Anda di halaman 1dari 4

Cost Driver Theme

Cost Driver pada akuntansi manajemen dipandang sebagai fungsi dari volume. Akan
tetapi, pada SCM cost driver merupakan sebuah model ekonomi mikro yang mendasar dan
sederhana. Secara struktural, cost driver berkaitan dengan pemilihan strategi yang secara
eksplisit dilakukan oleh perusahaan dan hal ini mengenai struktur dan skala ekonomi, lini
produk, ruang lingkup operasi. Selain itu, investasi teknologi juga termasuk dalam pemilihan
secara struktural mengenai cara bersaing dengan kompetitor. Terdapat pula pelaksanaan cost
driver yang dapat menjadi penentu utama pada biaya perusahaan dan juga sebagai eksekusi
dalam struktur ekonomi.

Dalam structural cost driver, skala tidak terlalu penting dalam konteks ini dan skala yang
dihasilkan tidak terlalu efisien. Satu satunya elemen biaya yang memiliki beberapa efek yaitu
terdapatnya satu atau dua peralatan yang memadai. Skala vertical juga tdak memiliki nilai
ekonomi pada konteks ini. Karena terdapat upah pekerja dan praktik kerja pada perusahaan
dengan hutan yang sangat besar yang ternyata telah dihindari oleh penebang swasta, hal ini
tentunya mengakibatkan diseconomies. Tingginya perpupataran tenaga kerja bukan merupakan
sebuah faktor yang secara signifikan mengakibatkan timbulnya kerugian. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan waktu 12 bulan dan dengan kecerdasan serta ketekunan rata – rata.

Yang kedua adalah lini produk dimana hal ini bukan merupakan salah satu cost driver
yang penting karena terdapatnya jenis tumbuhan yang tercampur dan ukuran hutan yang sangat
sempit di wilayah ini. Daerah tersebut terakhir kali ditebang pada tahun 1950an. Terdapatnya
lahan yang dipanen sekali atau dua kali dalam tujuh puluh lima tahun terakhir tentunya
meningkatkan homogenitas hutan.

Seperti yang telah dijelaskan pada exhibit 14-3, pemilihan teknologi merupakan cost
driver yang sangat kritis pada studi kasus ini. Teknologi merupakan satu satunya faktor yang
paling penting diantara keseluruhan structural cost driver. Langkah selanjutnya adalah
mempertimbangkan bahwa pelaksanaannya nanti akan mengimbangi atau justru memperkuat
dampak pada penggunaan teknologi.

Tata letak produksi dalam hal ini memiliki posisi yang netral dimana dapat dikatakan
adanya kedekatan lokasi antara pabrik dan pepohonan merupakan hal yang penting tetapi bukan
merupakan variable yang terdapat pada konteks saat ini. Selain itu, terdapat pula pengembangan
bibit yang harus ditingkatkan juga merupakan sebuah faktor penting dan tentunya bukan
merupakan variabel yang dibahas pada konteks ini. Terdapat faktor pula berupa kapasitas
pemakaian merupakan sebuah skala operasi yang kecil untuk penebang yang mengharuskan
mereka untuk tetap sibuk sepanjang waktu. Kelebihan dalam memasok juga bukan masala besar
disini yang umumnya digunakan untuk membuat sebuk kertas di Y-O.

Partisipasi, peningkatan filosofi secara terus menerus, dan kualitas manajemen sangat
penting dalam konteks ini selama mereka bisa memperkuat faktor teknologinya. Teknologi H/F
terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan komitmen kerja yang tinggi daripada apabila
dengan menggunakan metode “tebang habis”.

Pertimbangan ini membawa kita pada masalah keterkaitan yang memiliki kepentingan
yang sama dengan faktor teknologi. Kecuali penebang dapat melihat dan menilai keuntungan
dari value chain yang diciptakan dari pemilihan penggunaan teknologi yang tinggi, maka hanya
akan ada sedikit harapan untuk mencapai tujuan. Hubungan antara penebang dengan pemilik
lahan serta hubungan antara penebang dengan pabrik pengolahan sayangnya kurang
dieksploitasi. Kecuali Y-O memutuskan untuk melakukan penebangan sendiri, lalu menguragi
kebutuhan untuk menjalin kerjasama dengan penebang lain sebagai bisnis yang berdiri secara
independen, dan melakukan bagi hasil untuk meningkatkan keterkaitan antara value chain yang
harus dikembangkan. Adanya diseconomies pada integrasi vertical menyebabkan Y-O enggan
untuk berpartisipasi dalam bisnis penebangan ini. Untuk membuat investasi pada teknologi ini
menarik untuk penebang, mereka harus berbagi untuk mengatasi masalah dan berbagai manfaat
potensial di depan.

