Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover Depan..........................................................................................................................1

Kata Pengantar.......................................................................................................................2

Daftar Isi................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 5.....................................4
1.2 Informasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.............................................................8

BAB II DATA PERUSAHAAN............................................................................................10


2.1 PT Jasa Marga (Persero) Tbk..............................................................................10
2.2 PT Solo Ngawi Jaya............................................................................................11
2.2.1 Laporan Laba Rugi.....................................................................................11
2.2.2 Kebijakan Akuntansi..................................................................................12
2.3 PT Jasamarga Bali Tol........................................................................................16
2.3.1 Laporan Laba Rugi.....................................................................................16
2.3.2 Kebijakan Akuntansi..................................................................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................................23

A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................23

Daftar Pustaka........................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 5


Definisi
 PSAK ini diterapkan atas laporan keuangan entitas dan laporan
keuangan konsolidasian kelompok usaha dengan entitas induk:
(a) yang instrumen utang atau instrumen ekuitasnya diperdagangkan di pasar
publik (pasar modal domestik atau luar negeri atau over-the-counter. termasuk
pasar modal lokal dan regional), atau
(b) yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada regulator pasar modal atau regulator lainnya
untuk tujuan penerbitan seluruh kelas instrumen di pasar publik.
 Jika suatu entitas yang tidak disyaratkan untuk menerapkan Pernyataan ini
memilih untuk mengungkapkan informasi tentang segmen yang tidak mematuhi
Pernyataan ini, rnaka entitas tersebut tidak mendeskripsikan informasi tersebut
sebagai informasi segmen.
 Jika laporan keuangan terdiri atas laporan keuangan konsolidasian atau
laporan keuangan tersendiri sebagai larnpiran dari laporan keuangan
konsolidasian dari entitas induk dalam ruang lingkup PSAK ini, maka
inforrnasi segmen hanya disyaratkan pada laporan keuangan konsolidasian.
SEGMEN OPERASI
Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:
(a) Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan
menirnbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan
transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama).

3
(b) Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan
operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang
dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya.
(c) Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.
Segmen operasi dapat terlibat dalam aktivitas bisnis yang belum menghasilkan
pendapatan, sebagai contoh operasi permulaan dapat menjadi segmen operasi
sebelum memperoleh pendapatan.
Istilah "pengarnbil keputusan operasional" mengidentifikasi suatu fungsi, tidak perlu
seorang manajer dengan jabatan spesifik. Fungsi tersebut adalah mengalokasikan sumber
daya dan menilai kinerja segmen operasi entitas. Sering kali pengambil keputusan
operasional entitas adalah chief executive officer atau chief operating officer tetapi,
sebagai contoh, bisa direktur eksekutif kelompok usaha atau lainnya.
Secara umum, segmen operasi rnemiliki seorang rnanajer segmen yang bertanggung
jawab langsung memelihara hubungan secara reguler dengan pengambil keputusan
operasional untuk mendiskusikan aktivitas operasi, hasil keuangan, prakiraan, atau
rencana atas segmen tersebut. Istilah "manajer segmen" mengidentifikasikan suatu fungsi,
tidak perlu seorang manajer dengan jabatan spesifik. Pengarnbil keputusan operasional juga
dapat menjadi manajer segmen untuk beberapa segmen operasi. Jika karakteristik di paragraf 05
diterapkan pada lebih dari satu bentuk komponen organisasi tetapi hanya ada satu komponen
yang menjadi tanggung jawab manajer segmen, rnaka komponen tersebut merupakan segmen
operasi.

