Anda di halaman 1dari 16

NAMA : AINUL LATIFAH

NIM : 061930400075

KELAS : 2KA

KELOMPOK :2

MAKUL : PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

HARI/TANGGAL : SELASA,07 APRIL 2020

TITIK DIDIH

1.1. Larutan

Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar.


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki
komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu
atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua
komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner. Kemampuan
pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu. Larutan
dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperature tertentu disebut sebagai
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan disebut larutan tidak jenuh.
Namun kadang- kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan
lebih banyak daripada yang seharusnya dapat larut dalam pelarut tersebut pada
suhu tertentu, larutan yang mempunyai kondisi seperti ini dikatakan sebagai
larutan lewat jenuh. (Takeuchi, 2008)

Kelarutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang dapat


menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature
konstan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut,
temperatur dan tekanan. (Takeuchi, 2008)
1.2. Larutan Non –Elektrolit

Larutan berdasarkan interaksinya diantara komponen- komponen


penyusunnya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu larutan ideal dan larutan non
ideal. Sedangkan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. (Endang, 2004)

Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut
tersusun sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk
larutan biner, proses pencampuran tidak terjadi efek kalor bila energi interaksi
antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara

sesama partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum
larutan

ideal akan memenuhi hukum Raoult. Sangat jarang dalam kehidupan nyata
didapatkan larutan yang bersifat ideal, pada umumnya larutan menyimpang dari
keadaan ideal atau merupakan larutan non ideal. (Endang, 2004)

1.3. Hukum Raoult

Raoult adalah seorang ahli kimia dari Perancis, ia mengamati bahwa pada
larutan ideal yang dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya, maka
perbandingan antara tekanan uap salah satu komponennya ( misal A) PA/PA°
sebanding dengan fraksi mol komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada
suhu yang sama. Misalkan suatu larutan yang terdiri dari komponen A dan B
menguap, maka tekanan uap A (PA) dinyatakan sebagai :

PA = PA°. XA

PA adalah tekanan uap di atas larutan

XA adalah fraksi mol komponen A

PA° adalah tekanan uap A murni

Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada
kondisi ini, maka tekanan uap total (P) akan berharga
P = PA + PB = XA. PA°+ XB. PB°

dan bila digambarkan maka diagram tekanan uap terhadap fraksi mol adalah
seperti diperlihatkan pada gambar 1.1. Dari gambar terlihat bahwa fraksi mol A
berjalan dari kanan ke kiri, artinya fraksi mol berharga 1 pada bagian kiri
sehingga tekanan uap murninya (PA°) berada di ordinat kiri. Sebaliknya fraksi
mol

B berjalan dari 0 sampai 1 dari kiri ke kanan, sehingga tekanan uap B murni
(PB°)

akan berada di ordinat bagian kanan. Harga tekanan total larutan ideal pada
berbagai variasi komponen diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan PB dan
PA. Salah contoh larutan ideal adalah larutan benzena- toluena. (Endang, 2004)

Gambar 1.1. Diagram Tekanan Uap Larutan Ideal

1.4. Larutan non ideal

Larutan biner yang terdiri dari 2 komponen zat terlarut A dan pelarut B, bila
gaya tarik antara A dan B sama besar dibandingkan gaya tarik antara A dengan A
dan B dengan B, maka pelarutan tidak akan menimbulkan efek kalor atau ΔHf
berharga nol. Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara
molekul individual kedua komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam
tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal. (Endang,2004)

Tetapi kenyataannya dalam banyak larutan gaya tarik antara A dan B tidak
sama dengan gaya kohesi antara A dengan A dan B dengan B, sehingga proses
pelarutan menimbulkan efek kalor. Pada kondisi ini larutan dikatan non ideal.
a. Penyimpangan Negatif
Jika gaya tarik antara A dan B lebih besar dibandingkan gaya tarik
antara A dengan A atau B dengan B, maka proses pelarutan merupakan reaksi
eksoterm dengan harga Δ Hl < 0. Hal ini akan menyebabkan tekanan uap
larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap yang dihitung menggunakan
hukum Raoult. (Syukri,1999)
Penyimpangan dari hukum Raoult ini disebut penyimpangan negatif,
seperti diperlihatkan pada gambar 1.2. garis lengkung memperlihatkan
terjadinya penyimpangan tersebut.

