Kimfis Ainul Latifah (061930400075)
Kimfis Ainul Latifah (061930400075)
NIM : 061930400075
KELAS : 2KA
KELOMPOK :2
TITIK DIDIH
1.1. Larutan
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut
tersusun sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk
larutan biner, proses pencampuran tidak terjadi efek kalor bila energi interaksi
antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara
sesama partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum
larutan
ideal akan memenuhi hukum Raoult. Sangat jarang dalam kehidupan nyata
didapatkan larutan yang bersifat ideal, pada umumnya larutan menyimpang dari
keadaan ideal atau merupakan larutan non ideal. (Endang, 2004)
Raoult adalah seorang ahli kimia dari Perancis, ia mengamati bahwa pada
larutan ideal yang dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya, maka
perbandingan antara tekanan uap salah satu komponennya ( misal A) PA/PA°
sebanding dengan fraksi mol komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada
suhu yang sama. Misalkan suatu larutan yang terdiri dari komponen A dan B
menguap, maka tekanan uap A (PA) dinyatakan sebagai :
PA = PA°. XA
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada
kondisi ini, maka tekanan uap total (P) akan berharga
P = PA + PB = XA. PA°+ XB. PB°
dan bila digambarkan maka diagram tekanan uap terhadap fraksi mol adalah
seperti diperlihatkan pada gambar 1.1. Dari gambar terlihat bahwa fraksi mol A
berjalan dari kanan ke kiri, artinya fraksi mol berharga 1 pada bagian kiri
sehingga tekanan uap murninya (PA°) berada di ordinat kiri. Sebaliknya fraksi
mol
B berjalan dari 0 sampai 1 dari kiri ke kanan, sehingga tekanan uap B murni
(PB°)
akan berada di ordinat bagian kanan. Harga tekanan total larutan ideal pada
berbagai variasi komponen diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan PB dan
PA. Salah contoh larutan ideal adalah larutan benzena- toluena. (Endang, 2004)
Larutan biner yang terdiri dari 2 komponen zat terlarut A dan pelarut B, bila
gaya tarik antara A dan B sama besar dibandingkan gaya tarik antara A dengan A
dan B dengan B, maka pelarutan tidak akan menimbulkan efek kalor atau ΔHf
berharga nol. Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara
molekul individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam
tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal. (Endang,2004)
Tetapi kenyataannya dalam banyak larutan gaya tarik antara A dan B tidak
sama dengan gaya kohesi antara A dengan A dan B dengan B, sehingga proses
pelarutan menimbulkan efek kalor. Pada kondisi ini larutan dikatan non ideal.
a. Penyimpangan Negatif
Jika gaya tarik antara A dan B lebih besar dibandingkan gaya tarik
antara A dengan A atau B dengan B, maka proses pelarutan merupakan reaksi
eksoterm dengan harga Δ Hl < 0. Hal ini akan menyebabkan tekanan uap
larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap yang dihitung menggunakan
hukum Raoult. (Syukri,1999)
Penyimpangan dari hukum Raoult ini disebut penyimpangan negatif,
seperti diperlihatkan pada gambar 1.2. garis lengkung memperlihatkan
terjadinya penyimpangan tersebut.
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 1.3. Dan contoh larutan tipe ini
adalah larutan yang terdiri dari eter ((C2H5)2O) dan CCl4 (karbon tetra
klorida).
Larutan non ideal mempunyai sifat fisika yang berubah dari keadaan
idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif larutan yang hanya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat dan keadaan
partikel. Larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua asumsi yaitu
zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memeberikan kontibusi pada
uapnya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat.
Titik didih suatu cairan adalah temperatur pada tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama
dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-
gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama
dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat
permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga cairan itu
mendidih. Titik didih air (dalam cairan lain) beraneka ragam menrut tekanan
udara. Dipergunakan titik didih air kurang dari 100°C, karena tekanan udara
kurang dari 1 atm. Saat air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-
gelembung besar mulai terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila
gelembung itu telah terbentuk, cairan yang tadinya menempati ruang ini
didorong dan permukaan cairan pada wadah dipaksa naik untuk melawan
tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer. Suhu pada saat cairan
mendidih disebut “titik didih”. Jadi titik didih adalah temperatur dimana
tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
“Tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil kali tekanan
uap pelarut murni (P0A) dengan fraksi mol dalam larutan (XA).
Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti
hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Dalam semua larutan encer yang
tidak mempunyai interaksi kimia diantara komponen-komponennya. Hukum
Raoult berlaku pada pelarut, baik ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum Raoult
tidak berlaku pada zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer. Perbedaan ini
bersumber dari kenyataan molekul-molekul pelarut mendominasi dalam larutan
encer, sehingga perilaku pelarut tidak banyak berbeda dengan pelarut murni.
