program yang akan dilaksanakan. Model yang dimaksud adalah seseorang yang berpengaruh
dan biasanya dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dapat bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan, serta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.

2.1.2.2  Menganalisa Sikap dan Perilaku

Menganalisa masalah cara membuang sampah, sebenarnya masyarakat sudah banyak yang
tahu dan paham. Akan tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang belum membuang
sampah pada tempatnya.

Alasan masyarakat membuang sampah sembarangan :

è Malas
è Tidak adanya tempat sampah di sembarang tempat

è Cara berfikir yang salah

2.1.2.3  Akses Komunikasi

Media komunikasi sudah menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain
diberikan secara langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.

2.1.2.4  Kekuatan Media

Dalam menangani masalah sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet yang disebarkan
guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari masyarakat yang belum
memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat yang disediakan.

2.1.2.5  Masalah Kebutuhan Pelatihan

Dalam hal ini yang perlu melakukan pelatihan adalah :

Penyuluh

Penyuluh memerlukan pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan penyuluhan
dengan baik dan menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima informasi
yang diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat memunculkan
rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang diberikan.
2.2            Design Strategy

2.2.1        Tujuan Komunikasi

      Teori SMART

v  Spesific, yakni menentukan target atau sasaran yang penting.

-          Apa target yang akan dicapai

è Target yang akan dicapai adalah mengurangi, menurunkan, serta diharapkan dapat
menghilangkan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.

-          Mengapa harus mencapai target

è Target harus dicapai untuk mencegah semakin banyaknya penyakit yang bermunculan
akibat sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan yang telah
berkurang akibat sampah.

-          Siapa saja yang terlibat

è Tokoh agama, tokoh masyarakat, penyuluh, serta masyarakat

v  Measurable, yakni gambaran mengenai tingkat keberhasilan target.

o   Diharapkan, setelah program ini dijalankan, sebagian besar masyarakat sudah sadar untuk
membuang sampahnya pada tempatnya, bukan menumpuknya di depan rumah, atau
membuangnya ke sungai.

v  Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni memiliki
keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat dapat dirubah.

v  Realistic yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang
dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

v  Timebound, batasan waktu yang digunakan, yakni selama program dilaksanakan.

2.2.2        Segmentasi

Segmentasinya ditujukan untuk semua kalangan masyarakat, karena membuang sampah di


tempat sampah merupakan kewajiban semua orang, bukan hanya sebagian orang.

2.2.3        Sasaran

a.       Sasaran primer

è Pada kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.

b.      Sasaran sekunder

è Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh
besar kepada masyarakat luas.

2.2.4        Pendekatan dan Posisioning

a)      Model Perubahan Perilaku

Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt Lewin. Dimana menurut
Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan penahan (resisting forces). Teori ini dinamakan (force field
analysis).

b)      Dasar Strategi dan Pendekatan

Dalam hal ini, untuk merubah perilaku masyarakat memerlukan strategi, seperti
menggunakan pendekatan key person dan juga pendekatan secara keseluruhan (komunitas).
Pendekatan key person, ditujukan kepada tokoh agama, tokoh mayarakat, atau tokoh lain
yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Dengan pendekatan ini
diharapkan togamas dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Sedangkan
pendekatan komunitas ditujukan kepada msayarakat luas. Diharapkan masyarakat akan
mampu dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Jadi masyarakat tidak hanya
menjadi penerima informasi, tetapi mereka juga berperan sebagai pelaku dari program ini.

c)      Alasan Perubahan Perilaku

Membuang sampah sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan
telah menjadi kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan,
dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena, semakin
banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak pula
masalah yang timbul, misalnya :

a.       Sampah di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.

b.      Tumpukan sampah di jalan-jalan, mengakibatkan bau yang tidak sedap serta
mengurangi nilai estetika.

c.       Tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga
berbagai penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.

Apabila masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang
timbul akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku masyarakat
akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat pun terjaga.
d)     Menentukan Posisi

Setelah program ini dilakukan, diharapkan masyarakat akan mendapatkan berbagai


keuntungan, seperti :

è Fisik

ð  Terhindar dari penyakit

è Material

ð  Menekan biaya pengobatan

ð  Mendapatkan keuntungan dari hasil pemanfaatan sampah. Contohnya memanfaatkan


sampah kertas menjadi frame foto atau lainnya, dapat memberikan keuntungan materi
tersendiri bagi si pembuat.

Untuk melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut, antara lain:

1.      Menentukan saluran

Saluran atau media merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah program
atau kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah poster,
leaflet, iklan di media massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang sampah
dengan benar sedini mungkin.

2.      Susunan rencana implementasi

ü  Jadwal kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :

-          Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan dengan woro-woro di desa yang dituju,
menyebarkan leaflet, menempelkan poster-poster.
-          Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan
rumah dan di sungai.

-          Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.

-          Melakukan kegiatan kerja bakti ini rutin pada setiap minggu.

