Anda di halaman 1dari 15

Vol 15 No 2, Juli 2011

Hal: 213–227

DESAIN PELATIHAN, DUKUNGAN ORGANISASIONAL,


DUKUNGAN SUPERVISOR DAN SELF-EFFICACY
SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEEFEKTIFAN
TRANSFER PELATIHAN

Eko Hariyanto
Ratno Purnomo
Icuk Rangga Bawono
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
e-mail: cukycutes@yahoo.com; cukycutee@gmail.com

Abstract

This study examined the effects of effective design training, organizational support,
supervisor support and self-efficacy on transfer of training effectiveness in public hospital in
Banyumas. Respondents were nurses in five public hospital located in Banyumas (N = 346).
Result of the multiple regression analysis showed that effective design and training retention
had significant and positive effects on self-efficacy and transfer of training effectiveness.
Besides that, self-efficacy itself had a significant and positive effects on transfer of training
effectiveness. Other factors, organizational support and supervisor support had no significant
effect on self-efficacy and transfer of training effectiveness. Implications for future research
and practice are discussed.

Keywords: training design, self-efficacy, transfer of training

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor yang menjadi anteseden
keefektifan transfer pelatihan. Faktor anteseden tersebut adalah desain pelatihan efektif, dukungan
organisasional, dukungan supervisor, dan self-efficacy. Penelitian dilakukan di lima rumah sakit
umum daerah di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Responden penelitian ini adalah perawat yang
pernah mengikuti pelatihan (N = 346). Hasil analisis dengan menggunakan multiple regression
analysis menunjukan bahwa desain pelatihan efektif, retensi pelatihan, dan self-efficacy memiliki
pengaruh signifikan terhadap kefektifan transfer pelatihan. Selain itu, hasil penelitian juga
menunjukan bahwa self-efficacy ditentukan oleh desain pelatihan efektif dan retensi pelatihan. Di
sisi lain, dukungan organisasional dan dukungan supervisor tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap self-efficacy dan kefektifan transfer pelatihan. Pembahasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya diuraikan di bagian akhir artikel.

Kata kunci: desain pelatihan, self-efficacy, transfer pelatihan

PENDAHULUAN pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan.


Pembangunan manusia seutuhnya menjadi Aktivitas peningkatan kualitas pendidikan, ke-
salah satu titik tekan program pemerintahan sejahteraan dan kesehatan dapat dilakukan baik
selama lima tahun ke depan, karena memang pada skala nasional maupun regional. Aktivitas
kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas peningkatan kesehatan masyarakat misalnya,
manusianya. Pembangunan manusia menjadi dapat dilakukan di tingkat regional melalui
perhatian utama karena kualitas manusia adalah pelayanan kesehatan di berbagai instansi publik
aset berharga yang akan menentukan keber- seperti puskesmas dan rumah sakit umum
hasilan pembangunan semua sektor. Keber- daerah. Artinya, kualitas pelayanan kesehatan
hasilan pembangunan manusia itu sendiri harus kepada masyarakat di daerah akan menentukan
memperhatikan berbagai aspek penting seperti kualitas kesehatan itu sendiri dan dalam jangka
214 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 213-227

