Anda di halaman 1dari 90

COVER

1
Belajar dari 6 Penjuru
Mata Angin

2
Belajar dari 6 Penjuru
Mata Angin

Pengabdi SMA Pradita Dirgantara

3
Belajar dari 6 Penjuru Mata Angin
Copyright © by Pengabdi SMA Pradita Dirgantara
All right reserved including the rights of reproduction in whole or in
part in any form

Hak cipta: SMA Pradita Dirgantara

Tim Penulis: Guru SMA Pradita Dirgantara


Illustrator: Yohanes Parsaoran Selano
Penyunting: Desi Arinda

smapraditadirgantara.sch.id
@smapraditadirgantara

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan pertama: Mei 2018

4
Untuk Ketua Umum Yayasan Ardhya Garini,
Ny. Nanny Hadi Tjahjanto

Untuk Kepala Sekolah SMA Pradita Dirgantara dan juga Ibu kami,
Prof. Dr. Siswandari, M.Stat

Untuk Wakil Kepala Sekolah SMA Pradita Dirgantara yang


merupakan penyemangat dan pelipur hati kami,
Dr.paed. Nurma Yunita Indriyanti, M.Si, MSc
Dr.Eng. Herman Saputro, M.Pd., MT.
Kolonel Adm Dody Sumardi, S.AP

Untuk seluruh Pimpinan dan Kepala Sekolah yang telah bersedia


menjadi tempat naungan kami selama perjalanan mencari kitab suci,
Dr. Emil Abbas MBA
Yoyok Sugiharto, S.T., M.Pd.
Asbullah Hudha, S. Si.
Drs. Warnoto, M.Pd
Drs. Tulus Winardi, SH., M.Si
Dr. H. Makmur Sugeng, M.Pd.
Dra. H. Harminingsih, M.Pd.

Untuk seluruh pihak dari Yayasan Ardhya Garini, PIA Ardhya Garini,
Tim Hebat SMA Pradita Dirgantara, Keluarga kami tercinta, beserta
pihak lain yang hanya hati kami, yang tahu.

5
Daftar Isi

Bagian Pertama “Bertandang ke Ibu Kota”


1. International School, kan? 9
2. Saudara dan Tetangga 27
3. Mengintip Penjuru Thamrin 33
4. Wah, Negeri Delapan 45
Bagian Kedua “Menjejaki Solo Tercinta”
1. Yang pertama, yang terbaik, kah? 63
2. Antara Kerkoff dan Miri 75

6
Bagian Pertama
Bertandang ke Ibu Kota

Bukan itu sebabnya. Ibu kota bukan selalu yang utama.


Namun biasanya, (itu) lebih nyata.

7
Perjalanan panjang dan berliku telah menanti
Kami, sang pengabdi
Tidak akan pernah lelah dan berhenti
Karena kami telah diutus untuk mencari
Sebuah kitab suci…

8
1. International school, kan?

If you want to build the future, educate your children. Suatu


untaian kata sederhana tapi sarat akan makna, untuk
kami setidaknya. Makna akan arti penting pendidikan
yang berkualitas untuk membangun masa depan.

“Masa depan siapa?”

Tentunya masa depan anak-anak kita, generasi muda


kita. Karena, di tangan merekalah tergantung pula masa
depan Indonesia tercinta.

Berbicara tentang Indonesia, kita tahu pasti bahwa


terdapat banyak lembaga pendidikan yang memiliki
kualitas unggul: baik itu negeri maupun swasta, baik itu
yang berstandar nasional maupun internasional. Semua
pasti memiliki keunggulan dan keunikannya masing-
masing.

Salah satu lembaga pendidikan yang pernah kami


kunjungi adalah sekolah swasta yang berada di jantung
Ibukota, International Islamic High School (IIHS). Sekolah
swasta berlabel Internasional school yang menerapkan
sistem boarding ini merupakan suatu institusi yang cukup

9
banyak diminati oleh masyarakat di Ibukota bahkan di
Indonesia.

International school tentunya memiliki arti tersendiri di hati


masyarakat. Lantas, apa sih yang istimewa dari SMA IIHS
selaku salah satu sekolah yang bergelar International
school ini? Kualitas, kah? Sistem pembelajarannya, kah?
Atau malah karena biaya pendidikan yang cukup tinggi?
Let’s see.

—ooo—

International Islamic High School (IIHS) merupakan salah


satu anak cabang yang berada di bawah naungan
International Islamic Education Council (IIEC). Sebagai
institusi yang berlabelkan International school, SMA IIHS
mempunyai berberapa program yang berbeda dengan
sekolah negeri pada umumnya. Program-program ini
tercemin dalam pilar-pilar yang menjadi panutan
sekolah.

“Apa sih pilar-pilar yang menjadi uniqueness dari SMA


IIHS? Bahas, lah!”

“Lima pilar yang menjadi pondasi sistem pembelajaran di


SMA IIHS adalah languange, Islamic studies, academic
excellence, interpersonal skills, dan overseas programme.”

“Lantas, gimana cara SMA IIHS mengelola sistem


pendidikan dalam menegakkan kelima pilar tersebut?”

Kelima pilar yang menjadi pondasi dari berdirinya


sekolah ini berada di bawah tanggung jawab vice

10
principal. Pilar academic excellence dan language berada
di bawah tanggung jawab vice principal 1, islamic studies
oleh vice principal 2 serta interpersonal skills dan overseas
program berada di bawah vice principal 3.

—ooo—

Salah satu yang menjadi keunggulan SMA IIHS adalah


penggunaan Kurikulum 2013 yang dipadukan dengan
Sistem Kredit Semester. What does it mean?

Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan


program pendidikan yang peserta didiknya menentukan
sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar
setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester
dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban
belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap
muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam
kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Ya, setidaknya itulah yang tertera dalam Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah.

Berbeda dengan sistem paket, penerapan SKS ini


memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan belajar, minat dan bakatnya masing-masing.
Jadi, dengan penerapan SKS ini sekolah mampu
mengakomodsi keunikan masing-masing peserta didik
dengan segala potensi yang dianugrahkan oleh-Nya.

11
Selain itu, dengan menerapkan SKS, peserta didik dapat
menyelesaikan pendidikan hanya dalam 4 semester (2
tahun). Asyik, bukan? Tentunya ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi calon peserta didik maupun orang tua
untuk memilih IIHS sebagai mitra menuntut ilmu.

—ooo—

Memfasilitasi anak dengan berbagai latar belakang dan


potensi yang berbeda tentunya tidaklah mudah. Oleh
karenya, untuk dapat memfasilitasi supaya para peserta
didik dapat menyelasaikan masa studi dalam kurun waktu
2 tahun, SMA IIHS memiliki resep khusus dalam
mengelola sistem pembelajaran mereka. Berikut ini data
tentang beban belajar pada kelompok pembelajar cepat
(2 tahun atau 4 semester) yang diterapkan oleh IIHS.

12
“Could you please explain that table simply?”

Ok, jadi begini. Di awal semester 1, peserta didik akan


mendapatkan 65 JP dengan materi pada semester 1 dan
semester 2 (kurikulum nasional). Lalu pada semester
berikutnya, peserta didik akan mendapatkan beban
belajar 65 jam pelajaran dengan materi semester 2 dan
3 (kurikulum nasional). Di semester 3, peserta didik akan
mendapatkan 66 jam pelajaran dengan materi semester
4 dan 5 (kurikulum nasional). Dan terakhir, di semester 4,
peserta didik akan mendapatkan 64 jam pelaran dimana
materi sisa semester 5 dan semester 6 (kurikulum
nasional).

—ooo—

“Apakah kalian tahu lokasi sekolah IIHS?”

“Di tengah kota pokoknya. Di bangunan apa, gitu.


Pokoknya di gedung-gedung kayak kantor bukan, sih?”

SMA IIHS berlokasi di pusat kota Jakarta, tepatnya di


Gedung Palma One, Jl. Hr. Rasuna Said No.4th floor,
RT.8/RW.4, Kuningan Timur, Setia Budi, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dimana gedung
sekolah terpisah dengan asrama peserta didik. Ya,
Gedung SMA IIHS berada tepat di area perkantoran.

Karena memiliki lokasi di sebuah gedung perkantoran,


dapatkah kalian bayangkan bagaimana fasilitas
pembelajaran untuk peserta didik? Laboratorium?

13
Lapangan? Mungkinkah ada lapangan sepak bola dan
bola basket, yang luas di dalam sebuah gedung
perkantoran? Hm, pasti kalian mulai bersungut dan
berpikir. Kalau tidak ada fasilitas tersebut, mana mungkin
sekolah ini bisa tetap exist? Tapi kalau ada pun, rasanya
kok.

Sistem Intermoda, solusi untuk tetap exist

So, apa yang dimaksud dengan sistem intermoda? Sistem


intermoda merupakan sistem pembelajaran dengan
memanfaatkan moda-moda atau sarana yang tersedia di
sekitar. Sebenarnya bisa dibilang menggunakan sistem
intermoda adalah salah satu keuntungan geografis yang
dimiliki SMA IIHS karena letak bangunannya di jantung
Ibukota.

Kalau diperhatikan dengan seksama, di sekitar gedung


SMA IIHS terdapat berbagai sarana yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar, misalnya
Mahkamah Konstitusi, KPK, BI, PNRI, berbagai
Kemeterian, berbagai universitas seperti UI, UNAS dan
LP3L. Dengan melakukan MoU kepada pihak-pihak
tersebut, maka SMA IIHS dapat melakukan field trip untuk
belajar dan melaksanakan praktikum di berbagai
lembaga tersebut. Ambillah contoh praktikum Biologi,
Fisika, Kimia yang dilaksanakan serentak di UI atau LP3L.
Keren bukan? Keren, asyik dan menyenangkan memang,
namun dibalik itu, pihak IIHS juga harus merogoh kocek
yang cukup dalam untuk administrasi, transportasi dan
akomodasi.

14
FYI, dalam satu kali praktikum, pihak SMA IIHS dapat
mengeluarkan biaya hingga Rp 6.000.000! Luar biasa.

“Oh, jadi laboratoriumnya ngikut UI. Terus, lapangannya


gimana? Ada di tengah gedung?”

Tentu tidak. Untuk pembelajaran olah raga, pihak


sekolah tidak sayang mengeluarkan kocek sebesar satu
juta rupiah untuk menyewa GOR Soemantri Bojonegoro.
Namun, dikarenakan penyewaan GOR menghabiskan
dana yang lumayan, pembelajaran olah raga tidak bisa
dilakukan setiap hari. Pembelajaran olah raga dilakukan
serentak untuk SMA IIHS dan SMP IIHS (Baru tahu kan,
IIHS ada SMP nya juga. Nah, loh!) setiap seminggu sekali.
Materi yang disampaikan sama untuk semua jenjang
dikarenakan guru olah raga hanya satu, membayar juga
dari sekolah lain.

Sebagai tambahan, tidak semua materi olah raga


diajarkan di SMA-SMP IIHS. Hanya materi olah raga
mendasar yang dibutuhkan saja, seperti basket, futsal,
badminton, senam lantai, dan kebugaran jasmani.
Sisanya? Ya, peserta didik bisa lah mencari tahu sendiri.
Kan, international! Internet juga sudah cepat dan lancar,
jadi bisa lah mereka mencari informasi sendiri.

Untuk mengakomodir kekurangan jam olah raga


tersebut, sebenarnya ada pula ekstra olah raga yang
dilakukan di tempat lain, dengan cara menyewa juga
tentunya. Namun, ekstra ini tidak bersifat memaksa.
Hanya untuk peserta didik yang berminat dan bersedia.

15
Pun demikian, peserta didik diberikan jam santai
sepulang sekolah hingga menjelang maghrib di asrama,
sehingga mereka masih bisa melakukan beragam
aktivitas termasuk olah raga!

—ooo—

Maybe some people think that the cost of international


school is too expensive, isn’t it? Mungkin itulah yang
berada di benak sebagaian orang. Lalu berapakah biaya
pendidikan di SMA IIHS dan IIBS. Berikut ulasannya.

Biaya tahunan yang dibebankan untuk masuk ke SMA


IIHS adalah sebesar Rp 40.000.000,00. Sedangkan,
biaya SPP per bulan adalah sebesar Rp 6.000.000,00.
Apakah cukup hanya itu? Tidak, setiap siswa yang masuk
SMA IIHS diwajibkan mengikuti kegiatan overseas
programme yang notabene adalah salah satu pilar
sekolah. Lantas, berapa sih biaya untuk overseas
programme ini? Biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap
peserta didik untuk mengikuti overseas sekitar 8.000 –
10.000 USD, atau sekitar Rp 130.000.000,00. Cukup
fantastis, bukan? Wow.

Masih ada lagi? Masih. Bagi peserta didik yang tidak


mengikuti pembelajaran atau izin, maka peserta didik
tersebut diwajibkan mengikuti replacement class dengan
biaya Rp 100.000,00 per pertemuan. Pelaksanaan
replacement class ini dilaksanakan diluar jam
pembelajaran sekolah, misalnya saat sepulang sekolah di
asrama masing-masing peserta didik.