-          Dalam kegiatan ini juga akan dinilai RT mana yang paling bersih dan paling mampu
memanfaatkan sampah seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.

-          Setiap bulannya, akan diberikan reward kepada warga yang menjadi promotor
kebersihan RT-nya, serta punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan
yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap
harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.

-          Usai kegiatan, akan diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari
masyarakat. Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.

ü  Monitoring dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan
program ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.

ü  Anggaran Biaya

-          Untuk percetakan poster dan leaflet yang disebarkan ke Desa Mekar akan
mengeluarkan biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut hanya diebarkan pada
awal pelaksanaan program.

-          Untuk biaya implementasi (konsumsi, transportasi, dll), diperkirakan akan


mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000 per minggu.

-          Untuk reward per bulan biayanya diperkirakan sekitar Rp 200.000.

-          Pemasukan didapatkan dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa
diambil dari swadaya? Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa
gotong royong yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih
senang apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.

ü  Peran dan Tanggungjawab Partner

Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup.

3.      Rencana Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa
dilakukan evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya.
Evaluasi dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan
seterusnya selama program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan dengan
melakukan pre-test kepada masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah,
seperti bagaimana cara mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya.
Sedangkan evaluasi pada tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana
pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan pada pre-test. Diharapkan jawaban dari
masyarakat menjadi lebih baik setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari kegiatan
ini.

Monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan
pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat
dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Pada umumnya, monitoring dilakukan
bersamaan dengan evaluasi program. Monitoring berkaitan dengan pengawasan, supervisi,
dan mempunyai hubungan erat dengan penilaian program.
2.3            Pengembangan dan Uji Coba

2.3.1        Pengembangan

Ø  Guideline

Menyusun kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan
punisment sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.

Ø  Alat dan bahan

Program yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan yang
dibutuhkan antara lain:

è Alat-alat pendukung penyuluhan tentang masalah sampah dan solusinya serta mengenalkan
program “Desa Bebas Sampah”  yang akan dilaksanakan.

Ø  Modul

Segala sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa berupa
bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada sasaran sekunder.

Ø  Media

Media yang digunakan adalah leaflet yang disebarkan di setiap desa dan poster yang dipasang
di tempat-tempat umum yang biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya di balai
desa, toko, warung, poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan kegiatan
semacam training bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah diterima
masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari kegiatan tersebut
diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat tanpa
sampah yang berserakan dimana - mana.
2.3.2        Uji Coba

2.3.2.1  Stakeholder yang sesuai dengan target

è Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh,
diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.

2.3.2.2  Sasaran

è Sasaran primer : masyarakat luas

è Sasaran sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung
kelancaran program

2.3.2.3  FGD

è Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas permasalahan sampah.


Dari diskusi kelompok tersebut, diharapkan pembuat program memperoleh kritik dan saran
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program menjadi lebih baik.

2.3.2.4  Revisi

è Revisi dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana. Apabila
dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan.
2.3.2.5  Uji Coba Ulang

è Uji coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi telah
siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.

2.4            Implementasi dan Monitoring

2.4.1        Produksi dan Sebar

Dalam program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :

-          Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan


rumah dan di sungai.

-          Penyuluhan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dengan pemanfaatan sampah.

-          Melakukan kegiatan kerja bakti rutin pada setiap minggu.

-          Memilih RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah
seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.

-          Setiap bulannya, memberikan reward kepada warga yang menjadi promotor
kebersihan RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti
kebersihan ini dan yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini
diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.

Untuk memperlancar jalannya kegiatan demi keberhasilan program, dibutuhkan cara untuk
menyebarkan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pembuat program bisa
menyebarkan informasi ini melalui media cetak, seperti poster dan leaflet. Selain itu, bisa
juga dengan menulis artikel-artikel yang berkenaan dengan sampah dan kebersihan
lingkungan untuk selanjutnya diinfromasikan kepada masyarakat.

2.4.2        Latih Petugas Lapang

Melakukan pelatihan terhadap penyuluh. Penyuluh harus dilatih agar dapat menyampaikan
informasi yang sesuai dengan cara yang menarik, sehingga timbul rasa percaya dalam diri
masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hal-hal yang perlu dilatih antara
lain:

a.       Kemampuan untuk menyampaikan materi

b.      Kemampuan untuk mengajak (secara persuasif) dengan retorika serta bahasa
penyampaian yang mudah diterima masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan
terbentuk untuk hidup bersih dan sehat tanpa sampah dengan diadakannya kerja bakti tiap
minggunya.

c.       Kemampuan untuk mensuasanakan masyarakat agar terus bersemangat dan memiliki
optimisme bahwa program ini akan berjalan dengan lancar dan berhasil, bukan hanya sekedar
euforia belaka (sementara).

d.      Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi
masalah sampah yang ada di lingkungan mereka.

