OLEH :
HELMAN
IDA ROBIYANTI
RAHMAD PUTRA
RIQA AQRIYANTI
PROGRAM STUDI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Aplikasi
Konsep Komunikasi dalam Program Kesehatan Mayarakat” ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai tugas Mata Kuliah Komunikasi Kesahatan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat untuk para
pembaca.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari internet yang ada
kaitannya dengan makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak
lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada orang tua kami, dosen pembimbing kami, dan teman-teman kami
yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
....1
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR
ISI....................................................................................................................................3
BAB I :
PENDAHULUAN.................................................................................................5
Latar
Belakang.................................................................................................................................5
Rumusan
Masalah............................................................................................................................6
Tujuan Penulisan
Makalah...............................................................................................................6
BAB II :
PEMBAHASAN...............................................................................................................7
Pengertian P-
Proses……………………………………………………………………………….7
Analisis masalah
komunikasi……………………………………………………………………...7
Strategik
desain……………………………………………………………………………………8
Pengembangan
media…………………………………………………………………………....13
Review………………………………………………………………………………………...
…13
BAB III :
PENUTUP...........................................................................................................31
Kesimpulan...................................................................................................................................
.31
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam manajemen. Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana,
kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan/ ide dari
satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang
dipertukarkan tersebut.
Dalam sejarahnya, ilmu komunikasi dikembangkan oleh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu.
Sehingga para ilmuwan tersebut mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka
masing-masing. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen dalam Wiryanto (2004) mendifinisikan
komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima
melalui beragam saluran. Sedangkan menurut Hoveland dalam Wiryanto (2004) komunikasi
adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu
yang lain.
Gode dalam Wiryanto (2004) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses
yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau
beberapa orang. Raymon S. Ross dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga
membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris, menurut Mulyana (2003), berasal
dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis)
adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan
akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat ”Kita berbagi pikiran”, ”Kita mendiskusikan makna”, dan ”Kita mengirimkan
pesan”.
BAB II
PEMBAHASAN
1. P-PROSES
P-Procces adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap bagaimana
mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Selama ini P-Process telah
memberikan kerangka kerja yang mantap dan mudah diterapkan untuk pengembangan
strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan pelatihan. Kerangka
kerja ini digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-macam stakeholder yang
terlibat dalam perancangan dan perwujudan program komunikasi kesehatan strategis.
Langkah-langkah P-Procces
P-Process dikembangkan pada tahun 1983 dan digambarkan seperti ilustrasi berikut.
Mendengarkan khalayak sasaran yang potensial, menilai kebijakan, sumber daya, kekuatan
serta kelemahan program yang sudah ada dan menganalisa sumber daya komunikasi.
Dalam penjabaran lebih luas, tahapan dalam proses komunikasi dapat disusun sebagai
berikut:
1. Formulasi misi lembaga: pernyataan umum tentang tujuan, filosofi dan alasan
berdirinya/keberadaan lembaga yang bersangkutan.
2. Melakukan analisis terhadap kondisi dan kemampuan internal lembaga (:evaluasi diri).
Dalam menganalisa suatu masalah komunikasi kita dapat menggunakan teori 5W+IH
Dalam menentukan strategic dalam komunikasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ;
Berhasil tidaknya kegiatan (proses) komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi.
Fungsi ganda strategi komunikasi baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun
secara mikro (single communication medium strategy) antara lain :
Menyebarluaskan informasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Menyebarluaskan informasi yang bersifat informatif, persuasive dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan.
Salah satu cara untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan Who
Says What in Which Channel to Whom with What Effect (Harold Laswell).
Dengan demikian, strategi komunikasi dapat dihubungkan dengan komponen-komponen
yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam paradigma Lasswell tersebut.
3 tujuan utama :
Komponen pertanyaan 'efek apa yang diharapkan' mengandung pula pertanyaan "When",
"How" dan "Why".
Efek yang diharapkan dalam proses komunikasi bisa berjenis-jenis, antara lain : menyebarkan
informasi, melakukan persuasi (behavior change), melaksanakan instruksi.
Cara bagaimana berkomunikasi (how to communicate) dapat berupa : komunikasi tatap muka
atau komunikasi bermedia.
Proses Komunikasi :
Pesan
Media
Diharapkan dapat menerima setiap pesan baik secara inderawi (received) maupun rohani
(accepted).
Tentukan target audience dan target group.
Ketahui frame of reference. Baca teori 'Individual Differences Theory', 'Social Categories
Theory', 'Social Relationships Theory', 'Two Step Flow of Communication', dan 'Cultural
Norms Theory'.
Efek
Efek timbul pada komunikasn sebagai sasaran komunikasi, sebagai akibat adanya
perubahan psikologis.
Dapat diklasifikasikan ke dalam efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.
Peranan Komunikator
Pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action Procedure) dapat menjadi strategi
alternatif.
Seorang komunikator harus memiliki daya tarik (source of attractiveness).