Pengukuran
 Jumlah setiap unsur segmen rnerupakan ukuran yang dilaporkan kepada
pengambil keputusan operasional untuk tujuan :
a. Pengambilan keputusan
b. Mengalokasikan sumber daya kepada segmen,
c. Menilai kinerjanya.
Penyesuaian eliminasi yang dibuat dalam penyusunan laporan keuangan
entitas, pengalokasian pendapatan, beban, dan keuntungan atau kerugian
termasuk dalam menentukan laba rugi segmen yang dilaporkan jika hal
tersebut termasuk dalam pengukuran laba rugi segmen yang digunakan
oleh pengambil keputusan operasional. Hanya aset dan liabilitas yang
terrnasuk dalam pengukuran aset dan liabilitas segmen yang digunakan oleh
4
pengambil keputusan operasional harus dilaporkan untuk segmen tersebut. Jika
jurnlah tersebut dialokasikan ke laba rugi, aset atau liabilitas segmen, maka
seluruh jumlah tersebut dialokasikan dengan dasar yang wajar.
 Jika pengambil keputusan operasional hanya menggunakan satu ukuran atas
laba rugi, aset atau liabilitas segmen operasi dalam menilai kinerja dan
memutuskan bagaimana alokasi sumber daya, maka laba rugi, aset, dan
liabilitas segmen dilaporkan atas ukuran tersebut. Jika pengambil keputusan
operasional menggunakan lebih dari satu ukuran laba rugi, aset atau liabilitas
segmen operasi, maka ukuran yang dilaporkan adalah ukuran yang dipercayai
manajernen ditentukan sesuai dengan dasar pengukuran yang paling
konsisten dengan yang digunakan dalam mengukur jumlah yang terkait
dalam laporan keuangan entitas.
 Entitas menyampaikan penjelasan pengukuran laba rugi, aset dan liabilitas
segmen untuk setiap segmen dilaporkan. Paling tidak, entitas mengungkapkan
sebagai berikut:
a. Dasar akuntansi untuk setiap transaksi antar segmen dilaporkan.
b. Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran laba rugi segmen
dilaporkan dengan laba rugi entitas sebelurn beban atau penghasilan atas
pajak penghasilan dan operasi dihentikan (jika tidak terlihat dalam
rekonsiliasi yang dijelaskan di paragraf 28). Perbedaan tersebut dapat
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan untuk alokasi aset yang
digunakan bersama yang diperlukan untuk mernahami informasi segmen
dilaporkan.
c. Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran atas aset segmen dilaporkan
dan aset entitas (jika tidak terlihat dalam rekonsiliasi yang dideskripsikan
pada paragraf 28). Perbedaan tersebut dapat termasuk kebijakan akuntansi
dan kebijakan untuk alokasi aset yang digunakan bersama yang diperlukan
untuk memahami informasi segmen dilaporkan.
d. Sifat dari setiap perbedaan antara pengukuran atas liabilitas segrnen
dilaporkan dan liabilitas entitas (jika tidak terlihat dalam rekonsiliasi yang
dideskripsikan di paragraph. Perbedaan tersebut dapat termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan alokasi liabilitas yang digunakan
bersama yang diperlukan untuk memahami informasi segmen dilaporkan.

5
e. Sifat dari setiap perubahan dari periode lalu dalam metode pengukuran yang
digunakan untuk menentukan laba rugl segmen dilaporkan dan dampak dari
perubahan tersebut dalam mengukur laba rugi segmen jika ada.
f. Sifat dan dampak alokasi yang tidak simetris kepada segmen dilaporkan.
Sebagai contoh, entitas rnungkin mengalokasikan beban penyusutan kepada
suatu segrnen tanpa mengalokasikan aset terkait yang dapat disusutkan ke
segmen tersebut.
Rekonsiliasi
 Entitas melakukan rekonsiliasi atas seluruh hal sebagai berikut:
(a) Total pendapatan segmen dilaporkan terhadap pendapatan entitas.
(b) Total ukuran laba rugl segmen dilaporkan terhadap laba rugi entitas sebelum
beban pajak (penghasilan pajak) dan operasi dihentikan.
(c) Total aset segmen dilaporkan terhadap aset entitas.
(d) Total liabilitas segmen dilaporkan terhadap liabilitas entitas j ika liabilitas
segmen yang dilaporkan sesuai dengan paragraf 23.
(e) Total jumlah dalam segmen dilaporkan untuk setiap informasi unsur
material yang diungkapkan terhadap jumlah terkait dalam entitas.
Penyajian kembali laporan yang disajikan sebelumnya
 Jika entitas rnengubah struktur organisasi internal yang menyebabkan
komposisi segmen dilaporkan berubah, maka informasi yang terkait untuk
periode sebelumnya (termasuk periode interim) disajikan kernbali, kecuali
infornasi tersebut tidak tersedia dan biaya untuk mengembangkannya akan jauh
lebih besar. Penentuan apakah informasi tersebut tidak tersedia dan biaya untuk
rnengembangkannya akan jauh lebih besar dilakukan untuk setiap unsur
individual diungkapkan. Setelah perubahan dalarn komposisi segmen
dilaporkan, entitas mengungkapkan apakah entitas menyajikan kembali unsur-
unsur informasi segmen yang terkait untuk periode lebih awal.
 Jika entitas telah mengubah struktur organisasi internal yang
menyebabkan komposisi segmen dilaporkan berubah dan informasi segrnen
untuk periode yang lebih awal (termasuk periode interim) tidak disajikan
kembali untuk mencerminkan perubahan tersebut, maka entitas
mengungkapkan pada tahun dirnana perubahan tersebut mengakibatkan
inforrnasi segmen untuk periode kini dengan segrnentasi dasar baru dan dasar

6
lama, kecuali inforrnasi yang diperlukan tidak tersedia dan biaya untuk
mengembangkannya akan jauh lebih besar.

