Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN DAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM BERDARAH DENGUE
DI RUANG FLAMBOYANT RSUD DR. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :

NAMA : FRISKA AMELIA


NIM : 2017.C.09a.0888

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM
STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Friska amelia
NIM : 2017.C09a.0888
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan An.A dengan
Diagnosa Medis Demam Berdarah Dengue di ruang Flamboyant
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Nia Pristina, S.Kep, Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 28 Mei 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit .....................................................................................................1
1.1.1 Definisi .........................................................................................................1
1.1.2 Anatomi Fisiologi..........................................................................................1
1.1.3 Etiologi .........................................................................................................4
1.1.4 Klasifikasi ....................................................................................................4
1.1.5 Patofisiologi (Patway) ..................................................................................5
1.1.6 Manifestasi Klinis ........................................................................................8
1.1.7 Komplikasi ..................................................................................................10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................................10
1.1.9 Penatalaksanaan Medis ...............................................................................12
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................13
1.2.1 Pengkajian keperawatan..............................................................................13
1.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................15
1.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................15
1.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................20
1.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................20
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian ............................................................................................................21
2.2 Diagnosa ...............................................................................................................30
2.3 Intervensi .............................................................................................................30
2.4 Implementasi.........................................................................................................35
2.5 Evaluasi ...............................................................................................................35
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................41
3.2 Saran ....................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang
tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah
anak-anak berusia dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa
terserang penyakit ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata
sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes.
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit  penyakit menular yang
disebabkan oleh oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty, yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas, nyeri otot,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik
pendarahan (petechiae, lebam (enchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (schok)
(Kemenkes RI, 2011).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi penyakit akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypty
dan Aedes albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak
dibawah 15 tahun (Widyanto, 2013).
Dari beberapa pengertian penyakit DBD di atas didapat kesimpulan DBD
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke
orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty yang ditandai dengan nyeri otot,
demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan dapat berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari dan kejadian kesadaran menurun.
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system
sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen
dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi

1
2
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-
paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.
1.1.2.1 Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut
apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah
dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang
kiri antara kosa V dan VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba
adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
1.1.2.2 Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri
yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri
dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis,
garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang
keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi
pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk
lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang disebut vasa
vasorum.
3
2) Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa
darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk
susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama
dengan pada arteri. Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua
kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi.
Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena
pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat
halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu
lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut,
kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya
meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka
plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
1.1.2.3 Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya.
Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada
peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang
dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5
liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah: 1. Sebagai alat pengangku
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun.
4
3. Mengatur panas keselurh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung
tulang, hepar, dan limpa.
1.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam genus
Flavivirus grup family Togaviridae. Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30
nm dan terdiri dari 4 serotip yaitu dengue (DEN) 1, (DEN) 2, (DEN) 3, dan (DEN) 4.
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pada
suhu 30o C nyamuk memerlukan waktu lama 8-10 hari untuk menyelesaikan masa
inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk. Sebelum demam
muncul pada penderita yang telah terinfeksi, virus sudah terlebih dahulu berada
dalam darah selama 1-2 hari. Selanjutnya selama 4-7 hari penderita berada dalam
kondisi viremia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki kebiasaan hinggap pada pakaian
yang bergantungan di kamar dan mengigit atau menghisap darah pada siang hari
dengan waktu puncak gigitan pukul 09.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00. nyamuk
jantan tidak dapat mengigit dan meghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga
tumbuh-tumbuhan (Mharsell, 2009).
1.1.4 Klasifikasi
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 tingkatan, menurut Kemenkes
(2011):
1.1.4.1 Derajat 1
Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet
positif.
1.1.4.2 Derajat 2
Terdapat perdarahan spontan antara lain perdaran di kulit (petekie),
pendarahan gusi, epitaksis atau pendarahan lain. (menstruasi berlebihan,
pendarahan saluran cerna).
1.1.4.3 Derajat 3
5
Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin,lembab, dan menjadi gelisah.
1.1.4.4 Derajat 4
Seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi tidak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur
1.1.5 Patofisiologi
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik.
Saat virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah
yang menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke
pusat vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari peningkatan
suhu tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa mulut/lidah kotor dan
tidak nyaman. Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan dan
membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas (kecemasan), sedangkan
dari mukosa yang kotor menyebabkan mual muntah atau anoreksia sehingga intake
nutrisi tidak adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya tahan tubuh dan
beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan kondisi tubuh
dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
 Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan dapat
terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu hemokonsentrasi,
hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian hipovolemia yang terjadi dapat
menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi arteri sehingga kulit menjadi panas dan
terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh yang berujung pada deficit volume cairan
tubuh.
Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat
sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi
akan memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap perdarahan
lebih lanjut sehingga vaskositas darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan
6
suplai O2 dalam zat makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan
penumpukan asam laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.
WOC
7
Penyebab terjadinya DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus grup family Togaviridae