5. Evauasi Dampak
Mengukur dampak pada khalayak sasaran dan menentukan cara meningkatkan proyek yang
akan datang
6. Merencanakan Kesinambungan
Menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah dan merencanakan kesinambungan serta
kemandirian.
2.1 Analisis
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk menangani masalah sampah yang semakin
merisaukan masyarakat, seperti adanya Undang-Undang No.32 tahun 2009 mengenai
Lingkungan Hidup, pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura. Sebenarnya kebijakan-
kebijakan yang telah dicanangkan sudah baik, akan tetapi masyarakat saja yang kurang
kesadarannya untuk ikut serta dalam menangani sampah. Mereka hanya berkoak-koak tanpa
melakukan apapun dalam menghadapi sampah, dan akhirnya mengeluh pada pemerintah
ketika sampah yang mereka hasilkan telah menimbulkan banyak kerugian. Misalnya,
masyarakat sekitar sungai sering membuang sampahnya ke sungai. Akibatnya sungai
dipenuhi sampah, airnya kotor, alirannya pun tidak lancar. Ketika hujan tiba, banjir pun tidak
dapat dielakkan. Rumah masyarakat sekitar sungai akhirnya terendam banjir. Apabila
kejadian ini terjadi, tak ayal mayarakat juga yang dirugikan. Masyarakat yang menciptakan,
masyarakat juga yang menerima akibatnya. Belum berhasilnya kebijakan yang ada
dikarenakan sinergi antara kebijakan yang dibuat pemerintah bersama kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan.
- Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat.
Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah dengan
pengelolaan sampahnya yang tidak memadai.
- Selama ini ada anggapan bahwa sampah menimbulkan pemanasan global.
Berdasarkan penelitian anggapan tersebut tidak 100% benar. Sampah yang dibuang begitu
saja berkontribusi dalam mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat menghasilkan
gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfer bumi. Rata-rata tiap satu ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metan. Gas metan itu sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga
20-30 kali lebih besar dari karbondioksida (CO2). Gas metan berada di atmosfer selama
sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,30 C per tahun.
- Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang sembarangan, salah
satunya yang dibuang ke sungai atau aliran air lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat aliran air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan meluap
menyebabkan banjir.
- Sampah juga dapat mengurangi nilai estetika.
§ Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya
terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan
diperbolehkan di tempat itu. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di
tempat itu.
§ Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat
pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu
perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, akan
menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah sembarangan.
§ Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan kesadaran dari dirinya sendiri.
Contohnya si A tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan hidup bersih dan selalu menjaga
kebersihan. Ketika si A berada pada lingkungan yang berlawanan dengan lingkungan
awalnya, dia akan berusaha untuk merubah atau memperbaiki lingkungan tersebut sesuai
dengan lingkungan yang diharapkannya atau dia pindah ke lingkungan yang sesuai dengan
harapannya.
è Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya suatu perilaku
membuang sampah sembarangan. Masalah membuang sembarangan sudah menjadi pola
perilaku di masyarakat yang biasa karena banyak orang melakukannya.
Dalam pembuatan program ini, kita dapat berkerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan masyarakat secara langsung. Dapat juga menggunakan model yang sesuai dengan
program yang akan dilaksanakan. Model yang dimaksud adalah seseorang yang berpengaruh
dan biasanya dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dapat bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan, serta Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
Menganalisa masalah cara membuang sampah, sebenarnya masyarakat sudah banyak yang
tahu dan paham. Akan tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang belum membuang
sampah pada tempatnya.
è Malas
è Tidak adanya tempat sampah di sembarang tempat
Media komunikasi sudah menjangkau masyarakat dengan baik. Jadi, program ini selain
diberikan secara langsung pada masyarakat, juga dapat dilakukan melalui media.
Dalam menangani masalah sampah ini, sudah banyak poster ataupun leaflet yang disebarkan
guna memberikan informasi. Tetapi, nampaknya masih banyak dari masyarakat yang belum
memiliki kesadaran untuk selalu membuang sampah di tempat yang disediakan.
Penyuluh
Penyuluh memerlukan pelatihan mengenai program ini agar dapat melakukan penyuluhan
dengan baik dan menarik, sehingga penerima pesan atau sasaran dapat menerima informasi
yang diberikan dengan baik pula. Selain itu, penyuluh yang baik, juga dapat memunculkan
rasa percaya dalam diri masyarakat tentang informasi yang diberikan.
2.2 Design Strategy
è Target yang akan dicapai adalah mengurangi, menurunkan, serta diharapkan dapat
menghilangkan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.
è Target harus dicapai untuk mencegah semakin banyaknya penyakit yang bermunculan
akibat sampah, selain itu juga untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan yang telah
berkurang akibat sampah.
o Diharapkan, setelah program ini dijalankan, sebagian besar masyarakat sudah sadar untuk
membuang sampahnya pada tempatnya, bukan menumpuknya di depan rumah, atau
membuangnya ke sungai.
v Achieveable yaitu keyakinan yang dimiliki untuk mencapai target, yakni memiliki
keyakinan bahwa dengan adanya program ini, kebiasaan buruk masyarakat dapat dirubah.
v Realistic yaitu dengan adanya program ini diharapkan hampir 50% dari masyarakat yang
dituju, dapat membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
2.2.2 Segmentasi
2.2.3 Sasaran
è Pada kegiatan ini yang menjadi sasaran primernya adalah masyarakat luas.
è Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lain yang dapat memberikan pengaruh
besar kepada masyarakat luas.
Model perubahan perilaku yang dimungkinkan adalah Model Kurt Lewin. Dimana menurut
Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan penahan (resisting forces). Teori ini dinamakan (force field
analysis).
Dalam hal ini, untuk merubah perilaku masyarakat memerlukan strategi, seperti
menggunakan pendekatan key person dan juga pendekatan secara keseluruhan (komunitas).
Pendekatan key person, ditujukan kepada tokoh agama, tokoh mayarakat, atau tokoh lain
yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Dengan pendekatan ini
diharapkan togamas dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Sedangkan
pendekatan komunitas ditujukan kepada msayarakat luas. Diharapkan masyarakat akan
mampu dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Jadi masyarakat tidak hanya
menjadi penerima informasi, tetapi mereka juga berperan sebagai pelaku dari program ini.
Membuang sampah sembarangan memang bukanlah hal yang amat tabu sekarang. Bahkan
telah menjadi kebiasaan dari banyak orang. Program ini diciptakan, disosialisasikan,
dilaksanakan guna untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini. Karena, semakin
banyak orang yang membuang sampah sembarangan, maka akan semakin banyak pula
masalah yang timbul, misalnya :
a. Sampah di sungai, akan menyebabkan aliran air tidak lancar. Akibatnya terjadi banjir.
b. Tumpukan sampah di jalan-jalan, mengakibatkan bau yang tidak sedap serta
mengurangi nilai estetika.
c. Tumpukan sampah dapat digunakan sebagai sarang vektor dan rodent, sehingga
berbagai penyakit akan bermunculan. Contohnya : diare, kolera, tifus, dll.
Apabila masyarakat masih saja membuang sampahnya sembarangan, maka masalah yang
timbul akan semakin parah. Jadi dengan adanya program ini, diharapkan perilaku masyarakat
akan berubah, sehingga masalah akan berkurang, kesehatan masyarakat pun terjaga.
d) Menentukan Posisi
è Fisik
è Material
Untuk melakukan hal-hal diatas kita harus mempunyai sebuah kiat-kiat dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut, antara lain:
Saluran atau media merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sebuah program
atau kegiatan. Dalam kegiatan ini saluran atau media yang dapat digunakan adalah poster,
leaflet, iklan di media massa, serta lewat pendidikan mengenai kebiasaan membuang sampah
dengan benar sedini mungkin.
ü Jadwal kerja kegiatan “Desa Bebas Sampah” yang dilaksanakan di Desa Mekar :
- Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan dengan woro-woro di desa yang dituju,
menyebarkan leaflet, menempelkan poster-poster.
- Sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di depan
rumah dan di sungai.
- Melakukan kegiatan kerja bakti ini rutin pada setiap minggu.
- Dalam kegiatan ini juga akan dinilai RT mana yang paling bersih dan paling mampu
memanfaatkan sampah seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.
- Setiap bulannya, akan diberikan reward kepada warga yang menjadi promotor
kebersihan RT-nya, serta punishment bagi warga yang enggan mengikuti kebersihan ini dan
yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini diberikan setiap
harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
- Usai kegiatan, akan diadakan evaluasi mengenai kemajuan dan perubahan sikap dari
masyarakat. Evaluasi dilakukan oleh Togamas didampingi oleh penyuluh.
ü Monitoring dilaksanakan secara rutin mulai dari perencanaan program, sampai dengan
program ini dilaksanakan dan seterusnya selama program ini masih terus berjalan.
ü Anggaran Biaya
- Untuk percetakan poster dan leaflet yang disebarkan ke Desa Mekar akan
mengeluarkan biaya sekitar Rp 100.000. Poster dan leaflet tersebut hanya diebarkan pada
awal pelaksanaan program.
- Pemasukan didapatkan dari iuran rutin dan swadaya dari masyarakat. Mengapa
diambil dari swadaya? Karena pada masyarakat desa, umumnya mereka masih memiliki rasa
gotong royong yang besar dan rasa “sungkan” kepada tetangganya. Biasanya mereka lebih
senang apabila diikutsertakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama.
Program ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan beserta Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup.
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan program. Apabila program yang ada dirasa masih kurang baik, maka bisa
dilakukan evaluasi sehingga dapat diambil keputusan bagaimana cara untuk memperbaikinya.
Evaluasi dilaksanakan mulai dari tahap awal perencanaan program, sampai dengan
seterusnya selama program masih dijalankan. Pada tahap awal, dapat dilakukan dengan
melakukan pre-test kepada masyarakat mengenai pengetahuan mereka mengenai sampah,
seperti bagaimana cara mereka membuangnya, cara memanfaatkannya, dan sebagainya.