2.4.3        Kerahkan Partisipasi Kunci

Dalam program ini, bisa dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan
dan Lingkugan Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai
dampak membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada
tempatnya. Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan
membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena
sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan
sampah dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran orang-orang
seperti ini, diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih perhatian terhadap sampah
dan bukan membuangnya sembarangan.

2.4.4        Manage dan Monitoring Program

Dalam tahap ini, kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test, pembuat program
dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program, sehingga dapat dilakukan
evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung program. Misalnya, setelah evaluasi
diketahui masih terdapat kekurangan pada pihak panitia dalam mempersiapkan tempat atau
keperluan lain. Akhirnya pada kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan dapat
mengantisipasi kesalahan agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.

2.4.5        Pengembangan Program Berdasarkan Hasil Monitoring

Pada tahap 2, terdapat beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah
satunya yakni sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di
depan rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku saat
menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa yang
disampaikan. Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada kegiatan yang
selanjutnya, penyuluh dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik dan menarik.

2.5            Evaluasi

2.5.1        Evaluasi Untuk Mencapai Tujuan


Dalam evaluasi ini, pembuat program menilai hasil realisasi program. Dimana dilihat
bagaimana keterkaitan antara perencanaan dengan implementasi dari program. Dengan
melakukan evaluasi, dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang timbul dalam
implementasi dari program, meliputi :

a.       Pemateri

Pada tahap perencanaan, diharapkan pemateri dapat menyampaikan informasi dengan baik
dan menarik, sedangkan dalam implementasinya, pemateri tidak mampu melakukannya.
Sehingga untuk mendapatkan kemampan pemateri sesuai yang diharapkan, maka harus
dilakukan pelatihan ulang kepada pemateri. Namun apabila setelah mendapatkan pelatihan
ulang si pemateri masih saja belum mampu menyampaikan informasi dengan baik dan
menarik, maka program ini dapat dilanjutkan melalui media yang ada.

b.      Audience / masyarakat

Pada saat pelaksanaan, bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini mengenai
masyarakatnya. Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa memberikan
usulan-usulan tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program. Masyarakat yang
pasif ini bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan pendapat atau
aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang dilaksanakan.

c.       Media

Adanya kesalahan dalam penggunaan media. Contohnya, leaflet yang ditempel dan bukannya
diberikan kepada masyarakat secara langsung.

2.5.2        Analisa Efek Semua Aktifitas dan Media

Dalam evaluasi ini, dilihat apakah program yang dilaksanakan telah mampu menyelesaikan
masalah atau belum. Di sini, pembuat program menyusun report atau laporan peran program
terhadap peningkatan perilaku masyarakat. Setelah dilaksanakan, program ini telah
memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat dari yang kurang
memperhatikan sampah menjadi peduli dengan masalah sampah yang sejatinya dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Meskipun telah dapat merubah perilaku masyarakat
menjadi lebih baik, namun dalam program ini perlu adanya variasi kegiatan yang dapat
membuat masyarakat terus-menerus mempertahankan perilaku yang baik ini.

2.6  Rencana Ulang

            2.6.1        Program Improvement

Program ini membutuhkan saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya, yakni
:

a.       Pemateri/penyuluh yang masih kaku

Untuk mengatasi ini, akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa
lebih luwes dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan
pengembangan media.

            b.      Audience / masyarakat

Untuk masyarakat yang masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa
diberikan pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan berbicara di
depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu
berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan bagaimana cara menuliskan
aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil
dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak ini disediakan panitia untuk masyarakat yang
ingin menuliskan aspirasi/pendapatnya.

c.       Media
Untuk ini, penyuluh diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan
leaflet, poster, dan media-media yang lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

2.6.2        Masukan Bagi Program Selanjutnya

Dalam implementasi pada program selanjutnya, dengan adanya program improvement dapat
membuat program ini berjalan lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya.

§  Sebelum melakukan penyuluhan kegiatan, pemateri/ penyuluh, benar-benar dilatih supaya


dapat menyampaikan materi dengan baik.

§   Menyediakan “Kotak Aspirasi” untuk masyarakat sebagai alat untuk menyampaikan
aspirasi/pendapatnya.

§  Menggunakan media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk
dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster untuk ditempel, dan lain sebagainya.

2.6.3        Hasil dan Dampak

Hasil yang telah didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang
positif yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat
warga untuk berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya
punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan pelanggaran
membuang sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan panitia program dalam
mengawasi jalannya program ini.

Dampak yang dihasilkan dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan
dan tergerak untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan
kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang sebgai
penghasilan tambahan bagi mereka.

2.6.4        Sebarkan Hasil

Segala kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah
dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap minggu serta
dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan. Meliput berbagai foto
warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga
warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut serta dalam program ini. Kemudian bentuk
komunitas di jejaring sosial misalnya facebook untuk menyebarkan opini tentang program
yang dijalankan dengan mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga
sebagai bukti program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif
sehingga membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada
kemungkinan kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk
dikembangkan lebih baik ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang tertarik dan
tersadarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Sehingga
lingkungan bersih bebas sampah dapat terwujud.