DBD

B1/BREATHING B2/BLOOD B3/BRAIN B4/BLADDER B5/BOWEL B6/BONE

Kebocoran plasma Proses inflamsi Vakoasitas Hipovelemia Aktivitas koagulasi Intake nutrisi
ke ekstravaskuler endotel menurun
tidak adekuat
paru
Pengeluaran Hipotensi Indra pengecap
O2 menurun dan
Efusi pleura prostaglandin terganggu
zat makana ke
tubuh menurun Cadangan protein
Vasolidatasi arterial otot terpakai terus
Mual anoreksia menerus
Peningkatan kerja
Pola napas Penumpukan
thermostat
tidak efektif asam laktat di Kulit menjadi
otak panas
Tidak mau makan Perubahan nutrisi

Peningkatan suhu Penguapan cairan


tubuh Nyeri akut permukaan tubuh Defisit nutrisi Kondisi tubuh
meningkat
yang lemah
Hipertermia
Penurunan produksi
urin
Intoleransi aktivitas

Gangguan
eliminasi urin
8

1.1.6 Manifestasi Klinis


1.1.6.1 Masa inkubasi biasanya berkisar antar 4-7 hari.
1.1.6.2 Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas
dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau
ke-7 panas mendadak turun.
1.1.6.3 Tanda-tanda pendarahan.
1) Pendarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk pendarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk salah
satu atau lebih manifestasi pendarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura,
Ekimosis, Pendarahan Konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi,
Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan
dengan bekas gigitan nyamuk.
2) Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang berarti bukan
peterkie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda pendarahan ringan, dapat
dinilai sebagai presumptive test ( dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet
positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar
penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada
penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri
(Typhus abdominalis) dan lain- lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif,
jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5x2,5 cm)
di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
1.1.6.4 Pembesaran hati (hematomegali)
1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit.
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
3) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
1.1.6.5 Renjatan (syok)
9

1) Kulit teraba dingin dan lembab terutaman  pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki.
2) Penderita menjadi gelisah.
3) Sianosis di sekitar mulut.
4) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
5) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
1.1.6.6 Trombositopeni
1) Jumlah trombosit   100.000/.   biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit.
2) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti Hemukonsentrasi
(peningkatan hematokrit).
3) Peningkatannya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi
selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya
perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala.
4) Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningktan hematokrit.
Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35%
menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7,  35+7=42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian,
bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggatian cairan atau
pendarahan. Penurunan nilai hematokrit  >  20%  setelah pemberian cairan
yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
1.1.6.7 Manifestasi lain
1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD adalah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang.
2) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis.
3) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahulyi pendarahan
gastroinstestinal dan renjatan.
10
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari demam berdarah dengue menurut Indartoas (2009 : 7) yaitu :
1) Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-pecahan
pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.
2) Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock
Syndrome).
3) Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas
vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4) Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat sehingga
sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen secara adekuat
ke dalam otak.
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
1.1.8.1 Penatalaksanaan pada saat pencegahan
Untuk mencegah serangan, tentunya dengan membasmi nyamuk Aedes yang
menjadi media virus dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakanya
di tempat lembab dan berair.
1) Untuk memberantas nyamuk, jentik-jentik atau sarang-saranng nyamuk
harus diberantas. Jentik nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat
di banyak air yang tergenang, baik di pot-pot bunga atau kolam ikan yang
jernih airnya, maka setiap keluarga harus menutup peluang bagi nyamuk
untuk berkembang biak dengan cara melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2) Ciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Tanami halaman di sekitar
rumah dengan tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti tumbuhan
sereh, lavender, dan zodiac.
3) Kontrol dan bersihkan secara rutin tempat-tempat yang terdapat genangan
air seperti pas bunga, dispenser, kloset, tong sampah, ember, bak mandi,
bak kontrol atau penampung air, bawah kulkas, kolam ikan hias, botol ban
bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
11

4) Bila seseorang terserang DBD, pertolongan pertama yang bisa dilakukan


adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah
dimasak, seperti air susu, teh, air bening, oralit, atau air minum lainnya.
Sementara itu si penderita dapat dikompres dengan air dingin atau air es,
dan diberi obat penurun panas seperti parasetamol. Selanjutnya, si
penderita harus segera di bawa kerumah sakit.
5) Pemberantasan sarang nyamuk meliputi kegiatan 3M-Plus yaitu :
1) Menguras tempat penampungan air secara teratur.
2) Mengubur barang bekas yang dapat menampung air.
3) Menutup rapat tempat penampungan air, dan memberikan abate untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk.
1.1.8.2 Penatalaksanaan pada saat di rumah sakit.
1) Tirah bening.
2) Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan  perangsang.
3) Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCI 0,9% dengan tetesan
20 cc / Kg/ BB/  jam di guyur, atau secara praktis : 1-1,5 liter di guyur
(cor), selanjutnya 5 cc/ Kg BB / Jam atau 50 cc/ Kg BB/ 24 jam, atau
secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan. Cairan
oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
4) Keadaan klinis di monitor : TD. Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu
(minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu ada
status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
5) Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti
parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh ≥ 38,5 o C
dan Metoklopramide bila terjadi muntah – muntah.
6) Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau
tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urin  ≤ 40
cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) tambahkan
cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil.
Setelah tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke tetesan rumatan.
12

7) Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan


TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urin yang berlanjut, atau
terjadi pendarahn massif, atau pnurunan  kesadaran, perlu di periksa  Hb,
Ht, Trombsit. Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara
laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan periksa
Haemorrhagic  test.
8) Bila Selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk ( bila dirawat di Puskesmas atau di klinik atau
rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih intensif, kalau
perlu di rawat di ICU.
9) Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang
menyolok disertai dengan tanda-tanda pendarahan massif. Bila terjadi
pendarahan yang massif dengan penurunan kadar Hb dan Ht, segera beri
tansfusi Whole blood.
10) Bila keadan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang
cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda pendarahan tidak nyata, dan
pemantauan laboratorium tidak menunjukan perbaikan, maka pilihan kita
adalah pemberian FPP ( Fresh Frozen Plasma) atau Plasma biasa.
11) Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium  pada fase
penyembuhan.
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa jumlah trombosit dan adanya
rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vaskuler atau dikenal dengan
haemoconcenrantion. Pada penderita DBD, ditemukan jumlah trombosit dalam tubuh
mengalami penurunan yang drastis sampai mencapai 100.000 sel/mm 3 atau bahkan
dapat lebih rendah. Adapun pada pemeriksaan haemoconcenrantion  akan ditandai
dengan peningkatan hematocrit sama atau > 20% diatas rata-rata usia, jenis kelamin,
dan populasi. Selain itu terdapat rembesan plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia.
13
1.1.9.1 Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan HaemoagglutinationI Inhibition Test
(HIT) yang berguna untuk mengetahui terjadinya peningkatan titer atau serum
penderita. Adapun hasil pemeriksaan serologi adalah sebagai berikut
1) Apabila titer antybody kurang dari 1/20 dan titer antybody fase
konvelesen  meningkat 4 kali atau lebih tetapi kurang dari 1/2560, berarti
infeksi primer.
2) Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer
antybody fase konvelesen  meningkat lebih besar sama dengan 1/2560,
berarti merupakan infeksi ulang.
3) Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer
antybody fase konvelesen  naik atau lebih dari atau sama dengan 4 kali,
berarti merupakan infeksi ulangan.
4) Apabila titer antybody akut lebih atau sama dengan dari 1/1280 dan titer
antybody fase konvelesen  tetap atau naik, berarti merupakan infeksi baru.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan B1-B6
1.2.1.1 B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaanotot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan sepertironki pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yangsering didapatkan pada
klien strok dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian inspeksi
pernapasannya tidakada kelainan. Palpasi torak didapatkan taktil vremitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidakdidapatkan bunyi napas tambahan.
1.2.1.2 B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang seringterjadi pada klien strok. Tekanan darah biasanya terjadi
peningkatan dan dapat terjadi hipertensimassif (tekanan darah >200mmHg).
14
1.2.1.3 B3 (Brain)
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasikan
bicara). Atraksia(ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketikaklien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya
Lobus frontal : kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didpatkan
Strokemenyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah manayang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat
dan aliran darah kolateral (sekunderdan aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.
1.2.1.4 B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk
menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine (yang
terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien untuk buang
air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan
diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandungkemih yang penuh
(distensi kandung kemih)
1.2.1.5 B5 (Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah
sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan
turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan berat badan
Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik
vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras,
tidak nyeri tekan dan halus. Ini daapt diperiksa dengan menekan hepar secara kuat
selama 30 – 60 detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm
1.2.1.6 B6 (Bone)
1) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar
2) Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal, nokturia dan keringat pada malam hari)
15

3) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien
tisur dalam 24 jam dan apakah klien mengalami sulit tidur dan bagaimana
perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem
kardiovaskuler. Perlu diketahui, klien dengan IMA sering terbangun dan
susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas
4) Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien
biasanya berubah karena klien merasa sesak napas saat beraktivitas.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakaan hipotalamus (D.0130 Hal :
284)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi (D.0077 hal : 172)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (D.0019 hal :
56)
4) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peradangan
pankreas (D.0036 hal : 87)
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054 hal : 124)
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tanggapan menerima
informasi (D.0111 Hal : 246)
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakaan hipotalamus (D.0130 Hal :
284)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan suhu tubuh pasien
dapat berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu
0 0
36,8 C-37,5 C, Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt,
Nadi 60-100 x/mnt.
Intervensi : (SIKI I.15506 hal : 181)
1. Monitor suhu tubuh
16
2. Berikan cairan oral
3. Lakukan pendinginan dingin di bagian dahi atau leher
4. Anjurkan klien melakukan tirah baring
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Rasional :
1. Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
2. Untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien.
3. mempercepat dalam penurunan produksi panas
4. untuk meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
5. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen inflamasi (D.0077 hal : 172)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan nyeri pasien dapat
berkurang dan menghilang.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada skala
0 0
0-3, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8 C-37,5 C, respirasi 16-24
x/mnt, nadi 60-100 x/mnt (Judith, 2009).
Intervensi : (SIKI I.12391 hal :70 )
1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)
2. Atur waktu pemantauan sesuai dengan kondisi nyeri klien
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Rasional :

