DISPERKIM Rencana Strategis Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2023
3. subcover
03 PERMASALAHAN DAN
ISU STRATEGIS
C. Sektor Drainase
1. Ketidakmampuan badan air penerima dalam menampung air limpasan.
2. Tidak terbentuknya sistem drainase buatan.
3. Berkurangnya daerah resapan dan area dengan tingkat resapan tinggi.
4. Penyumbatan/ Tidak mengalirnya saluran.
5. Belum optimalnya penanganan terhadap daerah rawan banjir.
6. Belum kuatnya dukungan pengelolaan sistem drainase.
D. Sektor Persampahan
1. Perilaku masyarakat membuang sampah sembarang serta belum ada kesadaran
dalam mengurangi dan memilah sampah (3R).
2. Belum memadainya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan terpadu (pada
sumber, TPS, TPA, dan pengangkutan dari hulu ke hilir).
3. Pengelolaan persampahan berorientasi 3R (dari hulu ke hilir) yang belum efektif dan
terpadu.
Berdasarkan permasalahan / isu strategis pada masing – masing sektor bidang infrastruktur
permukiman tersebut, maka strategi dan arah kebijakan bidang infrastruktur permukiman di
Provinsi Jawa Barat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3-2 Pemetaan Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah di
Bidang Infrastruktur Permukiman
2. Sebaran sumber air baku Membagun SPAM lintas Pengembangan SPAM Metro
Tabel 3-3 Pemetaan Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah di
Bidang Infrastruktur Permukiman
NO. AKAR PERMASALAHAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
PERUMAHAN
1. Pelayanan PSU yang tidak Pengintegrasian pembangunan
memenuhi standar, perumahan dengan program
berpotensi menimbulkan penanganan kawasan kumuh
penurunan kualitas 100 0 100
lingkungan permukiman Penataan atau relokasi kawasan
permukiman yang berlokasi di
negative list
Meningkatkan aksesibilitas
Pemugaran dan peremajaan
kawasan permukiman terhadap
kawasan
standar minimal pelayanan
Konsolidasi lahan
PSU, dan peningkatan kualitas
Pengembangan permukiman
lingkungan
baru
Peningkatan peran serta
masyarakat (swadaya) dalam
menjaga dan meningkatkan
kualitas lingkungan tempat
tinggalnya
4. Banyaknya tanah kosong dan tanah terlantar di Jawa Barat yang belum terdata.
5. Banyaknya tanah ulayat di Jawa Barat yang belum terdata.
6. Banyaknya aset tanah milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dibiarkan dan tidak jelas
peruntukannya.
7. Terjadinya permasalahan/konflik pertanahan antara : Masyarakat vs Swasta; Masyarakat
vs Pemerintah; Swasta vs Pemerintah; Pemerintah vs Pemerintah Daerah; dan Pemerintah
Daerah vs Pemerintah Daerah.
8. Kebutuhan sinkronisasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dengan
BPN.
9. Belum adanya data untuk kebutuhan Redistribusi Tanah.
2. RTLH
Jumlah RTLH (tidak memenuhi standar minimal atap lantai dinding) yang teridentifikasi di
Jawa Barat mencapai 191.746 unit dengan realisasi Cakupan pelayanan tahun 2017
93,12%. Terkait isu tersebut., maka kebutuhan terkait penanganan RTLH diantaranya :
Peningkatan Kualitas Bangunan Rumah
Relokasi (bagi yang tidak sesuai peruntukkan)
3. PERMUKIMAN KUMUH
Jumlah permukiman kumuh yang teridentifikasi di Jawa Barat mencapai 619 kawasan
dengan luas total 4.474,79 Ha. Terkait isu tersebut., maka kebutuhan terkait penanganan
permukiman kumuh diantaranya yaitu :
Peningkatan Kualitas Bangunan Rumah
Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman
Relokasi bagi lokasi permukiman kumuh illegal (squatter)
4. INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
Cakupan pelayanan infrastruktur belum terpenuhi 100% dan masih banyak
Kabupaten/Kota yang belum terlayani oleh jaringan infrastruktur permukiman. Realisasi
Cakupan pelayanan infrastruktur permukiman pada tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
Air bersih: 73,17%
5. LAHAN PERKOTAAN