16
Mahalkah biaya tersebut? Belum tentu. Kembali lagi
kepada pembaca. Ingat, tidak baik loh berburuk sangka.

—ooo—

Tidak ada seekor semutpun yang bersedia mengangkut


beban makanan tiga kali lipat beban tubuhnya jika
makanan tersebut sama sekali tidak mengandung gula.
Begitu pula para orang tua! Tidak satupun dari mereka
akan rela mengeluarkan biaya sebesar itu tanpa adanya
sesuatu yang spesial. Salah satu keunggulan dan yang
menjadikan SMA IIHS ini spesial adalah overseas
programme. Ya, overseas programme merupakan salah
satu pilar pendidikan yang wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik. Have you ever think, kenapa SMA
mewajibkan peserta didiknya untuk mengikuti overseas?
Nah, berikut pembahasannya.

Secara umum, tujuan dilaksanakannya program ini


adalah (1) membangun kemandirian dan kecakapan
hidup siswa, (2) sebagai perwujudan visi dan misi IIHS
yaitu manusia sebagai khalifatullah fil ardh, (3)
mempresentasikan negara, sekolah, dan agama ke dunia
luar dan (4) sebagai ajang praktik dari keempat pilar
yang telah ditanamkan kepada siswa.

Belahan bumi mana saja sih yang pernah dipijak oleh


SMA IIHS? Berbagai negara yang pernah dikunjungai
oleh SMA IIHS beserta saudaranya (ini akan dikisahkan
dalam chapter selanjutnya) antara lain, Korea (2004),
Jordania (2005-2008 dan 2010), New Zealand (2009),

17
18
Canada (2011-2013, 2017), San Diego (2014-2015),
dan Australia (2016). Jordania dan Australia tidak lagi
dikunjungi karena masalah keamanan, Sedangkan, New
Zealand tidak lagi dikunjungi karena kurang terbukanya
penduduk setempat dengan wisatawan muslim.
Sebaliknya, negara terbaik yang pernah dikunjungi
adalah Canada. Canada adalah negara yang sangat
terbuka dan menawarkan banyak program menarik yang
selalu ditingkatkan kualitasnya di tiap tahun kunjungan.

Overseas programme berlangsung selama 6 minggu,


dengan rincian dua minggu pertama sebagai proses
adaptasi, dua minggu kedua sebagai pendalaman dan
dua minggu terakhir sebagai kegiatan touring, outdoor,
persiapan performance, perijinan dan penyebaran
pamphlet.

Selama overseas programme, ada berbagai kegiatan


yang dilakukan oleh para peserta didik beserta guru
pendamping dari SMA IIHS. Sudah tidak sabar? Langsung
saja kita beri bocoran rincian kegiatan mereka selama di
negeri orang.

Homestay and College Programme

Selama menjalani bahtera kehidupan di luar negeri, baik


peserta didik maupun guru pendamping tidak menyewa
hotel bintang loh ya, akan tetapi mereka
tinggal bersama dengan penduduk setempat atau biasa
disebut sebagai orang tua asuh sementara. Terkadang,

19
khusus bagi guru, mereka diberi fasilitas untuk
menggunakan asrama sekolah.

Homestay yang dipilih biasanya yang berdekatan dengan


sekolah tujuan. Homestay yang ditempati pun memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, ada yang berasal dari
kalangan keluarga high class, namun ada juga yang
sederhana. Di homestay, anak-anak SMA IIHS dapat
belajar bagaimana kebiasaan, adat, budaya, dan
kehidupan rumah tangga dari homestay yang mereka
tinggali.

Tidak hanya itu, para peserta didik SMA IIHS juga belajar
berbagai hal terkait kebudayaan dan pendidikan melalui
interaksi secara langsung dengan para peserta didik dari
school sister yang dikunjungi. School sister di berbagai
negara yang pernah dikunjungipun memiliki cara yang
berbeda-beda dalam menyambut dan memfasilitasi
mereka. Misal, saat berkunjung di salah satu sekolah di
Australia, peserta didik dari SMA IIHS dipecah menjadi
beberapa kelompok, masing-masing kelompok akan
mengikuti kelas yang berbeda-beda bersama peserta
didik asli dari school sister. Sedangkan guru pendamping
akan melakukan shadowing dengan guru native saat
mengajar di kelas. Jadi, baik guru maupun peserta didik
SMA IIHS, keduanya sama-sama belajar tentang sesuatu
yang baru. Cukup adil, bukan?

20
City Tour

Tidak lengkap rasanya bila datang ke tempat baru tanpa


mengintip berbagai keunikan yang menjadi ciri khas di
tempat tersebut. Selain, kegiatan di sekolah, para peserta
didik dan guru dari SMA IIHS ini juga diajak oleh pihak
school sister untuk melakukan berbagai aktivitas lainnya
seperti keliling kota, camping dan berbagai kegiatan out
door. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pekan sekali
sehingga peserta didik lebih mengenali kota yang mereka
tempati dan dapat menambah wawasan terkait berbagai
kebudayaan yang terdapat di kota tersebut.

Culture Festival

Puncak dari semua kegiatan di school sister ini adalah


culture festival. Pada moment yang sangat berharga ini,
peserta didik SMA IIHS sekaligus dengan saudara mereka
(tentunya akan dibahas di chapter berikutnya, sekali lagi)
akan menampilkan pertunjukkan budaya yang telah
mereka persiapkan kepada rekan-rekannya di school
sister.

Kegiatan yang disajikan dalam rangakain acara culture


festival ini pun beranekaragam seperti musik tradisional,
tari tradisional, drama, dan teater kebudayaan Indonesia.
Kegiatan inipun biasanya disaksikan oleh perwakilan dari
kedutaan besar Republik Indoesia di negara tersebut.

“Rasa bangga dan haru sudah pasti muncul ketika lagu


Indonesia Raya dinyanyikan dengan sangat merdu dan
didengarkan oleh orang-orang dari negara lain saat

21
berlangsungnya culture festival” begitulah ungkapan dari
bapak kepala sekolah SMA IIHS, bapak Yoyok Sugiharto,
S.T, M. Pd.

—ooo—

Sudah cukup bahasan panjang lebar mengenai program


menjajaki negeri orang tadi. Sangat membuat para
pembaca tergiur, kan? Kalau tidak, berarti cukup kami
saja. Ya, mungkin sekedar membayangkan mengikuti
program ini sudah sangat berat bagi kalian. Maka sekali
lagi, jangan bayangkan. Berat! Biar kami saja.

Karena mengusung gelar International dalam


penamaannya, SMA IIHS memang tidak tanggung-
tanggung dalam menyelenggarakan sistem
pembelajarannya. Berpegang pada pilar Islami, sekolah
ini membagi kelas menjadi dua. Bukan berarti IIHS hanya
terdiri dari dua kelas, tidak. Jangan salah sangka.
Maksudnya, kelas dibedakan menjadi Boys dan Girls.
Begitu.

Setiap kelas IPA Boys, IPA Girls, IPS Boys maupun IPS Girls,
sangat eksklusif yang mana hanya terdiri dari sepuluh
hingga lima belas peserta didik saja. Dengan terbatasnya
jumlah peserta didik, guru akan lebih mudah memonitor
aktivitas yang sedang berlangsung. Sebenarnya, selain
guru, ada juga beberapa kamera CCTV di pojok-pojok
kelas yang terhubung dengan ruang kepala sekolah juga
tentunya orang tua siswa sehingga mereka juga berperan

22
serta dalam mengawasi perkembangan peserta didik
selama di kelas. Heol, daebak!

Karena apapun yang terjadi di sekolah ini dapat secara


langsung diawasi oleh orang tua peserta didik dari
kejauhan, SMA IIHS berusaha sebaik mungkin untuk
memberikan pelayanan yang optimal. Pembelajaran
yang diterapkan tidak lagi menggunakan alat yang
tradisional seperti papan tulis dan spidol, apalagi kapur!
Bersin-bersin tuh nanti seluruh isi kelas. Hihi. Sebagai
pengganti papan tulis konvensional, SMA IIHS sudah
menyediakan smart board di setiap kelasnya. Selain itu
pembelajaran yang dilakukanpun sudah menerapkan e-
learning.

E-Learning adalah pembelajaran yang mana dapat


dilakukan di luar kelas sekalipun. Baik guru dan peserta
didik dapat berkomunikasi setiap saat dan yang paling
penting, dengan e-learning semua akan menjadi lebih
efisien. Selain itu, e-learning secara tidak langsung juga
mendukung gerakan selamatkan bumi! Kok? Ya, e-
learning merupakan pembelajaran dengan meminimalisir
penggunaan kertas.

“A little awareness to save our planet,” begitu katanya.

Seperti yang kita ketahui, in this 21st century,


perkembangan teknologi banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan, salah satunya melalui sistem e-learning.
Begitupun di SMA IIHS, program pembelajaran sudah
terintegrasi dengan sistem IT. Jadi, UKBM, latihan soal,

23
dan tugas semua ada dalam IIEC Learning Center.
Pelaksanaan ujian akhir semester pun telah
menggunakan CBT. Keren, memang.

One more thing, saat ini SMA IIHS dan juga saudaranya
(yang akan dibahas di chapter berikutnya, lagi-lagi) juga
sedang merintis program Moodle! Apalagi Moodle itu?
Tunggu saja, barangkali masih ada sumur di ladang,
bolehlah kita menulis buku lagi.

—ooo—

Dhawuhipun Ki Hajar Dewantara “Ing ngarsa sung


tuladha”, jadilah teladan bagi para peserta didik kalian
(para guru). Itulah hakekat guru beserta tenaga
kependidikan yang telah ada sejak jaman penjajahan
Indonesia. Sekolah yang hebat hendaklah memiliki
tenaga pendidik dan kependidikan yang mumpuni, yang
mampu menjadi teladan yang baik bagi para peserta
didiknya.

Keberhasilan SMA IIHS dalam mengolah sekolah dan


peserta didiknya tidak luput dari tenaga pendidik dan
kependidikannya. Lalu, bagaimana komposisi tenaga
pendidik dan kependidikan di SMA IIHS? SMA IIHS
memiliki 25 orang tenaga pendidik dengan kualifikasi 7
orang lulusan Strata 2 dan 18 orang lulusan Strata 1
dengan latar belakang bidang pendidikan dan non
kependidikan (ilmu murni) dari Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas

24
Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Gadjah Mada
(UGM).

Tenaga kependidikan di SMA IIHS meliputi bagian


administrasi, keuangan, unit kesehatan, unit
keamananan, psikologi untuk membantu proses
rekruitmen, konsumsi (dapur), ICT dan pengasuh asrama.
Selain itu dengan sistem intermoda maka tidak diperlukan
adanya tenaga kependidikan yang membidangi
pengelolaan fasilitas sarana prasarana sekolah seperti
kepala laboratorium, kepala perpustakaan dan
sejenisnya. Itulah mengapa jumlah tenaga kependidikan
di SMA IIHS sangat terbatas.

—ooo—

Di bawah naungan IIEC, SMA IIHS pastinya bukan


sekolah regular biasa. SMA IIHS merupakan sekolah
boarding yang menyediakan 2 asrama yang lokasinya
terpisah. Asrama putri berada di Jalan Teuku Umar no. 9
Menteng, Jakarta Pusat. Sedangkan asrama putra berada
di daerah Kuningan. Fasilitas yang tersedia di masing-
masing asrama antara lain aula, tempat makan, kamar
tidur siswa, kamar tidur ibu asrama, beberapa kamar
mandi, tempat laundry, ruang untuk staff dapur dan
laundry, serta tempat parkir. Bukan main, sungguh.

Kehidupan di asrama tentunya berbeda dengan


kehidupan di rumah pribadi. Ketika di asrama, terdapat
berbagai kegiatan yang memang sudah dijadwalkan oleh
sekolah, seperti kegiatan sholat berjamaah, mengaji

25
bersama seusai shubuh, tambahan pelajaran terkait pilar
Islamic studies setelah isya’, dan tentunya makan bersama
antara peserta didik dan guru. Berbagai kegiatan ini
dilakukan demi mencetak moral dan akhlak peserta didik,
sehingga mampu menjadi manusia yang tidak hanya
cerdas, tapi juga berakhlak mulia. Kenapa harus
demikian? Karena memang sesuai dengan visi sekolah,
yaitu membentuk khalifah fil ardh, yaitu pemimpin di
berbagai aspek kehidupan di dunia.

26
2. Saudara dan Tetangga

Apakah SMA IIHS merupakan anak semata wayang IIEC?


Tidak kawan, SMA IIHS mempunyai saudara tua yang
terletak di kawasan Industri Hyundai, JL. Industri Raya No.
1, Sukaresmi, Cikarang Selatan, Bekasi yaitu International
Islamic Boarding School (IIBS). Ya, karena saudara SMA
IIHS ini tidak terletak di Jakarta, melainkan di Cikarang,
maka bisa jadi tetangga pula kan mereka?

