Lapres Kemantapan Agregat
Lapres Kemantapan Agregat
1.1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat
yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat
menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui
pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untu mengetahui kemantaan agregat tanah.
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh
benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jojot
tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tenaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antar koloid
partikel didalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir(gum) mikrobial sebagai
agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktifitas mikroba dalam proses pembentukan
ped dan agregasi. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
penglahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur dan
kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan seperti
dalam penentuan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.
(Hardjowigeno,1987)
A. Hasil
Ulangan 1 :
r3= 4,18 x r3
r3 = 0,02/4,18
r3 = 4,784
r = 3√4,784
r = 0,1685
Ulangan 2, 3, 4 dan 5 :
r3 = 4,18 x r3
r3 = 0,03/4,18
r3 = 7,177
r = 3√7,177
r = 0,1928
Tabel 2. Jumlah Tetesan Air untuk Menghancurkan Agregat Tanah KR 18
Jumlah tetesan Saat Jumlah Tetesan Saat
Ulangan ke- Agregat Mulai Pecah Agregat Hancur
(A) (B)
1 36 70
2 45 72
3 48 58
4 32 60
5 53 77
SD 238,26 375,256
Perhitungan SD KR 18
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD PECAH =√ 𝑛−1
2 2
(362 +45 +482 +322 +53 )
√5 (36+45+48+32+53)2 − 5
= 5−1
9458
5 (45796)−
=√ 4
5
(228980 – 1891,6)
=√ 4
227088,4
=√ 4
= √56772,1
=238,26
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD HANCUR =√ 𝑛−1
2 2 2 2 2
5 (70+72+ 58+60+77) 2 −(70 +72 +58 +60 +77 )
=√ 5−1
5
22877
5 (113569)− 5
=√ 4
( 567845–4575,4)
=√ 4
563269,6
=√ 4
= √140817,4
=375,256
1 27 63
2 16 36
3 42 52
4 30 60
5 35 68
SD 166,97 310,63
Perhitungan SD KR 20
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD PECAH =√ 𝑛−1
2
(272 +162 +422 +302 +35 )
√5 (27+16+42+30+35)2 − 5
= 5−1
4874
5 (22500)−
=√ 4
5
(112500–974,8)
=√ 4
111525,2
=√ 4
= √27881,3
=166,97
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD HANCUR =√ 𝑛−1
2 2 2 2 2
5 (63+36+ 52+60+68) 2 −(63 +36 +52 +60 +68 )
=√ 5−1
5
16193
5 (77841)− 5
=√ 4
( 389205–3238,6)
=√ 4
385966,4
=√ 4
= √96491,6
=310,63
Catatan :
A : Jumlah tetesan sampai agregat pecah (pecah menjadi dua bagian hampir sama besar)
B : Jumlah tetesan sampai agregat hancur (agregat pecah menjadi banyak dan kecil-
kecil).
B. Pembahasan
Semakin tinggi tingkat kestabilan agregat tanah maka semakin sukar pecah agregatnya.
1.5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kemper, E.W, and R.C. Rosenau. 1986. Aggregate Stability and Size Distrution
page 425-461. In AKlute (Ed) Methodof Soil Analysis Part 2nd ed ASA.
Madison. Wiscon