Anda di halaman 1dari 7

VI.

PENETAPAN KEMANTAPAN AGREGAT

1.1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat
yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat
menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui
pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air.

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untu mengetahui kemantaan agregat tanah.

1.2 TINJAUAN PUSTAKA

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh
benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jojot
tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tenaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antar koloid
partikel didalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir(gum) mikrobial sebagai
agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktifitas mikroba dalam proses pembentukan
ped dan agregasi. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
penglahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur dan
kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan seperti
dalam penentuan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.
(Hardjowigeno,1987)

Dua proses dipertimbangkan sebagai proses awal dari pembentukan agregat


tanah, yaitu flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada
awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat.
Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian terpecah-
pecah membentuk agregat yang lebih kecil (Martin et al.,1955).

Sejumlah faktor mempengaruhi kemantapan agregat. Faktor-faktor tersebut


antara lain pengolahan tanah, aktivitas mikrobia tanah, dan tajuk tanaman terhadap
permukaan tanah dari hujan. Pengolahan tanah yang berlebihan cenderung
memecah agregat mantap menjadi agregat tidak mantap. Sangat sering terjadi
kemantapan agregat tanah menurun pada sistem pertanian tanaman semusim
(Kemper dan Rosenau, 1986).
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah metode vilensky
yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah berdiameter 2-3 mm dengan jalan menghitung
volume tetesan air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh vilensky
tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konveksi dari keadaan dilapang yaitu,
dibandingkan jarak tetesan air hujan pada areal yang luas di permukaan tanah.

1.3 METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 16 November 2017, pukul 08.50 sampai
10.30 di Laboratorium Sumberdaya Lahan , Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur.
B. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Buret
2. Kertas saring
3. Gelas alroji
 Bahan :
1. Aquadest
2. Contoh tanah kering utuh
C. Cara Kerja

1. Mengisi Buret dengan aquadest sampai angka nol.


2. Membuka buret perlahan-lahan sampai air menetes. Jangan terlalu cepat, usahakan agar
interval waktu antar tetesan sekitar 2-3 detik. Hitunglah jumlah tetesan dan perhatikan
penurunan volume air. Agar lebih mudah hitunglah tetesan sebanyak 10 kali, kemudian
amati volume air di buret. Lakukan sampai 5-10 kali pengamatan dan catat hasilnya.
Hitung ukuran rata-rata tiap tetesan air yang keluar dari ujung buret.
3. Meletakkan sebuah agregat yang berdiameter 2 – 3 mm diatas kertas merang dan ditetesi
dengan air dari buret berjarak 20 cm.
4. Membuka buret dan biarkan air menetes dengan kecepatan yang sama dan uji coba
terdahulu. Usahakan agar setiap tetesan sampai agregat hancur (B), ulang 5-10 kali
dengan menggunakan kertas merang yang baru dan agregat yang baru juga.
5. Hitung rata-ratanya dari hasil yang diperoleh, dihitung pula standar deviasi (SD),
sehingga diketahui nilai rata-rata kemampuan tanah terhadap energi tetesan.
Ep = mgh
Ep ± SD

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Diameter Tetesan


Ulangan ke- Jumlah tetesan Volume air Volume air Jari-jari tetesan
per tetes

1 10 tetes 0,2 0,02 0,1685

2 10 tetes 0,3 0,03 0,1928

3 10 tetes 0,3 0,03 0,1928

4 10 tetes 0,3 0,03 0,1928

5 10 tetes 0,3 0,03 0,1928

Jumlah 50 tetes 1,4 0,14 0,9397

Rata-rata 10 tetes 0,28 0,028 0,1879

Volume tetesan air = 4/3 x π x r3

Ulangan 1 :

Volume tetesan air = 4/3 x π x r3

0,02 = 4/3 x 3,14 x r3

r3= 4,18 x r3

r3 = 0,02/4,18

r3 = 4,784

r = 3√4,784

r = 0,1685

Ulangan 2, 3, 4 dan 5 :

Volume tetesan air = 4/3 x π x r3

0,03 = 4/3 x 3,14 x r3

r3 = 4,18 x r3

r3 = 0,03/4,18

r3 = 7,177

r = 3√7,177

r = 0,1928
Tabel 2. Jumlah Tetesan Air untuk Menghancurkan Agregat Tanah KR 18
Jumlah tetesan Saat Jumlah Tetesan Saat
Ulangan ke- Agregat Mulai Pecah Agregat Hancur
(A) (B)