Kriteria Segmen Dilaporkan


1. Telah teridentifikasi sebagai segmen operasi atau hasil dari agregasi dua atau lebih
atau merupakan Syarat kualitatif
2. Melebihi ambang batas atau merupakan Syarat kuantitatif (salah satu)
2.1 Pendapatan lebih 10% dari pendapatan total internal & eksternal
2.2 Laba rugi absolut lebih 10% dari laba rugi absolut dari (mana yang lebih besar)
gabungan segmen yang laba atau gabungan segmen yang rugi
2.3 Aset lebih 10% aset gabungan segmen operasi

1.2 Informasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.


 Sektor infrastruktur. Utilitas & Transportasi
 Sub sektor: Jalan Tol ,bandara & pelabuhan
Pada awal berdirinya, Perseroan berperan sebagai operator juga memikul tanggung
jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia. Hingga tahun 1987, Jasa Marga adalah satu-
satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang pengembangannya dibiayai
Pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar negeri serta penerbitan obligasi.
Dengan terbitnya Undang Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan serta Peraturan
Pemerintah No. 15 yang mengatur lebih spesifik tentang jalan tol, dibentuknya Badan
Pengatur Jalan Tol (BPJT) sebagai regulator industri jalan tol di Indonesia, serta
penetapan tarif tol oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan penyesuaian setiap dua tahun.
Sebagai konsekuensinya, Perseroan menjalankan fungsi sepenuhnya sebagai sebuah
perusahaan pengembang dan operator jalan tol yang mendapatkan ijin penyelenggaraan
tol dari Pemerintah.
Jasa Marga sebagai perusahaan penyedia jasa jalan tol terbesar di Indonesia memiliki
anak usaha yang mampu mendukung jalannya bisnis inti perusahaan yang terbagi
menjadi dua kelompok yaitu, usaha jalan tol dan usaha nonjalan tol.
 Usaha Jalan Tol
PT Jalan Tol Lingkar Luar PT Marga Lingkar Jakarta
Jakarta PT Marga Trans Nusantara
PT Marga Sarana Jabar

7
PT Marga Cengkareng
Kunciran
PT Trans Marga Jateng
PT Jasamarga Surabaya
Mojokerto
PT Jasamarga Pandaan Tol
PT Trans Marga Jatim Pasuruan
PT Jasamarga Bali Tol

8
 Usaha Non Jalan Tol
PT Jasa Layanan Pemeliharaan (pemeliharaan jalan, jembatan jalan tol dan
peralatan tol)
PT Jasamarga Properti (pengembangan bisnis properti)
PT Jasamarga Toll Road Operator (sebelum: PT Jasa Layanan Operasi)
Dalam makalah ini, penulis mengulas lebih dalam informasi keuangan 2 anak
perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk., yaitu PT Solo Ngawi Jaya dan PT Jasamarga
Bali Tol.

9
BAB II

DATA PERUSAHAAN

2.1 PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk


DAN ENTITAS ANAKNYA
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN
(Disajikan dalam ribuan rupiah)

Catatan/
Notes 2017 2016

PENDAPATAN
Pendapatan tol dan usaha lainnya 2.q,36 6.782.342.58 6.477.224.892
8 4.278.875.305
Pendapatan konstruksi 2.q,37
16.289.793.735 10.756.100.197
Total
23.072.136.323
BEBAN PENDAPATAN
Beban tol dan usaha lainnya 2.q,38 (2.963.842.518)
(3.079.843.305) (4.252.353.742)
Beban konstruksi 2.q,37
(16.201.508.212)
Total (7.216.196.260)
(19.281.351.517)
LABA BRUTO 3.539.903.937
3.790.784.80
Penghasilan keuangan 2.q,40 6 154.353.565
Penghasilan lain-lain 2.q,40 177.602.407 76.288.795
Keuntungan dari pelepasan investasi 1.f,10 -
40.920.556
Beban umum dan administrasi 2q,39 (656.048.848)
563.463.288
Beban lain-lain 2o,41 (11.529.164)
(784.672.740)
Beban pajak atas penghasilan keuangan 2q,40 (31.000.741)
(117.703.842)
LABA USAHA (35.523.295) 3.071.967.543

3.634.871.18
Biaya keuangan 2o,42 0 (1.109.394.880)
Bagian atas rugi neto entitas asosiasi 2g,10 (6.476.917)
(895.976.845) 1.956.095.746
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
(78.024.865)
BEBAN PAJAK PENGHASILAN
2.660.869.47
Kini 2m,18c (611.708.298)
0
Tangguhan 2m,18c (48.037.632)
TOTAL BEBAN PAJAK PENGHASILAN (659.745.930)
(810.838.651)
(8.555.099) 1.296.349.815
LABA PERIODE/TAHUN BERJALAN
(819.393.750)

PENGHASILAN (BEBAN) KOMPREHENSIF


1.841.475.72
LAIN 0
Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi ke laba rugi
periode/tahun berikutnya
Rugi aktuarial atas liabilitas
imbalan kerja jangka panjang 2.n, 31 (210.859.297)
(210.859.297)

Pos-pos yang akan direklasifikasi


ke laba rugi periode/tahun berikutnya
(240.951.783)
Keuntungan (kerugian) yang belum
(240.951.783)
direalisasi dari efek tersedia untuk
dijual 1.074.917
1.074.917

BEBAN KOMPREHENSIF LAIN


PERIODE/TAHUN BERJALAN (209.784.380)
3.543.739
3.543.739
TOTAL PENGHASILAN KOMPREHENSIF
PERIODE/TAHUN BERJALAN 1.086.565.435
(237.408.044)
Total penghasilan komprehensif
periode/tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada: 1.604.067.67
6 1.135.791.657
Pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali 35 (49.226.222)
TOTAL 1.086.565.435
Laba periode/tahun berjalan yang
dapat diatribusikan kepada: 1.664.771.227
(60.703.551)
1.604.067.67
6

