Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RANCANGAN PERCOBAAN

“KLASIFIKASI RANCANGAN PERCOBAAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


 RAHMIYANA
 RIKA
 HAERUNISA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah yang maha kuasa karena
berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Rancangan
Percobaan yang di berikan kepada  dosen kami Pak Fauzan Akbar,S.Pd,M.Pd.
selaku pengajar mata kuliah Rancangan Percobaan. kami akan menyajikan
makalah kami yang berjudul “Klasifikasi Rancangan Percobaan” secara sederhana
agar dapat mudah di pahami. Di karenakan waktu yang sangat singkat dan
pengetahuan kami tentang materi ini sangat sedikit sehingga kami tidak dapat
menyajikan makalah ini dengan secara sangat lengkap akan tetapi kami
menyajikan makalah ini dengan maksimal.

kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan makalah


ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik
dan saran dari pak, teman-teman, dan siapapun yang membaca makalah ini,
sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan kami agar tetap terus
barusaha untuk lebih baik.

Sekian kata pengantar dari kami apabila ada kata yang salah kami mohon
maaf. Sekali lagi kami mengatakan kami sangat berharap saran dan kritik agar
kami dapat menjadi lebih baik lagi.

             

Bulukumba, 26 Juni 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................

C. Tujuan penulisan...................................................................................

D. Manfaat.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Klasifikasi rancangan percobaan..........................................................

B. Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu percobaan.......

C. Prinsi-prinsip dasar dalam perancangan percobaan..............................

D. Model tetap dan model acak................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................


A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perancangan percobaan adalah suatu rancangan yang dibuat untuk


mendapatkan informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan persoalan
yang sedang diselidiki, yang merupakan langkah-langkah lengkap sebelum
percobaan dilakukan sehingga akan membawa penelitian kepada analisis dan
kesimpulan yang objektif.

Perancangan percobaan atau rancangan percobaan (Design of Experiment)


adalah kajian mengenai penentuan kerangka dasar kegiatan pengumpulan
informasi terhadap objek yang memiliki variasi (stokastik), berdasarkan prinsip-
prinsip statistika. Bidang ini merupakan salah satu cabang penting dalam statistika
inferensial dan diajarkan di banyak cabang ilmu pengetahuan di perguruan tinggi
karena berkaitan erat dengan pelaksanaan percobaan (eksperimen).

Perancangan percobaan dapat dikatakan sebagai "jembatan" bagi peneliti


untuk bergerak dari hipotesis menuju pada eksperimen agar memberikan hasil
yang valid secara ilmiah. Dengan demikian, perancangan percobaan dapat
dikatakan sebagai salah satu instrumen dalam metode ilmiah.

Kajian perancangan percobaan adalah pelaksanaan percobaan


(eksperimen) terkendali. Dalam percobaan semacam ini, peneliti memberikan
sejumlah tindakan (dapat juga "pelabelan" sesuai dengan ciri-ciri objeknya,
diistilahkan sebagai perlakuan atau treatment) pada sejumlah objek yang memiliki
variasi pada derajat tertentu. Objek ini diistilahkan sebagai satuan percobaan atau
experimental unit, yang dapat berwujud hewan, tumbuhan, manusia, atau barang.
Apabila perlakuan yang sama dikenakan terhadap sejumlah objek, objek-objek ini
merupakan ulangan (replicate) dari perlakuan tadi. Pengamatan dilakukan
terhadap sejumlah karakteristik yang diminati sang peneliti terhadap objek-objek
tadi. Hipotesis statistis ditentukan ("hipotesis nol") untuk memaknai pengaruh
perlakuan-perlakuan yang diberikan terhadap hasil pengamatan (data) yang ada.

Beberapa pustaka menggunakan istilah experimental design bagi untuk


rancangan-rancangan yang dibuat untuk kegiatan pengumpulan informasi tidak
terkendali, seperti survei, jajak pendapat (polling), penelitian pengamatan (natural
experiment), dan quasi-experiment. Meskipun hal ini memiliki dasar statistika,
kajian klasik perancangan percobaan tidak mencakup tipe-tipe penelitian
semacam itu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana klasifikasi rancangan percobaan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui klasifikasi rancangan percobaan.

D. MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini yaitu mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami klasifikasi rancangan percobaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Rancangan Percobaan

Meskipun pemberian perlakuan telah ditentukan dan keadaan lingkungan


telah diatur dengan cermat, penelaahan mengenai respons ini tidak akan luput dari
gangguan keragaman alami yang khas dimiliki oleh setiap objek serta berbagai
pengaruh faktor luar yang memang tidak dapat dibuat persis sama bagi setiap
objek dalam percobaan. Dalam hal ini, statistika dapat membantu peneliti untuk
memisahkan dan mengusut apa saja yang menimbulkan keragaman respons yang
terjadi, berapa bagian yang di sebabkan oleh perlakuan, berapa bagian yang
disebabkan oleh lingkungan, dan berapa bagian yang ditimbulkan oleh berbagai
pengaruh yang tidak dapat diusut dengan jelas.

1. Rancangan-rancangan percobaan disusun berdasarkan :

 Intensitas/tingkat heterogenitas dan jumlah faktor yang menyebabkan


keragaman kondisi pada lingkungan terhadap tempat percobaan
dilaksanakan (galat). Rancangan-rancangan hasilnya disebut rancangan
lingkungan (Ecologic Designs).

 Jumlah faktor dan metode pelaksanaan/penerapan perlakuan-perlakuan


pada unit-unit percobaan. Rancangan-rancangan hasilnya inilah yang
disebut sebagai rancangan perlakuan (treatmental designs).

2. Penamaan suatu rancangan percobaan didasarkan pada :

 Motode penepatan perlakuan-perlakuan secara acak atau rambang


(random) pada unit-unit percobaan.

 Rancangan-rancangan yang diberi nama berdasarkan metode


pelaksanaan atau penerapan perlakuan-perlakuan pada satuan-satuan
percobaannya, sehingga disebut rancangan perlakuan.
3. Atas dasar jumlah faktor yang diteliti, rancangan percobaan dapat
dipilihkan menjadi :

 Rancangan non faktorial, jika yang diteliti hanya 1 faktor penelitian.


Rancangan ini meliputi rancangan acak lengkap (RAL), rancangan
acak kelompok (RAK), rancangan acak kuadrat latin (RAKL).

 Rancangan faktorial, jika yang diteliti terdiri dari beberapa faktor


penelitian. Rancangan ini meliputi rancangan faktor tunggal yang
difaktorialkan dan yang dimodifikasikan.

4. Macam-macam Rancangan Percobaan

Berdasarkan jumlah gelat yang digunakan yang juga menunjukkan derajat


kepentingan faktor-faktor utama dan interaksi yang diteliti, rancangan
percobaan yang umum digunakan tersebut dapat dipilihkan menjadi:

 Rancangan bergalat tunggal, rancangan-rancangan faktorial ini


menunjukkan bahwa penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh-
pengaruh faktor utama dan interaksi dengan derajat ketelitian yang
sama.

 Rancangan bergalat ganda, merupakan rancangan yang digunakan


untuk percobaan yang mempunyai salah-satu faktor (B) dan interaksi
lebih penting dari faktor utama lainnya (A). Rancangan ini disebut
rancangan petak terbagi (RPB).

 Rancangan bergalat tripel, meliputi rancangan yang mirip dengan


RPB, hanya saja jumlah faktor yang diteliti ada tiga, sedangakan RPB
hanya dua. Rancangan ini disebut rancangan petak bagian ganda atau
split-split plot design. Rancangan lainnya adalah rancangan petak
teralur dan rancangan kelompok terbagi yang digunakan untuk
percobaan yang lebih menonjolkan pengaruh interaksi daripada
pengaruh faktor-faktor utamanya.
B. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu percobaan

a) Keadaan tertentu yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan respons


(Rancangan Perlakuan)

b) Keadaan lingkungan serta keragaman alami objek yang dapat


mengaburkan/mengacaukan penelaahan mengenai respons yang muncul
(Rancangan Percobaan/Lingkungan).

c) Respons yang diberikan oleh objek (dikenal dengan Rancangan Respons)

1. Rancangan Perlakuan

Perlakuan dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertentu yang diberikan


pada satuan percobaan dan berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan
tersebut dibentuk (Faktor tunggal, Faktorial, Split plot, Split blok).