1.Untuk mengetahui keadaan umum klien


2.Untuk mengetahui sejauh mana nyeri dirasakan
3.Membantu klien menjadi rileks
4.Untuk mengurangi rasa nyeri
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (D.0019 hal
: 56)
Tujuan : 17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam diharapkan
perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil:
Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat
energi biasanya, berat badan stabil atau bertambah (Judith, 2009).
Intervensi : (D.0019 hal : 56)
1. Observasi TTV klien
2. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah
3. Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, kenaikan berat
badan, dan kebiasaan membeli membeli makanan.
4. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengavaluasi
kecukupan asupan makanan.
5. Ajarkan ibu mengidentifikasi makanan dengan gizi seimbang.
6. Kolaborasi dengan dokter dan asli gizi tentang diet yang tepat.
Rasional :
1. Tanda-tanda vital merupakan tujuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien
2. Untuk memperbarui gaya hidup serta pola makan klien
3. Untuk menimalisir asupan kebutuhan cairan klien
4. Untuk kebutuhan asupan makanan klien
5. Untuk mengajarkan bagaimana cara memberi makanan yang bergizi
6. Untuk merelaksasi terapi klien dengan tepat
4) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peradangan
pankreas (D.0036 hal : 87)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 7 jam diharapkan kebutuhan
cairan terpenuhi
Kriteria hasil: 18
TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt, Turgor kulit
baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar elektrolit dalam batas
normal (Judith, 2009).
Intervensi : (SIKI I.03121 hal :238 )
1. Monitor status hidrasi (Frekuensi nadi, kekuatan nadi, turgor kulit)
2. Monitor berat badan sesudah dan sebelum dialisis
3. Monitor hasil pemeriksaan hasil laboratorium
4. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
5. Berikan pemberian cairan melalui intervena
Rasional :
1) Untuk memudahkan intervensi selanjutnya
2) Berat badan merupakan salah satu indikator pemenuhan nutrisi
berhasil
3) Untuk memudahkan klien dengan hasil laboratorium
4) Untuk menghindari klien agar tidak mengalami hidrasi
5) Untuk memperbaiki keseimbangan cairan
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054 hal : 124)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 7 jam diharapkan pasien dapat
mencapai kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria hasil:
Pergerakan pasien bertambah luas, Pasien dpt melaksanakan aktivitas
sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan), Rasa nyeri berkurang,
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan (Judith, 2009).
Intervensi : (SIKI I.12394 hal : 72)
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas
19
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah
sesui kemampuan, rasionalnya melatih otot – otot kaki sehingga
berfungsi dengan baik
4. Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan kekuatan, rentang gerak.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesic),
rasionalnya analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.
Rasional :
1) Tingkatkan aktifitas atau latihan tergantung dari perkembangan resolusi
proses inflamasi
2) mengidentifikasi kelemahan/kekuatan dan dapatmemberikan informasi
bagi pemulihan
3) dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi
lebih terganggu.
4) Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih
terganggu
5) program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan
yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan,koordinasi, dan kekuatan
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tanggapan menerima
informasi (D.0111 Hal : 246)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 1 x 7 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu Intervensi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi rasionalnya informasi yang tepat dari tenaga kesehatan akan akan
membuat klien merasa dirinya memiliki sumber informasi yang terpercaya
Intervensi : (SIKI I.12383 hal : 65)
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
20

2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan


motivasi perilaku hidup bersih sehat.
3. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan.
4. Berikan kesempatan untuk bertanya.
5. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Rasional :
1. informasi yang tepat dari tenaga kesehatan akan akan membuat klien
merasa dirinya memiliki sumber informasi yang terpercaya
2. meningkatkan pengetahuan dan mengurangi cemas
3. membantu menentukan dan menentukan pengobatan jangka panjang
4. kadangkala klien merasa tidak berani untuk bertanya karena belum
terbina hubungan dekat dengan penyedia layanan kesehatan
5.menjelaskan pada klien pada faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan
1.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untyuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Zaidn Ali, 2014)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai
pengukuran evaluasi dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
1) Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standar yang telah di
tetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An. A
TTL : Palangka Raya, 8 Juni 2019 (1 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Wisata 2
Diagnosa medis : Demam Berdarah Dengue
2.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. D
TTL : Palangka Raya, 20 November 1968
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Wisata 2
Hubungan keluarga : Ibu
2.1.3 Keluhan utama
ibu pasien mengatakan badan anaknya panas.
2.1.4 Riwayat Kesehatan
22
2.1.4.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 28 mei 2020 pukul 12:00 WIB, klien mengalami demam serta
bintik merah di sebagaian tubuh, lalu klien di bawa ke RSUD Doris Sylvanus
Palangka Raya. Pasien masuk melalui IGD, di IGD terpasang infus ringer