10
2015 2014

7.630.678.119 7.227.786.012
2.217.563.931 1.946.031.295
9.848.242.050 9.173.817.307

(3.518.021.450) (3.562.757.971)
(2.202.400.639) (1.921.067.434)
(5.720.422.089) (5.483.825.405)
4.127.819.961 3.689.991.902
217.801.558 319.870.402
98.667.566 31.941.439
- -
(893.258.848) (884.842.796)
(29.804.780) (20.283.190)
(43.560.312) (63.954.233)
3.477.665.145 3.072.723.524

(1.405.042.942) (1.215.320.255)
(4.317.970) (6.741.959)
2.068.304.233 1.850.661.310

(585.399.690) (533.602.367)
(163.703.997) (80.044.771)
(749.103.687) (613.647.138)

1.319.200.546 1.237.014.172

(16.634.122) (57.314.587)
(16.634.122) (57.314.587)

(188.379) 515.602
(188.379) 515.602

(16.822.501) (56.798.985)

1.302.378.045 1.180.215.187

1.449.326.765 1.365.670.215
(146.948.720) (185.455.028)
1.302.378.045 1.180.215.187

Pemilik entitas induk 1.902.104.997 1.345.279.265 1.466.381.586 1.421.729.172


Kepentingan nonpengendali (60.629.277) (48.929.450) (147.181.040) (184.715.000)
TOTAL 1.841.475.720 1.296.349.815 1.319.200.546 1.237.014.172

LABA PER SAHAM (RUPIAH PENUH) 2.p, 43 262,07 197,84 215,64 209,08

11
2.2 PT Solo Ngawi Jaya
2.2.1 Laporan Laba Rugi
PT SOLO NGAWI JAYA
LAPORAN LABA RUGI DAN
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017
(Disajikan dalam rupiah)

Tahun yang berakhir pada tanggal


31 Desember

Catatan 2017 2016

PENDAPATAN KONSTRUKSI 2g 3.020.685.167.931 1.969.492.942.685


BEBAN KONSTRUKSI 2g (3.005.656.883.512) (1.959.694.470.333)

LABA KOTOR 15.028.284.419 9.798.472.352


BEBAN UMUM DAN
ADMINISTRASI 2g,18 (8.834.370.149) (6.989.275.680)
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-
LAIN
Penghasilan keuangan 12.396.359.615 17.869.656.703
Pajak final atas pendapatan bunga (2.479.271.923) (3.573.931.340)
Lain-lain (524.676.986) (1.112.583.563)

PENGHASILAN LAIN-LAIN, NETO 9.392.410.706 13.183.141.800

LABA SEBELUM PAJAK 15.586.324.976 15.992.338.472


Beban pajak - -

LABA TAHUN BERJALAN 15.586.324.976 15.992.338.472


Penghasilan komprehensif lain - -

TOTAL LABA KOMPREHENSIF


TAHUN BERJALAN 15.586.324.976 15.992.338.472

12
Berdasarkan data laporan keuangan laba rugi PT Solo Ngawi jaya Tbk, laba
kotor tahun 2016 sebesar Rp9.798.472.352. Didapat dari pendapatan konstruksi
sebesar Rp1.969.492.942.685 dikurangi beban konstruksi sebesar
Rp1.959.694.470.333. Lalu, beban umum dan administrasi sebesar
Rp6.989.275.680. Penghasilan keuangan sebesar Rp17.869.656.703. pajak final
sebesar Rp 3.573.931.340. pengeluaran lain lain sebesar Rp1.112.583.563. Lalu,
laba kotor ditambah penghasilan keuangan dikurang beban beban menghasilkan
Penghasilan lain lain Neto sebesar Rp13.183.141.800. Jadi, total laba
komprehensif tahun berjalan 2016 sebesar Rp15.992.338.472.

Total laba tersebut lebih besar dibanding tahun 2017 (sebesar


Rp15.586.324.976). tetapi pendapatan konstruksi tahun 2017 lebih besar yaitu
Rp3.020.685.167.931. Jadi, laba yang diperoleh dari tahun 2016 ke tahun 2017
menurun.
KETERANGAN PENDAPATAN PENDAPATAN NILAI UJI PERLU
INDUK SEGMEN (10%*Total DILAPORKAN
Pendapatan)
PENDAPATAN 16,289,793,735,00 3,020,685,167,93 > 2,609,282,149,093 YA
KONSTRUKSI 0 1
PENDAPATAN 6,782,342,588,000 - -
TOL DAN
USAHA
LAINNYA
TOTAL 26,092,821,490,931

KETERANGAN LABA INDUK LABA NILAI UJI PERLU


SEGMEN (10%*Total DILAPORKAN
Laba)
LABA BERSIH 1,841,475,720,00 15,586,324,976 < 185,706,204,497 TIDAK
0
TOTAL 1,857,062,044,976