Sedangkan evaluasi pada tahap pelaksanaan dapat dilakukan dengan post-test, dimana
pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan pada pre-test. Diharapkan jawaban dari
masyarakat menjadi lebih baik setelah mendapatkan sosialisasi dan informasi dari kegiatan
ini.
Monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan
pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat
dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Pada umumnya, monitoring dilakukan
bersamaan dengan evaluasi program. Monitoring berkaitan dengan pengawasan, supervisi,
dan mempunyai hubungan erat dengan penilaian program.
2.3 Pengembangan dan Uji Coba
2.3.1 Pengembangan
Ø Guideline
Menyusun kerangka program yang sudah ada. Dengan menambahkan adanya reward dan
punisment sebagai pendorong untuk melakukan tindakan bersih dan sehat tanpa sampah.
Program yang akan dijalankan adalah program “Desa Bebas Sampah.” Alat dan bahan yang
dibutuhkan antara lain:
è Alat-alat pendukung penyuluhan tentang masalah sampah dan solusinya serta mengenalkan
program “Desa Bebas Sampah” yang akan dilaksanakan.
Ø Modul
Segala sesutau yang dibutuhkan dalam pemberian informasi kepada masyarakat, bisa berupa
bahan bacaan atau alat peraga yang sebelumnya telah diuji cobakan kepada sasaran sekunder.
Ø Media
Media yang digunakan adalah leaflet yang disebarkan di setiap desa dan poster yang dipasang
di tempat-tempat umum yang biasa menjadi tempat berkumpulnya warga, misalnya di balai
desa, toko, warung, poskamling dan tempat umum lainnya. Kemudian diadakan kegiatan
semacam training bagi warga mengenai apa yang dibahas dalam leaflet yang telah diterima
masyarakat dan poster yang telah ditempel di berbagai tempat umum. Dari kegiatan tersebut
diharapkan ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat tanpa
sampah yang berserakan dimana - mana.
2.3.2 Uji Coba
è Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang berpengaruh,
diharapkan mampu memberikan masukan mengenai pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, serta memberi masukan demi kelancaran program.
2.3.2.2 Sasaran
è Sasaran sekunder : tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh lain yang medukung
kelancaran program
2.3.2.3 FGD
2.3.2.4 Revisi
è Revisi dilakukan setelah tahap uji coba program “Desa Bebas Sampah” terlaksana. Apabila
dalam uji terdapat kesalahan, maka akan dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan.
2.3.2.5 Uji Coba Ulang
è Uji coba ulang dilakukan setelah revisi selesai. Dimana program yang telah direvisi telah
siap untuk diuji cobakan kembali sebelum akhirnya dilaksanakan.
Dalam program ini, terdapat berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan, seperti :
- Memilih RT mana yang paling bersih dan paling mampu memanfaatkan sampah
seperti yang telah dijelaskan oleh penyuluh.
- Setiap bulannya, memberikan reward kepada warga yang menjadi promotor
kebersihan RT-nya, serta memberikan punishment bagi warga yang enggan mengikuti
kebersihan ini dan yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan. Punishment ini
diberikan setiap harinya kepada pelaku buang sampah sembarangan.
Untuk memperlancar jalannya kegiatan demi keberhasilan program, dibutuhkan cara untuk
menyebarkan informasi pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pembuat program bisa
menyebarkan informasi ini melalui media cetak, seperti poster dan leaflet. Selain itu, bisa
juga dengan menulis artikel-artikel yang berkenaan dengan sampah dan kebersihan
lingkungan untuk selanjutnya diinfromasikan kepada masyarakat.
Melakukan pelatihan terhadap penyuluh. Penyuluh harus dilatih agar dapat menyampaikan
informasi yang sesuai dengan cara yang menarik, sehingga timbul rasa percaya dalam diri
masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hal-hal yang perlu dilatih antara
lain:
b. Kemampuan untuk mengajak (secara persuasif) dengan retorika serta bahasa
penyampaian yang mudah diterima masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan
terbentuk untuk hidup bersih dan sehat tanpa sampah dengan diadakannya kerja bakti tiap
minggunya.
c. Kemampuan untuk mensuasanakan masyarakat agar terus bersemangat dan memiliki
optimisme bahwa program ini akan berjalan dengan lancar dan berhasil, bukan hanya sekedar
euforia belaka (sementara).
d. Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta hadir sebagai pemberi solusi
masalah sampah yang ada di lingkungan mereka.
Dalam program ini, bisa dihadirkan perwakilan dari Dinas Kesehatan atau Dinas Kebersihan
dan Lingkugan Hidup untuk memberikan informasi mengenai sampah, misalnya mengenai
dampak membuang sampah sembarangan dan manfaat dari membuang sampah pada
tempatnya. Selain itu bisa juga dihadirkan orang-orang yang dulunya mempunyai kebiasaan
membuang sampah sembarangan dan sekarang telah menjadi orang yang sukses karena
sampah. Kesuksesan mereka dapat setelah mengetahui bagaimana cara memanfaatkan
sampah dengan baik, misalnya dengan cara daur ulang. Dengan kehadiran orang-orang
seperti ini, diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih perhatian terhadap sampah
dan bukan membuangnya sembarangan.