Gambar 1.2. Diagram Tekanan Uap dengan Penyimpangan Negatif

Contoh larutan non ideal dengan penyimpangan negatif adalah campuran


antara aseton- kloroform.
b. Penyimpangan Positif
Jika gaya tarik antara A dan B lebih lemah daripada gaya kohesi
masing- masing komponen maka Δ Hl > 0 atau reaksi pelarutan endoterm.
Akibatnya tekanan uap larutan lebih besar daripada tekanan uap yang dihitung
dengan hukum Raoult dan disebut penyimpangan positif. (Syukri,1999)

Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 1.3. Dan contoh larutan tipe ini
adalah larutan yang terdiri dari eter ((C2H5)2O) dan CCl4 (karbon tetra
klorida).

Gambar 1.3. Diagram Tekanan Uap dengan Penyimpangan Positif


1.5. Sifat Koligatif Larutan

Larutan non ideal mempunyai sifat fisika yang berubah dari keadaan
idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif larutan yang hanya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat dan keadaan
partikel. Larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua asumsi yaitu
zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memeberikan kontibusi pada
uapnya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat.

Sifat koligatif larutan meliputi :


 Penurunan tekanan uap (Δ P)
 Kenaikan titik didih (Δ Tb)
 Penurunan titik beku (Δ Tf )
 Tekanan osmosis (π)
A. Titik Didih

Titik didih suatu cairan adalah temperatur pada tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama
dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-
gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama
dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat
permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga cairan itu
mendidih. Titik didih air (dalam cairan lain) beraneka ragam menrut tekanan
udara. Dipergunakan titik didih air kurang dari 100°C, karena tekanan udara
kurang dari 1 atm. Saat air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-
gelembung besar mulai terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila
gelembung itu telah terbentuk, cairan yang tadinya menempati ruang ini
didorong dan permukaan cairan pada wadah dipaksa naik untuk melawan
tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer. Suhu pada saat cairan
mendidih disebut “titik didih”. Jadi titik didih adalah temperatur dimana
tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.

Penambahan kecepatan panas pada cairan yang mendidih akan


mempercepat terbentuknya gelembung uap air. Cairan pun akan lebih cepat
mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Titik didih cairan tergantung pada
besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada tekanan 1 atm (760 torr)
dinamakan sebagai “titik didih normal”. Pada tekanan yang lebih besar maka
titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Suhu yang tetap
konstan dari cairan yang mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus
makanan. Waktu air mendidih, suhu akan tetap selama ada air disekeliling
makanan tersebut berarti selama airnya belum habis makanan tak ada yang
hangus. Itu membuktikan bahwa titik didih berubah dengan berubahnya
tekanan. Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak
langsung berapa kuatnya Gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya
tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya
tariknya lemah maka titik didihnya rendah.

Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa


relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat
molekul sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol lebih tinggi
daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air lebih tinggi
daripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu
besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang
paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk
simetris molekul. Senyawa yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam
air akan mudah larut dalam air. Panjang atau pendeknya rantao karbon (gugus
alkil-R) memiliki pengaruh terhadap kealrutan senyawa dalam air.

Adapun sifat periodik unsur titik didih dan kelogaman :


 Satu periode : Dari kiri ke kanan makin bertambah puncaknya pada
golongan IV A kemudian menurun drastis sampai golongan VIII A
 Satu golongan : Golongan I A sampai IV A dari atas ke bawah makin
rendah titik didih dan tititk lelehnya Golongan V A sampai VIII A dari
atas ke bawah titik didih dan titik leleh makin tinggi.