2.2.2 Kebijakan Akuntansi


a. Pernyataan Kepatuhan
Laporan keuangan ini telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (“SAK”) di Indonesia yang meliputi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (“PSAK”) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (“ISAK”)

13
yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (“DSAK”) dari
Ikatan Akuntan Indonesia (“IAI”).
b. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan Perusahaan telah disusun sesuai dengan PSAK No.
1 (2013), “Penyajian Laporan Keuangan” dan PSAK No. 3 (Revisi 2010),
“Laporan Keuangan”.
Laporan keuangan ini disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha
serta atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas yang menggunakan dasar kas.
Dasar pengukuran penyusunan laporan keuangan ini adalah konsep biaya
perolehan, kecuali beberapa akun tertentu yang didasarkan pengukuran lain
sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun.
c. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas terdiri dari saldo kas dan bank serta deposito
berjangka dengan waktu jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulan dan tidak
dijaminkan.
d. Aset Tak berwujud
Berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (“PPJT”), Perusahaan
memiliki Hak Pengusahaan Jalan Tol (“HPJT”) yang merupakan hak untuk
membebankan pengguna jasa publik berdasarkan perjanjian jasa konsesi.
Perusahaan membukukan perjanjian konsesi jasa sebagai model aset
tak berwujud karena memiliki hak (lisensi) untuk membebankan pengguna
jasa publik. Pada saat pengakuan awal, aset konsesi dicatat pada nilai wajar
dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Aset konsesi ini adalah aset hak
pengusahaan jalan tol yang akan diamortisasi selama sisa masa hak konsesi
sejak tanggal pengoperasian ruas jalan tol. Selama masa konstruksi, akumulasi
biaya perolehan dan konstruksi jalan tol diakui sebagai aset konsesi dalam
penyelesaian. Amortisasi mulai dibebankan pada saat aset konsesi tersebut
siap digunakan.
Selain itu, Perusahaan mengakui dan mengukur pendapatan konstruksi
sesuai dengan PSAK No. 34 (Revisi 2010), “Kontrak Konstruksi” dan PSAK
No. 23, “Pendapatan”, untuk jasa yang dilakukannya. Ketika Perusahaan
menyediakan jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan, imbalan yang
diterima atau akan diterima oleh Perusahaan diakui pada nilai wajar.

14
e. Penurunan Nilai Aset Non-keuangan
Perusahaan telah menerapkan PSAK No. 48 (2014), “Penurunan Nilai
Aset” dalam penyusunan laporan keuangan. Perusahaan menilai pada setiap
periode pelaporan tahunan indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi
tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset (yaitu aset tidak
berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas atau aset takberwujud yang
belum dapat digunakan) diperlukan, maka Perusahaan membuat estimasi
jumlah terpulihkan atas aset tersebut, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK
No. 19 (Revisi 2010), “Aset TakBerwujud”.
Penilaian dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan
apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam
periode sebelumnya untuk aset yang mungkin tidak ada lagi atau mungkin
telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang telah diakui
dalam periode sebelumnya untuk aset dibalik hanya jika terdapat perubahan
asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset
tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui.
f. Pajak Penghasilan
Perusahaan telah menerapkan PSAK No. 46 (Revisi 2014), “Pajak
Penghasilan”.
Pajak penghasilan non-final - pajak kini
Aset dan liabilitias pajak penghasilan kini untuk tahun berjalan dan
tahun sebelumnya diukur pada jumlah yang diharapkan dapat direstitusi dari
atau dibayarkan kepada otoritas perpajakan. Tarif pajak dan peraturan pajak
yang digunakan untuk menghitung jumlah tersebut adalah yang berlaku atau
secara substantif telah berlaku pada tanggal pelaporan.
Pajak penghasilan final
Perbedaan nilai tercatat aset atau liabilitas yang berhubungan dengan
pajak penghasilan final dengan dasar pengenaan pajaknya tidak diakui sebagai
aset atau liabilitas pajak tangguhan. Beban pajak kini sehubungan dengan
penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara
proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui pada periode berjalan
untuk tujuan akuntansi.
Pajak tangguhan
15
Pajak tangguhan diakui menggunakan metode liabilitas atas perbedaan
temporer pada tanggal pelaporan antara dasar pengenaan pajak dari aset dan
liabilitas dan nilai tercatatnya untuk tujuan pelaporan keuangan pada akhir
tahun pelaporan. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk setiap perbedaan
temporer kena pajak. Aset pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan dan rugi fiskal belum dikompensasi, sejauh
terdapat kemungkinan besar bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia
untuk dimanfaatkan dengan perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan
rugi fiskal belum dikompensasi.
g. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Perusahaan mengakui pendapatan sesuai periode yang sudah berjalan
dalam periode yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam PSAK No. 23,
“Pendapatan”, kecuali pendapatan konstruksi yang juga mengacu kepada
ISAK No. 16, “Perjanjian Konsesi Jasa” dan PSAK No. 34, “Kontrak
Konstruksi”.
Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis), kecuali beban
konstruksi yang juga mengacu kepada ISAK No. 16, “Perjanjian Konsesi
Jasa” dan PSAK No. 34, “Kontrak Konstruksi”.
h. Transaksi dengan Pihak-Pihak Berelasi
Dalam kegiatan usaha normalnya, Perusahaan melakukan transaksi
dengan pihak-pihak berelasi seperti yang didefinisikan dalam PSAK No. 7
(Revisi 2010), “Pengungkapan dengan pihak-pihak berelasi”. Semua transaksi
dan saldo yang signifikan dengan pihak-pihak berelasi, baik yang dilakukan
atau tidak dilakukan dengan syarat dan kondisi normal sebagaimana dilakukan
dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