Dalam tahap ini, kembali diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh program terhadap masyarakat. Dengan hasil pre-test dan pos-test, pembuat program
dapat mengetahui apa saja kekurangan-kekurangan dalam program, sehingga dapat dilakukan
evaluasi mencakup seluruh aspek yang mendukung program. Misalnya, setelah evaluasi
diketahui masih terdapat kekurangan pada pihak panitia dalam mempersiapkan tempat atau
keperluan lain. Akhirnya pada kegiatan selanjutnya, pihak panitia diharapkan dapat
mengantisipasi kesalahan agar kegiatan dapat berjalan lebih baik.
Pada tahap 2, terdapat beberapa kegiatan yang mendukung berjalannya program. Salah
satunya yakni sosialisasi pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, terutama di
depan rumah dan di sungai. Dalam melakukan sosialisasi ini, penyuluh terlalu kaku saat
menyampaikan materinya. Sehingga masyarakat kurang tertarik dengan apa yang
disampaikan. Untuk itu, penyuluh diberikan pelatihan kembali agar pada kegiatan yang
selanjutnya, penyuluh dapat menyampaikan informasi dengan lebih baik dan menarik.
2.5 Evaluasi
a. Pemateri
Pada tahap perencanaan, diharapkan pemateri dapat menyampaikan informasi dengan baik
dan menarik, sedangkan dalam implementasinya, pemateri tidak mampu melakukannya.
Sehingga untuk mendapatkan kemampan pemateri sesuai yang diharapkan, maka harus
dilakukan pelatihan ulang kepada pemateri. Namun apabila setelah mendapatkan pelatihan
ulang si pemateri masih saja belum mampu menyampaikan informasi dengan baik dan
menarik, maka program ini dapat dilanjutkan melalui media yang ada.
Pada saat pelaksanaan, bisa terjadi berbagai macam persoalan dalam program ini mengenai
masyarakatnya. Contohnya, masyarakat yang masih pasif dan belum bisa memberikan
usulan-usulan tentang bagaimana cara untuk mengembangkan program. Masyarakat yang
pasif ini bisa terjadi karena mereka masih belum berusaha menyampaikan pendapat atau
aspirasinya dalam diskusi yang dilakukan atau dalam kegitan-kegiatan yang dilaksanakan.
c. Media
Adanya kesalahan dalam penggunaan media. Contohnya, leaflet yang ditempel dan bukannya
diberikan kepada masyarakat secara langsung.
Dalam evaluasi ini, dilihat apakah program yang dilaksanakan telah mampu menyelesaikan
masalah atau belum. Di sini, pembuat program menyusun report atau laporan peran program
terhadap peningkatan perilaku masyarakat. Setelah dilaksanakan, program ini telah
memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku masyarakat dari yang kurang
memperhatikan sampah menjadi peduli dengan masalah sampah yang sejatinya dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Meskipun telah dapat merubah perilaku masyarakat
menjadi lebih baik, namun dalam program ini perlu adanya variasi kegiatan yang dapat
membuat masyarakat terus-menerus mempertahankan perilaku yang baik ini.
Program ini membutuhkan saran/masukan yang didapat dari hasil evaluasi sebelumnya, yakni
:
Untuk mengatasi ini, akan dilakukan pelatihan lagi terhadap pemateri/penyuluh agar bisa
lebih luwes dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga dengan melakukan
pengembangan media.
Untuk masyarakat yang masih kurang aktif (pasif) dalam menyampaikan aspirasinya, bisa
diberikan pelatihan juga kepada masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan berbicara di
depan umum. Selain itu, untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu
berbicara di depan umum karena malu, dapat diberikan pelatihan bagaimana cara menuliskan
aspirasi/pendapatnya dalam sebuah surat yang bisa dimasukkan ke dalam kotak-kotak kecil
dengan nama “Kotak Aspirasi”. Kotak-kotak ini disediakan panitia untuk masyarakat yang
ingin menuliskan aspirasi/pendapatnya.
c. Media
Untuk ini, penyuluh diberikan pengetahuan juga tentang bagaimana cara menggunakan
leaflet, poster, dan media-media yang lain agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Dalam implementasi pada program selanjutnya, dengan adanya program improvement dapat
membuat program ini berjalan lebih lancar dan lebih baik dari sebelumnya.
§ Menyediakan “Kotak Aspirasi” untuk masyarakat sebagai alat untuk menyampaikan
aspirasi/pendapatnya.
§ Menggunakan media sesuai dengan fungsi dan tempatnya. Contohnya, leaflet untuk
dibagikan secara langsung pada masyarakat, poster untuk ditempel, dan lain sebagainya.
Hasil yang telah didapatkan dari program ini adalah adanya kebiasaan masyarakat yang
positif yaitu rutin untuk kerja bakti bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan
lingkungan mereka dari sampah. Apalagi dengan adanya reward yang menambah semangat
warga untuk berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam program ini serta adanya
punishment yang nantinya akan membuat orang jera untuk melakukan pelanggaran
membuang sampah sembarangan. Jadi ada kontrol dari masyrakat dan panitia program dalam
mengawasi jalannya program ini.