Sudah sejak awal disinggung-singgung, sampai


penasaran kan para pembaca yang terhormat? Maaf,
kami sengaja. Sengaja ingin membuat seluruh pihak
penasaran. Well, kembar tapi tidak identik. Kami rasa
inilah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan
kedua sekolah ini, IIHS dan IIBS. Lantas, apa saja yang
berbeda diantara keduanya? Simak saja kisahnya.

—ooo—

Sebagai saudara IIHS, pada dasarnya IIBS tentu saja


memiliki banyak persamaan. Mulai dari penerapan
kurikulum, management sekolah, program-program dan

27
yang pasti kelima pilar tadi. Sudah tidak bisa dipungkiri,
sama!

FYI, IIHS dan IIBS memiliki perbedaan yang menonjol dari


struktur pendidikan sebenarnya. Di IIHS, pihak sekolah
menyediakan dua jenjang, SMP dan SMA (IISS-
International Islamic Secondary School untuk jenjang
SMP). Sedangkan di IIBS, pihak sekolah menyediakan tiga
jenjang, SD, SMP, dan SMA. Untuk IIHS, semua peserta
didik wajib boarding, namun tidak begitu halnya di IIBS.
SD dan SMP IIBS tidak mewajibkan peserta didik untuk
boarding, namun SMA, wajib.

Mengenai sistem boarding, sebenarnya perbedaan IIHS


dan IIBS bukan hanya penerapan untuk peserta didiknya
saja. Management boarding kedua sekolah pun berbeda.
Kalau di SMA IIHS asrama peserta didik terpisah dari
gedung sekolah, maka di SMA IIBS asrama dan gedung
sekolah terintegrasi dalam satu lokasi. Keuntungan dari
terintegrasinya asrama peserta didik dan guru dengan
gedung sekolah ini tentunya lebih memudahkan guru
untuk memantau peserta didik selama 24 jam penuh.
Kalau di SMA IIHS para peserta didik harus diantar-
jemput dengan bus sekolah untuk berangkat ke dan
pulang dari sekolah, maka ini tidak berlaku bagi peserta
didik di SMA IIBS.

Nah, berhubung IIBS tidak terletak di jantung kota


layaknya IIHS, tetangga yang satu ini memiliki lingkungan
yang berbeda. Lokasi sekolah memang lebih hijau karena
dikelilingi perkampungan dan sawah. Sangat asri, sejuk,

28
dan nyaman. Secara lebih alami, tentu saja. Dan, di IIBS,
berkat lokasinya yang tidak terletak di Ibukota tersebut,
membuat sekolah ini tidak perlu menerapkan sistem
intermoda, seperti saudaranya.

“Mengapa sistem intermoda ini hanya diadopsi oleh IIHS-


IISS?”

Usut punya usut, hal ini dikarenakan keterbatasan lahan


yang dimiliki oleh SMA-SMP IIHS dan IISS. As we know,
lokasi mereka berada di sebuah gedung perkantoran,
yaitu Palma One Tower, 4th floor, dimana setiap jengkal
ruang yang mereka gunakan harus menyewa.

SMA-SMP-SD IIBS memiliki lahan yang cukup luas dengan


fasilitas yang cukup komplit. Di sana, peserta didik dapat
berolah raga sepuasnya, tanpa khawatir soal dana.
Fasilitas olahraga yang tersedia meliputi lapangan futsal,
bola voli, dan juga lapangan basket. Di samping itu,
untuk menunjang aspek psikomotorik, di IIBS juga
dilengkapi fasilitas laboratorium Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa. Satu lagi, ada
perpustakaan!

—ooo—

Hidup di lingkungan yang berbeda, tentu saja karakter


peserta didik di IIHS dan IIBS tidak bisa dipukul rata.
Berasal dari kalangan berada, peserta didik di IIHS dan
IIBS punya sedikit perbedaan.

29
30
Lingkungan boarding yang terintegrasi dengan sekolah
membuat siswa SMA IIBS terlihat lebih ramah dan murah
senyum, baik kepada bapak dan ibu guru, maupun
kepada kami selaku team tamu yang berkunjung.

“Lalu maksudnya? Anak-anak IIHS-IISS tidak baik?”

“Bukan tidak baik, semua baik. Tunggu deh, ini


dijelaskan.”

Karena peserta didik SMA IIHS lebih terbiasa dengan


lingkup perkantoran, mereka nampak lebih pendiam jika
dibandingkan dengan saudara tuanya. At least, inilah
yang kami rasakan ketika kami bertandang ke kediaman
keduanya. But, overall mereka semua memiliki karakter
atau akhlak yang baik. Pastinya, semua ini tidak lepas
dari proses pendidikan yang telah diberikan oleh bapak
dan ibu guru mereka, sehingga mereka menjelma
menjadi insan-insan yang berbudi pekerti luhur.

—ooo—

Belum cukup demikian. Hati kami sesungguhnya masih


tertinggal di ruang makan IIBS. Ya, makanan yang
dihidangkan sangat menggugah selera.

Lagi-lagi membandingkan. Ruang makan IIHS-IISS sedikit


berbeda dengan IIBS. Makanannya memang sama enak,
ENAK. Tapi, di IIBS semua tersentral, menjadi satu. Di
sebuah ruangan besar dengan sebuah partisi kayu di
tengah yang membatasi kawasan makan peserta didik
putra dan putri, seluruh aktivitas dari sarapan, makan

31
siang, dan makan malam berada di sini. Peserta didik SD-
SMP-SMA semua makan bersama, namun secara
bergiliran, supaya tidak terlalu ramai tentu saja. Karena
SD-SMP tidak wajib berasrama, maka mereka hanya
mendapat makan siang saja.

Di IIHS dan IISS, sarapan dan makan siang memang


dilaksanakan di gedung sekolah. Putra dan putri menjadi
satu, tidak ada kawasan makan yang berbeda, namun
saat mengambil makanan, jalur putra dan putri
dibedakan. Meskipun kawasan makanan tidak
dibedakan, karena putra dan putri IIHS-IISS memiliki kelas
belajar yang berbeda, mereka secara otomatis makan
secara terpisah. Mereka rata-rata makan dengan
kelompok belajar dan kawan dekatnya. Untuk makan
malam memang dilaksanakan di asrama masing-
masing, dengan hidangan yang tak kalah ENAK. Sarat
vitamin dan semua nutrisi yang diperlukan saat masa
pertumbuhan dan perkembangan anak.

—ooo—

Kesal? Jangan. Kenapa harus kesal. Tulisan kami


memang panjang, tapi bisa diambil banyak
pelajarannya, kan? Lanjut, perjalanan mencari kitab suci
kami masih belum berhenti di sini.

32
3. Mengintip Penjuru Thamrin

Tidak seru rasanya bila menapaki pendidikan di Ibukota


sebatas hanya menilik kehidupan sekolah boarding
swasta. Ya, kami memang merasa kurang puas. Bukan
karena sekolah yang kami kunjungi kurang layak, IIHS
dan IIBS adalah sekolah yang luar biasa. Namun, apakah
ada sekolah negeri yang didanai oleh pemerintah dengan
fasilitas serupa, bahkan lebih? Ini Ibukota, bukan pelosok
desa! Dan, SMANU M.H. Thamrin mengakuisisi semua
rasa ingin tahu yang pernah ada.

Di balik gedung megah dan tunduk sopan serta ramah


tamah senyum sapa murid yang kami jumpai, ada
segudang rahasia. Meskipun sekolah ini berdasarkan
PERGUB DKI Jakarta, yang mana danapun sebagian
datangnya dari pemerintah, sekolah ini tidak semerta-
merta hanya menerapkan kurikulum nasional, yang
notabene banyak menyimpan paradigma. Kolaborasi tiga
kurikulum unggul yang meliputi kurikulum nasional,
kurikulum Cambridge dan kurikulum olimpiade, rasanya
memang sangat pas; komplit bagaikan kopi starbuck
sekalian dengan cream dan toppingnya. Alhasil? Apakah

33
berjalan lancar? Sesuaikah dengan penampakan yang
luar biasa? Mari kita simak kisahnya.

—ooo—

Berdiri diatas lahan seluas 3.7 hektar di kawasan


Bilangan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, SMA
Negeri Unggulan Mohammad Husni Thamrin, yang biasa
dikenal dengan SMANU MHT ini merupakan satu-satunya
sekolah negeri unggulan di Jakarta. SMANU MHT
merupakan sekolah sains berasrama yang sebagian
besar pendanaanya berasal dari APBD dan sumbangan
orang tua. Mulai menerima peserta didik semenjak
2009/2010, SMANU MHT berkembang pesat sesuai
dengan misinya:

“Menjadi sekolah sains bertaraf Internasional yang


menghasilkan lulusan unggul dalam imtaq dan iptek serta
berdaya saing global.”

Dikarenakan visi yang begitu hebat, perekrutan tenaga


pendidik serta peserta didik yang merupakan dasar dari
berdirinya suatu sistem pendidikan, juga tidak kalah ketat.
Menggandeng konsultan dari Universitas Al Azhar
Indonesia, tenaga pendidik direkrut dengan persyaratan
akademik sesuai bidang serta kapasitas berbahasa
Inggris yang memadai. Setelah lolos, mereka
ditempatkan untuk mengajar kurikulum Cambridge
IGCSE dan A/AS level di sekolah-sekolah penyelenggara
program internasional. Wah, luar biasa!

34
Tak kalah pula peserta didiknya. Melalui PPDB tiga jalur;
PPDB SMANU MHT, PPDB RSBI, dan PPDB sekolah
regular, peserta didik yang terseleksi lolos menjadi bagian
dari sekolah ini juga bukan hal yang dapat disepelekan.
Makhluk luar biasa, katanya. Mereka memiliki tingkat
kecerdasan tinggi serta background pendidikan dasar
yang memukau. Tak heran, membina makhluk luar biasa,
akan menghasilkan generasi yang luar biasa pula.

Melayani para makhluk super harus diimbangi dengan


fasilitas dan pelayanan yang super. Tidak seperti sekolah
pada umumnya, fasilitas yang tersedia benar-benar di
luar kategori memadai. Mulai dari kolam renang,
auditorium, fitness centre, gymnasium, lapangan olah
raga terbuka, perpustakaan, laboratorium Fisika dan
Kimia, hingga ruangan multimedia. Ruang kelasnya pun
tak kalah seru. Sudah berbasis Teknologi Informasi
Komputer (TIK) dan tentu saja, berpendingin ruangan!

Kelas yang tersedia pun terbatas. Hanya berisikan 20


hingga 22 peserta didik. Ibarat iphone, ini edisi RED, yang
limited dan memiliki tujuan khusus. Sangat nyaman dan
mempermudah interaksi antara pendidik dan peserta
didiknya. Semua itu, tak lain tak bukan, untuk selalu
menjaga kualitas pendidikan.

Tampaknya enak memang. Memang, enak!. Namun, tak


ada hak yang tak diiringi suatu kewajiban. Beban belajar
yang dilimpahkan kepada peserta didik SMANU MHT
memang luar biasa. Dua kali lipat pelajar pada
umumnya! Dari yang sewajarnya enam semester,

35
dimampatkan sedemikian rupa hingga hanya menjadi
tiga semester. Mencapai 58 jam per minggu, dari hari
Senin sampai Jumat, mulai pukul 7.00 hingga 15.45 dan
hari Sabtu, mulai pukul 7.00 hingga 14.30, bukanlah
perkara sederhana. Pasalnya, apakah benar mereka
hanya memiliki beban belajar dalam kurun waktu
tersebut? Tentu, tidak.

“Bagaimana bisa anak-anak melalap habis semua mata


pelajaran yang telah dipadatkan namun tetap menjuarai
berbagai olimpiade dan mengerjakan berbagai tugas,
yang tentu saja tidak ada habisnya?”

“Ya, bisa, mbak. Mereka punya daya juang yang tinggi.


Mereka bisa bertahan belajar hingga tengah malam,
menyelesaikan tugas, dan bangun pagi untuk kegiatan
asrama.” Celetuk salah satu guru, dengan antusias, saat
kami wawancarai.

Bisa kalian bayangkan? Sistem Pendidikan seperti apa


yang ada di SMANU MHT ini? Semua bergantung
persepsi. Ya, silahkan menilai, namun jangan memaki.

—ooo—

Oh, bisakah kembali ke sistem pemampatan materi yang


telah kita bahas tadi? Maaf, masih ada sedikit
penambahan. Pemampatan materi hanya berlaku pada
mata pelajaran hard science, dan sisanya berjalan
normal.

36
Dalam kamus SMANU MHT ada yang dinamakan hard
science. Unik, bukan? Bisa ditebak apa sajakah yang
dikategorikan hard science? Benar, pelajaran MIPA yang
meliputi Mathematics, Physics, Chemists, dan Biology. Of
course. Kok? Maaf, merubah haluan penulisan menjadi
berbahasa tidak membumi, efek dari kata hard tadi.

