Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah Individu

KEHILANGAN, BERSEDIH DAN BERDUKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas KD

Disusun oleh:

Fawwaz Fairuz A.B

(19050)

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020

Jl. Aipda Ks. Tubun No. 92-94 JAKARTA BARAT

Telp : (021) 5485709, Fax. 5485709 (021)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdullilah tepat pada waktunya yang membahas tentang “KEHILANGAN, BERSEDIH
DAN BERDUKA”

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua patner yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami. Amin.

Jakarta, 16 Juni 2020

Penyusun

Fawwaz Fairuz Aldi Bariq

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. KEHILANGAN 3
1. Pengertian Kehilangan 3
2. Tipe-Tipe Kehilangan 4
3. Jenis Kehilangan 4
4. Dampak Kehilangan 5
B. BERSEDIH 6
C. BERDUKA 7
1. Pengertian Berduka 7
2. Jenis Berduka 7
3. Respons Berduka 8
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berduka 9

BAB III PENUTUP 11

A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau
disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kehilangan?
2. Apakah pengertian berduka?
3. Apakah maksud dari bersedih?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berduka?
5. Apakah saja tipe kehilangan?
6. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
7. Apa saja jenis berduka?
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian kehilangan.
2. Agar mahasiswa mengetahui pengertian berduka.
3. Agar mahasiswa mengetahui maksud dari bersedih.
4. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berduka.
5. Agar mahasiswa mengetahui tipe kehilangan.
6. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis kehilangan.
7. Agar mahasiswa mengetahui jenis berduka.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEHILANGAN
1. Pengertian Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada
atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan Antara lain :
a. Perkembangan - Anak- anak. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa
merasakan. Belum menghambat perkembangan. Bisa mengalami regresi - Orang
Dewasa Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup,tujuan
hidup, Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b. Keluarga. Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
c. Faktor Sosial Ekonomi. Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab
ekonomi keluarga, beraati kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan
secara ekonomi,Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.

3
d. Pengaruh Kultural. Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur
‘barat’ menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga
hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain.
Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan
berteriak dan menangis keras-keras.
e. Agama. Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.
Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga
yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba
akan menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
2. Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a) Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b) Persepsi hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
3. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang yang dicintai ( ACTUAL LOSS ) Kehilangan seseorang
yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang
paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana
harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan
bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya
membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. Contoh :
kehilangan anggota badan , kehilngan suami/ istri , kehilangan pekerjaan.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri ( LOSS OF SELF ) Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,

4
kemampuanfisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang. Contoh :
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya
dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang
keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Contoh :
pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya.
4. Dampak Kehilangan
a. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian.“Lahir sampai usia 2 tahun” Tidak punya konsep tentang
kematian. dapat mengalami rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini
menjadi dasar untuk berkembangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.”2
sampai 5 tahun”Menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat
kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak
terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi.“5 sampai 8
tahun”Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian akan terjadi
pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan. Mencari penyebab
kematian. “8 sampai 12 tahun”Memandang kematian sebagai akhir hayat dan
tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan.
Dapat mengalami rasa takut akan kematian sendiri.

5
b. Pada masa remaja atau dewas muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi
dalam keluarga.Remaja Memahami seputar kematian, serupa dengan orang
dewasa. Harus menghadapi implikasi personel tentang kematian. menunjukkan
perilaku berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan
tentang masa depan. 3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian
pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup orang yang ditinggalkan.

B. BERSEDIH
Sedih merupakan salah satu emosi akibat berhadapan dengan situasi yang
mengecewakan, dan muncul akibat penderitaan kerana luka, derita dan sakit. Oleh itu,
kita akan menangis. Namun demikian, menangis bukanlah emosi tetapi menangis adalah
ekspresi dari sebuah emosi. Emosi yang paling sering menjadikan kita menangis sebagai
ekspresinya adalah kesedihan (sadness) tapi bukanlah bererti kita hanya boleh menangis
jika sedih sahaja.
Sedih atau kesedihan adalah perasaan manusia yang menyatakan kecewa atau
frustrasi terhadap seseorang atau sesuatu. Kesedihan adalah kebalikan dari sukacita.
Kesedihan dapat menyebabkan reaksi fisik seperti menangis, sulit tidur, nafsu makan
yang buruk, dan juga reaksi emosional, seperti penyesalan. Kesedihan dapat disebabkan
oleh kehilangan sesuatu atau seseorang yang memiliki banyak nilai atau kelebihan
kebosanan, emosi ini dapat meningkat jika penderita kesedihan datang untuk percaya ia
bisa melakukan sesuatu untuk mengembalikan atau mencegah kerugian, bahkan jika ini
merupakan sesuatu untuk dilakukan dalam praktek tidak mungkin untuk mencapai, dan
independen dari kehendak sedih. Kesedihan pada umumnya digambarkan sebagai sesuatu
yang pahit, atau seperti rasa sakit, atau sebagai perasaan tidak mampu, atau sebagai
sesuatu yang gelap.
Kesedihan mungkin merupakan hasil dari emosi seperti keegoisan,
ketidakamanan, rendah diri, iri hati, takut ketidakdewasaan, dan kekecewaan. Mereka
adalah emosi yang, bila tidak segera diobati, dapat berakhir menyebabkan kesedihan, atau
dalam kasus yang ekstrim Setan, tergantung style masing-masing orang, orang tersebut
dapat mengembangkan naluri negatif (balas dendam, amarah).Tidak hanya gejala
psikologis kesedihan juga merupakan hasil dari penderitaan. Dalam kasus penderitaan
berkepanjangan seseorang dapat mengalami gejala hipertensi, masalah kulit dan
kerontohan dan beruban, masalah rambut lainnya dan Juga jantung dapat terganggu
secara fisik dan bisa mengakibatkan penderita sampai berat: aritmia, serangan jantung, di
antara masalah lain. Kesedihan dapat datang dari luar, dan ketika dihasilkan oleh unsur-
unsur yang mengelilingi individu, atau dari dalam ke luar, ketika hanya muncul dari