Dampak yang dihasilkan dari program ini adalah semakin banyak warga yang tersadarkan
dan tergerak untuk peduli dengan kesehatan lingkungan dari sampah serta mengembangkan
kreativitas warga dalam memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang sebgai
penghasilan tambahan bagi mereka.
Segala kegiatan yang mencakup program ini, terutama ketika pelaksanaannya, dibuatlah
dokumentasi mengenai jalannya pelaksanaan program ini yaitu kerja bakti tiap minggu serta
dibua juga reportase tentang program tersebut ketika dilaksanakan. Meliput berbagai foto
warga yang sedang kerja bakti, foto warga yang mendapat reward atau punishment sehingga
warga yang lain pun ikut tergerak untuk ikut serta dalam program ini. Kemudian bentuk
komunitas di jejaring sosial misalnya facebook untuk menyebarkan opini tentang program
yang dijalankan dengan mengunggah berbagai foto kegiatan, hasil dari kreativitas warga
sebagai bukti program tersebut dijalankan dan terbukti membawa dampak yang positif
sehingga membuat warga yang lain tertarik untuk membuat program yang serupa. Jika ada
kemungkinan kritik dan saran maka dapat menjadi evaluasi bagi program ini untuk
dikembangkan lebih baik ke depannya. Dengan demikian,semakin banyak orang tertarik dan
tersadarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Sehingga
lingkungan bersih bebas sampah dapat terwujud.
b. Perlunya adanya variasi reward yang dapat membuat warga semakin termotivasi.
c. Perlunya adanya bincang-bincang khusus antar warga dan panitia program guna
mendengarkan keluhan atau kritikan atas program yang dijalankan.
Kelemahan dalam program ini adalah adanya potensi kejenuhan dari warga atas program ini
karena hanya sebagai rutinitas tiap minggu. Jika dilihat dari prosesnya, program ini
sebenarnya mampu untuk menarik minat masyarakat untuk hidup bersih, namun tidak
menutup kemungkinan adanya kejenuhan dari masyarakat akan kegiatan yang monoton.
Tetapi hal ini bisa dicegah dengan adanya pengembangan program sesuai dengan masyarakat
yang dinamis yang telah disebutkan di pembahasan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian tentang perencanaan komunikasi organisasi di atas mulai dari hakekat
perencanaan komunikasi, berbagai pendekatan dalam perencanaan komunikasi, langkah-
langkah kegiatan dalam merealisasikan pendekatan yang meliputi promosi, edukasi, motivasi,
pelembagaan / legitimasi, mobilisasi/penggalangan, aksi/penetresi, monitoring
/pemantapan/pemeliharaan dan evaluasi. Semua poin-poin tersebut merupakan elemen-
elemen penting yang dijadikan pedoman dalam membuat perencanaan, proses perencanaan,
dan hasil dari perencanaan yang telah ditentukan dalam perencanaan komunikasi suatu
organisasi.
Setelah memahami dengan baik tentang perencanaan komunikasi pada sebuah organisasi,
maka hasil yang ingin dicapai sebelumnya bisa terlaksana secara efektif dan efisien. Hal ini
berlaku dalam semua bentuk organisasi baik yang bergerak di bidang jasa maupun produk
yang bernaung di bawah pemerintah maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Aink. 2011. Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta
Tujuan Evaluasi Program, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23917/3/Chapter
%20II.pdf, diakses pada 19 November 2013
Demartoto,Argyo.2010.SosiologiKesehatan,http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/sosiolog
i-kesehatan1.pdf, diakses pada 19 November 2013
1. Saluran interpersonal
2. Media cetak
7. Media lainnya
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
Mata kuliah Media dan Teknologi Pembelajaran
Dosen pengampu Bapak Yan yan Nurjani M. Pd
Disusun oleh :
Kelompok 2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT. tuhan semesta alam, shalawat serta salam semoga tercurah
limpah kepada nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, shahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya dan
semoga sampai kepada kita sebagai umatnya. Penulis bersyukur kepada illahi robbi yang telah
memberikan taufik dan hidayahNya kepada penulis sehingga makalah Media dan Teknologi
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilapan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan supaya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
Kepada bapak Yan yan Nurjani, M.Pd selaku dosen yang telah memberikan tugas terstruktur
berupa makalah mengenai “KOMUNIKASI PEMBELAJARAN” dan kepada semua pihak yang telah
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………… ... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..………..
1
Latar belakang masalah……………………………………………………………………...….
1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………....…...
3
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………… .....
4
Manfaat Penulisan…………………………………………................................
…………….. 4
Sistematika Penulisan………………………………………………........…………………..
…. 5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……….