Hukum Raoult menyatakan bahwa :

“Tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil kali tekanan
uap pelarut murni (P0A) dengan fraksi mol dalam larutan (XA).

Secara matematis dapat ditulis : PA = XA . P0A

Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti
hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Dalam semua larutan encer yang
tidak mempunyai interaksi kimia diantara komponen-komponennya. Hukum
Raoult berlaku pada pelarut, baik ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum Raoult
tidak berlaku pada zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer. Perbedaan ini
bersumber dari kenyataan molekul-molekul pelarut mendominasi dalam larutan
encer, sehingga perilaku pelarut tidak banyak berbeda dengan pelarut murni.
Karena adanya molekul terlarut yang menyebabkan gaya tarik-menarik
inter molekul dengan molekul pelarut, sehingga mengurangi kecenderungan
pelarut untuk menguap dan menurunkan tekanan uapanya. Namun hal ini tidak
akan terjadi sebab praktikan telah mendefinisikan larutan ideal sebagai larutan
yang gaya tarik inter molekul antara molekul sejenis dan tidak sejenis yang sama
besar dan memang dalam larutan demikianlah hukum Raoult berlaku.

Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan
jumlah zat terlarut

B. Kenaikan Titik Didih pada Larutan Elektrolit

Pada permulaan pembahasan mengenai sifat koligatif, telah disebutkan


bahwa sifat koligatif larutan bergantung pada konsentrasi partikel dalam larutan
dan tidak bergantung pada jenisnya, apakah partikel tersebut berupa molekul,
atom atau ion. Sebagaimana telah kita ketahui, zat elektrolit ada yang sebagian
atau seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi, untuk konsentrasi yang sama,
larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih banyak daripada larutan
nonelektrolit

Oleh karena itu, larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar
daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit. Perbandingan  antara harga sifat
koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif
yang diharapkan dari suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama
disebut faktor van’t Hoff dan dinyatakan dengan lambang i.

Peruraian larutan elektrolit menjadi ion-ion merupakan reaksi


kesetimbangan karena adanya gaya tarik-menarik ion-ion yang muatannya
berlawanan.

Zat terelektrolit → ion (+) dan ion (-)


Atas dasar hal ini, teori tentang  kesetimbangan kimia berlaku juga pada
larutan-larutan elektrolit. Misalnya, untuk menyatakan banyak atau sedikitnya zat
elektrolit yang terionisasi digunakan derajat ionisasi atau derajat disosiasi (α).

a =   Jumlah mol zat yang terionisasi


jumlah mol zat yang larut

Jumlah yang mengion  = jumlah mula-mula x α

                                               = M α

Elektrolit kuat karena mudah terionisasi mempunyai harga derajat ionisasi


mendekati satu. Untuk larutan yang sangat encer atau konsentrasinya kecil, jarak
antara ion-ion cukup jauh, sehingga gaya tarik-menarik ion-ion yang berlawanan
sangat kecil. Jadi, larutan elektrolit kuat yang sangat encer derajat ionisasinya
dianggap sama dengan satu. AZdapun elektrolit lemah mempunyai harga derajat
ionisasi sangat kecil karena sukar terionisasi.

Faktor van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat
terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor van’t Hoff dihitung
dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan
dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya.
Untuk zat non elektrolit maka vaktor van’t Hoffnya adalah 1 dan nonelektrolit
adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor van’t
Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

dengan α adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk
ketika suatu zat berada didalam larutan. Untuk non elektrolit maka α = 0 dan n
adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan sebagai berikut:

C6H12O6 à C6H12O6                                n = 1


NaCl à Na+ + Cl–                                   n = 2
CaCl2 à Ca2+ + 2Cl–                               n = 3
Na3PO4 à 3Na+ + PO4–                           n = 4
Cu3(PO4)2 à 3Cu2+ + 2PO43-                 n = 5