2.6.5        Tentukan Kebutuhan yang Akan Datang

Setelah dilakukannya evaluasi, dapat diketahui kebutuhan warga mengingat masyarakat


adalah dinamis, jadi dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman sehingga perlu
adanya revisi dari program ini. Dengan demikian kebutuhan masyarakat yang terus menerus
berubah – ubah membuat program ini harus senantiasa dikembangkan. Adapun beberapa
kebutuhan yang akan datang dari program ini:
a.       Perlunya adanya variasi kegiatan dalam program ini agar masyarakat tidak jenuh,
misalnya seskali menghadirkan tokoh-tokoh yang terkenal akan intelektualnya yang dapat
memotivasi warga untuk hidup bersih.

b.      Perlunya adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.

c.       Perlunya adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna
mendengarkan keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.

2.6.6        Revisi dan Re-design Program

Kelemahan dalam program ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program ini
karena hanya sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya, program ini
sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun tidak
menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang monoton.
Tetapi hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program  sesuai dengan masyarakat
yang dinamis yang telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Dari beberapa uraian tentang perencanaan komunikasi organisasi di atas mulai dari hakekat
perencanaan komunikasi, berbagai pendekatan dalam perencanaan komunikasi, langkah-
langkah kegiatan dalam merealisasikan pendekatan yang meliputi promosi, edukasi, motivasi,
pelembagaan / legitimasi, mobilisasi/penggalangan, aksi/penetresi, monitoring
/pemantapan/pemeliharaan dan evaluasi. Semua poin-poin tersebut merupakan elemen-
elemen penting yang dijadikan pedoman dalam membuat perencanaan, proses perencanaan,
dan hasil dari perencanaan yang telah ditentukan dalam perencanaan komunikasi suatu
organisasi.

Setelah memahami dengan baik tentang perencanaan komunikasi pada sebuah organisasi,
maka hasil yang ingin dicapai sebelumnya bisa terlaksana secara efektif dan efisien. Hal ini
berlaku dalam semua bentuk organisasi baik yang bergerak di bidang jasa maupun produk
yang bernaung di bawah pemerintah maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Aink. 2011. Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta
Tujuan Evaluasi Program, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23917/3/Chapter
%20II.pdf, diakses pada 19 November 2013

Anonim. 2008. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT,


http://pplp-
dinciptakaru.jatengprov.go.id/sampah/file/384155276_pengelolaan_sampah_berbasis_masyar
akat.pdf, diakses pada 13 November 201

Demartoto,Argyo.2010.SosiologiKesehatan,http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/sosiolog
i-kesehatan1.pdf, diakses pada 19 November 2013

Marchend, Sabbath. 2011. Pengolahan Sampah, http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-


content/uploads/pdf/persampahan/materi1/9_pengolahan_sampah.pdf, diakses pada 13
November 2013
7 Jenis Media Dalam Komunikasi Kesehatan
 Post authorBy Ambar
 Post dateOctober 16, 2018

Media menurut Dictionary of Media and Communications (2009)


adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mengirimkan
informasi.

Selain itu, media juga dimaknai secara umum sebagai


media komunikasi massa atau media massa yang meliputi surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan situs laman. Di berbagai
bidang dan konteks komunikasi termasuk komunikasi kesehatan,
media merupakan salah satu dari komponen-komponen
komunikasi yang berperan penting dalam mengirimkan pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan.

Dalam bidang komunikasi kesehatan, media berperan sebagai


media promosi kesehatan dan media penyuluhan. Adapun
pengertian media dalam komunikasi kesehatan adalah  semua
sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Susilowati :
2016).

Dari pengertian tersebut, ketika profesional komunikasi kesehatan


hendak menyusun strategi promosi kesehatan atau penyuluhan
tentang kesehatan hendaknya memahami dengan baik cara
memilih media dalam komunikasi kesehatan agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.

Secara umum, media atau saluran komunikasi yang digunakan


sebagai media promosi kesehatan maupun media penyuluhan
kesehatan meliputi media komunikasi interpersonal, media
komunikasi massa, dan media komunikasi digital. Dengan
demikian, saluran atau media yang kerap digunakan dalam
komunikasi kesehatan di antaranya adalah :

1. Saluran interpersonal

Jenis media dalam komunikasi kesehatan yang pertama adalah


saluran interpersonal atau saluran komunikasi interpersonal.
Komunikasi kesehatan sebagian besar menggunakan saluran
komunikasi interpersonal sebagai upaya untuk memengaruhi
keputusan dan perilaku kesehatan masyarakat.

Hal yang paling penting dalam komunikasi interpersonal adalah


hubungan dan interaksi yang terjalin antara individu, petugas
medis, dan sistem dukungan sosial individu.