16
2.2.3 PT Jasamarga Bali Tol
2.3.1 Laporan Laba Rugi
PT JASAMARGA BALI TOL
LAPORAN LABA RUGI DAN
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
(Disajikan dalam rupiah)

Tahun yang berakhir


pada tanggal 31 Desember
Catatan 2016 2015
PENDAPATAN
Pendapatan tol 2l,22 143.250.846.206 122.710.788.907
Pendapatan konstruksi 2f,2l,23 2.082.699.470 4.265.894.476
Pendapatan usaha lainnya 2l,24 1.775.496.648 1.716.568.298
Total 147.109.042.324 128.693.251.681
BEBAN PENDAPATAN
Beban tol 2l,25 (55.334.170.628) (40.802.814.920)
Beban konstruksi 2f,2l,23 (2.071.648.733) (4.202.851.700)
Total (57.405.819.361) (45.005.666.620)

LABA BRUTO 89.703.222.963 83.687.585.061

Beban umum dan administrasi 2l,26 (19.734.276.853) (20.257.301.517)


LABA USAHA 69.968.946.110 63.430.283.544
Pendapatan keuangan 2l,28 10.125.498.066 15.243.264.275
Pendapatan lain-lain - neto 2l 2.520.702.733 5.322.251
Biaya keuangan 17,27 (139.417.969.226) (150.883.378.565)
RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN (56.802.822.317) (72.204.508.495)

BEBAN PAJAK TANGGUHAN 2i,18b (19.262.534.766) (19.811.130.487)


RUGI TAHUN BERJALAN (76.065.357.083) (92.015.638.982)

BEBAN KOMPREHENSIF LAIN


Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi ke laba rugi
periode berikutnya:
Rugi aktuarial atas liabilitas
imbalan kerja jangka
panjang (77.680.895) (27.237.000)
TOTAL RUGI KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN (76.143.037.978) (92.042.875.982)

17
Berdasarkan data Laporan Laba Rugi PT Jasamarga Bali Tol Tbk di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan selama Desember 2016 adalah
sebesar Rp. 147.109.042.324, total Beban Pendapatannya sebesar Rp.
57.405.819.361, Laba Bruto sebesar Rp. 89.703.222.963, Beban Umum dan
Administrasi sebesar Rp. 19.734.276.853, Laba Usaha sebesar Rp.
69.968.946.110, Jumlah Rugi sebelum pajak penghasilan Rp.56.802.822.317,
Beban pajak tangguhan Rp. 19.262.534.766, Rugi tahun berjalan Rp.
76.065.357.083, Beban Komperehensif lainnya yang tidak akan
direklasifikasikan ke laba rugi sebesar Rp. 77.680.895, Total Rugi komprehensif
tahun Berjalan (sebesar Rp. 76.143.037.978).
Total Laba Bersih tahun 2016 sebesar Rp. 76.143.037.978 tersebut
mengalami penurunan jika dibandingankan dengan tahun 2015 sebesar Rp.
92.042.875.982 di bulan yang sama, jadi laba yang diperoleh dari tahun 2015 ke
tahun 2016 mengalami penurunan.

KETERANGAN PENDAPATAN PENDAPATAN NILAI UJI PERLU


INDUK SEGMEN (10%*Total DILAPORKAN
Pendapatan)
Pendapatan tol 6,782,342,588,000 143,250,846,206 < 2,321,924,536,532 TIDAK
dan usaha lainnya
Pendapatan 16,289,793,735,000 3,858,196,118 < 2,321,924,536,532 TIDAK
konstruksi
TOTAL 23,219,245,365,324

KETERANGAN LABA INDUK LABA NILAI UJI PERLU


SEGMEN (10%*Total DILAPORKAN
Laba)
1,841,475,720,000 (76,143,037,978 < 176,533,268,202 TIDAK
Laba Bersih )
TOTAL 1,765,332,682,022

2.3.2 Kebijakan Akuntansi


a. Penyajian laporan keuangan
Laporan keuangan Perusahaan telah disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia (“SAK”), yang mencakup Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) dan Interpretasi Standar Akuntansi