Terbatasnya lahan untuk guna lahan permukiman, terutama di perkotaan. Serta harga
lahan yang semakin jauh dari jangkauan Masyarakat Berpenghasil Rendah. Terkait isu
tersebut., maka kebutuhan terkait kebutuhan lahan perkotaan diantaranya yaitu :
Efisiensi Lahan
Pembangunan perumahan vertikal
Tabel 3-5 Permasalahan Pelayanan Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan RTRW dan KLHS beserta faktor
penghambat dan pendorong keberhasilan
Kajian Lingkungan Hidup Faktor - Faktor
Rencana Tata Ruang Wilayah Permasalahan Pelayanan
No. Strategis Terkait Tugas dan
Terkait Tugas dan Fungsi OPD OPD Faktor Penghambat Faktor Pendorong
Fungsi OPD
1. Pengembangan sistem TPPAS WP Bodebekpunjur, WP Cakupan pelayanan Kurang efektifnya Pelaksanaan revisi
Regional sesuai dengan Purwasuka, WP persampahan perkotaan sosialisasi kepada Peraturan Daerah
pertumbuhan penduduk, Ciayumajakuning, WP tidak memenuhi target masyarakat dan Nomor 12 Tahun
perkembangan kegiatan Priangan TImur- (tidak tercapai) penegakan hukum 2010
perkotaan dan ekonomi Pangandaran, WP Sukabumi tentang cara
2. Peningkatan Pengelolaan adalah : Setiap perkotaan di pembuangan sampah Pelaksanaan
Persampahan, melalui: wilayah kabupaten/kota perlu yang baik kerjasama
- Revitalisasi TPA memiliki instalasi pengolahan Belum adanya Pemerintah
Leuwigajah, air limbah penduduk (IPAL mekanisme insentif Provinsi Jawa
- Optimalisasi TPK Domestik) dan disinsentif bagi Barat dengan
Sarimukti, dan WP KK Cekungan Bandung: masyarakat Pemerintah
- Operasionalisasi TPPAS - setiap wilayah kab/kota Teknologi TPA di Jawa Provinsi DKI
Regional Legok Nangka perlu memiliki TPPAS Barat belum Jakarta dan
3. Pengembangan pemanfaatan dan IPAL Domestik menerapkan teknologi perusahaan –
sampah sebagai energy di TPA: - Pengendalian hunian yang layak termasuk perusahaan
- Kab. Bogor vertikal di KBU dan KBS fungsi pengelolaan
- Kab. Bekasi reduksi/pengolahan sampah
- Kota Bekasi sampah (minimum
- Kota Bogor sanitary landfill) Pemerintah
- Kota Depok Pengelolaan Pronvis Jawa Barat
4. Pembangunan TPPAS Regional persampahan bekerjasama
Nambo dengan cakupan berorientasi 3R yang dengan PT Jabar
pelayanan untuk wilayah Kab. belum efektif dan Bersih Lestari
Bogor, Kota Bogor dan Kota terpadu termasuk di untuk
Depok dalamnya aspek pembangunanTPP
5. Pembangunan Tempat regulasi, kelembagaan, AS Regonal Lulut
Pengelolaan Sampah Regional dan penganggaran. Nambo di
di Kabupaten Cirebon Belum kuatnya peran Kabupaten Bogor
6. Penyediaan TPA regional di Pemerintah Provinsi
Kab. Sukabumi untuk mendorong
7. Pengembangan energy dari gerakan 3R yang
sampah TPA di WP KK komprehensif dan
8. Pengembangan pengelolan air Masih tingginya gap antara Rendahnya kesiapan Peningkatan
limbah yang memperhatikan sediaan dan kebutuhan, daerah untuk pelayanan, sinergitas
baku mutu limbah cair dan yaitu 97% untuk IPAL, dan mengimplementasikan antara pemerintah
merupakan sistem yang 98% untuk IPLT target dan program pusat, provinsi, dan
terpisah dari pengelolaan air Rendahnya cakupan pengelolaan limbah kab/kota, serta
limbah industry secara terpusat, pelayanan akses limbah dari kebijakan pusat optimalisasi kinerja
terutama pada kawasan layak dan provinsi fasilitas yang ada,
perumahan padat, pusat bisnis Masih rendahnya cakupan Rendahnya melalui pembagian
dan sentra industry dan kualitas pelayanan pengetahuan dan peran:
9. Peningkatan sistem limbah sistem off-site kesadaran masyarakat Pemerintah
pengelolaan air limbah di Rendahnya performa tentang perilaku hidup Daerah provinsi
Pangandaran, Kota infrastruktur pengolahan bersih dan sehat, dalam
Tasikmalayan dan Kota Banjar limbah terutama meyangkut menetapkan baku
air limbah mutu air limbah
10. Peningkatan sistem Terbatasnya regulasi di domestik yang