21
laktat 26 tpm pada tangan kiri, injeksi Cefriaxone 3 x 3 cc (IV) dan di beri
antipiretik, lalu klien dianjurkan untuk melakukan rawat inap di ruang
flamboyant.
2.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat prenatal : Selama kehamilan, hanya mengeluh mual dan muntah
2. Riwayat natal : Persalinan ibu normal, dengan usia kelahiran yang
cukup
3. Riwayat postnatal : Tidak ada masalah keluhan setelah melahirkan
4. Penyakit sebelumny : An. A sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit
5. Tabel 2.1 Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT
Usia 1 2 Bulan 1, 2, 3 9 bulan 1 bulan - 6 -
minggu- bulan bulan
1 bulan

2.1.4.3 Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan jika keluarganya memiliki riwayat hipertensi
2.1.4.4 Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
23
2.1.5 Pemeriksaan fisik
2.1.5.1 Keadaan umum
Klien terbaring lemas,kulit terasa hangat, kesadaran compos mentis, klien
tampak kurus terpasang infus ringer laktat 26 tpm di tangan kiri
2.1.5.2 Tanda-tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 94x/ m
o
Suhu : 37.8 C
Respirasi : 22 x/menit
Masalah keperawatan : Hipertermia
2.1.5.3 Kepala dan wajah
Rambut berwarna hitam, tidak ada benjolan pada kulit kepala. Keadaan
hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan baik, dan pendengaran cukup
baik, An.A kadang tampak menoleh ketika dipanggil namanya, pada leher An.
A tidak terjadi penebalan kulit.
2.1.5.4 Leher dan tengorokan
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan cukup bagus.
2.1.5.5 Dada
Bentuk dada simetris. Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak nafas. Bunyi
nafas vesikuler. Pola nafas teratur dengan frekuensi 22 x/menit.
2.1.5.6 Abdomen
Bentuk perut simetris. Tidak ada benjolan atau massa pada abdomen
2.1.5.7 Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot atas 4/4, bawah 4/4. Keadaan kulit/turgor elastic,
Aktivitas klien dibantu keluarga
Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas
2.1.5.8 Genetalia
Keadaan genetalia bersih dan tidak terdapat lesi. Pengeluaran urine normal ±5
kali/hari, urine berwarna kuning bening. 24
2.1.6 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
2.1.6.1 Gizi
Selera makan An.A berkurang, dapat menghabiskan 3 sendok makan dalam
sehari dengan reflex menelan baik.
Rumus IMT : 2n+8
(2x1) + 8 = 10 kg
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
2.1.6.2 Kemandirian dalam bergaul
1. Daag-daag dengan tangan
2. Menyatakan keinginan
2.1.6.3 Motorik halus
Sudah terlampaui
2.1.6.4 Motorik kasar
1. Berdiri 2 detik
2.1.6.5 Kognitif dan bahasa
1. Papa/mama spesifik
2. mengoceh
2.1.6.6 Psikososial
An.A mampu berinteraksi dengan orang Pola Aktifitas sehari-hari Tabel 2.4
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi 3 x sehari / 1 porsi Klien hanya makan 3
a. Frekuensi Baik sendok makan dalam
b. Nafsu Nasi lembek, sehari
makan/selera Ikan, Sayur
c. Jenis makanan
2 Eliminasi 4 x sehari / lunak 2 x sehari / keras
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
b. BAK 2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi
Konsistensi

3 Istirahat/tidur Siang = 3 jam Siang = 1 jam 25


a. Siang/ jam Malam = 8 jam Malam = 7 jam
b. Malam/ jam
4 Personal hygiene 2 x sehari Klien mengatakan
a. Mandi klien mandi 2 kali
b. Oral hygiene sehari.

2.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainya)


1. Terapi
Aturan
No Terapi Jalur Indikasi
Pakai
1 Ringer Laktat 58 tpm IV Pengganti cairan elektrolit dalam
tubuh
2 Omeprazole 2 x 30 mg IV Untuk mengatasi masalah gangguan
lambung, seperti penyakit asam
lambung dan tukak lambung.
3 500 mg IV Obat yang di gunakan sebagai
analgetik (pereda nyeri) dan
Paracetamol
antipiretik (penurun panas atau
demam)
4 3 x 3 cc IV Digunakan untuk mengobati infeksi
Cefriaxone bakteri dan mencegah
pertumbuhannya.