Oleh karena pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding dengan


pertambahan jumlah partikel dalam larutan, maka kenaikan titik didih untuk
larutan elektrolit dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut:

1.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titik Didih


Hasil eksperimen Roult menunjukan bahwa Kenaikan titik didih larutan akan
semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Titik
didih larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal ini juga diikuti
dengan penurunan titik beku pelarut murni, atau titik beku larutan lebih kecil
dibandingkan titik beku pelarutnya. Roult menyederhanakan ke dalam persamaan

Tb = Kb . m

Tb = kenaikan titik didih larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1 mol
zat dalam 1000 gram pelarut)

m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)

Perubahan titik didih atau ΔTb merupakan selisih dari titik didih larutan dengan
titik didih pelarutnya, seperti persamaan :

ΔTb = Tb – Tbº


Hal yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga kb dari zat pelarut.
Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah
partikel/mol terlarut khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya. Untuk zat
terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus
dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :

ΔTb = Kb.m [1 + (n-1) a]

Dimana:

n = jumlah ion-ion dalam larutan

α = derajat ionisasi (Anonim, 2011)

Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan
merupakan kasus istimewa dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmospher di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan
bisa mengatasi tekanan atmospher dan membentuk gelembung di dalam massa
cair. Pada saat ini (per 1982) Standar Titik Didih yang ditetapkan oleh IUPAC
adalah suhu dimana pendidihan terjadi pada tekanan 1 bar.Pada tekanan dan
temperatur udara standar(76 cmHg, 25 °C) titik didih air sebesar 100 °

Suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi dari pelarutnya,


selisihnya disebut kenaikan titik didih larutan. Peralihan wujud suatu zat
ditentukan oleh suhu dan tekanan, contohnya air pada tekanan 1 atm, mempunyai
titik didih 1000C dan titik beku 00C. Jika air mengandung zat terlarut yang sukar
menguap, maka titik didihnya akan lebih besar dari 1000C dan titik bekunya lebih
kecil dari 00C. Perbedaan itu disebut dengan kenaikan titik didih (DTb) dan
penurunan titik beku (DTf) (Rosenberg, 1992 : 284).

Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama
gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selam cairan mendidih, tekanan uap
sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan
cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang
diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya
gelembung uap air lebih cepat.
Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik
didih cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer. Lebih besar tekanan
atmosfer, lebih tinggi suhu yang diperlukan untuk memberikan tekanan uap yang
dapat menandinginya. Titik didih pada 1 atm (760 mmHg) dinamakan sebagai
titik didih normal (Brady, 1999 : 540).

Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan. Pendidihan


adalah pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Suatu cairan dikatakan
mendidih pada titik didihnya, yaitu bila suhu dimana tekanan uap cairan sama
dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik didih, tekanan uap cairan cukup
besar sehingga atmosfer dapat diatasi hingga gelembung uap dapat terbentuk
dipermukaan cairan yang diikuti penguapan yang terjadi di setiap titik dalam
cairan. Pada umumnya, molekul dapat menguap bila dua persyaratan dipenuhi,
yaitu molekul harus cukup tenaga kinetik dan harus cukup dekat dengan batas
antara cairan-uap (Petrucci, 2000 : 175).

Sejauh ini kita selalu menganggap bahwa pelarut dan terlarutnya volatil.
Tetapi jenis larutan penting lainnya adalah zat yang terlarutnya tidak volatil. Ada
zat terlarut (solvent) yang sukar menguap (non volatile) tekanan uap dari larutan
turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih
pelarutnya. Ini disebabkan karena untuk mendidih, tekanan uap larutan harus
sama dengan tekanan udara luar dan untuk itu temperatur harus lebih tinggi
(Petrucci, 1999 : 101).