Usut punya usut, sebenarnya saat kami memasukkan


frasa hard science dalam mesin pencarian andalan kita,
Google, maka akan ditemukan istilah hard science dan
soft science. Hard science mengacu pada mata pelajaran
yang memiliki tingkat perkembangan intelektual dan
metodologi yang kompleks. Apalah! Yang jelas intinya,
mata pelajaran yang tergolong tabu atau susah untuk
anak belasan tahun pada umumnya. Sedangkan soft
science secara terminologi mengacu pada pembelajaran
social science, yang lebih dianggap mudah. Benarkah?

Heran, sebenarnya. Mengapa SMANU MHT memasukkan


istilah hard science yang masih baru, di telinga kami, ke
dalam kamus mereka? Padahal, mereka memiliki peserta
didik yang super, ditunjang dengan guru yang standarnya
tidak diragukan lagi. Kemampuan duo; guru-siswa super
tersebut harusnya dapat meleburkan sesuatu yang hard
sekalipun, menjadi soft. Menurut pemikiran kami, loh. Ya,
tapi tetap saja, semua pasti ada maknanya. Belum sempat
kami tanyakan juga, mengapa memilih istilah tersebut.
Agak tidak penting, memang. Pasti kalian berpikir,

“Suka-suka mereka lah. Gak penting amat, sih.”

37
Ya, kalian benar. Maka pembahasan istilah ini berhenti,
sampai di sini.

—ooo—

Mengusung konsep boarding school, dimana peserta


didik diwajibkan menginap di asrama yang telah tersedia
dalam kompleks sekolah, hal ini bertujuan agar mereka
lebih berkonsentrasi belajar dan lebih mudah diawasi
dalam setiap kegiatannya.

Aktivitas dan kegiatan selama berada di boarding atau


asrama telah disusun sedemikian rupa. Memulai hari dari
pukul 04.00, dimana ayam masih enggan berkokok,
karena di Ibukota jarang ada ayam? Ya, setelah itu
peserta didik SMANU MHT beribadah sesuai agama dan
keyakinannya, persiapan ke sekolah dan tidak lupa
mengisi perut yang kosong setelah semalaman berpuasa
dan berjuang memberantas kebodohan belajar.

Setelah melakukan pembelajaran sekolah, sebagaimana


jam pelajaran yang telah ditentukan, peserta didik
biasanya melakukan kegiatan ekstrakurikuler hingga
petang. Mereka akan kembali ke asrama untuk beribadah
dan tentunya, yang paling ditunggu, MAKAN MALAM!
Kegiatan belajar mandiri dilakukan setelah perut terisi
dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar asrama.
Lebih tepatnya, peserta didik masih diperbolehkan
mengambil kelas bimbingan belajar di luar sekolah.
Batasnya? Jam 22.00 tentu mereka harus kembali ke
kamar masing-masing.

38
39
Selain bimbingan belajar di luar sekolah, sekolah
sebenarnya telah memfasilitasi peserta didik dengan tutor
malam atau alumni sebagai pemateri untuk menemani
siswa belajar. Tutor malam ini dilaksanakan selama dua
minggu tiap bulan. Lain halnya dengan kelas olimpiade,
tutor malam dijadwalkan khusus pada hari Sabtu dengan
mendatangkan pembimbing dari dosen UI dan ITB.
Gratis? Tentu, tidak. Dibutuhkan dana sebesar 1.4 juta
dalam setiap pertemuan. Wah, cukup dalam ya merogoh
koceknya.

“Seru, belajar bersama yang lebih profesional. Kadang


capek juga, sih. Baru bisa tidur pukul 01.00 dini hari,
hehe.” (D, siswi kelas X, 2018)

Memang tahun pertama adalah yang paling berat. Kami


paham, nak. Bertahanlah. Kalian harus siap secara fisik
dan mental. -Dari guru Pradita Dirgantara-

—ooo—

Dimana bumi dipijak, di sanalah langit dijunjung. Tak ada


tempat yang terlampau bebas, meskipun negara yang
kita huni ini demokratis. Sekali lagi, demokratis.

Asrama yang ditinggali peserta didik SMANU MHT


menerapkan aturan yang cukup umum sebenarnya.
Diawasi oleh tiga orang pembina asrama, yang
bergantian di pagi dan malamnya bagaikan krim
pencerah wajah, mereka hanya bertanggung jawab atas
apa yang peserta didik lakukan di lingkungan asrama.
Selama kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung,

40
peserta didik dilarang memasuki asrama. Pintu asrama
tidak boleh dikunci dan kunci harus diserahkan kepada
pembina asrama. Lantas, emperan Masjid sekolah
menjadi sarang para jiwa yang lelah setelah
menghabiskan malam untuk belajar. Ya, banyak yang
tiduran di sana. Wajar, kan. Mereka masih saja murid
SMA biasa!

Mengenai penggunaan perangkat seperti telepon


genggam dan laptop, aturan di asrama adalah
pembatasan penggunaan perangkat tersebut hanya
untuk mengerjakan tugas dan kegiatan lain yang
dianggap penting. Di asrama dibatasi, namun tetap saja,
di lingkungan sekolah bahkan di kelas, mereka bebas
memanfaatkan perangkat yang mereka punya. Tentu
saja, dalam batasan mengakses informasi yang berkaitan
tentang apa yang tengah dipelajari. Namun siapa tahu?
Kan, hanya Tuhan yang bisa mengawasi. Abaikan.

—ooo—

Ada satu hal menarik lagi yang perlu diungkap dari


SMANU MHT. Bisa menjadi sekolah favorite dan popular
dikalangan pelajar Ibukota, tidak lepas dari pengaruh
iklan. Ya, dan bagaimana bentuk iklannya? Bukan
melalui pemasangan papan reklame atau banner di
jalanan, namun dengan penyelenggaraan sebuah acara!

Siapa sih yang tidak kenal dengan TOC (Thamrin


Olympiad and Cup)?! Kegiatan ini adalah acara tahunan
yang diselenggarakan sekolah baik untuk pelajar tingkat

41
SMP maupun SMA, se-Indonesia. Tujuan dari acara ini
adalah sebagai wadah bagi para pelajar untuk
menyalurkan minat dan bakat mereka dalam bidang
akademik maupun non-akademik serta sebagai ajang
mempererat tali persaudaraan antarpelajar nasional dari
usia sekolah pertama sampai mahasiswa.

TOC menggelar tujuh-belas cabang perlombaan dan


olimpiade yang sangat menggiurkan untuk diikuti. Mulai
dari olimpiade akademik, yang tentu saja melibatkan
hard science dan soft science-nya; non akademik seperti
olah raga dan kepramukaan; ditambah perlombaan
yang digandrungi seluruh umat dan selalu ramai peminat,
seperti fotografi, band, bahkan DOTA. Mungkin game
online lain seperti mobile legend juga akan
diperlombakan di tahun-tahun berikutnya. Wehee, seru
bukan?

Panitia kegiatan TOC ini adalah peserta didik SMANU


MHT tahun kedua. Dengan arahan dan bimbingan guru,
mereka menyusun dan merencanakan setiap detil
kegiatan. Bahkan, untuk menggalang dana, mereka
secara mandiri membuat proposal untuk diajukan ke
pihak yang dapat berpartisipasi menjadi promotor acara.
Puluhan juta berhasil dikumpulkan berkat kegigihan para
penyelenggara acara dalam mencari promotor. Jempol,
deh buat mereka. *thumb*

—ooo—

42
Kisah di penjuru Thamrin tidak begitu saja berakhir.
Meskipun sekilas semua rahasia telah terungkap, tidak
etis rasanya jika perasaan manusia diabaikan. Berikut
adalah beberapa cuplikan romantis yang terabadikan
melalui momen wawancara makhluk-makhluk super nan
luar biasa SMANU MHT.

“Nyaman, sih. Pembina asramanya baik dan


lingkungannya sangat kekeluargaan.”

“Fasilitas di sekolah dan di asrama sangat mendukung


(belajar). Di kamar (asrama) aja boleh design sendiri.
Kayak di rumah rasanya.”

“Ada baiknya, siswa lebih taat dan lebih tertib lagi.


Pembina asrama juga begitu, lebih ketat lagi, harusnya.”

“Sidak dan razia kamar asrama harus lebih teliti dan


ketat. Rutin juga, tentunya.”

“Harapan kami, ya semoga semua betah, nyaman, dan


bisa belajar dengan tenang.”

Demikianlah, romantisme yang sempat terabadikan dari


para peserta didik, tenaga pendidik dan juga staf SMANU
MHT yang tidak disebutkan namanya. Bukan karena
melindungi hak interviewee, namun karena kami lupa
menanyai mereka. Haha. Sekian.

Sampai jumpa lagi, SMANU MHT. Kalian telah mendapat


ruang tersendiri, dipojok maupun ditengah hati kami.

43
44
4. Wah, Negeri Delapan!

“SMA N 8 Jakarta?”
“ Itu kan sekolah favorit! Benar?”

Tiba saatnya kita mengintip sekolah favorit di Ibukota


yang satu ini, SMA N 8 Jakarta. Dikelola oleh pemprov
DKI, sekolah ini selalu konsisten dalam menorehkan
prestasi yang luar biasa. Bahkan, seluruh pelosok abang-
none pun tak awam bila sekolah ini telah mencetak
lulusan terbaik dan berhasil meluluskan peserta didik
yang meraih peringkat UN terbaik pula. Wih, keren.

Sekolah yang berada di Bilangan Tebet, Jakarta Selatan


ini adalah salah satu dari SMA Negeri di DKI Jakarta yang
berpredikat sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional, dulunya. Kenapa dulu? Ya, seperti yang
kalian tahu, RSBI kan sudah dihapuskan. Namun, apakah
penghapusan RSBI menjadikan SMA Negeri 8 Jakarta
terpuruk? Tentu tidak.

SMA N 8 Jakarta, yang biasa dikenal dengan SMANDEL,


saat ini menjadi salah satu sekolah negeri di Jakarta yang
menjadi rujukan dan tempat studi banding sekolah-
sekolah lain di seluruh Indonesia. Menurut catatan pada

45
tahun pelajaran 2008/2009 terdapat 36 kunjungan studi
banding dari sekolah lain dan meningkat menjadi 45
pada tahun pelajaran 2009/2010. Ngeri ya?

Berbeda dengan sekolah-sekolah yang sebelumnya,


sekolah ini justru bukan sekolah boarding lho. SMA N 8
Jakarta merupakan sekolah negeri biasa, tanpa bumbu
khusus, dan bisa dikatakan sama dengan sekolah pada
umumnya. Lalu, apa yang menarik? Langsung saja, kita
selidiki apa yang membuat sekolah ini sanggup
menyandang gelar “Wah” di awal penyebutan namanya.

—ooo—

SMA N 8 Jakarta hanya menerapkan satu kurikulum saja


yaitu kurikulum nasional (kurikulum 2013) dan bersifat
reguler (tidak menerapkan sistem SKS). Untuk
penerapannya, dalam satu tahun bisa dipadatkan ke
dalam satu semester dan selajutnya akan dilanjutkan
dengan materi pendalaman ataupun bimbingan lanjutan
untuk olimpiade. Selain itu, peserta didik memiliki inisiatif
dalam mengikuti tambahan mata pelajaran di beberapa
lembaga kursus di luar jam sekolah.

“Kenapa sih sekolah ini menerapkan sistem


pemadatan?”

“Iya nih, katanya nggak ada SKS? Kok, pakai acara


pemadatan, segala?”

Hai, sebentar. Ini masih mau dipaparkan. Ternyata,


sistem pemadatan dalam satu semester ini terjadi karena

46
adanya faktor bencana alam seperti banjir yang sering
menimpa SMA N 8 Jakarta. Maklumlah, Ibukota. Sering
banjir! Banyak yang meluap sungainya. Sama halnya
dengan antusiasme masyarakat yang ingin putra-putrinya
menjadi bagian dari sekolah ini, semakin meluap setiap
tahunnya.

Selain sistem pemadatan yang dikarenakan bencana tak


diinginkan, SMA N 8 Jakarta mempunyai ulangan
bersama atau disebut juga dengan Ulangan Harian
Terpadu. UHT ini dilaksanakan sekali setiap bulan. Untuk
pengawasnya, guru yang pada saat itu mengajar atau
jam mengajarnya bersamaan dengan pelaksanaan UHT
yang akan ditunjuk sebagai pengawas. Usut punya usut,
ternyata tidak semua mata pelajaran akan di UHT-kan,
hanya diperuntukkan khusus mata pelajaran yang
diujikan secara nasional saja.

UHT ini diadakan bulanan untuk mengantisipasi


kecurangan yang dilakukan peserta didik. Setidaknya,
jika ulangan harian diadakan serentak untuk seluruh
kelas, tidak ada kelas yang akan membocorkan soal
untuk kelas lain. Adil, bukan?