2. Lab
No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC 10.00/ul 4.50 – 11.00
2 HGB 13.8 gr/dl 10.5 –18.0
3 HCT 41.8% 37.0 - 48.0
5 PLT 298 150 - 400
6 Ureum 54 21-53
7 Kreatinin 0.78 0,17-1,5
8 Glukosa – sewaktu 94 <200
9 Na 138 135 – 148
10 K 4.1 3,5 – 5,3 26
11 Ca 1.06 0,98 – 1,2
Palangka Raya, 28 Mei 2020

Mahasiswa,

(Friska amelia)

27
2.2 ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : ibu klien mengatakan badan DBD Hipertermia
anaknya panas
DO : Terpapar
- Klien tampak lemas lingkungan panas
- Kulit terasa hangat
TTV : Peningkatan laju
- TD : 130/70 mmHg metabolisme
- N : 94x/ menit
- S : 37.8 oC Respon trauma
- RR : 22x/ menit
Hipertermia
2. DS : ibu klien mengatakan anaknya DBD Defisit
kurang nafsu makan dan mual Nutrisi
muntah Aktivitas koagulasi
DO :
- Klien tampak lemas Rasa pengecap
- Nafsu makan berkurang terganggu
- Porsi makan ½ porsi (nasi
lembek) Tidak enak untuk
- Rumus IMT : 2n+8 makan
(2x1) + 8 = 10 kg
- turgor kulit <2 detik Tidak mau makan
- Bibir kering
- DIIT diet TKKP/lembek Defisit nutrisi
frekuensi 3x sehari makan
habis 3 sendok (nasi
lembek)
- TD : 130/70 mmHg
- N : 94x/ menit
- S : 37.8 oC
- RR : 22x/ menit
28
3. DS : ibu klien mengatakan DBD
anaknya aktivitasnya di bantu Intoleransi
keluarga Perubahan nutrisi aktivitas
DO :
- Klien tampak lemas
Kondisi lemas
- Aktivitas klien di bantu
keluarga
Intoleransi aktivitas
- Skala aktivitas 2 (memerlukan
bantuan orang lain dan
pengawasan orang lain)

DBD Kurang
4. DS: Ibu klien dan klien tidak
pengetahuan
mengerti akan gejala dan penyebab
Kurang informasi
dari DBD
DO :
- Ibu klien tampak bingung Kurang tanggapan
menerima informasi
kenapa anak bisa terkena
DBD
- Ibu klien bertanya apa warna Kurang pengetahuan
nyamuk yang mengigit
anaknya
- Pendidikan terakhir ibu klien
SD
29
PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakaan hipotalamus ditandai dengan


badan panas
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan ditandai dengan
nafsu makan klien berkurang, makan hanya ½ porsi sehari (Nasi lembek).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai aktivitas klien
di bantu keluarga.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tanggapan menerima
informasi di tandai dengan ibu klien tampak kebingungan.
30
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.A


Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Diagnosa kep. 1 Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh 1) Untuk mengidentifikasi
Hipertermia berhubungan perawatan 1 x 7 jam 2. Berikan cairan oral pola demam pasien
dengan kerusakaan hipotalamus diharapkan suhu tubuh 3. Lakukan pendinginan dingin di 2) Untuk menurunkan suhu
ditandai dengan badan panas pasien dapat berkurang/ bagian dahi atau leher tubuh pada pasien.
teratasi. 4. Anjurkan klien melakukan tirah 3) mempercepat dalam
Kriteria hasil: baring penurunan produksi
1. Pasien mengatakan 5. Kolaborasi pemberian cairan dan panas
kondisi tubuhnya elektrolit intravena 4) untuk meminimalisir
nyaman produksi panas yang
2. Tekanan darah 120/80 diproduksi oleh tubuh
0 5) pemberian cairan sangat
mmHg, Suhu 36,8 C-
0 penting bagi pasien
37,5 C, Respirasi 16-24
dengan suhu tinggi.
x/mnt, Nadi 60-100
31
x/mnt.
Diagnosa kep. 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebiasaan makan 1) Untuk memperbarui gaya
keperawatan 1 x 7 jam, klien dan perilaku makan yang hidup serta pola makan
Defisit nutrisi berhubungan diharapkan nutrisi klien akan di ubah klien
dengan keengganan untuk terpenuhi, dengan kriteria 2. Berikan makanan hangat 2) Untuk menimalisir
makan ditandai dengan nafsu hasil sedikit tapi sering. asupan kebutuhan cairan
makan klien berkurang, makan 1. IMT meningkat 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan. klien
hanya ½ porsi sehari (Nasi 2. Nafsu makan meningkat 4. Berikan kesempatan untuk 3) Untuk meningkatkan
lembek) 3. Tidak ada mual muntah bertanya. nafsu makan
4. Badan tidak tampak kurus 5.Ajarkan ibu mengidentifikasi 4) Untuk meningkatkan
makanan dengan gizi seimbang. pengetahuan
6.Kolaborasi dengan ahli gizi 5) Untuk mengajarkan
tentang diet yang tepat. bagaimana cara memberi
makanan yang bergizi
6) Untuk merelaksasi terapi
klien dengan tepat
32
Pasien : An.A
Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Diagnosa kep. 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien. 1. tanda-tanda vital
keperawatan 1 x 7 jam 2. Catat respon emosi terhadap merupakan tujuan untuk
Intoleransi aktivitas
diharapkan aktivitas klien aktivitas mobilisasi. mengetahui keadaan
berhubungan dengan
dapat di lakukan secara 3. Berikan aktivitas sesuai umum pasien
kelemahan ditandai
mandiri dengan kriteria hasil : keadaan klien. 2. untuk mengetahui respon
aktivitas klien di bantu
1. Klien tidak lemas. 4. Jadwalkan perawatan pasien pasien
keluarga.
2. Klien dapat beraktivitas sehingga tidak terganggu 3. mengetahui tingkat
dengan mandiri. istirahat. ketergantungan klien
3. Skala aktivitas klien 1 5. Ajarkan latihan gerak pasif dan dalam memenuhi
( mandiri). aktif. kebutuhan
4. agar pasien dapat
beristirahat dengan baik
5. untuk melihat
perkembangan pada
pasien
33
Pasien : An.A
Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Diagnosa kep. 4 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. informasi yang tepat dari
keperawatan 1 x 7 jam kemampuan menerima tenaga kesehatan akan akan
Kurang pengetahuan
diharapkan orang tua klien informasi membuat klien merasa
berhubungan dengan kurang
memahami 2. Identifikasi faktor – faktor dirinya memiliki sumber
tanggapan menerima
1. Pertanyaan tentang masalah yang dapat meningkatkan informasi yang terpercaya
informasi di tandai dengan
yang di hadapi menurun. dan menurunkan motivasi 2. meningkatkan pengetahuan
ibu klien tampak
2. Persepsi yang keliru menurun. perilaku hidup bersih sehat. dan mengurangi cemas
kebingunan.
3. Perilaku sesuai pengetahuan 3. Sediakan materi dan 3. membantu menentukan dan
meningkat. pendidikan kesehatan. menentukan pengobatan
4. Berikan kesempatan untuk jangka panjang
bertanya. 4. kadangkala klien merasa
5. Jelaskan faktor resiko yang tidak berani untuk bertanya
dapat mempengaruhi karena belum terbina
kesehatan. hubungan dekat dengan
penyedia layanan34
kesehatan
5. menjelaskan pada klien
faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan

35

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : Flamboyant
Tanda Tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
Nama Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 1 S : ibu klien mengatakan badan anaknya
1. Memonitor suhu tubuh masih panas
2. Memberikan cairan oral O:
3. Melakukan pendinginan dingin di bagian - Klien tampak lemas
dahi atau leher - Kulit terasa hangat
4. Menganjurkan klien melakukan tirah TTV :
baring - TD : 130/70 mmHg Friska amelia
5. Mengkolaborasi pemberian cairan dan - N : 94x/ menit
elektrolit intravena - S : 37.8 oC
- RR : 22x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi nomor 1,2,3,4 dan 5
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 2 S : Ibu klien mengatakan anaknya kurang
1. Mengindentifikasi kebiasaan makan klien nafsu makan
dan perilaku makan yang akan di ubah O : - Klien tampak lemas Friska amelia
2. Memberikan makanan hangat sedikit tapi - Nafsu makan berkurang
sering. - Porsi makan ½ porsi (bubur)
3. Menjadwalkan pendidkan kesehatan. Rumus IMT : 2n+8
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya. (2x1) + 8 = 10 kg
5. Mengajarkan ibu mengidentifikasi - Bibir kering
makanan dengan gizi seimbang. - Klien tampak kurus
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet A : Masalah belum teratasi
yang tepat. P : Lanjutkan Intervensi nomor 1,2,3,4,6 dan
7

36
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan
Dan
Nama Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 3 S : Klien mengatakan aktivitas di bantu
1. Mengobservasi TTV klien. keluarga
2. Mencatat respon emosi terhadap O: TTV : TD : 130/70 mmHg, N : 94
aktivitas mobilisasi. x/menit, S : 37.8oC dan RR : 19 x/ menit Friska amelia
3. Memberikan aktivitas sesuai keadaan 1. Klien tampak lemas
klien. 2. Aktivitas klien di bantu keluarganya
4. Menjadwalkan perawatan pasien 3. Skala aktivitas 2
sehingga tidak terganggu istrahat. A : Masalah belum teratasi
5. Mengajarkan latihan gerak pasif dan P : Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4 dan
aktif. 5