6
ketidaksesuaian antara individu dan lingkungan. Dalam faktor internal yaitu keadaan
pikiran "pahit" yang diusulkan oleh kesedihan, penelitian menunjukkan bahwa beberapa
keputusan dari kehidupan sehari-hari dari individu, seperti yang berkaitan dengan
perubahan pribadi dan sekitarnya terdapat di sebagian besar waktu dapat diambil hanya
pada saat kesedihan, ketika otak manusia cenderung bertindak dengan cara beralasan,
dengan fokus khusus, yang ditujukan untuk tujuan tertentu. Oleh karena itu, sepanjang
rasavsedih individu berusaha untuk melakukan aktivitas sehari-hari, berusaha menjaga
keseimbangan psikis dan kedua, juga untuk menyediakan kondisi untuk membuat
keputusan neuropsikiatri takdir dan menyelamatkan bagi hidupnya.

C. BERDUKA
1. Pengertian Berduka
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. Perilaku dan perasaan
yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu yang menderita
kehilangan seperti kehilangan fisisk atau kematian teman dekat
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2. Jenis Berduka

7
a. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari
diri dari aktivitas untuk sementara.
b. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yang muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima
diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba.
c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
d. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami
kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau
ketika bersalin.

3. Respons Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut
(Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997) :
a. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan
adalah syok, tidak percaya, atau mengingkarikenyataan bahwa kehilangan benar-
benar terjadi.Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah
letih,lemah,pucat,mual,diare,gangguan pernafasan,detak jantung
cepat,menangis,gelisah,dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat
apa.Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
b. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang
timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara
kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau
perawat tidak berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka
merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.

8
c. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas
kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan
secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat
dicegah.Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan
memohon kemurahan Tuhan.
d. Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,
kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala
fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.
e. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang akan mulai
berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yg
baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan
perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara
tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Berduka
a. Perkembangan manusia , usia klien dan tahap perkembangan mempengaruhi
respon terhadap berduka .sebagai contoh : anak –anak  tidak dapat memahami rasa
kehilangan atau kematian, tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan
objek dan terpisah dari orang tua.
b. Hubungan personal : ketika rasa kehilangan melibatkan individu lain,  berkualitas
dan arti hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon terhadap berduka.
Dukungan sosial  dalam pemulihan dar rasa kehilangan dan berduka.
c. Membantu perawat memahami secara lebih baik damapak dirasa kehilangan pada
prilaku kesehatan dan kesejahteraan klien.  Tekanan  akbibat kematian yang tidak
diharapkan dan tiba-tiba memberikan tantangan yang berbeda  dibanding dengan
kematian karena penyakit kronis.
d. Stress koping : pengalaman hidup memberikan strategi koping yang digunakan
sesorang untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi koping yang
biasanya tidak berhasil individu memerlukan strategi yang baru.

9
e. Status sosial ekonomi : status , sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan
sesorang untuk memasukkan dukungan dan sunber daya untuk beradaptasi dengan
rasa kehilangan dan respon fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan
sumber daya financial beban kehilangan menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang
klien dengan keterbatasan keuangan tidak dapat mengganti mobil yang rusak
akibat kecelakaaan dan membayar tagihan pengobatanakinat kecelakaan tersebut.
f. Budaya dan etnik : budaya seseorang dan struktur sosial lainnya (misalnya
keluarga atau keanggotaan keagamaan) mempengaruhi interpretasi terhadp rasa
kehilangan, membangun pengungkapan berduka yang dapat diterima , serta
menyelengarakan stabilitas dan struktur di tengah kekacauan dan rasa kehilangan.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan.
Sedih merupakan salah satu emosi akibat berhadapan dengan situasi menyewakan, dan
muncul akibat penderitaan karena luka, derita dan sakit. Oleh karena itu, kita akan
menangis. Namun demikian, menangis bukanlah emosi tetapi menangis adalah ekspresi
dari sebuah emosi.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
B. SARAN
Kita harus menerima sebuah kehilangan walaupun sepahit apapun. Dan bersedih atas
kehilangan adalah hal yang lumrah terjadi. Kita harus tetap tegar walaupun harus
berduka.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna (1994).Proses Keperawatan.Jakarta:EGC, Doengoes,Mary,Marlyn (1995).Penerapan


Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan.Edisi 2.Jakarta:EGC Husain,M.
(1993).Pendidikan Keperawatan dan Hubunganya dengan Pengembangan
IPTEK.Bandung:Akper DEPKES RI Share this article : MAKALAH KEHILANGAN DAN
BERDUKA (2006).

12

Anda mungkin juga menyukai