Umumnya perlakuan dirancang dalam bentuk silang (crossed) atau


tersarang (nested). Perlakuan dirancang dalam struktur silang (crossed) atau
pola faktorial apabila setiap level dari salah satu perlakuan tampak pada setiap
level perlakuan lainnya. Misalnya: Jika Perlakuan A ada 6 level, dan
Perlakuan B ada 3 level, maka rancangan perlakuan silangnya sebagai berikut:

B A

1 2 3 4 5 6

1 x x x x x x

2 x x x x x x

3 x x x x x x

Atau dalam bentuk mendatar:

1 2 3 4 5 6
B B B B B B

123 123 123 123 123 123

xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Apabila Perlakuan A dan Perlakuan B juga crossed terhadap Perlakuan C (misal:


2 level):

1 2

A A

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

B B B B B B B B B B B B

123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123

xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Perlakuan B bersarang (nested) dalam Perlakuan A jika level yang berbeda dari
perlakuan B muncul datu kali dalam salah satu level Perlakuan A, sebagai contoh:

1 2 3 4

B B B B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

x x x x x x x x x x x x

Perlakuan B yang terdiri dari 12 level, tersarang dalam 4 level Perlakuan A. Pada
struktur tersarang ini bisa saja rancangannya tidak seimbang, misalnya pada level
3 perlakuan A hanya mempunyai 2 level B, sedangkan yang lainnya mempunyai 3
level B.
A

1 2 3 4

B B B B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

x x x x x x x x x x x

Pola tersarang tidak mempunyai interaksi!

1. Jenis perlakuan menurut sifatnya, ada 2, yaitu:

 kualitatif; misalnya jenis pupuk, varietas, cara pengolahan tanah, dll

 kuantitatif; misalnya dosis pupuk, volume pestisida, dll

2. Jenis Perlakuan menurut jumlahnya, ada 2, yaitu:

 Faktor tunggal; hanya satu faktor yang diteliti.

 aktorial; terdiri dari 2 atau lebih perlakuan.

2. Rancangan Lingkungan (Rancangan Percobaan)

Berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan


pada unit-unit percobaan (RAL, RAK, RBSL, Lattice)

Rancangan percobaan merupakan pengaturan pemberian perlakuan kepada


satuan-satuan percobaan dengan maksud agar keragaman respons yang
ditimbulkan oleh keadaan lingkungan dan keheterogenan bahan percobaan
yang digunakan dapat diwadahi dan disingkirkan.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam Rancangan Lingkungan, yaitu:

 Bahan Percobaan: dapat berupa organisme (hewan, tumbuhan,


manusia), benda atau substansi lainnya seperti pupuk, pestisida,
tanah.
 Satuan Percobaan. Satuan percobaan adalah satuan/obyek terkecil
(petakan, pot, polibag, hewan, tanaman) yang ditempatkan secara
acak pada perlakuan. Misalnya: (1) Tanaman yang tumbuh dalam
pot diberi perlakuan tiga tipe pemupukan yang diberikan pada
masing-masing pot. Respons yang diukur adalah bobot kering
tanaman. Satuan percobaan = pot; pemupukan yang diberikan pada
pot-pot percobaan dan bukan tanaman. (2) Peneliti ingin
mempelajari pengaruh berbagai jenis ransum terhadap
pertambahan bobot ikan. Ransum tersebut ditempatkan dalam tank
tempat ikan itu berada. Satuan percobaan = tank, bukan ikan.