Alokasi waktu pelaksanaan UHT adalah 2 jam pelajaran


(2 x 45 menit). Dalam satu semester terdapat tiga kali UHT
untuk masing-masing mata pelajaran. Pada semester 1
(± 6 bulan) materi yang diberikan adalah materi semester
1 dan 2, kemudian pada semester dua (bulan berikutnya),
diberikan pendalaman materi. Disini ada juga
pengoptimalan sumber daya sekolah, misalkan orang tua

47
siswa dan alumni akan memberikan materi terkait dengan
keprofesian mereka.

Kegiatan pembelajaran di SMAN 8 Jakarta dilaksanakan


pada hari Senin hingga Jumat. Untuk Kriteria Ketuntasan
Minimal di SMAN 8 Jakarta adalah 75 yang meliputi
aspek pengetahuan, keterampilan, sosial, spiritual dan
kegiatan ekstrakurikuler. Penilaiannya sudah dilakukan
secara digital menggunakan e-raport. E-raport ini sudah
cukup canggih. Bentuknyapun sudah seperti KHS (Kartu
Hasil Studi) untuk mahasiswa, lho.

—ooo—

“Saya jadi ingin masuk SMANDEL, nih. Tapi, bagaimana


caranya?”

Untuk PPDB atau PSB (Penerimaan Siswa Baru) di SMA N


8 Jakarta dilakukan melalui dua jalur seleksi. Pertama,
jalur tes seleksi. Tes ini meliputi tes akademis, tes
psikologi, wawancara, tes praktek komputer. Kedua,
pendaftaran online. Pendaftaran yang dilakukan melalui
internet ini dikelola otomatis oleh Diknas sistem
pendaftaran.

Setelah diterima di sekolah, peserta didik akan mengikuti


kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) agar mereka lebih
mengenal kehidupan sekolah dan mendapatkan kesan
positif serta menikmati lingkungan fisik maupun sosial
yang ada di sekolah. MOS juga menjadi wadah untuk
memperkenalkan hak dan kewajiban peserta didik

48
sebagai pelajar serta memperkenalkan cara-cara belajar
yang baik di tempat baru.

Nah, yang membedakan kegiatan MOS di SMA N 8


Jakarta dari sekolah lain adalah, adanya kegiatan
lanjutan yang dinamakan Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa (LDKS). Kegiatan ini dilaksanakan di luar sekolah
dengan bekerjasama dengan instititusi militer. Tujuan dari
LDKS adalah untuk menanamkan kedisiplipan, rasa
kebangsaan dan kepemimpinan kepada siswa baru.
Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari dua malam
ini dapat berupa ceramah, baris berbaris, permainan dan
outbond. Diakhir acara, OSIS dan perwakilan kelas (PK)
melakukan sosialisasi organisasi dan program kerjanya
kepada peserta didik baru.

Seusai MOS, sekolah melakukan tes matrikulasi terhadap


seluruh peserta didik baru. Tujuannya? Untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan akademis peserta didik
berkenaan dengan kesanggupan mereka untuk
menempuh pendidikan di SMA Negeri 8 Jakarta. Tes
matrikulasi ini juga untuk memetakan peserta didik
mereka, agar dalam penyeleksian peserta olimpiade lebih
mudah.

—ooo—

SMA Negeri 8 Jakarta juga telah mempersiapkan


program untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disesuaikan dengan
agama dan keyakinan peserta didik, yaitu untuk siswa

49
yang beragama Islam diselenggarakan dengan
bekerjasama dengan Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
dan bagi siswa yang beragama kristen, katolik
diselenggarakan oleh guru agama atau pendeta yang
bersangkutan.

Setelah melalui ESQ dan ceramah kegiatan peningkatan


iman, program dilanjutkan dengan pesantren kilat bagi
peserta didik muslim dan retreat bagi peserta didik kristen
atau katolik. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari
dua malam yang mana diisi dengan ceramah, permainan
serta renungan. Pelaksanakannya di luar kota, agar
semua merasa lebih nyaman dan dapat menikmati
suasana yang asri serta sejuk. Lumayan, kan sekalian
liburan!

—ooo—

“Tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah


Tiada kisah paling indah, kisah kasihh di sekolah”

Hayo loh, siapa yang malah bergumam dan


menyanyikan dua bait di atas? Cuplikan dari karya
Chrisye itu memang pas sekali. Siapa sih yang tidak
menikmati masa sekolah, terutama masa SMA? Siapa
pula sih yang tidak tahu apa itu OSIS di SMA?

Saat menengok OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)


yang ada di SMA N 8 Jakarta, kami menyadari bahwa
organisasi ini berperan sebagai salah satu jalur
pembinaan peserta didik terutama dalam menanamkan
sifat kepemimpinan, wawasan kebangsaan, organisasi

50
dan demokrasi. Dalam kegiatannya, OSIS membawahi
14 subseksi yang terdiri dari rohani islam (rohis), rohani
Kristen (rokris), rohani katolik (rokat), sie upacara (sierra),
puapala, pramuka, kemasyarakatan (kemas), koperasi
siswa, media siswa (mesis), sains dan penelitian (SP),
teksound (TX), olahraga, PMR, dan kesenian.

Disamping kegiatan subseksi, untuk menyalurkan bakat


dan minat siswa dalam bidang olah raga dan Seni di
bentuklah kegiatan klub. Kegiatan klub tersebut meliputi
Tari Tradisional/Modern, Kolintang, Sepak bola, Soft Ball,
Base Ball, Tenis Lapangan, Rampak Gendang, Band.
Kegiatan ini dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah
atau di luar lingkungan sekolah dengan bantuan pelatih
professional.

Kalau kalian ingin lebih jauh lagi mengenal kegiatan


OSIS di SMA N 8 Jakarta, berikut ini adalah kebijakan-
kebijakan yang ada:

1. Setiap siswa kelas X wajib memilih salah satu


subseksi OSIS.
2. Rangkaian kegiatan tiap subseksi adalah Pengenalan
Subseksi (ekspo), penerimaan anggota baru
(Pentaru), serta pelantikan dan pelaksanaan program
kerja.
3. Setiap subseksi memiliki program kerja yang
bercorak khusus seperti misalnya DIPARA memiliki
program lomba sie upacara), Sains dan
Perpustakaan memiliki program 8RC (8 research
competition), Teksound memiliki program Teksound

51
On Project (TOP), Kemas memiliki program bakti
sosial, Mesis memiliki program buku tahunan dan
majalah takitri, Kesenian memiliki program art school
clinic dan lain-lain. Di samping setiap subseksi
memiliki program masing-masing, mereka juga
bekerjasama dalam suatu program besar yang
bernama Schoolimpic sebuah acara lomba
akademis, olahraga dan seni budaya.
—ooo—

Memaksimalkan potensi peserta didik tidaklah semudah


membalikkan telapak tangan, Setidaknya, itu pendapat
kami. Melalui beberapa program pengembangan dan
penunjang prestasi peserta didik, SMA N 8 Jakarta siap
menggempur dunia dengan berbagai program. Salah
duanya adalah program pengembangan bahasa asing
serta program TESIS.

Untuk peserta didik yang memang ranah bahasanya


melebihi kapasitas normal, SMA 8 memberikan
bekal/ketrampilan untuk menguasai minimal satu bahasa
asing diluar bahasa Inggris.

“Bahasa asing? Bahasa qolbu?”

Ups, bukan! Program bahasa asing yang tersedia adalah


Jepang, Jerman, Perancis, Korea, Mandarin, dan Arab.
Cukup menarik, ya? Program bahasa asing ini
dilaksanakan setiap hari Sabtu. So, peserta didik memang
wajib memilih satu, tidak lebih!

52
FYI, khusus bahasa Jepang, Jerman dan TI, sebenarnya
telah terintegrasi dalam intrakulikuler.

Memang seru nampaknya program bahasa asing ini,


namun tidak semua peserta didik memiliki motivasi yang
tinggi dalam mempelajari bahasa yang tidak mereka
kenal. Oleh sebab itu, untuk memotivasi dan
mengapreasiasi kreativitas siswa dalam mempelajari
bahasa asing, Festival Budaya Asing diadakan setiap
tahunnya. Akan terasa seperti di luar negeri, nih.

Selanjutnya, ada yang namanya TESIS (Temu Sosial Ilmiah


SMANDEL). Pada kegiatan ini, peserta didik dapat
menerapkan ilmu yang telah mereka pelajari di kelas.
Peserta didik diminta untuk melakukan penelitian
sederhana dan tinggal selama beberapa hari di suatu
desa atau perkampungan yang masih bernuansa
tradisional. Selama tinggal di desa atau perkampungan
tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan penduduk
setempat. Dan, dari interaksi tersebut, diharapkan siswa
akan memperoleh pelajaran dan keteladanan akan nilai-
nilai kehidupan dalam bermasyarakat.

Sebelum keberangkatan ke lokasi TESIS, peserta didik


sudah mempersiapkan bahan bacaan dan menyususun
rencana yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Guru
pembimbing mengarahkan penyusunan rencana tersebut
serta memberi pembekalan norma dan etika sebagai
persiapan bagaimana seharusnya kita berinteraksi
dengan masyarakat setempat.

53
TESIS ini sudah dilakukan sejak tahun 2000 dengan lokasi
yang silih berganti. Desa Coblong (Bogor), Desa
Pasawahan (Kuningan), Desa Sukaraja (Sumedang), Desa
Tambak Mekar (Subang) dan Desa Rajapolah (Garut)
merupakan lokasi yang telah dijajaki keluarga besar SMA
N 8 Jakarta. Melalui kegiatan TESIS, peserta didik
dipersiapkan untuk dapat hidup mandiri jauh dari orang
tua, memiliki kepedulian sosial dan lingkungan,
memupuk semangat gotong royong dan tolong
menolong, mengasah keterampilan berinteraksi sosial
dan meneliti serta membangun kebersamaan satu
almamater. Jadi mirip KKN (Kuliah Kerja Nyata) waktu
kuliah, ya.

—ooo—

Indikator keberhasilan SMA Negeri 8 Jakarta adalah UN


meraih posisi teratas; untuk IPA peringkat 2 (karena yang
pertama pasti Thamrin, kata mereka), IPS peringkat 1
(karena di Thamrin tidak ada program IPS, ini kata
mereka lagi) serta olimpiade-olimpiade nasional. Tingkat
kelulusan peserta didiknya pada tahun 2017 hampir 97%,
dan sebagian besar dari mereka diterima di PTN.

Peserta didik SMA N 8 Jakarta juga banyak menorehkan


prestasi. Sederet piala terpanjang dengan rapi di
berbagai sudut ruangan sekolah. Bahkan, beberapa piala
diperoleh dari kejuaraan nasional.

Dalam pembinaan olimpiade, khususnya Fisika,


dilakukan secara mandiri, artinya peserta didik yang telah

54
dipilih dibina secara mandiri oleh sekolah, bukan pihak
luar. Tapi, pada beberapa olimpiade dan perlombaan,
tak jarang pihak sekolah mendatangkah ahli dalam suatu
bidang untuk lebih mengembangkan potensi siswa.
Peserta didik juga sudah terbiasa belajar secara mandiri
seperti latihan-latihan soal.

Menurut salah seorang guru, biasanya materi kelas XII


disampaikan secara penuh di semester I, sedangkan
materi kelas XII semester 2 diisi dengan pembinaan
SBMPTN. Selain itu, sejak kelas X peserta didik sudah
dibiasakan untuk mengerjakan soal dengan tingkat
kesulitan yang tinggi. Mereka dididik menjadi insan yang
mandiri, cerdas, kreatif, serta terbuka dalam
mengemukakan pendapat.

—ooo—

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas melalui


benchmarking atau pembandingan dengan institusi lain
yang setara, maka SMA Negeri 8 Jakarta menjalin sister
school dengan sekolah-sekolah lain di dalam negeri,
Singapura, Australia, Turki dan Thailand. Kerjasama
dengan sekolah-sekolah mitra dalam ini dapat berupa
pertukaran informasi tentang kurikulum, silabus, kegiatan
kesiswaan bahkan sampai dengan magang guru dan
juga student exchange!

Tidak berhenti di sini, untuk mendorong semakin


banyaknya lulusan yang diterima di perguruan tinggi
favorit baik di dalam dan luar negeri maka dijalin

55
kerjasama dengan perguruan tinggi baik dalam dan luar
negeri seperti UI, ITB, UGM, NTU, SMU (Singapura), Asia
Pasific University, Keio University, Nagoya University
(Jepang), Murdoch University, Curtain University of
Technology (Australia) dan lainnya. Kerjasama meliputi
penyediaan informasi masuk ke perguruan tinggi
tersebut, informasi beasiswa, informasi tempat tinggal
dan biaya hidup selama menempuh pendidikan.

Kegiatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut


kerjasama tersebut adalah workshop siswa dan guru di
Singapura (NTU dan SMU), summer camp di Jepang
(APU), Homestay and university visit ke Amerika Serikat
dan pengiriman guru memenuhi undangan studi banding
ke Australia.