1 36 70

2 45 72

3 48 58

4 32 60

5 53 77

Jumlah 214 337

Rata-rata (𝑋̅) 42,8 67,4

Xi2 45796 113569

(ΣXi) 2 9458 22877

SD 238,26 375,256

Perhitungan SD KR 18

2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD PECAH =√ 𝑛−1

2 2
(362 +45 +482 +322 +53 )
√5 (36+45+48+32+53)2 − 5
= 5−1

9458
5 (45796)−
=√ 4
5

(228980 – 1891,6)
=√ 4

227088,4
=√ 4

= √56772,1

=238,26
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD HANCUR =√ 𝑛−1

2 2 2 2 2
5 (70+72+ 58+60+77) 2 −(70 +72 +58 +60 +77 )
=√ 5−1
5

22877
5 (113569)− 5
=√ 4

( 567845–4575,4)
=√ 4

563269,6
=√ 4

= √140817,4

=375,256

Tabel 3. Jumlah Tetesan Air untuk Menghancurkan Agregat Tanah KR 20


Jumlah tetesan Saat KeJumlah Tetesan
Ulangan ke- Agregat Mulai Pecah Saat Agregat Hancur
(A) (B)

1 27 63

2 16 36

3 42 52

4 30 60

5 35 68

Jumlah 150 279

Rata-rata (𝑋̅) 30 55,8

Xi2 22500 77841

(ΣXi) 2 4874 16193

SD 166,97 310,63

Perhitungan SD KR 20
2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD PECAH =√ 𝑛−1

2
(272 +162 +422 +302 +35 )
√5 (27+16+42+30+35)2 − 5
= 5−1

4874
5 (22500)−
=√ 4
5

(112500–974,8)
=√ 4

111525,2
=√ 4

= √27881,3

=166,97

2 (∑ 𝑥𝑖)2
∑ 𝑛𝑥𝑖 − 𝑛
SD HANCUR =√ 𝑛−1

2 2 2 2 2
5 (63+36+ 52+60+68) 2 −(63 +36 +52 +60 +68 )
=√ 5−1
5

16193
5 (77841)− 5
=√ 4

( 389205–3238,6)
=√ 4

385966,4
=√ 4

= √96491,6

=310,63

Catatan :
A : Jumlah tetesan sampai agregat pecah (pecah menjadi dua bagian hampir sama besar)
B : Jumlah tetesan sampai agregat hancur (agregat pecah menjadi banyak dan kecil-
kecil).
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum penetapan kemantapan agregat menggunakan 2 sample yaitu KR


18 dan KR 20. Mula-mula mencari jari-jari pertetesan sebanyak 5 kali ulangan sehingga
diperoleh hasil rata-rata volume air pertetes adalah 0,028 cm2 dan rata-rata jari-jari pertetes
adalah 0,1879 cm. Kemudian pada mencari SD , yang mana diketahui pada sample KR 18
memiliki kemantapan dengan nilai SD 238,26 (tetesan pecah) SD 375,256 (tetesan hancur)
hal ini menunjukkan bahwa kemantapan agregat pada sample KR 18 sangat tinggi. Pada
sample KR 20 kemantapan SD 166,97 (tetesan hancur) SD 310,63 (tetesan pecah) hal ini
menunjukkan kemantapan agregat pada sample KR 20 lebih dendah dibandingkan dengan
KR 18.

Semakin tinggi tingkat kestabilan agregat tanah maka semakin sukar pecah agregatnya.

1.5 KESIMPULAN

Kemantapan agregat tanah berbeda tergantung pada pengolahan lahan, aktifitas


mikroba tanah, dan tajuk tanaman yang melindungi tanah. Semakin kuat agregat, maka nilai
SD pada suatu tanah akan semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Kemper, E.W, and R.C. Rosenau. 1986. Aggregate Stability and Size Distrution
page 425-461. In AKlute (Ed) Methodof Soil Analysis Part 2nd ed ASA.
Madison. Wiscon

Martin, J.P, et al. 1995. Soil Aggregatio. Adv Agron.

Anda mungkin juga menyukai