Hubungan ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap


keputusan individu tentang masalah kesehatan. Yang termasuk
saluran interpersonal di antaranya adalah komunikasi tatap muka,
kunjungan ke rumah, pelatihan, diskusi kelompok, dan lain-lain.

2. Media cetak

Secara umum, pengertian media cetak menurut para ahli adalah


media yang menampilkan pesan komunikasi dengan cara dicetak
pada kertas.

Dalam komunikasi kesehatan, yang dimaksud dengan media cetak


menurut Susilowati (2016) adalah media yang mengutamakan
pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna.

Yang termasuk media cetak di antaranya adalah booklet, leaflet,


flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan
pada surat kabar atau majalah, poster, dan foto yang
mengungkapkan informasi kesehatan.
3. Media siaran
Media siaran dalam komunikasi kesehatan adalah media yang
menyediakan cakupan yang sangat luas bagi pesan-pesan
komunikasi kesehatan.

Media siaran digunakan untuk menyampaikan informasi


kesehatan kepada khalayak luas secara cepat dengan tujuan untuk
menciptakan dan mengembangkan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan. Yang termasuk media siaran adalah radio dan
televisi.

4. Media luar ruang

Menurut Susilowati (2016), media luar ruang dalam komunikasi


kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan di luar ruang.

Media luar ruang meliputi media cetak, media elektronik seperti


reklame atau videotron, spanduk, banner, televisi layar lebar,
umbul-umbul yang berisi pesan, slogan atau logo.
5. Media hiburan

Penyebaran informasi dan pendidikan kesehatan juga dapat


dilakukan melalui media hiburan. Adapun strategi yang paling
banyak diterapkan oleh para profesional komunikasi kesehatan
adalah menciptakan kemitraan dengan pihak kreatif suatu stasiun
televisi agar informasi kesehatan publik dapat dimasukkan ke
dalam salah satu dari jenis program televisi yang ada.

Selain menjalin kemitraan dengan pihak televisi, kemitraan juga


dapat dijalin dengan pihak rumah produksi atau studio film.
Contoh media hiburan yang digunakan untuk menyebarkan jenis-
jenis informasi kesehatan adalah penayangan film ER
(Emergency Room) dan film General Hospital di Amerika Serikat
serta program acara televisi Dr. OZ.

6. Media komunikasi modern


Salah satu pengaruh media baru dalam komunikasi adalah
komunikasi dilakukan melalui internet. Kehadiran internet
sebagai media komunikasi, menuntut para profesional komunikasi
kesehatan menggunakan media komunikasi modern untuk
menyebarluaskan informasi dan promosi kesehatan kepada
masyarakat.  Yang termasuk dalam media komunikasi modern di
antaranya adalah blog, wiki, dan situs jejaring sosial.

7. Media lainnya

Media lainnya yang juga kerap digunakan untuk menyebarkan


informasi dan promosi kesehatan di antaranya adalah iklan-iklan
yang disematkan di transportasi umum seperti bus atau
mengadakan kegiatan-kegiatan seperti road show, pemberian
sampling atau contoh produk kepada khalayak sasaran secara
gratis, dan pameran.
Demikianlah ulasan singkat tentang jenis media dalam
komunikasi kesehatan. Semoga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang komunikasi kesehatan dan jenis-jenis
media yang digunakan dalam komunikasi kesehatan.
MAKALAH KOMUNIKASI
PEMBELAJARAN
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
Mata kuliah Media dan Teknologi Pembelajaran
Dosen pengampu Bapak Yan yan Nurjani M. Pd

Disusun oleh :

Kelompok 2

1.      Abdul Mu’min                    : 14210004

2.      Irawati Ningsih                   : 14210044

3.      Muhammad Ridwan            : 14210054

4.      Zaed Zaenudin                    : 14210091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MUSADDADIYAH
GARUT
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT. tuhan semesta alam, shalawat serta salam semoga tercurah

limpah kepada nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, shahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya dan

semoga sampai kepada kita sebagai umatnya. Penulis bersyukur kepada illahi robbi yang telah

memberikan taufik dan hidayahNya kepada penulis sehingga makalah Media dan Teknologi

Pembelajaran mengenai “KOMUNIKASI PEMBELAJARAN” dapat terselesaikan.

   Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilapan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan supaya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

membangan untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Kepada bapak Yan yan Nurjani, M.Pd selaku dosen yang telah memberikan tugas terstruktur

berupa makalah mengenai “KOMUNIKASI PEMBELAJARAN” dan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.