Karena adanya molekul terlarut yang menyebabkan gaya tarik-menarik
inter molekul dengan molekul pelarut, sehingga mengurangi kecenderungan
pelarut untuk menguap dan menurunkan tekanan uapanya. Namun hal ini tidak
akan terjadi sebab praktikan telah mendefinisikan larutan ideal sebagai larutan
yang gaya tarik inter molekul antara molekul sejenis dan tidak sejenis yang sama
besar dan memang dalam larutan demikianlah hukum Raoult berlaku.
Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan
jumlah zat terlarut
Oleh karena itu, larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar
daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit. Perbandingan antara harga sifat
koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif
yang diharapkan dari suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama
disebut faktor van’t Hoff dan dinyatakan dengan lambang i.
= M α
Faktor van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat
terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor van’t Hoff dihitung
dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan
dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya.
Untuk zat non elektrolit maka vaktor van’t Hoffnya adalah 1 dan nonelektrolit
adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor van’t
Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
dengan α adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk
ketika suatu zat berada didalam larutan. Untuk non elektrolit maka α = 0 dan n
adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan sebagai berikut:
Tb = Kb . m
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1 mol
zat dalam 1000 gram pelarut)
Perubahan titik didih atau ΔTb merupakan selisih dari titik didih larutan dengan
titik didih pelarutnya, seperti persamaan :
Dimana:
Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan
merupakan kasus istimewa dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmospher di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan
bisa mengatasi tekanan atmospher dan membentuk gelembung di dalam massa
cair. Pada saat ini (per 1982) Standar Titik Didih yang ditetapkan oleh IUPAC
adalah suhu dimana pendidihan terjadi pada tekanan 1 bar.Pada tekanan dan
temperatur udara standar(76 cmHg, 25 °C) titik didih air sebesar 100 °
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama
gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selam cairan mendidih, tekanan uap
sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan
cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang
diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya
gelembung uap air lebih cepat.
Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik
didih cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer. Lebih besar tekanan
atmosfer, lebih tinggi suhu yang diperlukan untuk memberikan tekanan uap yang
dapat menandinginya. Titik didih pada 1 atm (760 mmHg) dinamakan sebagai
titik didih normal (Brady, 1999 : 540).
Sejauh ini kita selalu menganggap bahwa pelarut dan terlarutnya volatil.
Tetapi jenis larutan penting lainnya adalah zat yang terlarutnya tidak volatil. Ada
zat terlarut (solvent) yang sukar menguap (non volatile) tekanan uap dari larutan
turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih
pelarutnya. Ini disebabkan karena untuk mendidih, tekanan uap larutan harus
sama dengan tekanan udara luar dan untuk itu temperatur harus lebih tinggi
(Petrucci, 1999 : 101).
1. Berapakah titik didih larutan yang terbentuk dari 20 gram urea CO(NH2)2
dalam 80 gram air jika diketahui Kb air 0,512˚C / molal ?
2. air yang berasal dari suatu sumber mata air ternyata mempunyai titik
didih 100,052 ˚C . berapa mol jumlah partikel yang terlarut dalam setiap 1
liter air yang berasal dari sumber mata air tersebut? ( Kb air 0,52 ˚C / molal )
3. larutan gula pasir (Mr=342) mendidih pada suhu 100,26˚C . jika , Kb air
0,52 ˚C / molal , berapa gram gula yang terlarut dalam setiap 1 liter air dalam
larrutan tersebut ?
PEMBAHASAN
1). Diket ; gr urea CO(NH2)2 = 20 gram
P air = 80 gram
ditanya ; Tbl ?
jawab ;
=2,13 ˚C
-Tbl = – 102,13˚C
Tbl = 102,13˚C
V = 1 liter
jawab ;
∆Tb = Tbl – Tbp
= 100,052˚C- 100 ˚C
= 0,052˚C
∆Tb = mol/v × Kb
0,052/0,52 = mol
0,1 = mol
= 0,602× 1023
v = 1 liter
jawab
= 100,26˚C- 100 ˚C
= 0,26˚C
0,26/0,52 = mol
0,5 = mol
mol = gr/ Mr
0,5 = gr/342
gr = 0,5× 342
gr = 171 gram
Jika 4 gram NaOH dilarutkan dalam 100 gram air dan diketahui Kb air = 0,52
°C/m, maka kenaikan titik didih larutan tersebut adalah 0,104 °C.
Pembahasan
Ditanya : ΔTb ?
Penyelesaian:
Tahap 1 :
Mr NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H
= 23 + 16 + 1
= 40 g/mol
Tahap 2 :
Hitung molalitas NaOH dengan menggunakan rumus berikut ini :
Gr
M = ×
BM
M = ×
M = 0,1 mol × 10 Kg⁻¹
M = 1 m
Tahap 3 :
i = jumlah ion = 2
⇒ Kesimpulan, jika 4 gram NaOH dilarutkan dalam 100 gram air dan diketahui
Kb air = 0,52 °C/m, maka kenaikan titik didih larutan tersebut adalah 0,104 °C.