Dilemma yang cukup menarik adalah berapa banyak bagi hasil yang harus diperlukan
agar penebang tertarik dan beralih. Dengan adanya pertanyaan ini, tentunya akan memerlukan
bagi hasil yang lebih banyak yang dapat dilihat dalam faktor keuangan.

Pemilihan Teknologi dalam Sudut Pandang SCM

Pada kasus ini, Yakima Olympia menghadapi masalah yang signifikan pada tahap rantai
pasokan dalam operasi penebangan ini. Teknologi yang digunakan untuk penebangan ini
menyerap biaya yang cukup tinggi bagi perusahaan untuk mengejar strategi volume yang tinggi
dengan kayu yang bernilai rendah. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi perusahaan yang menerapkan
strategi diferensiasi produk dimana hal ini dapat mengakibatkan nilai dari produk kayu tersebut
memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Karena penebangan dilakukan oleh kontraktor, maka
tidak ada kesempatan bagi Y-O untuk memilih dan melakukan kontrol terhadap pemilihan
teknologi yang digunakan oleh penebang.

Analisis keuangan proyek pada metode konvensional tidak mengatakan bahwa perubahan
teknologi merupakan sebuah keputusan yang baik. Akan tetapi, manfaat dari teknologi itulah
yang akan digunakan untuk satu kesatuan pada rantai nilai yang tentu nantinya akan terdapat
risiko dan biaya yang diakibatkan. Diperlukan perspektif yang strategis untuk menggabungkan
antara kerangka kerja konseptual yang diusulkan oleh Porter dengan analisis keuangan secara
eksplisit.

Y-O telah mencoba meyakinkan para penebang untuk berpindah dari teknologi feller
menggunakan teknologi forwarder. Hasilnya adalah kegagalan dimana Y-O tidak berhasil
membujuk penebang untuk merubah teknologinya. Bahkan dengan menggunakan analisis faktor
– faktor yang tidak berwujud dan kenaikan subsidi untuk jaminan investasi juga tidak dapat
mendorong kontraktor untuk mengalihkan teknologinya.

Tidak terdapat kemajuan untuk pemilihan teknologi tersebut sampai akhirnya Y-O
dibujuk untuk mengadopsi kerangka SCM dalam memecahkan masalah tersebut. Pertama, dilihat
dari sudut pandang value chain yang mengungkapkan paradox tersebut, meskipun perubahan
yang dilakukan melibatkan kenaikan pengeluaran dalam segi finansial, salah satu tahap dimana
investasi yang telah dilakukan akan mendapatkan salah satu manfaat berdasarkan harga saat ini.
Kedua, sudut pandang dalam positioning strategic mengungkapkan bahwa meskipun perubahan
teknologi tidak akan memaksakan atau menarik semua postur strategi dibawahnya, hal ini akan
menarik strategi positioning yang telah dilakukan Y-O untuk 10 atau 15 tahun ke depan. Ketiga,
dari sudut pandang cost driver mengungkapkan bahwa pemilihan teknologi adalah sebuah kunci
dari structural cost yang justru semakin diperkuat oleh eksekusi faktor biaya. Setiap bagian dari
tiga komponen SCM diatas dibutuhkan untuk menetapkan dasar dalam membangun investasi
baru.
Y-O dapat melakukan perubahan secara sukarela untuk penebangan H/F yang dilakukan
para kontraktor ini masih belum jelas. Tentu saja perlu cara yang secara eksplisit
mempertimbangkan mekanisme pembagian keuntungan pada hubungan pelanggan untuk
mengoptimalkan sistem penebangan Y-O. Jika para penebang memutuskan bersedia atas isentif
yang ditawarkan Y-O untuk memotivasi dilakukannya perubahan, Y-O mungkin terpaksa harus
memertimbangkan keputusannya kembali untuk tdak memasukkan tahap penebangan pada rantai
vertical.

Kesimpulan

Kasus ini merupakan contoh yang bagus untuk mengetahui bagaimana strategic cost
management memberikan cara yang berguna untuk menerapkan analisis biaya pada investasi
teknologi. Satu langkah penting dalam melakukan perubahan teknologi yang efektif adalah
melakukan analisis terlebih dahulu. Kami percaya bahwa strategic cost management adalah
sebuah cara yang berguna untuk menyusun analisis peluang tersebut dan dengan demikian
merupakan komponen penting dari manajemen teknologi.

Anda mungkin juga menyukai