Di samping itu SMA Negeri 8 Jakarta terus berupaya


menjalin kerjasama dengan banyak lembaga pendidikan
lain, baik negeri maupun swasta dalam rangka selalu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Termasuk menjalin
kerjasama dan komunikasi dengan alumni dari beragam
latar belakang pendidikan dan profesi.

—ooo—

Menciptakan makhluk-makhluk ajaib seperti peserta didik


SMA N 8 Jakarta memang tak lepas dari sarana
prasarana yang memadahi. Sejak tahun pelajaran
2002/2003 silam, SMA Negeri 8 Jakarta, mulai
melengkapi sarana fisik dengan menambah dan
merenovasi yang sudah ada.

56
57
Untuk saat ini seluruh ruangan sudah dilengkapi dengan
pendingin ruang (AC), seluruh ruang kelas sudah
dilengkapi dengan komputer, proyektor LCD dan koneksi
internet. Lumayan atau luar biasa, nih?

Secara umum sarana fisik yang dimiliki sebagai berikut:

• Ruang belajar ber AC • Ruang Kepala Sekolah


ukuran 9 x 8 meter – • Ruang Wakasek
28 kelas dan 7 Kelas • Ruang Komite Sekolah
Internasional • Ruang Guru
• Ruang belajar ber AC • Ruang Tata Usaha
ukuran 6 x 8 meter – 2 • Ruang Perpustakaan
kelas (Akselerasi) • Ruang BP
• Ruang • Ruang MGMP
Laboratorium • Lapangan bola basket,
IPA futsal, volley dan
• Laboratorium badminton
Komputer ukuran 9 x • Ruang lain-lain
8 meter 2 ruang ( 2 x • Ruang makan guru dan
44 unit komputer) karyawan
• Laboratorium Bahasa • Ruang Koperasi Sekolah
• Ruang Workshop • Kantin Sekolah
(Matematika, IPA, IPS) • Masjid berlantai 2
• Ruang Audio Visual • Ruang PMR
• Ruang Auditorium • WC dan Kamar mandi

58
Untuk Sarana Kegiatan Ekstra Kurikuler nya meliputi
internet dan intranet, perangkat kolintang, gamelan,
rampak gendang, perangkat band, marching band.

—ooo—

Buah tak jatuh dari pohonnya!

Dibalik keberhasilan peserta didik, pasti tak lepas dari


peran serta guru dan tenaga kependidikan yang hebat.
Jumlah tenaga pendidik di SMA N 8 Jakarta adalah
sebanyak 83 guru, diantaranya 49 guru PNS dan 34 guru
honorer. Untuk tenaga kependidikan atau pegawai di
SMA N 8 Jakarta terdiri dari 10 PNS dan 33 honorer.

Selain itu, kegitan pengembangan diri guru dilakukan


sebagaimana mestinya sesuai dengan kebijakan
pemerintah. Tenaga pendidik (guru) memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagimana mestinya sesuai dengan UU
Guru dan Dosen. Guru ketika melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan soal-soal HOTS (High
Order Thinking Skill).

Beberapa figur guru yang menjadi favorit para peserta


didik adalah guru yang perhatian dan sabar menghadapi
mereka. Ambillah contoh, guru Fisika.

Beliau adalah sosok yang sangat sabar dan detail dalam


menjelaskan setiap pertanyaan yang dilanturkan. Saat
peserta didik diberikan tugas untuk mengerjakan soal
secara berdiskusi dengan teman sebangkunya, beliau
berkeliling dan menanyakan kesulitan apa yang dialami

59
siswa. Setelah selesai mengerjakan soal, beliau
menanyakan siapa yang sudah selesai dan salah seorang
peserta didik menyebutkan jawabannya. Kemudian,
beliau menanyakan apakah ada dari mereka yang masih
mengalami kesulitan. Inilah yang menjadi kunci
keterbukaan peserta didik terhadap gurunya. Interaction
habit!

—ooo—

Seperti judulnya, apakah sudah bisa kita menganga


sambil berkata “Wah, Negeri Delapan!” setelah
mengenal lebih dalam sekolah reguler di Jakarta ini?
Kembali lagi pada persepsi. Sekian, dan sampai jumpa
lagi.

60
Bagian KEDUA
Menjejaki Solo Tercinta

Lama tidak pulang, lelah berpijak di negeri orang. Ini saatnya,


untuk pulang, namun bukan berpulang.

61
62
1. YANG PERTAMA,
YANG TERBAIK, KAH?

Setelah melanglang buana beberapa pekan di Ibukota,


akhirnya tibalah kami di The Spirit of Java alias kota Solo
yang penuh dengan cinta dan asa. Rindu haru akan
kehangatan keluarga dan handai tolan yang menantikan
kepulangan kami, memang telah tertimbun lama. Sudah
menjadi kompos rasanya. Namun, pulang bukan berarti
berdiam diri menikmati suguhan kue beserta teh nan
wangi. Perjalanan kami mencari kitab suci (red: ilmu)
masih terus berlanjut di kota yang berseri ini.

Our next journey is SMANSA, akronim dari SMA Negeri 1


Surakarta. Sekolah yang telah berdiri sejak jaman
penjajahan Jepang ini masih terlihat kokoh dengan
arsitektur khasnya. Kalau bersama-sama kita tengok,
profil sekolah ini memang terpampang nyata di laman-
laman dunia maya. Kok? Ya, banyak yang
membincangkan buliran prestasi yang dihasilkan sekolah
ini. Lulusannya? Jangan ditanya. Banyak yang jadi orang
besar!

63
Besar memang tak selamanya indah. Namun yang besar,
akan lebih mudah dikenal. Yuk, bersama kita lebih lanjut
mengenal sekolah yang menyandang angka pertama di
kota Surakarta ini.

—ooo—

Dunia pendidikan #zamannow terasa begitu berat untuk


diperbincangkan, mulai dari sisi kurikulum hingga
implementasi di lapangan. Tak ayal, jika banyak
masyarakat yang mengeluhkan sistem pendidikan di
negara tercinta ini. Beberapa waktu lalu kami sempat
mengunjungi sekolah-sekolah yang menerapkan
beragam kurikulum. Bermula dari penerapan kurikulum
nasional “Si K13”, kurikulum internasional “Si
Cambrigde” sampai dengan kurikulum pengganti
akselerasi alias “Si SKS” yang baru-baru ini jadi trending
topic.

Kenapa sih, sistem SKS terkesan begitu wow? Sampai-


sampai bisa dilabeli #zamannow? SKS merupakan Sistem
Kredit Semester yang sebenarnya telah lama ada. Sekolah
tinggi dan Universitas telah lebih dulu menerapkannya.
Namun, pada tingkat sekolah menengah, penerapannya
tidak semerta-merta sama. Harus disesuaikan porsi, tentu
saja. Sudah ditetapkan pula dalam UU dan PP seperti
berikut:
“Pasal 12 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: Setiap siswa pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya; dan

64
menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang
dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.”

“Pasal 38 ayat (2): Kurikulum pendidikan dasar dan


menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota”

“Pasal 11 ayat (2) dan (3) PP No. 19 Tahun 2005: Standar


Nasional Pendidikan menyatakan bahwa beban belajar untuk
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
pada jalur pendidikan formal kategori standar dapat
dinyatakan dalam satuan kredit semester.”

Intinya, sudah legal dan memiliki landasan. Peserta didik


bisa lulus lebih cepat, hanya dengan belajar selama
empat semester. Nikmat memang nampaknya, namun
tidak selamanya sistem SKS menjadi satu-satunya
primadona pendidikan, menurut kami.

Pasalnya, SMAN 1 Surakarta yang masih setia


menerapkan kurikulum nasional “Si K13” revisi juga tak
kalah dalam mencetak generasi berprestasi yang
berwawasan IPTEK dan budaya sopan santun.

“Belum matang, nanti saja. Yang sekarang sudah cukup,


kok.”

So, tidak juga menutup kemungkinan bahwa SMAN 1


Surakarta akan mengikuti trend kurikulum #zamannow
yaitu kurikulum nasional dengan sistem SKS. Tidak begitu
saja diterapkan tentunya. Karena persiapan tempur yang

65
matang harus benar-benar dipikirkan. Sekolah
menyadari, untuk meneruskan ke jenjang pendidikan
lanjut, peserta didik masih dituntut untuk memenuhi nilai
enam semester, bukan empat. Setidaknya, itu yang masih
berlaku di PDSS online.

Sebenarnya SMAN 1 Surakarta pernah mengusung


program akselerasi dan RSBI (Rintisan Sekolah
Berstandart Internasional). Sayangnya, kedua program
tersebut dihapuskan oleh Mahkamah Konstitusi pada
tahun 2013 lalu karena dianggap bertentangan dengan
UUD 1945; “Menimbulkan dualisme pendidikan dengan
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar. Biayanya juga, relatif tinggi. Atau dibuat
tinggi?” Entahlah, kan itu sudah berlalu. Lanjut saja, kan
harus cepat move on, bukan?

—ooo—

Beranjak ke ranah sistem penilaian. Sistem penilaian di


SMAN 1 Surakarta sudah sesuai dengan panduan
kurikulum nasional, yakni penilaian harian untuk tiap
kompetnsi dasar, tengah semester, dan akhir semester.
Beberapa guru juga sudah menggunakan penilaian
berbasis online. Penilaian berbasis online ini akan
memudahkan guru menginput nilai siswa sebagai bekal
nanti untuk e-rapor.

Terkait dengan e-rapor, pasti tidak luput dari peran


teknologi (IT). Nah menariknya adalah, di sekolah ini,
pelajaran TIK tetap diberikan untuk peserta didik dengan

66
jumlah tatap muka 1 jam pelajaran. Kok menarik?
Secara, pemerintah mungkin berfikir jika anak
#zamannow sudah pandai berteknologi sehingga
pelajaran TIK dihapuskan. Padahal, menurut kami,
pelajaran TIK masih sangat penting bagi peserta didik.
Peserta didik kita merupakan generasi Z yang akan
memasuki industri 4.0. Mereka akan sering
menggunakan agen-agen digital sehingga bimbingan
guru TIK sangat diperlukan agar mereka lebih terarah
dan tidak terperosok dalam jurang kecanggihan.

Secara, sesuatu yang canggih pun memiliki jurang. Jadi


hati-hati saja. Yang perlu diingat bagi seorang pendidik
adalah: Don’t give a student fish but teach him how to fish.
Enaaaaak, bahasa Inggris, vroh! Yang jelas, menjadi
pendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Sudah berfikir
“mendidik” namun menurut orang masih belum juga
“mendidik”. Terserah. Kan persepsi orang berbeda.
*cool*

—ooo—

“Apa sih, apa? Bahas apa kalian, nih?”

“Bahas SMANSA, lah.”

“Mana uniknya? Sama aja tuh kayak sekolah sebelah.


Ngomongin kurikulum sama sistem penilaian, doang. Itu
mah biasa.”

Well, SMAN 1 Surakarta punya sederet program


unggulan yang tidak bisa begitu saja disamakan dengan

67
sekolah sebelah atau sekolah depan, belakang pun
kanan-kiri lainnya. Sekolah ini memiliki peserta didik
yang luar biasa dengan segudang prestasi. Didukung
dengan program pembinaan intensif untuk USBN, UNBK,
dan SBMPTN yang sudah dipersiapkan sejak awal
semester kelas XII, disertai dengan penyelenggaraan try
out bulanan, semakin menunjang keberhasilan para
peserta didiknya.

Oh ya, FYI, untuk yang belum tahu saja. UNBK di tahun


2018 ini membebaskan peserta didik untuk memilih satu
mata pelajaran di program IPA/IPS. Sehingga total mata
pelajaran yang diujikan hanya ada empat, yaitu:
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan 1
mata pelajaran pilihan untuk IPA/IPS. Berbeda dengan
tahun sebelumnya, bukan? Nah loh! Generasi 90-an
keatas mana suaranya? Pada nyesel? Jangan, lah.

Bagaimana dengan program olimpiade? Jangan


khawatir! Program olimpiade sudah dipersiapkan sejak
dini, saat pertama kali peserta didik diterima di SMAN 1
Surakarta. Bibit-bibit generasi unggul diseleksi berdasar
minat dan bakat dengan pengalaman olimpiade di
bidangnya masing-masing. Tidak hanya itu, pembinaan
olimpiade pun dilaksanakan secara khusus dengan
didampingi dan dibina oleh guru berprestasi dan dosen
dari UNS.

68
69
Dengan berbagai usaha yang dilakukan seluruh pihak,
SMAN 1 Surakarta mampu mengantarkan para lulusan
melanjutkan ke perguruan tinggi negeri seperti UNS,
UGM, ITB, UI dengan prosentase 90% diterima melalui
jalur SNMPTN, SBMPTN, maupun seleksi mandiri tiap
universitas.

“Terus, 10% lainnya?”

Netijen, sabar ya. Kalau urusuan mengkritisi sesuatu


seperti ini saja, cepat. Secepat kekuatan cahaya.
Whooosh.