 Satuan percobaan ada 2 macam, yaitu:

o tunggal; satu bahan percobaan dalam satu satuan


percobaan, misalnya dalam polybag.

o kelompok; satuan percobaan dalam petakan.

3. Rancangan Respons.

Perancangan respons berkaitan dengan pemilihan/penentuan sifat atau


karakteristik satuan percobaan yang akan digunakan untuk menilai atau
mengukur pengaruh perlakuan serta cara bagaimana cara penilaian atau
pengukurannya.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam Rancangan Respons :

a. Harus mencerminkan pengaruh yang dipelajari. Misalkan anda melakukan


percobaan tentang pengaruh pemberian pupuk kandang kotoran sapi
terhadap pertumbuhan jagung. Maka anda harus membuat rancangan
respons yang seperti apa yang bisa mencerminkan pengaruh pupuk
kandang tersebut terhadap pertumbuhan jagung. Misanya tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun, dsb.

b. Ada skala ukur


o Kualitatif: nominal dan ordinal (tidak bisa dianalisis ragam). Skala
ini bersifat subjektif serta pedoman pelaksanaan pengukurannnya
kebanyakan belum baku.

o Kuantitatif: interval/selang dan rasio/nisbah. Skala ini bersifat


objektif dan alat ukurnya sudah sering tersedia.

c. Ada satuan pengamatan, yaitu satuan terkecil yang dipergunakan dalam


pengukuran.

d. Ada satuan evaluasi, yaitu satuan terkecil sebagai pewakil satuan


percobaan yang dipergunakan dalam analisis data atau satuan evaluasi
adalah rata-rata dari satuan pengamatan

C. Prinsip-prinsip Dasar dalam Perancangan Percobaan

Rancangan Percobaan yang baik adalah yang efektif, terkelola dan efesien
serta dapat dipantau, dikendalikan dan dievaluasi. Pengertian efektif adalah
berkaitan dengan kemampuan mencapai tujuan, sasaran dan kegunaan yang
direncanakan atau digariskan. Terkelola adalah berkenaan dengan kenyataan
adanya berbagai keterbatasan atau kendala yang terdapat dalam pelaksanaan
percobaan maupun dalam menganalisis data. Sedangkan efesien adalah
bersangkut-paut dengan pengrasionalan dalam penggunaan sumber daya, dana dan
waktu dalam memperoleh keterangan dari percobaan.

Rancangan Percobaan dibuat berkenaan dengan teknik-teknik dalam


mengatasi dan mengendalikan keragaman/peubah-peubah yang mengganggu
pengaruh sebenarnya dari perlakuan atau faktor yang kita teliti atau tetapkan
disebut Rancangan Lingkungan (Enviromental Design).

Terdapat dua macam sumber keragaman dalam rancangan percobaan :


Faktor utama yaitu faktor-faktor yang akan diteliti dan sengaja diberikan. Di luar
faktor-faktor yang akan diteliti (faktor eksternal). Faktor-faktor ini diharapkan
pengaruhnya sekecil mungkin. Faktor-faktor ini terdiri dari :
a. Faktor yang dapat diidentifikasi dan diperkirakan pengaruhnya sebelum
percobaan. Misal dalam kasus ingin diketahuinya perbedaan kedua
varietas jagung di atas, jika ternyata kedua varietas tersebut memberikan
hasil yang berbeda, maka berbedaan hasil tersebut selain disebabkan oleh
perbedaan varietas mungkin juga disebabkan oleh perbedaan kesuburan
tanah. Untuk mengatasi hal ini biasanya dilakukan pengelompokan,
sehingga keragaman di antara kelompok dapat diukur dan dikeluarkan dari
galat percobaan.

b. Faktor yang dapat diidentifikasi tetapi pengaruhnya tidak dapat diduga.


Misalnya dalam kasus point di atas, Apabila lahan mempunyai arah
kesuburan secara bertahap dari kiri ke kanan sehingga hasil akan
berkurang dari kiri ke kanan, jika varietas A selalu ditanam di sebelah
kanan varietas B, maka dalam hal ini varietas B akan diuntungkan karena
secara relatif dia berada pada lahan yang lebih subur daripada varietas A.
Jadi dalam hal ini penampilan hasil varietas A dan B akan berbias dan
lebih menguntungkan B dan jika kita ingin membandingkan varietas A dan
B, berbedaan yang terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan
varietas akan tetapi juga disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah.
Untuk mengatasi hal ini dilakukan pengacakan.

c. Faktor yang tidak dapat diidentifikasi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan
pengulangan.

Berdasarkan uraian di atas untuk meminimumkan galat percobaan


(experimental error) guna meningkatkan ketelitian percobaan diperlukan adanya
Pengulangan (replication), pengacakan (randomization) dan Pengedalian
lingkungan setempat (Local control) yang merupakan asas pokok dalam
perancangan percobaan. Asas keortogonalan, pemuatan (confounding) dan
keefisienan merupakan asas tambahan.

a. Pengedalian lingkungan setempat (Local control), pengendalian kondisi-


kondisi lingkungan yang berpotensi mempengaruhi respon dari perlakuan.
Hal ini dapat dilakukan dengan perancangan percobaan, penggunaan
peubah pengiring dan memperbesar ukuran satuan percobaan.

Perancangan percobaan. Hal ini biasanya dilakukan untuk


mengatasi kondisi lingkungan satuan percobaan yang heterogen. Kondisi
tersebut diatasi dengan cara mengelompokkan satuan-satuan percoban dan
pada setiap kelompok yang berisi semua perlakuan sehingga keragaman di
dalam kelompok dibuat minimum dan keragaman antar kelompok dibuat
maksimum.

b. Penggunaan peubah pengiring. Hal ini dilakukan apabila terdapat


keragaman diantara satuan-satuan percobaan. Misalnya ingin diketahui
perbedaan pengaruh jenis pakan tertentu terhadap pertambahan bobot
ayam. Dalam hal ini sifat yang diukur adalah bobot ayam setelah diberi
pakan. Sebelum diberi pakan, ayam-ayam tersebut sudah memiliki bobot
yang berbeda, sehingga untuk meningkatkan tingkat ketelitian digunakan
peubah pengiring dalam hal ini adalah bobot ayam sebelum diberi pakan.
Analisis dengan menggunakan peubah ini dalam statistika dikenal dengan
analisis peragam (analysis of covariance).

c. Memperbesar satuan percobaan. Informasi yang diperoleh dari suatu


percobaan berbanding terbalik dengan galat percobaan, atau alt. Dengan
kata lain semakin kecil galat percobaan (alt) maka informasi yang
diperoleh (I) akan semakin besar atau semakin besar ukuran satuan
percobaan (n) maka galat percobaan semakin kecil dan informasi semakin
besar.

d. Pengacakan. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama


pada tiap satuan percobaan untuk dikenakan perlakuan Terkadang konsep
pengacakan ini dilakukan untuk menghilangkan bias. Pada contoh kasus
percobaan dua varietas jagung seperti yang dikemukakan di depan dengan
penempatan satuan percoban sebagai berikut :

Penempatan petak yang tidak acak tersebut tidak memberikan penduga


galat percobaan yang sah dan akan memberikan hasil yang berbias. Pada contoh
diatas, lahan mempunyai arah kesuburan secara bertahap dari kiri ke kanan
sehingga hasil akan berkurang dari kiri ke kanan. Jika varietas A selalu ditanam di
sebelah kiri varietas B, maka dalam hal ini varietas A akan diuntungkan karena
secara relatif perlakuan A berada pada lahan yang lebih subur dibandingkan
dengan varietas B. Jadi dalam hal ini penampilan hasil varietas A dan B akan
berbias dan lebih menguntungkan A dan jika kita ingin membandingkan varietas
A dan B, perbedaan yang terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan
varietas akan tetapi juga disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah. Untuk
menghindari hal tersebut petakan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak ada varietas yang diuntungkan atau dirugikan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menempatkan varietas-varietas secara acak pada petak percobaan.
Pengulangan. Ulangan dilakukan dengan memberikan perlakuan yang
sama pada satuan percobaan lebih dari satu kali. Fungsi dari ulangan :

 Pendugaan galat.Jika suatu percobaan tidak mengandung ulangan, maka


galat percobaan tidak dapat diduga. Kita tidak dapat menjelaskan secara
tepat apakah perbedaan yang timbul disebabkan oleh perbedaan diantara
perlakuan atau perbedaan di antara satuan-satuan percobaan.

 Meningkatkan ketelitian percobaan Pengguaan teknik-teknik yang kurang


teliti atau pegnggunaan satuan percobaan yang kurang homogen dapat
diatasi dengan menambah jumlah ulangan. Dengan bertambahnya ulangan,
dugaan mean populasi akan semakin teliti.

 Memperluas cakupan kesimpulan. Hal ini dilakukan melalui pemilihan


satuan percobaan yang lebih bervariasi, misalnya ulangan yang dilakukan
dalam waktu yang berbeda.

 Mengedalikan ragam galat. Dengan membuat kelompok sebagai ulangan,


maka satuan percobaan di dalam kelompok mempunyai keragaman
minimum dan satuan percobaan antar kelompok mempunyai keragaman
maksimum, sehingga usaha untuk melihat perbedaan perlakuan di dalam
kelompok akan lebih teliti. Dengan cara ini keragaman galat dapat
dikendalikan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah ulangan (1)


keragaman alat, bahan, media, dan lingkungan percobaan. Untuk bahan yg sudah
terdeskripsi secara jelas seperti pupuk buatan, pestisida, benih varietas unggul,
maka diperlukan ulangan yang kecil. Untuk bahan yg belum terdeskripsi seperti
pupuk kandang, pupuk alami, benih varietas lokal, maka perlu jumlah ulangan
yang besar, (2) biaya dan tenaga yang tersedia.

D. Model Tetap dan Model Acak


Penentuan suatu faktor apakah termasuk model tetap atau model acak
sangat berkaitan atau tergantung dari penguasaan bidang ilmu yang sedang diteliti.
Namun demikian pengetahuan tentang klasifikasi model tetap dan model acak
sangat penting untuk memberikan gambaran kepada para peneliti sehingga dapat
memberikan keseragaman definisi dan persepsi.

1. Model Tetap.

Percobaan yang perlakuannya atau taraf faktornya ditetapkan sebelum


penelitian oleh peneliti, dalam hal ini peneliti tentunya mempunyai suatu
alasan berdasarkan bidang ilmunya menetapkan bahwa, taraf-taraf faktor
tersebut mempunyai suatu ciri tertentu yang dapat membedakan dengan taraf
yang lain. Jadi tiap taraf dapat mewakili populasi yang dihipotesiskan atau
dibayangkan ada.

Sebagai teladan, penelitian pengaruh pejantan sapi Bali terhadap berat


lahir anak dari induk yang dikawini. Misalnya digunakan 4 ekor pejantan yang
masing-masing dikawinkan dengan 5 ekor sapi betina yang seragam, maka
faktor pejantan bisa model tetap bisa juga model acak.

Pejantan sapi Bali dikatakan model tetap, jika tiap-tiap pejantan dapat
diidentifikasi mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti
sebelum penelitian dilakukan. Misalnya pejantan pertama umur 2 tahun,
pejantan kedua umur 2,5 tahun,pejantan ketiga umur 3 tahun dan pejantan
keempat umur 3,5 tahun. Bisa juga diidentifikasi berdasarkan bobot tubuhnya
pada umur yang sama, misalkan bobotnya masing-masing 250, 300, 350, dan
400 kg. jadi tiap-tiap pejantan dapat mewakili himpunan populasi yang
dihipotesiskan atau dibayangkan oleh peneliti.

Sebaliknya pejantan sapi Bali dikatakan model acak, jika peneliti tidak
menetapkan ciri-ciri tertentu dari pejantan yang digunakan sebelum penelitian
dilakukan. Peneliti menambil 4 ekor pejantan secara acak dari suatu populasi
sapi jantan. Jadi, tiap pejantan tidak dapat mewakili suatu populasi hipotetik,
melainkan mewakili populasi sapi jantan. Dalam penelitian ini peneliti ingin
menguji apakah ada variasi dari pejantan dalam memberikan berat lahir anak
sapi dari induk yang dikawininya. Kesimpulan ditunjukkan kepada populasi
pejantan, bukan himpunan dari sapi jantan dengan ciri tertentu.

Pada model tetap, peneliti sebenarnya telah mendefinisikan T=t populasi


inferensinya, dalam hal ini dibayangkan ada T=t populasi. Secara statistika
suatu faktor model tetap dicirikan sebagai berikut. Misalkan αi (i=1,2,3,…..t)
melambangkan pengaruh tetap taraf ke-I factor A. Karena αi dianggap
konstan, maka E(αi)= αi, yaitu rataan sebenarnya αi.

2. Model Acak.

Seperti teladan pada model tetap suatu faktor termasuk dalam model acak,
jika peneliti mengambil t taraf dari suatu factor (t Dalam pengertian statistika ,
suatu faktor model acak dicirikan sebagai berikut. Misalkan Ai (I,1, 2, 3,
……..,t) melambangkan pengaruh acak taraf ke-I faktor A, rataan sebenarnya
Ai=E(Ai)=0, untuk semua I, karena Ai dianggap sebagai peubah acak.
Pengulangan untuk memperoleh t taraf faktor A mengandung unsur
ketakpastian. Keragaman timbul bukan karena keragaman nilai-nilai Ai, tetapi
juga oleh keragaman contoh-contoh berukuran t berdasarkan penarikan
dengan pemilihan. Dalam pengujian hipotesis model acak ditunjukkan kepada
variasi antar taraf yang diteliti, bukan perbedaan anta taraf yang diteliti,
dengan kata lain uji-uji lanjutan antar taraf ke-I tidak diperlukan lagi.

Dalam percobaan yang melibatkan lebih dari satu factor, baik klasifikasi
silang, tersaranr maupun berjanjang yang salah satu faktornya factor tetap dan
faktor yang lain faktor acak disebut model campuran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rancangan percobaan secara garis besar dapat kita klasifikasikan menjadi


tiga, yaitu rancangan perlakuan, rancangan lingkungan dan rancangan
pengukuran.

Rancangan perlakuan merupakan rancobaan mengenai bagaimana


membangun sebuah keterkaitan antar perlakuan. Rancob ini dibedakan
menjadi tigas jenis lagi, yaitu rancobaan satu faktor, dua faktor dan rancob
tiga faktor atau banyak faktor. Khusus untuk rancobaan dua dan tiga faktor
dibedakan lagi dalam tiga jenis, yaitu dua faktor bentuk faktotial (bersarang),
rancobaan dua faktor Split Plot dan rancob Split Blok/Strip Plot.

Berikutnya adalah rancobaan lingkungan yang secara sederhana dapat kita


pahami sebagai rancobaan mengenai bagaimana perlakuan ditempatkan pada
setiap unit dalam percobaan. Rancobaan ini meliputi Rancangan Acak
Lengkap (RAL), Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), Rancangan
Bujur Sangkar Latin (RBSL) dan Rancangan Lattice (RL). Yang terakhir
adalah rancangan merupakan rancobaan yang mengandung hasil pengukuran
yang didapatkan sebagai sebuah respon dari unit yang percobaan.

B. SARAN

kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan makalah


ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan
kritik dan saran dari pak, teman-teman, dan siapapun yang membaca makalah
ini, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan kami agar tetap terus
barusaha untuk lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fathansyah.1999.klasifikasi rancangan percobaan.Bandung :INFORMATIKA

Bandung .

https://ahlicara.blogspot.com

https://www.smartstat.info.

Anda mungkin juga menyukai