……. 6
A. Pengertian Komunikasi Pembelajaran………………………………...
……………… 6
1. Pengertian Komunikasi…………………………………………………...............
…. 6
2. Pengertian Pembelajaran………………………………………….............
………… 7
3. Pengertian Komunikasi pembelajaran………………………………….....
…………. 8
B. Fungsi Komunikasi Pembelajaran………………………………………...
………… 9
1. Fungsi Komunikasi Sosial………………………………………………...........
……. 9
2. Komunikasi
Ekspresif........................................................................................................
11
3. Komunikasi Ritual………………………………………………………….......
…. 12
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
………………………………………… 13
C. Prinsip Komunikasi Pebelajaran…………………………………................
……. 14
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………….. 21
A. Kesimpulan………………………………………………………...............
….. 21
B. Saran……………………………………………………………………....….
21
C.
Rekomendasi………………………………………………………………...... 22
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................
..... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Kegiatan komunikasi ini
berlangsung dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, selama manusia hidup dan selama melakukan
aktivitasnya. Kalau kita mengamati sekitar kita, kita akan melihat bahwa komunikasi merupakan
aktivitas yang paling penting dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Bahkan dapat dipastikan, di
mana manusia hidup bersama-sama dengan orang lain maka di sana selalu ada kegiatan komunikasi,
Komunikasi dalam pembalajaran dewasa ini mendapatkan perhatian yang luar biasa. Hal ini
dilatarbelakangi pentingnya memilih cara komunikasi dalam proses pembelajaran agar kegiatan
tersebut mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Komunikasi yang efektif berkolerasi dengan
Kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif merupakan salah satu kompetensi
yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan, serta peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Guru sebagai learning agent berkewajiban memiliki kualifikasi akademik yang
diperoleh melalui perguruan tinggi yang terakreditasi (S1/D4) dan memiliki 4 kompetensi. Salah
satunya adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua /
yang sangat penting untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Karena, tanpa adanya
komunikasi tidak mungkin peroses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, karena
komunikasi adalah Kunci utama untuk berinteraksi antara guru dengan peserta didik. Komunikasi
bukan berarti hanya berintraksi dengan menggunakan bahasa lisan semata, akan tetapi komunikasi
juga bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa tulis dan bahasa isyarat atau gerak tubuh.
Selain itu, sering dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur,
media pembelajaran,dan lain-lain.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dan sebagainya),
dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima
(menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Dalam pembelajaran terjadi proses
komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar
pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah
laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas
Pembelajaran yang baik dan efektif akan memberikan ruang dan peluang agar anak dapat
belajar lebih aktif serta dapat mengeksplorasi keingintahuan melalui kemampuan / potensi yang
dimilikinya, dan hal ini memerlukan bantuan/bimbingan yang baik dan tepat dari guru/pendidik dan
disertai kearifan professional. Melihat betapa pentingnya komunikasi dalam proses belajar
mengajar, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai komunikasi pembelajaran dan
Dengan latar belakang yang telah kami paparkan, maka kami dapat merumuskan masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi STAI Al-Musaddadiyah, dengan adanya pembahasan mengenai komunikasi pembelajaran ini
diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dalam mata kuliah media dan teknologi pembelajaran.
2. Bagi dosen, penyusunan makalah ini bermanfaat bagi dosen untuk memberikan pemahaman
3. Bagi mahasiswa, dengan adanya pembahasan komunikasi pembelajaran ini diharapkan dapat
menjadi sumber pengetahuan serta memotivasi mahasiswa untuk lebih mendalami hal-hal yang
4. Secara teoritis bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan penulis pada khususnya untuk menambah pengetahuhan dan wawasan dalam hal
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam makalah ini adalah terdiri dari: Bab 1.
Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penulisan; Manfaat
Penulisan dan Sistematika Penulisan;. Bab 2. Pembahasan: terdiri dari pengertian komunikasi
pembelajaran; fungsi komunikasi dalam pembelajaran; pinsip komunikasi dalam pembelajaran;. Bab
Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang
telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki
pengertian yang sedikit lebih detail. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki
beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. (Suranto : 2005).
Dari beberapa definisi di atas dapat penulis pahami bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi. Kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan
cara penyampaiannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar
Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap
interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk
mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya.
Menurut Corey (1986 :195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1999 :297) pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks,
dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Proses pembelajaran aktivitasnya
dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar
akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan pembelajaran yang telah
Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi edukatif untuk membuat siswa belajar secara aktif dan mampu mengubah perilaku melalui
pengalaman belajar.
lain supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan
efisien.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan
komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan
tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi
dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam
komunikasi ini. Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang
dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik
yang positif.