Usut punya usut, ternyata 10% lulusan tadi memilih


perguruan tinggi swasta dalam negeri maupun luar
negeri. Luar biasa, kan? Tidak sedikit para lulusan dari
berbagai angkatan yang melanjutkan pendidikannya ke
luar negeri seperti Singapura, Inggris, Perancis, Jepang,
Amerika Serikat, Jerman, dan Malaysia.

Hal menarik lainnya dari SMAN 1 Surakarta adalah


KASMAJI dan PASPILO. Siapakah mereka? Ya, mereka
adalah keluarga alumni SMAN 1 Surakarta. KASMAJI
merupakan kepanjangan dari keluarga alumni SMA siji
sedangkan PASPILO adalah alumni lulusan STAN dari
SMAN 1 Surakarta. Ikatan alumninya sangat kuat dan
solid. Para alumni yang sudah menjadi dokter dan
pengusaha tak jarang melakukan penyuluhan kesehatan
di sekolah ini. Menariknya lagi, ada juga yang
memberikan beasiswa kepada adik tingkatnya yang
kurang mampu secara finansial namun berprestasi.

70
—ooo—

Sistem pendidikan sudah, penilaiannya sudah, alumni


juga malah sudah. Lalu, peserta didiknya berasal dari
mana? Apakah masih perlu dijabarkan?

“Iya, lah. Kau kira sekolah hantu, ini? Tiba-tiba


berprestasi, tiba-tiba dikenal seluruh pelosok negeri, tapi
tidak diketahui asal-usul yang menghuni.”

Jadi, begini. Untuk saat ini, SMAN 1 Surakarta menerima


peserta didik baru melalui jalur yang bisa dikatakan sama
dengan sekolah negeri pada umumnya di kawasan Solo
Raya. Melalui rayonisasi, peserta didik yang diterima
adalah 10% berasal dari kawasan setempat, tidak peduli
berapapun nilai mereka. Ingat, mereka tetap saja harus
lulus sekolah menengah pertama. Lanjut, ada zonasi.
Melalui zonasi, sebanyak 20% peserta didik yang berasal
dari keluarga kurang mampu dan kurang beruntung
akan diterima di sini. Rata-rata nilai minimal yang
ditetapkan adalah 6! Sedangkan sisanya, diambil melalui
PPDB regular sesuai dengan nilai akhir ujian nasional
peserta didik yang tentunya akan berasal dari bibit-bibit
berprestasi. Mereka tidak hanya memiliki NEM yang
tinggi, namun hasil tes mereka tentu saja di atas standar
kualifikasi. Menakjubkan!

Peserta didik yang telah diterima tersebut akan


diperlakukan sama rata, meskipun mereka memiliki latar
belakang yang tentu saja berbeda. Peserta didik
dibebankan uang sekolah sebesar seratus ribu rupiah tiap

71
bulannya, tanpa pungutan lain mengingat sekolah negeri
mendapatkan sumbangan dana dari APBN.

Peserta didik berhak mengikuti berbagai macam


ekstrakurikuler yang tersedia. Ada 25 macam, yang
secara umum memang sama dengan ekstrakurikuler di
sekolah negeri lainnya. Selain ekstrakurikuller, peserta
didik juga berhak mengikuti kegiatan yang telah
dirancang dan dipersiapkan dibawah OSIS seperti
fieldtrip, study tour, dan study banding lain yang
manajemen keuangannya sudah ditetapkan sendiri.

Ada berbagai macam karakter peserta didik yang


diterima. Itulah hal tersulit yang dihadapi suatu sekolah.
Bagaimana cara mengontrol dan mengolah sesuatu yang
beragam menjadi harmoni indah bukan sesuatu yang
mudah. Peraturan atau tata tertib, biasanya menjadi
sumbu pegangan agar memudahkan pengontrolan
perbedaan karakter peserta didik. Namun tetap, dimana
ada peraturan di sana ada pelanggaran!

Tidak banyak permasalah dan pelanggaran yang


ditemukan di SMAN 1 Surakarta. Yang masih sering
terjadi adalah keterlambatan. Semua peserta didik wajib
datang di sekolah 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
Pintu masuk sebelah timur (pintu parkir) ditutup pukul
07.00 tepat, dibuka kembali pukul 08.00, dan ditutup
kembali pukul 08.30. Peserta didik yang datang terlambat
harus melapor pada petugas ketertiban siswa. Mereka
meminta surat izin ke piket ketertiban untuk mengikuti
pelajaran dengan konsekuensi tidak boleh mengikuti jam

72
pelajaran pertama. Akhirnya? Peserta didik tersebut
belajar di perpustakaan.

Masalah yang terberat yang pernah ditemukanpun


adalah peserta didik yang merokok. Berdasarkan jenis
pelanggaran dan sanksi pelanggaran yang
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Kelompok A untuk
pelanggaran dan sanksi berat, kelompok B untuk jenis
sedang dan kelompok C untuk jenis ringan), peserta didik
yang merokok tersebut masuk ke kelompok A. Namun,
penindakannya, peserta didik tidak begitu saja
dikeluarkan. Masih ada beberapa prosedur untuk
menindak pelanggaran kelompok A ini.

—ooo—

Kawan, pernahkah kalian mendengar jargon Good


School, Good Principal? Tentunya setelah membaca frasa
tersebut kalian tahu bahwa sekolah yang bagus pastinya
dipimpin oleh kepala sekolah yang bagus pula. Pun, perlu
diingat bahwa peran tenaga pendidik dan kependidikan
yang bagus juga akan menunjang terwujudnya sekolah
unggulan.

Berdasar data yang kami peroleh, kepala sekolah SMAN


1 Surakarta yaitu Ibu Dra. Harminingsih, M.Pd sangat
mendukung pengembangan keprofesian berkelanjutan
terutama untuk para bapak/ibu guru. Selain bersekolah
lanjut, ada juga program yang dinamakan IHT (In House
Training). Program ini diadakan setiap bulan dengan

73
berbagai tema yang meningkatkan soft skill dan hard skill
tenaga pendidik SMA N 1 Surakarta.

Tentunya, program peningkatan kompetensi guru secara


tidak langsung akan meningkatkan kompetensi dan
kualitas pembelajaran sehingga terbentuk siswa-siswi
unggulan. Bapak/ibu guru di SMAN 1 Surakarta juga
sudah banyak yang mengantongi ijazah S2 dan sebagian
besar S1 dengan segudang prestasi yang sudah diraih di
tingkat kota maupun nasional.

Tiada Hari Tanpa Prestasi, itulah motto dari SMAN 1


Surakarta yang selalu menorehkan prestasi di berbagai
bidang Sains, Teknologi, Seni, Agama, dan masih banyak
lagi. Ketika berkeliling di sekolah ini, banyak piala yang
kami temukan berjejer di rak kaca mulai dari tingkat kota
sampai nasional/internasional. Tidak hanya peserta
didiknya yang berprestasi, bapak/ibu gurunya juga
berprestasi. Dengan beragam prestasi tersebut, sudah
tidak diragukan lagi bahwa sekolah ini layak disebut yang
pertama, yang terbaik.

74
2. Antara Kerkoff dan Miri

“Eh, Warung Miri itu yang sebelah mana?”


“Yang deket Stasiun Jebres itu mungkin.”
“Bukan, itu Kerkoff. Warung Miri yang deket Pasar
Gedhe.”
“Jangan sampai salah gedung sekolah lho ya.”
“Oh iya, siap. Sampai ketemu nanti.”
—ooo—

Itulah obrolan dalam sebuah grup WhatsApp di suatu


pagi yang syahdu karena mendung dan kabutnya Solo
tercinta.

Kami, para pengabdi, siap untuk melanjutkan perjalanan


dan mencari bagian-bagian lain dari sebuah kitab suci.
Untuk itu, diutuslah kami untuk mengunjungi salah satu
sekolah negeri kebanggaan kota Solo yang kebetulan
memiliki dua gedung sekolah. Letak gedungnya? Jangan
ditanya. Sudah jelas berbeda. Sebuah dilema yang
terkadang masih sering membingungkan siapa saja yang
hendak berkunjung kemari.

75
Sekolah yang kami kunjungi kali ini adalah SMA Negeri 3
Surakarta atau lebih dikenal dengan SMAGA. Sekolah
dengan jargon Widya Karma Jaya yang berarti Cerdas,
Tangguh dan Sukses ini memiliki sejarah panjang dan
mengalir darah perjuangan mempertahankan NKRI
dalam nadinya.

—ooo—

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” celetuk seorang


proklamator pada masa perjuangan kemerdekaan.

Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri


3 Surakarta yang dahulu bernama Sekolah Menengah
Tingkat Atas (SMTA) Negeri 3 Surakarta diawali dengan
Sekolah Menengah Tinggi (SMT) yang berlokasi di
Manahan.

Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya tanggal 3


November 1943, diresmikanlah Sekolah Lanjutan Atas
dengan nama Sekolah Tinggi Negeri yang disingkat SMT
Negeri Surakarta. Setahun kemudian, tepatnya November
1946, sekolah ditutup karena peserta didiknya ikut
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sekolah
dibuka kembali pada tahun 1946.

Juli 1947 terjadi Agresi Militer Belanda I, sehingga untuk


kedua kalinya sekolah ditutup karena peserta didiknya
lagi-lagi ikut berjuang. Sekolah dibuka kembali 1
September 1947 menggunakan gedung SMP 2 yang
berlokasi di Mangkunegaran, Surakarta, karena gedung
Manahan digunakan oleh Angkatan Laut RI.

76
Pada bulan Juni 1948, sekolah ditutup kembali karena
adanya Agresi Militer Belanda II. Kemudian terdapat
perintah dari Menteri Pendidikan untuk membuka kembali
sekolah dengan nama SMA A/B. Pada tanggal 15
Desember 1949 diresmikan pembukaan SMA Negeri A/B
Margoyudan yang terdiri dari SMA Negeri A/B I yang
masuk pagi dan SMA Negeri A/B II yang masuk siang
(untuk para pejuang).

17 Agustus 1951, dibuka SMA N A/B bagian malam,


dengan nama SMA N A/B I. Jadi ada tiga nama SMA N 3
Surakarta A/B. Pada tanggal 1 Agustus 1956 SMA Negeri
A/B I bagian malam namanya diubah menjadi SMA N A/B
III. Pada tanggal 1 Agustus 1958 ketiga SMA N A/B
diubah namanya menjadi: SMA Negeri IB (Ilmu Pasti
Alam); SMA Negeri IIA (Sastra) dan SMA Negeri IIIB (Ilmu
Pasti Alam).

SMA Negeri IIIB inilah yang sekarang dikenal dengan


nama SMA Negeri 3 Surakarta. Oleh karena itu, tanggal
1 Agustus 1958 diresmikan sebagai tanggal lahir SMA
Negeri 3 Surakarta. Pada tanggal 30 Januari 1967 SMA
Negeri 3 Surakarta pindah dari Margoyudan 56 Solo ke
Jl. Warung Miri 90 (sekarang R.E. Martadinata 143)
menempati bekas SD Sintjing yang saat ini disebut
gedung sekolah atau kampus Warung Miri (Wamir).

Kemudian seiring dengan berkembangnya sekolah dan


tidak memungkinkannya untuk diperluas bangunan fisik
kampus Wamir, maka pada tahun 1975, SMAN 3
Surakarta juga membangun gedung sekolah di Jl. Prof.

77
W.Z. Yohanes 58 Surakarta yang merupakan lahan bekas
makam bernama Kerkoff sehingga disebut kampus
Kerkoff.

—ooo—

Pukul 10.00 WIB kami sudah siap stand by di SMAN 3


Surakarta kampus Wamir. Kami disambut dengan sangat
baik oleh pihak SMAN 3 Surakarta. Dalam sambutannya,
Dr. H. Makmur Sugeng, M.Pd selaku kepala sekolah
mengungkapkan program andalan dan prestasi besar
yang telah diraih SMAN 3 Surakarta. Program-program
sekolah dinamai dengan unik seperti KLA Project, Sapu
Jagad serta Bidik Kampus. Memang masih sangat asing
di telinga kami, namun nampak sangat menarik. Apalagi
saat disebutkan seluruh prestasi yang telah diraih,
menjadikan kami semakin lapar dan haus akan setiap
ilmu yang dapat digali dari sekolah ini.

Setelah seluruh prosesi selesai, petualangan kami pun


dimulai.

—ooo—

Dari sisi akademik dan kurikulum, SMA N 3 Surakarta


menjadi sekolah pertama yang menerapkan Sistem Kredit
Semester alias SKS yang sedang viral dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Dengan SKS, SMAN 3 Surakarta
memiliki 2 kelas IPA berisi siswa Cerdas Istimewa Bakat
Istimewa (CIBI) yang selesai hanya dalam 4 semester, dan
kelas regular lain yang akan selesai dalam 6 semester.