Garut, 27 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………… ...        i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………        
ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..………..
1
Latar belakang masalah……………………………………………………………………...….
1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………....…...  
3
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………… .....  
4
Manfaat Penulisan…………………………………………................................
……………..           4
Sistematika Penulisan………………………………………………........…………………..
….         5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……….
…….          6
A.            Pengertian Komunikasi Pembelajaran………………………………...
………………         6
1.            Pengertian Komunikasi…………………………………………………...............
….          6
2.            Pengertian Pembelajaran………………………………………….............
…………          7
3.            Pengertian Komunikasi pembelajaran………………………………….....
………….           8
B.            Fungsi Komunikasi Pembelajaran………………………………………...
…………           9
1.            Fungsi Komunikasi Sosial………………………………………………...........
…….          9
2.            Komunikasi
Ekspresif........................................................................................................ 
11
3.            Komunikasi Ritual………………………………………………………….......
….           12
4.            Fungsi Komunikasi Instrumental             
…………………………………………            13
C.            Prinsip Komunikasi Pebelajaran…………………………………................
…….             14
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………..                21
A.            Kesimpulan………………………………………………………...............
…..                21
B.            Saran……………………………………………………………………....….                
21
C.           
Rekomendasi………………………………………………………………......               22
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................
.....         24

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar belakang masalah


Dalam proses belajar mengajar terjadi sebuah komunikasi, yakni antara guru dengan siswa.
“Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan
manusia. Dikatakan mendasar karena setiap manusia, baik yang primitif maupun yang modern,
berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui
komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup”
(Rakhmat, 1998:1).

Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa

pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Kegiatan komunikasi ini

berlangsung dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, selama manusia hidup dan selama melakukan

aktivitasnya. Kalau kita mengamati sekitar kita, kita akan melihat bahwa komunikasi merupakan

aktivitas yang paling penting dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Bahkan dapat dipastikan, di

mana manusia hidup bersama-sama dengan orang lain maka di sana selalu ada kegiatan komunikasi,

karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia.

Komunikasi dalam pembalajaran dewasa ini mendapatkan perhatian yang luar biasa. Hal ini

dilatarbelakangi pentingnya memilih cara komunikasi dalam proses pembelajaran agar kegiatan

tersebut mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Komunikasi yang efektif berkolerasi dengan

tingkat keberhasilan pembelajaran

Kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif  merupakan salah satu kompetensi

yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan, serta peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru. Guru sebagai learning agent berkewajiban memiliki kualifikasi akademik yang

diperoleh melalui perguruan tinggi yang terakreditasi (S1/D4) dan memiliki 4 kompetensi. Salah

satunya adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua /

wali peserta didik dan masyarakat sekitar.


Strategi membangun komunikasi dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu hal

yang sangat penting untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Karena, tanpa adanya

komunikasi  tidak mungkin peroses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, karena

komunikasi adalah Kunci utama untuk berinteraksi antara guru dengan peserta didik. Komunikasi

bukan berarti hanya berintraksi dengan menggunakan bahasa lisan semata, akan tetapi komunikasi

juga bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa tulis dan bahasa isyarat atau gerak tubuh.

Selain itu, sering dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi

dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur,

media pembelajaran,dan lain-lain.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dan sebagainya),

dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima

(menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Dalam pembelajaran terjadi proses

komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar

pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah

laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas

proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan peluang agar anak dapat

belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi keingintahuan melalui kemampuan / potensi yang

dimilikinya, dan hal ini memerlukan bantuan/bimbingan yang baik dan tepat dari guru/pendidik dan

disertai kearifan professional. Melihat betapa pentingnya komunikasi dalam proses belajar

mengajar, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai komunikasi pembelajaran dan

hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah kami paparkan, maka kami dapat merumuskan masalah

dalam beberapa kategori yaitu :

1.      Apa pengertian komunikasi pembelajaran ?

2.      Apa fungsi komunikasi dalam pembelajaran ?


3.      Apa saja prinsip komunikasi dalam pembelajaran ?
C.     Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.      Untuk mengetahui pengertian komunikasi pembelajaran.

2.      Untuk mengetahui fungsi komunikasi dalam pembelajaran.

3.      Untuk mengetahui prinsip komunikasi dalam pembelajaran.

D.    Manfaat Penulisan

1.      Bagi STAI Al-Musaddadiyah, dengan adanya pembahasan mengenai komunikasi pembelajaran ini

diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dalam mata kuliah media dan teknologi pembelajaran.

2.      Bagi dosen, penyusunan makalah ini bermanfaat bagi dosen  untuk memberikan pemahaman

kepada para peserta didik mengenai komunikasi pembelajaran serta dapat mengaplikasikan kajian

dalam makalah ini untuk kehidupan sehari-hari.

3.      Bagi mahasiswa, dengan adanya pembahasan komunikasi pembelajaran ini diharapkan dapat

menjadi sumber pengetahuan serta memotivasi mahasiswa untuk lebih mendalami hal-hal yang

berhubungan dengan media dan teknologi pembelajaran.

4.      Secara teoritis bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan penulis pada khususnya untuk menambah pengetahuhan dan wawasan dalam hal

materi khususnya pada mata kuliah media dan teknologi pembelajaran.