CONTOH SOAL NON ELEKTROLIT

1. Berapakah titik didih larutan yang terbentuk dari 20 gram urea CO(NH2)2
dalam 80 gram air jika diketahui Kb air 0,512˚C / molal ?
2. air yang berasal dari  suatu sumber  mata air ternyata mempunyai titik
didih 100,052 ˚C . berapa mol jumlah partikel yang terlarut dalam setiap 1
liter air yang berasal dari sumber mata air tersebut?  (  Kb  air  0,52 ˚C / molal ) 
3. larutan gula pasir  (Mr=342) mendidih pada suhu 100,26˚C . jika , Kb  air 
0,52 ˚C / molal ,  berapa gram gula yang terlarut  dalam setiap 1 liter air dalam
larrutan tersebut ?

PEMBAHASAN 
1). Diket ; gr urea CO(NH2)2 = 20 gram 

P air = 80 gram 

Kb air = 5,02 ˚C / molal

ditanya ; Tbl ?

jawab ;

  ∆Tb  = gr/Mr×1000/P ×Kb

=20/60 × 1000/80 × 0,512

=2,13 ˚C 

 ∆Tb   = Tbl – Tbp

2,13 ˚C = Tbl – 100 ˚C

 Tbl = – 100 ˚C  – 2,13 ˚C

-Tbl = – 102,13˚C

Tbl = 102,13˚C

2). diket ; Tbl air = 100,052˚C

V = 1 liter

 Kb  air =0,52 ˚C / molal

ditanya ;  mol jumlah partikel

jawab ;
 ∆Tb   = Tbl – Tbp

= 100,052˚C- 100 ˚C

= 0,052˚C

  ∆Tb      =  mol/v × Kb

0,052  = mol/1 × 0,52

0,052     = 0,52 mol

0,052/0,52 = mol

0,1 = mol

 jumlah partikel = mol  × 6,02× 1023

= 0,1 × 6,02× 1023

= 0,602× 1023

3). diket ; Tbl = 100,26 ˚C

Mr gula pasir =342

Kb  air  = 0,52 ˚C / molal 

v = 1 liter

ditanya ;  gr gula pasir ?

jawab

 ∆Tb  = Tbl – Tbp

= 100,26˚C- 100 ˚C
= 0,26˚C

  ∆Tb      = mol/v × Kb

0,26    = mol/1 × 0,52

0,26  =  0,52 mol

0,26/0,52 = mol

0,5 = mol

 mol = gr/ Mr

0,5   = gr/342

gr = 0,5× 342

gr = 171 gram

CONTOH SOAL LARUTAN ELEKTROLIT

Jika 4 gram NaOH dilarutkan dalam 100 gram air dan diketahui Kb air = 0,52
°C/m, maka kenaikan titik didih larutan tersebut adalah 0,104 °C.

Pembahasan

Diketahui : massa NaOH = 4 gram  

                  massa air = 100 gram  

                  Kb air = 0,52 °C/m  

Ditanya : ΔTb ?  

Penyelesaian: 

Tahap 1 :  

Mr NaOH = Ar Na + Ar O + Ar H

                = 23 + 16 + 1

                = 40 g/mol

Tahap 2 :
Hitung molalitas NaOH dengan menggunakan rumus berikut ini :  
Gr
M    =   ×    
BM

  M =   ×    
  M = 0,1 mol × 10 Kg⁻¹  
 M  = 1 m
 

Tahap 3 :  

Selanjutnya ditentukan kenaikan titik didih larutan elektrolit dengan


menggunakan rumus seperti berikut ini :  

NaOH → Na⁺ + OH⁻  

i = jumlah ion = 2  

ΔTb = Kb × m × i = 0,52 °C/m × 0,1 m × 2 = 0,104 °C

⇒ Kesimpulan, jika 4 gram NaOH dilarutkan dalam 100 gram air dan diketahui
Kb air = 0,52 °C/m, maka kenaikan titik didih larutan tersebut adalah 0,104 °C.

Anda mungkin juga menyukai