78
Walaupun terlihat berat, dua kelas istimewa tersebut
ternyata memiliki jadwal dan jumlah jam pelajaran yang
sama dengan kelas regular. Peserta didik masuk dari hari
Senin hingga Jumat (full day school) mulai dari pukul
06.45 sampai 15.10. Hampir sepuluh jam belajar setiap
hari! Namun begitu, terjadi percepatan dan pemadatan
materi yang luar biasa. Untung saja anaknya cerdas
istimewa, jadi tidak ada masalah.

Selain SKS, sekolah menyelenggarakan program KLA


Project yang merupakan kepanjangan Konsultasi Layanan
Akademik. Dengan program ini, peserta didik diberikan
keleluasaan untuk mempelajari apapun dengan
bertanya, tidak hanya kepada guru yang mengampu
pelajaran di kelasnya, namun juga semua guru di SMA N
3 Surakarta. Jadi kebayang kan, peserta didik akan
semakin luas wawasannya. Mereka mendapat jawaban
tidak hanya dari satu sudut pandang. Luar biasa!

Ada lagi, program yang dinamakan Sapu Jagad. Jika


ditelaah, istilah Sapu Jagad dalam bahasa jawa berarti
membersihkan (sesuatu) sampai bersih, atau dalam istilah
perkeretaapian ditemukan kereta Sapu Jagad yang
merupakan kereta tambahan untuk mengangkut
penumpang yang tersisa sampai semua habis terangkut.

“Jadi maksudnya gimana? Program ini akan menyapu


habis peserta didik di sekolah ini?”

Oh, tentu bukan begitu. Program ini dikhususkan bagi


peserta didik yang mengalami kesulitan belajar agar bisa

79
tuntas seperti siswa lainnya. Program ini dilakukan di luar
jam sekolah. So sweet kali lah memang sekolah ini.
Memperhatikan seluruh lapisan masyarakat, eh peserta
didik maksudnya!

Untuk peserta didik tahun terakhir yang akan masuk ke


jenjang Universitas, sekolah menyediakan program Bidik
Kampus untuk mempersiapkan SBMPTN dan SM di
perguruan tinggi. Cita-cita SMA N 3 Surakarta adalah
agar semua alumninya mendapatkan perguruan tinggi
terbaik yang diwujudkan melalui program ini. Setelah
melalui USBN dan UNBK, peserta didik yang belum
diterima jalur SNMPTN akan masuk secara otomatis
menjadi bagian dari program Bidik Kampus ini.

Bosan belajar terus? Tenang, sekolah dengan 2 gedung


yang fenomenal ini juga memiliki sebuah program yang
tidak melulu membahas perihal akademik. Dilaksanakan
rutin dan bergantian setiap hari Jumat, SMA N 3
Surakarta mengadakan program hari Jumat Istimewa,
yaitu, Jumat Sehat, Jumat Bersih, Jumat Ibadah, Jumat
Literasi dan Jumat Seni yang dimulai pukul 06.00 sampai
07.00. Superb!

“Jelasinlah satu-satu program hari Jumat, tuh. Kepo, nih.”

Well, sesuai namanya, Jumat Sehat adalah aktivitas fisik


di antaranya adalah senam atau jalan sehat. Jumat Bersih
merupakan kerja bakti membersihkan lingkungan
sekolah bersama-sama. Jumat Ibadah diisi dengan
kegiatan keagamaan di pagi hari dan Jumat literasi

80
81
adalah kegiatan membaca dan menulis. Terakhir, Jumat
seni adalah kegiatan kesenian yang menyenangkan.
Seru, kan?

—ooo—

Setelah mengupas kurikulum dan program sekolah, mari


beranjak sejenak untuk mengintip manajemen sekolah
yang dilakukan di SMAN 3 Surakarta.

Secara umum, input peserta didik SMA Negeri 3 Surakarta


tidak jauh berbeda dengan Sekolah Menengah Atas
Negeri lain. Namun, salah satu keunggulan sekolah ini
adalah dinamika “proses” yang sangat konstruktif dan
komprehensif sehingga mampu meningkatkan
kemampuan dan prestasi dari peserta didik.

Dengan latar belakang di atas, maka peran guru atau


tenaga pendidik di dalam dinamika “proses” sangatlah
penting dan strategis. Guru menjadi garda terdepan
dalam mengeksplorasi dan mengarahkan potensi dan
kemampuan peserta didik untuk mencapai titik maksimal
mereka. Tidak hanya guru, tenaga kependidikan di dalam
dinamika “proses” juga menjadi faktor yang tidak kalah
penting. Mereka juga mengambil andil penting dalam
menunjang proses pembelajaran, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.

Guru di sekolah tidak hanya sebagai pendidik, tetapi


beberapa guru juga merupakan wali kelas yang notabene
menjelma sebagai orang tua dari siswa dalam satu kelas.
Selain itu, wali kelas merupakan tempat curhat dan

82
bersandar peserta didik saat mereka dihadapkan dengan
suatu masalah, yang tentunya berkenaan dengan proses
belajar mengajar. Selain bertindak sebagai wali kelas,
guru juga berperan sebagai pembina dalam kegiatan
ekstrakulikuler maupun olimpiade OSN.

Wah, lumayan berat ya tugas yang diampu oleh seorang


guru. Bukan main, memang! Pantaslah jikalau mereka
disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Selaku
pahlawan pendidikan, guru dituntut pula untuk selalu
berkembang, dan SMA N 3 Surakarta telah
mempersiapkan program untuk pembinaan dan
pengembangan guru yang meliputi penugasan, kenaikan
pangkat, dan promosi.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru (terkait


program pengembangan keprofesian berkelanjutan)
kepala sekolah memberikan keleluasaan kepada guru
untuk melanjutkan studi, mengikuti program
workshop/bimtek yang diadakan oleh pemerintah
maupun non pemerintah dan pembinaan rutin oleh
Kepala Sekolah. Setiap awal tahun pembelajaran, juga
selalu diadakan semacam workshop/bimtek untuk
menyosialisasikan kurikulum dan pelatihan pembuatan
UKBM untuk program SKS (satuan kredit semester). *cool*

—ooo—

~ If you have a garden and a library, you have


everything you need. ~

Asing kah frasa tersebut? Mungkin iya, karena kami pun

83
mendapat ispirasi untuk mengikutsertakan frasa tersebut
setelah mengetikkan “Green School Quote” di mesin
pencarian andalan kita, Google. Namun, tidak begitu
halnya dengan SMA N 3 Surakarta, mereka mungkin
telah terinspirasi dengan frasa tersebut jauh sebelum
Google memuatnya. Mungkin.

Menjadi Sekolah Adiwiyata merupakan sebuah


kebanggan tersendiri. Tidak sembarangan, rancangan
penerapan adiwiyata sudah sangat matang di SMA N 3
Surakarta. Bukan sekedar hijau dan banyak pohon atau
rerumputan, semua memang telah diolah selayaknya,
sebagai bentuk mencintai bumi yang telah lama
ditelantarkan.

Sekolah adiwiyata atau yang lebih sering dikenal dengan


istilah green school adalah sebuah konsep dimana pihak
sekolah mengajak seluruh warga sekolah untuk bergaya
hidup peduli lingkungan. Tujuannya? Tentu saja untuk
menyelamatkan dunia agar kelak anak cucu kita masih
bisa menikmati apa yang kita nikmati sekarang.

Seluruh peserta didik SMA N 3 Surakarta bertanggung


jawab atas kebersihan kelas mereka. Sampah dipisahkan
dalam wadah yang telah tersedia. Khusus sampah botol
air dan kertas, akan selanjutnya ditimbang dan dikelola
di ruang bank sampah. Setelah tiga bulan, hasil
pengumpulan sampah botol plastik dan kertas ini akan
dijual. Pendapatan hasil penjualan tersebut akan menjadi
uang simpanan kelas masing-masing. Selain ditimbang
dan dijual, pengelolaan dan daur ulang kertas juga

84
diterapkan dalam event tertentu. Semisal untuk
diperlombakan, setiap kelas diwajibkan menghasilkan
karya burung garuda yang akan dipajang di kelas
masing-masing. Pun halnya dengan menghias kelas,
sebisa mungkin mereka memanfaatkan limbah kertas
dan plastic yang terkumpul di bank sampah. Keren dan
meningkatkan kreativitas!

Untuk sampah basah, ada juga program pengolahan


pupuk kompos dan pupuk cair yang dibimbing oleh guru
biologi. Pupuk tersebut digunakan untuk merawat
tanaman di sekolah, baik itu tanaman hias, tanaman
pangan (sayuran dan buah) serta tanaman obat. Pupuk
tersebut merupakan produk inovasi, yang juga masuk
dalam KIR.

Selain pupuk, SMA Negeri 3 Surakarta juga telah


melahirkan beberapa produk inovasi seperti sabun
GETPOPI dan kapsul Afrika. Sabun GETPOPI adalah
sabun dari getah pohon pisang yang diletakkan disetiap
kamar mandi dan sudut cuci tangan. Siswa dibimbing
guru semaksimal mungkin memanfaatkan apa yang ada
di lingkungan sekolah dengan tambahan bahan-bahan
di laboratorium mereka untuk menghasilkan karya
inovatif. Sedangkan kapsul Afrika adalah kapsul dari
daun Afrika yang dapat mengobati beberapa penyakit
seperti pusing, mual, dan masuk angin. Jika ada
tambahan bahan dan biaya, hasil karya siswa dan guru
tersebut dapat juga dijual dan dipamerkan, tentunya
setelah melalui uji lab.

85
86
Pengelolahan limbah tidak berhenti sebatas
pengelolahan limbah organic dan non-organik saja.
Pengelolahan limbah air sangat diperhatikan pula di
sekolah ini, terutama air wudhu. Pengolahan limbah air
(water cycle) difokuskan dalam pemanfaatan air bekas
wudhu untuk dialirkan ke kolam ikan yang ada di dalam
bank sampah. Air-air tersebut dialirkan melalui pipa-pipa
khusus yang menghubungkan buangan air wudhu
dengan kolam ikan dan beberapa tanaman yang berada
di taman, tepat di samping mushola.

—ooo—

Masih ada hal yang menarik dari SMA N 3 Surakarta.

“Apa lagi sih, apa? Yang tadi tuh sudah luar biasa.”

Ya, sudah luar biasa. Namun tetap saja, luar biasa belum
cukup untuk menjadikan sebuah sekolah menarik dan
menjadi yang utama. SMA N 3 Surakarta tidak akan
berdiri sekokoh dan sesolid ini tanpa dukungan dari para
alumni. Saat ini, alumni sekolah telah melanglang buana
menempati posisi-posisi strategis mulai lingkup lokal
sampai nasional. Tercatat, nama-nama seperti Iriana
Jokowi (Ibu Negara), Perry Warjiyo (Gubernur BI), Didik
Mardiyono (Direktur LPS), dan masih banyak lagi.
Applause dulu, dong!

Berkat pengelolaan alumni yang baik, pada tahun 2018,


SMA N 3 Surakarta berhasil membeli sebuah bus sekolah

87
menggunakan iuran alumninya. Selain itu, para alumni
juga selalu siap memberikan motivasi dan dukungan bagi
para peserta didik selaku juniornya. Kekuatan jaringan
alumni memang sangat menentukan perkembangan
sekolah, ya?

88
Tentang Penulis

Terlahir di berbagai kota yang tersebar di seluruh pelosok


Indonesia, penulis hanyalah hamba Tuhan yang ingin
mendedikasikan seluruh asa untuk SMA Pradita
Dirgantara.

Mencintai, dicintai, terus belajar, dan saling mengerti


adalah hal biasa yang menjadi prinsip kami. Merasa
lelah, merasa ingin marah, merasa merindu serta merasa
gundah juga hal biasa yang memicu konflik batin kami.
Akan tetapi, semua itu menjadikan kami apa yang kalian
bayangkan selama ini.

Ya, bayangkan saja.


Bayangkan dan rasakan menggunakan seisi sanubari,
seperti apa sosok kami.
Kami hanya pengabdi
Kami tidak sakti
Kami bersama sejak Januari
Kami akan terus di sini

Salam dari lubuk hati,


Pengabdi SMA Pradita Dirgantara

89
Pernahkah kalian terbang? Belum, pasti.
Kecuali kalian naik pesawat. Atau naik
HERCULES, seperti kami. Menjelajah
sudut demi sudut dari barat ke timur lalu
COVER kembali ke barat dan pulang ke timur
lagi, adalah hal mengesankan dan
membuat kami belajar banyak hal, yang
tentu saja tak boleh disimpan sendiri.
Pelit namanya, jika itu sampai terjadi.

Belajar dari 6 Penjuru Mata Angin adalah


buku yang menceritakan pengalaman
hari-hari yang para penulis lewati selama
mencari kitab suci. Melalui beragam
sudut pandang, konflik dan dilema
kehidupan, pemaparan tulisan akan
sangat berdasarkan kenyataan, namun
tetap dengan sedikit polesan dan
sentuhan kasih sayang.
Tidak usah dibaca. Jangan, memang.
Tapi kalau iya, kalian akan tahu apakah
angin sanggup membawa kami
menemukan sebuah kitab suci.

90

Anda mungkin juga menyukai