E.     Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam makalah ini adalah terdiri dari: Bab 1.

Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penulisan; Manfaat

Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab 2. Pembahasan: terdiri dari pengertian komunikasi

pembelajaran; fungsi komunikasi dalam pembelajaran; pinsip komunikasi dalam pembelajaran;. Bab

3. Terdiri dari Kesimpulan; Saran; dan rekomendasi;.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Komunikasi Pembelajaran
1.      Pengertian Komunikasi
Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara   etimologis komunikasi
berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan,
dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata
benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-
communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata
kerja communicare  yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan
sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna
pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat     suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang
telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki
pengertian yang sedikit lebih detail. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki
beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. (Suranto : 2005).

Dari beberapa definisi di atas dapat penulis pahami bahwa komunikasi adalah suatu proses

penyampaian informasi. Kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan

cara penyampaiannya.

2.      Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar
Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap
interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk
mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya.
Menurut Corey (1986 :195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1999 :297) pembelajaran adalah kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar.

UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks,

dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Proses pembelajaran aktivitasnya

dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar

akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan pada satuan pelajaran.

Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang

sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,

melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi edukatif untuk membuat siswa belajar secara aktif dan mampu mengubah perilaku melalui

pengalaman belajar.

3.      Pengertian Komunikasi pembelajaran


Komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang

lain supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan

efisien.

Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,

agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan

komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan

tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi

dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam

mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan

komunikasi ini. Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang

dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik

yang positif.

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi

nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis

maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan

isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan sejenisnya.

Sebagai komunikator atau mediator, guru harus menyadari bahwa sekolah berada di tengah-

tengah masyarakat, karenanya sekolah tidak boleh menjadi “menara gading” yang jauh dan terasing

dari masyarakat. Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi masyarakat (dan peserta didik

adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian dari anggota komunitas masyarakat). Menghindari

persoalan tersebut, maka guru harus memerankan dirinya untuk mampu menjadi “bridging”

(menjembatani) atau menjadi mediator antara sekolah dan masyarakat melalui upaya cerdas dalam

memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang

memungkinkan saling menguntungkan antara keduanya. Jadikan masyarakat, lembaga, peristiwa,

benda, situasi, kebudayaan, serta industry sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
B.     Fungsi Komunikasi Pembelajaran

Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Komunikasi mempunyai dua fungsi

umum. Pertama,  untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,

meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai

ambisi pribadi. Kedua,  untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki

hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

Sedangkan menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi

menurut kerangka yang dikemukakan, yakni:

1.      Fungsi Komunikasi Sosial

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia akan hilang, karena ia tidak punya

waktu untuk mengatur diri mereka sendiri dalam lingkungan sosial. Tanpa terlibat dalam komunikasi,

seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia beradab

(memperlakukan manusia lainnya).

a.       Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa kita, dan yang hanya dapat diperoleh melalui

informasi orang lain yang diberikan kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan

manusia lain mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki. Kita menyadari bahwa kita

adalah manusia karena orang di sekitar kita menunjukkan kepada kita melalui perilaku mereka.

Anda mencintai diri sendiri jika Anda memiliki cinta, Anda berpikir Anda pintar ketika orang di

sekitar Anda mengaggap Anda cerdas, Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika orang di sekitar

Anda mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang

terdekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Orang tua kita, atau siapa pun yang peduli untuk pertama

kalinya, mengatakan kepada kita melalui kata-kata dan tindakan yang kita lakukan.
b.      Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ini disebut aktualisasi diri atau lebih

tepatnya keberadaan itu sendiri.

Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat dalam seminar. Meskipun penanya

telah memperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, pena

atau komentator sering berbicara panjang lebar, mengajarkan penonton, dengan argumen yang

tidak relavan. Karena mereka merasa paling benar dan yang paling penting, semua orang ingin

berbicara dan didengar.

c.       Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan, Dan Memperoleh Kebahagiaan

Sejak lahir, kita tidak bisa hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu

berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan

minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi,

dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.

Melalui komunikasi kita juga bisa memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan

kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat,

kebanggaan, dan bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami

berbagai perasaan dan membandingkan kualitas perasaan satu dengan perasaan orang lain.

2.      Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif sering dilakukan untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita.

Kebanyakan komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang, marah,

atau malu memang dapat disampaikan oleh kata-kata.

Namun, paling besar dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan, "saya

tak marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya tajam. Orang

akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa verbalnya. Komunikasi ekspresif nanti

tentu akan mempengaruhi komunikasi sosial seseorang.


3.      Komunikasi Ritual

Fungsi komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi ekspresif. Namun bentuk

penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai

memperingati tanggal bersejarah. Mereka yang terlibat dalam komunikasi ritual dianggap berusaha

menegaskan sebagai bagian dari kelompok yang merayakannya. Komunikasi ritual juga dianggap

sebagai komitmen individu terhadap tradisi dalam kehidupan sosialnya.

Seseorang yang baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan

komunikasi ritual yang baru. Mereka seolah diwajibkan untuk melakukan komunikasi ini untuk

menunjukkan bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya

mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau yang sering disebut ospek.