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis
maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan
Sebagai komunikator atau mediator, guru harus menyadari bahwa sekolah berada di tengah-
tengah masyarakat, karenanya sekolah tidak boleh menjadi “menara gading” yang jauh dan terasing
dari masyarakat. Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi masyarakat (dan peserta didik
adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian dari anggota komunitas masyarakat). Menghindari
persoalan tersebut, maka guru harus memerankan dirinya untuk mampu menjadi “bridging”
(menjembatani) atau menjadi mediator antara sekolah dan masyarakat melalui upaya cerdas dalam
memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
benda, situasi, kebudayaan, serta industry sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
B. Fungsi Komunikasi Pembelajaran
Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, Komunikasi mempunyai dua fungsi
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia akan hilang, karena ia tidak punya
waktu untuk mengatur diri mereka sendiri dalam lingkungan sosial. Tanpa terlibat dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia beradab
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa kita, dan yang hanya dapat diperoleh melalui
informasi orang lain yang diberikan kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan
manusia lain mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki. Kita menyadari bahwa kita
adalah manusia karena orang di sekitar kita menunjukkan kepada kita melalui perilaku mereka.
Anda mencintai diri sendiri jika Anda memiliki cinta, Anda berpikir Anda pintar ketika orang di
sekitar Anda mengaggap Anda cerdas, Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika orang di sekitar
Anda mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang
terdekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Orang tua kita, atau siapa pun yang peduli untuk pertama
kalinya, mengatakan kepada kita melalui kata-kata dan tindakan yang kita lakukan.
b. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ini disebut aktualisasi diri atau lebih
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat dalam seminar. Meskipun penanya
telah memperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, pena
atau komentator sering berbicara panjang lebar, mengajarkan penonton, dengan argumen yang
tidak relavan. Karena mereka merasa paling benar dan yang paling penting, semua orang ingin
Sejak lahir, kita tidak bisa hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan
minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi,
Melalui komunikasi kita juga bisa memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan
kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat,
kebanggaan, dan bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami
berbagai perasaan dan membandingkan kualitas perasaan satu dengan perasaan orang lain.
2. Komunikasi Ekspresif
Kebanyakan komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang, marah,
Namun, paling besar dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan, "saya
tak marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya tajam. Orang
akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa verbalnya. Komunikasi ekspresif nanti
penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai
memperingati tanggal bersejarah. Mereka yang terlibat dalam komunikasi ritual dianggap berusaha
menegaskan sebagai bagian dari kelompok yang merayakannya. Komunikasi ritual juga dianggap
Seseorang yang baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan
komunikasi ritual yang baru. Mereka seolah diwajibkan untuk melakukan komunikasi ini untuk
menunjukkan bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya
mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau yang sering disebut ospek.
Selain untuk komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan untuk
mempererat kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman
dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual yang paling penting,
Deddy juga menganggap hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya makhluk
rasional. Karena komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio. Namun,
manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda. Misalnya, demi
memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas, atau menciptakan rasa kondusif dan
tenteram.
berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta dan informasi
menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita
gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan
hubungan tersebut.
pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,
keuntungan material, ekonomi dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan
(impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan,
mengobral janji, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa
diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis.
Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang
1. Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami
bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling menghargai
merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling
menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang
dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.
Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa
lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang
lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid
maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi sebuah
2. Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita
dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama
atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan
pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan
empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada
3. Audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda
dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut
maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan
baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media
maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang
4. Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena
tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat
dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan
menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai
5. Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini
merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara
agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi
keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua
arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan
harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif
antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-
lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan
komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi,
memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan
mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang
mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Komunikasi dikatakan efektif dalam pembelajaran apabila terdapat aliran informasi dua arah
antara pendidik dengan peserta didik dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan
harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami
1. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
3. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang
5. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang
diajak berkomunikasi karena para peserta didik juga terlahir dari budaya yang berbeda, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa
komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau
sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal
ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang
positif bagi siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan
komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini
berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat hubungan saling
mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar
terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena
pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas
yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban
tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain
supaya mencapai keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan efisien
2. Menurut William I.Gordon, Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut kerangka
yang dikemukakan, yakni: fungsi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan
komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut.
B. Saran
1. Para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa
kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media,
2. Diharapkan agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan
media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari
pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran untuk
3. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses
pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman
4. Untuk membangun komunikasi efektif seseorang harus memiliki karakter yang kokoh yang dibangun
dari integritas pribadi yang kuat, karena seorang pendidik menjadi factor yang terus disorot oleh
siswa, oleh karena itu apabila Anda seorang pendidik diharapkan bisa menjadi teladan yang baik bagi
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan rekomendasi
1. Kepada Para Dosen STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat mengontrol terhadap mahasiswa, agar
mampu mewujudkan mahasiswa yang dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan materi
2. Kepada para mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat menerapkan dan memanfaatkan
hal-hal apa saja yang berkaitan dengan materi tentang pengembangan sistem evaluasi,
khususnya pengertian, kedudukan, fungsi, tujuan, kegunaan, jenis, syarat-syarat dan sistem evaluasi
pendidikan islam.
DAFTAR PUSTAKA
Adang H, Darmajari, Arip S (2012). Metodologi pembelajaran kajian teoritis praktis. LP3G
http://muhammadden1.blogspot.com/2015/06/strategi-membangun-komunikasi-efektif.html
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/100-artikel/artikel-manajemen/185-
komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran