Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah yang maha kuasa karena
berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Rancangan
Percobaan yang di berikan kepada dosen kami Pak Fauzan Akbar,S.Pd,M.Pd.
selaku pengajar mata kuliah Rancangan Percobaan. kami akan menyajikan
makalah kami yang berjudul “Klasifikasi Rancangan Percobaan” secara sederhana
agar dapat mudah di pahami. Di karenakan waktu yang sangat singkat dan
pengetahuan kami tentang materi ini sangat sedikit sehingga kami tidak dapat
menyajikan makalah ini dengan secara sangat lengkap akan tetapi kami
menyajikan makalah ini dengan maksimal.
Sekian kata pengantar dari kami apabila ada kata yang salah kami mohon
maaf. Sekali lagi kami mengatakan kami sangat berharap saran dan kritik agar
kami dapat menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................
D. Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui klasifikasi rancangan percobaan.
D. MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini yaitu mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami klasifikasi rancangan percobaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Rancangan Perlakuan
B A
1 2 3 4 5 6
1 x x x x x x
2 x x x x x x
3 x x x x x x
1 2 3 4 5 6
B B B B B B
1 2
A A
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
B B B B B B B B B B B B
123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Perlakuan B bersarang (nested) dalam Perlakuan A jika level yang berbeda dari
perlakuan B muncul datu kali dalam salah satu level Perlakuan A, sebagai contoh:
1 2 3 4
B B B B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
x x x x x x x x x x x x
Perlakuan B yang terdiri dari 12 level, tersarang dalam 4 level Perlakuan A. Pada
struktur tersarang ini bisa saja rancangannya tidak seimbang, misalnya pada level
3 perlakuan A hanya mempunyai 2 level B, sedangkan yang lainnya mempunyai 3
level B.
A
1 2 3 4
B B B B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x x x x x x x x x x x
3. Rancangan Respons.
Rancangan Percobaan yang baik adalah yang efektif, terkelola dan efesien
serta dapat dipantau, dikendalikan dan dievaluasi. Pengertian efektif adalah
berkaitan dengan kemampuan mencapai tujuan, sasaran dan kegunaan yang
direncanakan atau digariskan. Terkelola adalah berkenaan dengan kenyataan
adanya berbagai keterbatasan atau kendala yang terdapat dalam pelaksanaan
percobaan maupun dalam menganalisis data. Sedangkan efesien adalah
bersangkut-paut dengan pengrasionalan dalam penggunaan sumber daya, dana dan
waktu dalam memperoleh keterangan dari percobaan.
c. Faktor yang tidak dapat diidentifikasi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan
pengulangan.
1. Model Tetap.
Pejantan sapi Bali dikatakan model tetap, jika tiap-tiap pejantan dapat
diidentifikasi mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti
sebelum penelitian dilakukan. Misalnya pejantan pertama umur 2 tahun,
pejantan kedua umur 2,5 tahun,pejantan ketiga umur 3 tahun dan pejantan
keempat umur 3,5 tahun. Bisa juga diidentifikasi berdasarkan bobot tubuhnya
pada umur yang sama, misalkan bobotnya masing-masing 250, 300, 350, dan
400 kg. jadi tiap-tiap pejantan dapat mewakili himpunan populasi yang
dihipotesiskan atau dibayangkan oleh peneliti.
Sebaliknya pejantan sapi Bali dikatakan model acak, jika peneliti tidak
menetapkan ciri-ciri tertentu dari pejantan yang digunakan sebelum penelitian
dilakukan. Peneliti menambil 4 ekor pejantan secara acak dari suatu populasi
sapi jantan. Jadi, tiap pejantan tidak dapat mewakili suatu populasi hipotetik,
melainkan mewakili populasi sapi jantan. Dalam penelitian ini peneliti ingin
menguji apakah ada variasi dari pejantan dalam memberikan berat lahir anak
sapi dari induk yang dikawininya. Kesimpulan ditunjukkan kepada populasi
pejantan, bukan himpunan dari sapi jantan dengan ciri tertentu.
2. Model Acak.
Seperti teladan pada model tetap suatu faktor termasuk dalam model acak,
jika peneliti mengambil t taraf dari suatu factor (t Dalam pengertian statistika ,
suatu faktor model acak dicirikan sebagai berikut. Misalkan Ai (I,1, 2, 3,
……..,t) melambangkan pengaruh acak taraf ke-I faktor A, rataan sebenarnya
Ai=E(Ai)=0, untuk semua I, karena Ai dianggap sebagai peubah acak.
Pengulangan untuk memperoleh t taraf faktor A mengandung unsur
ketakpastian. Keragaman timbul bukan karena keragaman nilai-nilai Ai, tetapi
juga oleh keragaman contoh-contoh berukuran t berdasarkan penarikan
dengan pemilihan. Dalam pengujian hipotesis model acak ditunjukkan kepada
variasi antar taraf yang diteliti, bukan perbedaan anta taraf yang diteliti,
dengan kata lain uji-uji lanjutan antar taraf ke-I tidak diperlukan lagi.
Dalam percobaan yang melibatkan lebih dari satu factor, baik klasifikasi
silang, tersaranr maupun berjanjang yang salah satu faktornya factor tetap dan
faktor yang lain faktor acak disebut model campuran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Bandung .
https://ahlicara.blogspot.com
https://www.smartstat.info.