37
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan
Dan
Nama
Perawat
kamis, 28 Mei 2020 Diagnosa kep. 4 S:
- Ibu An.A mengatakan kurang mengerti
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
dengan keadaan anaknya
kemampuan menerima informasi
O:
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang
- Ibu pasien sudah siap menerima informasi
dapat meningkatkan dan menurunkan
yang di sampaikan
motivasi perilaku hidip bersih sehat.
- Ibu An. A tampak tidak mengetahui tentang
3. Menyediakan materi dan pendidikan Friska amelia
penyakit anaknya
kesehatan.
- Ibu An.A bertanya tentang penyakit
4. Memberikan kesempatan umtuk bertanya.
anaknya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi kesehatan.
P : Intervensi dihentikan
38
Nama Pasien : An. A
Ruang Rawat : Flamboyant
Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Tanda
Tangan
Dan
Nama
Perawat
Jumat, 29 mei 2020 S : Subjective
1. ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas
2. Ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan ½ porsi makan
3. Ibu klien mengatakan anaknya aktivitas di bantu keluarga
4. Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan keadaan anaknya
O : Objective
5. Klien tampak lemas
Friska
6. Kulit tampak hangat
amelia
7. Makan hanya ½ porsi (nasi lembek)
8. Klien tampak tidak nafsu makan
9. Bibir kering
10. Klien tampak lemas
11. Turgor kulit < 2 detik 39

12. BAB 2x sehari


13. Aktivitas klien di bantu keluarganya
14. Skala aktivitas 2
15. Terpasang infus RL 500 ml / 26 Tpm
16. Tampak orang tua klien kebingungan dengan penyakit anaknya
TTV
17. TD : 130/70 mmHg
18. N : 94 x/menit
19. S : 37.8oC
20. RR : 19 x/ menit
A : Asessment
Terdapat Masalah Keperawatan Hipertermia, Defisit Nutrisi, Intoleransi Aktivitas dan
Kurangnya Pengetahuan orang tua.
P : Planning
1. Mengobservasi TTV klien
2. Mengindentifikasi kebiasaan makan klien dan perilaku makan yang akan di ubah
3. Memberikan makanan hangat sedikit tapi sering.
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan.
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
40
6. Mengajarkan ibu mengidentifikasi makanan dengan gizi seimbang.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang tepat.
8. Mengobservasi TTV klien.
9. Mencatat respon emosi terhadap aktivitas mobilisasi.
10. Memberikan aktivitas sesuai keadaan klien.
11. Menjadwalkan perawatan pasien sehingga tidak terganggu istrahat.
12. Mengajarkan latihan gerak pasif dan aktif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut (Ginanjar, 2008).
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam
Demam Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan
kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah/ diare.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama
ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
1. Pada data pengumpulan data dasar didapatkan data meliputi data
subjektif dan data objektif. Pada kasus An.A umur 1 tahun dengan Demam
berdarah Dengue. Berdasarkan data subjektif Ibu An. A mengatakan badan
anaknya panas, Sehingga data yang diperoleh benar-benar asli dan tepat
untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Rumusan diagnosa keperawatan yang terjadi pada An.A umur 1 tahun
dengan Demam Berdarah dengue berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan yang sudah diidentifikasikan yaitu hipertermia berhubungan
dengan kerusakaan hipotalamus ditandai dengan badan panas
4. Tindakan antisipasi terhadap diagnosa keperawatan yang didapatkan pada
kasus An.A dengan Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan
berkolaborasi dengan pemberian cairan dan elektrolit intravena.
41
42

5. Rencana tindakan yang disusun dalam memberikan asuhan keprawatan pada


anak khususnya pada An. A umur 1 tahun dengan Demam berdarah dengue
adalah diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien, hal ini sudah
sesuai dengan teori yang ada.
6. Pelaksanaan rencana tindakan pada An. A umur 1 tahun dengan Demam
Berdarah Dengue diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien, hal ini
sudah sesuai dengan teori yang ada.
7. Berkaitan dengan intervensi sampai dengan evaluasi asuhan yang sudah
diberikan dimulai dengan pengkajian pertama sampai terakhir diperoleh
kondisi umum anak teratasi sebagian, sehingga asuhan yang diberikan
pada An. A berlangsung secara efektif.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
konsep penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih
dan sehat. Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bapenas. 2006. Laporan Kajian Kebijaksanaan Penanggulangan (wabah) Penyakit
Menular (Studi Kasus DBD). Jakarta: Direktorat Kesehatan&Gizi
Masyarakat.
Chahaya, I. 2011. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia. Diunduh: 8
Maret 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/
3715/1/fkm-indra%20c5.pdf
Kementrian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue, Situasi 2011 dibanding 2010.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2011.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2013
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2014
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015.
Semarang: Dinkes Kota Semarang, 2015
Hernandez-Gaytan SI,Diaz-Vasquez FJ, Duran-Arenas LG, et al. 20 Years Spatial-
Temporal Analysis of Dengue Fever and Hemorrhagic Fever of Mexico.
Archive of Medical Research. 48, 2017: hlm 653

Anda mungkin juga menyukai