Selain untuk komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan untuk

mempererat kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman

dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual yang paling penting,

namun perasaan senasib dan sepenanggungan yang menyertai komunikasi ini.

Deddy juga menganggap hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya makhluk

rasional. Karena komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio. Namun,

manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda. Misalnya, demi

memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas, atau menciptakan rasa kondusif dan

tenteram.

4.      Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi yang berfungsi sebagai Komunikasi instrumental adalah komunikasi yang

berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta dan informasi

yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui.

Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan, mengajar,

menginformasikan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau

menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita

gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan

hubungan tersebut.

Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan

pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,

keuntungan material, ekonomi dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan

(impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan,

mengobral janji, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa

diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian

komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis.

Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa

pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang

berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,

penghormatan sosial, dan kekayaan.

C.     Prinsip Komunikasi Pembelajaran

1.      Respect

Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai

setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami
bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya.  Rasa hormat dan saling menghargai

merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya

manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling

menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang

dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan

sebagai tim.

Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.

Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa

lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat

memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu

penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang

lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid

maka  akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi sebuah

proses yang menyenangkan bagi semua pihak.

2.      Emphaty

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang

dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah

kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau

dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita

dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama

atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan

pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)

menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan  saling memahami dan mengerti

keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau

penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita

membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan

empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada

halangan psikologi atau penolakan dari penerima.

3.      Audible

Prinsip  audible  berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda

dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun

mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa  pesan yang

disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut

maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel)  sehingga dapat diterima dengan

baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut  kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media

maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.

4.      Clarity

Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi

atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam

berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau

disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena

tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat

dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan

menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai

sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.

5.      Humble

Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini

merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara

agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi

dalam dua arah.

Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap

keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua

arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan

harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif

antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-

lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan

komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi,

memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam

proses pembelajaran.

Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi

terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan

mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang

mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.

Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi dua arah

antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan

harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami

dalam membangun komunikasi yang efektif (Abdul Majid, 2013), yaitu :

1.      Kejelasan  

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas

informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2.      Ketepatan 

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran

informasi yang disampaikan.

3.      Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi

yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4.      Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang

jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

5.      Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan

tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang

diajak berkomunikasi karena para peserta didik juga terlahir dari budaya yang berbeda, baik dalam

penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa

komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau

sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara

efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :

1.      menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan

2.      menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

3.      pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan

4.      pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan

5.      pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal

ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang
positif bagi siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan

komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Komunikasi antar pribadi

merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini

berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat hubungan saling

mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi

menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.

Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar

terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi

dalam kegiatan pembelajaran ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena

pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas

yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban

tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

1.      Komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain

supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan efisien

dalam proses belajar mengajar.

2.      Menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut kerangka

yang dikemukakan, yakni: fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan

fungsi komunikasi instrumental.


3.      Prinsip komunikasi ada 5, yaitu : respect, emphaty, audible, clarity, humble. Komunikasi yang efektif

dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.

Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan

komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku

komunikasi tersebut.

B.     Saran

1.      Para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus

memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa

kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media,

serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.

2.      Diharapkan agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan

media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari

pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran untuk

mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

3.      Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses

pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman

mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.

4.      Untuk membangun komunikasi efektif seseorang harus memiliki karakter yang kokoh yang dibangun

dari integritas pribadi yang kuat, karena seorang pendidik menjadi factor yang terus disorot oleh

siswa, oleh karena itu apabila Anda seorang pendidik diharapkan bisa menjadi teladan yang baik bagi

siswa dalam setiap perilakunya

C.     Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan rekomendasi

yang dipandang bermanfaat, antara lain:

1.      Kepada Para Dosen STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat mengontrol terhadap mahasiswa, agar

mampu mewujudkan mahasiswa yang dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan materi

tentang pendidikan, khususnya mengenai pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan, kegunaan, jenis,

syarat-syarat dan sistem evaluasi pendidikan islam.

2.      Kepada para mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat menerapkan dan memanfaatkan

hal-hal apa saja yang berkaitan dengan materi tentang pengembangan sistem evaluasi,

khususnya pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan, kegunaan, jenis, syarat-syarat dan sistem evaluasi

pendidikan islam.

DAFTAR PUSTAKA

Adang H, Darmajari, Arip S (2012).  Metodologi pembelajaran kajian teoritis         praktis.  LP3G

(Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi guru) Banten.

Didi S, Deni D (2012), Komunikasi Pembelajaran.  PT Remaja Rosda Karya Bandung

Syaiful Sagala (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran,  Alfabeta Bandung.

Arsyad, A (2006). Media Pembelajaran.  PT RajaGrafindo Persada Jakarta.


http://sitiyuliana91.blogspot.com/

http://muhammadden1.blogspot.com/2015/06/strategi-membangun-komunikasi-efektif.html
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/185-
komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai