Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tomi Hardiyanto

Nim : 2222190094
Dosen : Arip Senjaya.S.Pd, M.phil

Menelaah Ambiguitas Judul Dan Isi Berita terhadap Tanggapan Ludwig Wittgenstein

Media berita dari di jagat dunia maya membuat kita menjadi mudah dalam menemukan
informasi. Namun banyak berita yang tidak sesuai dengan konteks dan terkesan ambigu yang di buat
oleh beberapa oknum di sengaja dengan motif ataupun tidak mereka membuat judul berita dan isi
berita dengan kalimat ambigu sehingga membuat makna menjadi abu abu yang membuat banyak orang
mengalami kesalahpahaman dalam mencerna sebuah berita.
Dalam hal menelaah informasi, Masyarakat Kita sekarang banyak yang tidak suka dalam
membaca dan memahami sebuah isi berita. Mereka hanya membaca judul dan menilai suatu berita itu
saja tanpa membaca isi dari berita tersebut. Maka dari itu sangat penting dalam meanalisis sebuah
bahasa ataupun berita. Saya kira media online yang paling sering melakukan pelanggaran terhadap
penerapan bahasa yang baik dan benar karena penulisan berita online dilakukan terburu-buru agar
segera dunggah dan menjadi trending apalagi jika wartawan yang menulisnya kurang atau tidak
menguasai tata bahasa secara baik.
Wittgenstein di jelaskan oleh Kaelan (2003) “Inti pemikiran Wittgenstein periode kedua adalah
tata permainan bahasa (language games) . Hakikat bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai
macam konteks kehidupan manusia. Oleh karena itu, terdapat banyak permainan bahasa yang sifatnya
dinamis, tidak terbatas sesuai dengan konteks kehidupan manusia . Setiap konteks kehidupan manusia
menggunakan satu bahasa tertentu, dengan menggunakan aturan penggunaan yang khas dan tidak sama
dengan konteks penggunaan lainnya . Berdasarkan macamnya, terdapat banyak penggunaan bahasa
yang masing-masing memiliki aturan sendiri-sendiri dan hal itu merupakan suatu nilai. Misalnya,
penggunaan bahasa dalam memberikan perintah dan mematuhinya, melaporkan suatu kejadian,
berspekulasi mengenai suatu peristiwa, menyusun cerita dan membahasnya, bermain akting, membuat
lelucon, berterima kasih, berdoa, menguji suatu hipotesis dan penggunaan bahasa lainnya”.
Tujuan Wittgenstein yang sebenarinya untuk meluruskan kesalahpahaman bahasa yang sering
terjadi diantara filsuf . Dia berusaha untuk memahami kembali buku dia sebelumnya dan memperbaiki
kekurangan konsep di buku itu serta mungkin sebagai penyesalan pada dirinya karena telah
menerbitkan buku filsafat dari sebuah buku harian (dairy) pada buku pertamanya namun tentu
Wittgenstein perlu dihargai karena kontribusinya pada perfilsafatan Dunia
Dalam pandangan ini membuktikan bahwa Masalah keambiguan ternyata sudah di bahas oleh
Para filsuf dari jaman dahulu. Saya mengira, bahwa Wittgenstein berpendapat seperti itu agar
mempermudah dalam memahami bahasa dan ilmu tanpa perlu mendapatkan keambiguan dan
kesalahpahaman serta tidak tersesat dalam pemikiran pada saat menafsirkan sesuatu pendapat filsafat
tokoh pada masa lampau. Dari sisi lain dalam hal filsafat tantangannya adalah merumuskan dan
memahami makna pemikiran para Filsuf itu sehingga menjadi perbandingan antara masa dahulu dan
sekarang. Ini juga memberikan kita pengetahuan bahwa menggunakan bahasa sesuai dengan
konteksnya dan menganalisis sesuatu bahasa sangat di haruskan karena akan berpengaruh dengan
pemahaman seseorang dalam mengolah bahasa.

Daftar Pustaka :
 Kaelan.2003.FILSAFAT ANALITIS MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN : RELEVANSINYA
BAGI PENGEMBANGAN PRAGMATIK.2.136
 Setyadi,Ari.2017.Permainan Bahasa: “Apa dan Siapa” .12(1) ;26

Anda mungkin juga menyukai