NIM: 1810201069
Adalah masjid raya kesultanan Yogyakarta yang terletak di sebelah barat kompleks
alun-alun utara Kraton Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sultan
Hamengku Buwono I Bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat dan Kyai
Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei
1773 M atau 6 Rabi’ulakhir 1187 H. Masjid
Gedhe Kauman yang terletak di sebelah barat Alun-alun Utara. Secara
simbolis hal itu merupakan langkah transendensi untuk menunjukkan keberadaan
sultan, yaitu di samping sebagai pimpinan perang atau penguasa pemerintahan
(senopati ing ngalaga), juga sebagai sayidin panatagama khalifatullah (wakil Allah) di
Masjid Gedhe Kauman sebagai masjid jami’ kerajaan mempunyai fungsi
sebagai tempat beribadah, tempat upacara-upacara keagamaan, pusat syiar agama, dan
tempat penegakan tata hukum keagamaan. Pagongan di halaman masjid – sisi utara
untuk gamelan Kiai Nogowilogo dan selatan untuk Kiai Gunturmadu – berkaitan erat
dengan fungsi masjid untuk upacara ritual keagamaan dan syiar agama, yaitu Sekaten
pada bulan Maulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Perlu
diketahui bahwa selain dibunyikan gendhing-gendhing dalam upacara Sekaten juga
diadakan garebeg dengan gunungannya yang prosesinya dimulai dari keraton, dan
diakhiri di dalam lingkungan Masjid Gedhe. Perpaduan unsur seni-budaya untuk
dakwah tersebut sudah berkembang sejak zaman Kerajaan Demak pada abad ke-16,
dan terus berlanjut sampai sekarang. Adapun penegakan hukum dimanifestasikan
dengan pengadilan Surambi untuk urusan perdata, perkawinan, dan warisan.
2. SD Muhammadiyah Kauman
Alhamdulillah, Dengan sejarah panjang yang penuh dengan perjuangan para pejuang
pendidikan di sekolah tersebut dan dukungan dari semua elemen masyarakat saat ini SD
Muhamka telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesat. SD Muhamka sekarang
telah memiliki 18 rombongan belajar (paralel 3 kelas) dengan daya tampung melebihi 500
peserta didik. SD Muhamka juga telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
pendidikan yang akan mendukung proses belajar mengajar yang ideal, nyaman, serta
menyenangkan.
3. Makam Nyai Ahmad Dahlan ( Nyai Siti Walidah)
Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah di Kauman, Yogyakarta,
pada tahun 1872. Ia adalah putri dari Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang ulama dan
anggota Kesultanan Yogyakarta;[1] daerah bertempatnya tokoh agama banyak dari
keraton.[2] Dia bersekolah di rumah, diajarkan berbagai aspek tentang Islam,
termasuk bahasa Arab dan Alquran, dia membaca Alquran dalam naskah Jawi.[3]
Nyai Ahmad Dahlan menikah dengan sepupunya, Ahmad Dahlan.[1] Saat Ahmad
Dahlan sedang sibuk-sibuknya mengembangkan Muhammadiyah saat itu, Nyai
mengikuti suaminya dalam perjalanannya.[3] Namun, karena beberapa dari
pandangan Ahmad Dahlan tentang Islam dianggap radikal, pasangan ini kerap kali
menerima ancaman. Misalnya, sebelum perjalanan yang dijadwalkan ke Banyuwangi,
Jawa Timur mereka menerima ancaman pembunuhan dari kaum konservatif di sana
Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada pukul 01:00 siang pada tanggal 31 Mei 1946
dan dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta empat jam
kemudian.
4. Langgar Kidul
6. TK ABA Kauman
TK ABA Kauman sendiri berawal dari Isarat restu Kraton / Kasultanan HB
VII kepada Muhammadiyah terungkap dalam catatan R.H. Hajid yaitu dengan
masuknya Penghulu Kraton Ky. H. Muhammad Kamaludiningrat sebagai anggota
Muhammadiyah dengan nomor stanbuk no. 1 dalam daftar anggota persyarikatan di
Pendopo Dalem Kasultanan Kepengulonan Kauman. Di pendopo Dalem Kasultanan
Kepengulonan Kauman inilah tempat mula berdirinya sebuah Kinder Garten (Taman
Kanak-kanak) yang dilakukan oleh Nyai Walidah Ahmad Dahlan, Siti Umniyah
Ahmad Wardi dan Siti Wasilah Hajid isteri R.H. Hajid (generasi pelopor) pada 1337
H / 1919 M. Kemudian oleh Hoov Bestuur (Pengurus Besar) Moehammadijah
kegiatan Kinder Garten dipindahkan dari Kepengulonan Kauman ke sebelah Barat
Makam Syuhada’ Masjid Gedhe dengan menempati bangunan permanen dan
bangunan itu untuk kegiatan Pengajian Santri Malam Selasa, kantor ‘Aisyiyah dan
pendidikan anak-anak “Siswa Praya Wanita” yang memiliki banyak kegiatan yaitu
Jam’iatul Atfal, Tajmilul Akhlaq, Dirosatul Banat dan Tholabus Sa’adah, sebagai
cikal bakal organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu Nasyiatul ‘Aisyiyah disingkat
N.A (1930). Kegiatan tersebut dilembagakan sebagai tempat “taman” pendidikan
anak-anak dengan nama “Bustanul Athfal” (Taman Kanak-kanak) dengan maksud
agar Taman / Kebun untuk tempat bermain bagi anak itu sehingga kelak mereka itu
menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia melalui system permainan yang
mengandung pendidikan yang Islami.