18
Keuangan (“ISAK”) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (“DSAK”).
Selain laporan arus kas, laporan keuangan disusun berdasarkan asas
akrual, dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali untuk beberapa
akun tertentu yang disajikan berdasarkan pengukuran lain sebagaimana
diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.
Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung,
dengan menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang
diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan adalah rupiah yang merupakan mata uang fungsional Perusahaan.
b. Setara kas
Deposito berjangka dengan jangka waktu tiga bulan atau kurang sejak
tanggal penempatan yang tidak dibatasi penggunaannya diklasifikasikan
sebagai “Setara kas”.
Bank yang ditetapkan penggunaannya untuk digunakan sebagai
jaminan tidak diklasifikasikan sebagai bagian dari “Kas dan setara kas”
melainkan disajikan sebagai bagian dari “Dana ditetapkan penggunaannya -
bagian lancar dan tidak lancar”.
c. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi
Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak berelasi
sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan
Pihak-pihak Berelasi”.
Seluruh transaksi dan saldo yang signifikan dengan pihak-pihak
berelasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yang terkait.
d. Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka diamortisasi dan dibebankan pada operasi
selama masa manfaat dengan menggunakan metode garis lurus.
e. Aset tetap
Perusahaan menggunakan model biaya dalam pengukuran aset
tetapnya. Aset tetap, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan aset tetap
termasuk: (a) harga pembelian, (b) setiap biaya yang diatribusikan secara
langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi masa kini. Pada saat
19
pemeliharaan dan perbaikan yang signifikan dilakukan, biaya tersebut diakui
ke dalam nilai tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi
kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dibebankan langsung pada operasi tahun
berjalan.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset, sebagai berikut:
Aset dalam penyelesaian merupakan proyek dalam pelaksanaan
disajikan sebagai bagian dari aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan.
Akumulasi biaya perolehan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang
bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat
dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan
dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari
penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai selisih antara jumlah neto hasil
pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dikreditkan atau dibebankan pada
operasi tahun berjalan saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.
f. Perjanjian konsesi jasa
Perusahaan telah menerapkan ISAK 16, “Perjanjian Konsesi Jasa”
(ISAK 16) dan ISAK 22, “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan” (ISAK
22).
ISAK 16 mengatur prinsip umum dalam pengakuan dan pengukuran
hak dan kewajiban terkait dengan perjanjian konsesi jasa. ISAK 16 mengatur
bahwa infrastruktur tidak diakui sebagai aset tetap operator (pihak penerima
konsesi jasa) karena perjanjian jasa kontraktual tidak memberikan hak kepada
operator untuk mengendalikan penggunaan infrastruktur jasa publik. Operator
memiliki akses untuk mengoperasikan infrastruktur dalam menyediakan jasa
publik untuk kepentingan pemberi konsesi sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam kontrak.
ISAK 22 memberikan panduan spesifik mengenai pengungkapan yang
diperlukan atas perjanjian konsesi jasa.
Perusahaan membukukan perjanjian konsesi jasa sebagai model aset
tak berwujud karena memiliki hak (lisensi) untuk membebankan pengguna
jasa publik.. Aset konsesi ini adalah aset takberwujud yang diamortisasi
20
selama sisa masa hak konsesi sejak tanggal pengoperasian ruas jalan tol.
Selama masa konstruksi, akumulasi biaya perolehan dan konstruksi jalan tol
diakui sebagai aset konsesi dalam penyelesaian. Amortisasi mulai dibebankan
pada saat aset konsesi tersebut siap digunakan. Aset konsesi dihentikan
pengakuannya pada saat berakhirnya masa konsesi. Tidak ada keuntungan atau
kerugian saat penghentian pengakuan karena aset konsesi diharapkan telah
diamortisasi secara penuh, diserahkan kepada Badan Pengatur Jalan Tol
(“BPJT”) tanpa syarat.
Aset konsesi yang diberikan kepada Perusahaan dapat dipindahkan
dengan persetujuan Pemerintah/BPJT. Hak konsesi ini diserahkan ke
Pemerintah/BPJT pada saat akhir masa konsesi dan pada saat itu, seluruh akun
yang berhubungan dengan hak konsesi dihentikan pengakuannya. Selama
periode hak pengusahaan jalan tol, aset hak pengusahaan jalan tol dapat
dikeluarkan dari laporan posisi keuangan Perusahaan jika jalan tol diserahkan
(dikuasakan) kepada pihak lain atau Pemerintah/BPJT mengubah status jalan
tol menjadi jalan non-tol atau tidak ada manfaat ekonomi yang dapat
diharapkan dari penggunaannya.
g. Penurunan nilai aset non-keuangan
Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah
terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi
tersebut, maka Perusahaan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset
tersebut.
Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau unit penghasil kas (UPK)
dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, kecuali aset tersebut
tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset
atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai
terpulihkannya, maka aset tersebut dipertimbangkan mengalami penurunan
nilai dan nilai tercatat aset diturunkan nilainya menjadi sebesar nilai
terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui
pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain sebagai “rugi
penurunan nilai”, jika ada.
Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan neto
didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum
21
pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan
risiko spesifik atas aset.
Penilaian dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan
apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam
periode sebelumnya untuk aset mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah
menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang telah diakui
dalam periode sebelumnya untuk aset dibalik hanya jika terdapat perubahan
asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset
tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui.
h. Sewa
Perusahaan menerapkan PSAK 30 (Revisi 2011), “Sewa”. PSAK ini
menetapkan bahwa klasifikasi dari setiap elemen sebagai sewa pembiayaan
atau sewa operasi secara terpisah bagi suatu perjanjian sewa yang mengandung
elemen tanah dan bangunan.
Penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa, atau
perjanjian yang mengandung sewa, didasarkan atas substansi perjanjian pada
tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada
penggunaan suatu aset dan perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk
menggunakan aset tersebut. Sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan.
Aset sewa pembiayaan yang dimiliki oleh lessee dengan dasar sewa
pembiayaan disusutkan secara konsisten dengan metode yang sama yang
digunakan untuk aset yang dimiliki sendiri, atau disusutkan secara penuh
selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur
manfaat aset sewa pembiayaan, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa
lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
i. Perpajakan
Perusahaan telah menetapkan PSAK 46 (Revisi 2013), “Pajak
Penghasilan”. Pajak penghasilan non-final - pajak kini Pajak pertambahan
nilai (PPN). Pendapatan, beban dan aset diakui setelah dikurangi dengan
jumlah PPN, kecuali:

22
• Ketika PPN yang terjadi sehubungan dengan pembelian aset atau jasa tidak
dapat diklaim kepada kantor pajak, dalam hal ini PPN diakui sebagai bagian
dari biaya perolehan aset atau sebagai beban.
• Piutang dan utang yang disajikan termasuk PPN.

Pajak tangguhan
Pajak tangguhan diakui menggunakan metode liabilitas atas perbedaan
temporer pada tanggal pelaporan antara dasar pengenaan pajak dari aset dan
liabilitas dan nilai tercatatnya untuk tujuan pelaporan keuangan pada akhir
tahun pelaporan.
Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk setiap perbedaan temporer
kena pajak. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan disaling-
hapuskan jika terdapat hak secara hukum untuk melakukan saling hapus antara
aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini, atau aset dan liabilitas pajak
tangguhan pada entitas yang sama dan otoritas perpajakan yang sama.
j. Imbalan kerja
Imbalan kerja jangka pendek
Perusahaan mengakui liabilitas imbalan kerja jangka pendek (jika ada)
ketika jasa diberikan oleh karyawan dan imbalan atas jasa tersebut akan
dibayarkan dalam waktu dua belas bulan setelah jasa tersebut diberikan.
Imbalan paska-kerja
Perusahaan membukukan liabilitas program imbalan kerja sesuai
dengan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003. Sesuai dengan
PSAK 24 (Revisi 2013), liabilitas atas masa kerja lalu diestimasi dengan
menggunakan metode projected unit credit. Tidak terdapat pendanaan yang
disisihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan estimasi liabilitas tersebut.
Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada tahun berjalan. Biaya jasa
lalu sebagai dampak perubahan asumsi aktuaria bagi karyawan aktif diakui
dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif selama sisa masa kerja
rata-rata karyawan tersebut. Imbalan kerja atas pemutusan hubungan kerja
diakui sebagai liabilitas dan beban pada saat terjadi.
Karyawan Perusahaan saat ini terdiri dari karyawan tetap dan
karyawan yang diperbantukan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero).
23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengungkapan segmen mengenai komponen operasi tertentu dari suatu entitas
dan wilayah luar negeri di mana entitas beroperasi memberikan informasi mengenai
risiko berbeda dan frofitabilitas dari masing-masing komponen yang membentuk
entitas.
Pengungkapan pelaporan segmen sudah sesuai dengan PSAK No. 5, karena
perusahaan dalam pendapatan telah menyajikan pendapatan induk dan pendapatan
per segmen, dan untuk laba rugi menyajikan laba rugi persegmennya.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah kami ini jauh
dari sempurna.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik dan
saran demi kesempurnaannya makalah kami ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dwimawesa, Rhizki. 2011. Laporan Keuangan Segmen Perusahaan.


http://rhizkii.blogspot.com/2011/06/laporan-keuangan-segmen-perusahaan.html
(Diakses pada tanggal 12 Maret 2019)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2014. Segmen Operasi. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 5 (Revisi 2009). DSAK-IAI. Jakarta.

PT Jasamarga Bali Tol. Laporan Tahunan 2016.


http://www.jasamargabalitol.co.id/manajemen/laporan-tahunan/ (Diakses pada tanggal
10 Maret 2019)

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Profil Perusahaan.


http://www.jasamarga.com/public/id/infoperusahaan/ProfilPerusahaan/Overview.aspx
(Diakses pada tanggal 9 Maret 2019)

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Laporan Keuangan.


http://jasamarga.com/public/id/hubunganinvestor/hubunganinvestor/laporankeuangan.
aspx (Diakses pada tanggal 9 Maret 2019)

PT Solo Ngawi Jaya. Laporan Keuangan Desember 2017.


http://jasamargasolongawi.co.id/program/laporankeuangan (Diakses pada tanggal 10
Maret 2019)

25

Anda mungkin juga menyukai