panjang akan mendukung keberhasilan pem- gram pelatihan. Permasalahannya adalah ada-
bangunan manusia, baik secara regional nya kecenderungan program pelatihan pada
maupun nasional. organisasi sektor publik itu hanya dijadikan
Namun demikian, pelayanan kesehatan formalitas saja, padahal pelatihan memainkan
masyarakat di daerah masih menyimpan bebe- peran yang penting bagi terciptanya kualitas
rapa permasalahan, diantaranya adalah masih sumberdaya manusia. Selain itu, transfer
rendahnya produktivitas tenaga kerja di sektor pelatihan sebagai salah satu bagian penting
kesehatan tersebut. Salah satu indikasinya keberhasilan pelatihan tidak berjalan sebagai-
adalah belum maksimalnya pelayanan ke- mana mestinya. Dengan kata lain, pelatihan
sehatan masyarakat yang dilakukan di rumah tidak meningkatkan produktivitas kerja.
sakit umum daerah (Mustofa dan Darmawan, Pelatihan akan berdampak positif pada pening-
2009). Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha katan produktifitas kerja apabila ketrampilan,
untuk meningkatkan produktivitas kerja ter- pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh
sebut. Salah satu diantaranya adalah dengan selama pelatihan digunakan dalam pekerjaan
menyelenggarakan program pelatihan. Pelatih- sehari-hari (Facteau et al., 1995).
an merupakan salah satu aktivitas penting
untuk pengembangan sumber daya manusia KAJIAN PUSTAKA
sebuah organisasi (Holton et al., 2000). Namun,
permasalahannya adalah banyak program Transfer Pelatihan
pelatihan yang tidak efektif sehingga tidak Transfer pelatihan didefinisikan sejauh mana,
mampu meningkatkan kualitas dan produk- pengetahuan, keahlian, dan perilaku belajar
tivitas tenaga kerja sektor kesehatan. Ketidak- dalam pelatihan diterapkan dalam pekerjaan
efektifan terjadi karena pelatihan tidak diran- (Noe, et al., 2003). Menurut Baldwin & Ford
cang dengan tepat dan tidak direalisasikan atau (1988) transfer pelatihan didefinisikan sebagai
ditransfer dalam pekerjaan sehari-hari (Velada penerapan pengetahuan, keahlian dan perilaku
et al., 2008; Saks and Belcourt, 2006; Colquitt yang dipelajari dalam pelatihan, diterapkan
et al., 2000; Burke and Baldwin, 1999). Oleh pada situasi kerja dan selanjutnya memelihara-
karena itu, diperlukan pengembangan model nya selama waktu tertentu. Tujuan akhir dari
transfer pelatihan yang mempertimbangkan setiap program pelatihan adalah bahwa sistem
berbagai faktor penting sehingga pelatihan pembelajaran yang terjadi selama pelatihan
dapat efektif meningkatkan produktivitas kerja. ditransfer kembali ke dalam pekerjaan. Trans-
Faktor-faktor penting dalam rancangan pelatih- fer pelatihan (transfer of traning) adalah ting-
an efektif berdasarkan hasil penelitian sebelum- kat terhadap pengetahuan, keahlian, kemam-
nya antara lain adalah karakteristik individu, puan atau karateristik lainnya yang dipelajari
desain pelatihan yang tepat, dan dukungan ling- dalam pelatihan dapat diterapkan dalam peker-
kungan kerja (Baldwin and Ford, 1988; Scaduto jaan. Transfer pelatihan yang efektif ditentukan
et al., 2008, dan Velada et al., 2008). Berbagai oleh faktor-faktor yang disebut dengan input
penelitian sebelumnya tersebut dilakukan pada pelatihan. Artinya, input pelatihan merupakan
organisasi bisnis swasta, dan belum dilakukan berbagai faktor yang menentukan terjadinya
di organisasi publik milik pemerintah. transfer pelatihan. Scaduto et al. (2008),
Penelitian ini berusaha untuk menguji berbagai Velada et al., (2007), Burke and Hutchins
faktor penentu keefektifan transfer pelatihan (2008) serta Chiaburu and Marinova (2005)
dengan menggunakan latar belakang (setting) menyebutkan bahwa input pelatihan terdiri dari
organisasi publik milik pemerintah yaitu rumah tiga faktor utama yaitu karakteristik individual,
sakit umum daerah. Faktor-faktor yang dipilih desain pelatihan dan lingkungan kerja. Masing-
didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya masing faktor tersebut terdiri dari berbagai
tersebut. dimensi utama. Dimensi karateristik individual
Tuntutan untuk memberikan pelayanan antara lain adalah self-efficacy, motivasi
yang prima kepada masyarakat, menjadikan mengikuti pelatihan dan orientasi pembelajaran.
rumah sakit umum daerah terus berusaha Dimensi desain pelatihan antara lain adalah
meningkatkan kinerjanya. Salah satu faktor retensi pelatihan dan desain pelatihan efektif.
penting penentu kinerja adalah kualitas sumber- Dimensi lingkungan kerja antara lain adalah
daya manusia yang dikembangkan melalui pro- dukungan organisasional dan dukungan
supervisor.
Retensi pelatihan adalah tingkatan se- menjamin lingkungan kerja yang nyaman
berapa jauh peserta pelatihan mampu memper- (Aube et al., 2007). Di sisi lain, dukungan
tahankan dan menguasai pengetahuan dan kete- pengawas adalah keyakinan karyawan tentang
rampilan yang telah diperolehnya setelah seberapa jauh pengawas memperhatikan
pelatihan (Baldwin and Ford, 1988). Artinya, kesejahteraan dan memberikan nilai bagi
peserta pelatihan tidak melupakan begitu saja kontribusi yang telah diberikannya terhadap
materi pelatihan yang telah diperolehnya. Hal organisasi (Eisenberger et al., 2002). Dukungan
ini menjadi penting dalam keberhasilan proses organisasional memainkan peran yang penting
transfer pelatihan karena individu memang di- dalam menentukan kinerja suatu pekerjaan
tuntut untuk menguasai materi pelatihan ter- karena berkaitan dengan terbentuknya komit-
sebut. Peserta pelatihan diharapkan dapat me- men individu, perilaku sosial dan kesejahteraan
melihara materi pelatihan dalam jangka waktu karyawan (Johlke et al., 2002). Selain itu, du-
tertentu, sehingga dapat diaplikasikan dalam kungan organisasional dan pengawas ini sangat
pekerjaan sehari-hari. menentukan keberhasilan transfer pelatihan
Desain pelatihan berkaitan dengan pe- karena sangat berkaitan dengan lingkungan
nyusunan program pelatihan yang mempertim- kerja. Individu akan termotivasi untuk
bangkan aspek organisasi, pekerjaan, dan indi- menggunakan ketrampilan dan pengetahuan
vidu. Desain pelatihan yang efektif berarti baru yang diperolehnya apabila lingkungan
program pelatihan yang mampu menghasilkan kerjanya memang mendukungnya. Artinya,
outcomes berupa cognitive outcomes, skill- atasan dan pihak organisasi secara umum tidak
based outcomes, affective outcomes, dan bersikap antipati terhadap sesuatu hal yang
reac- tion outcomes (Noe et al., 2003). baru dan mendukung sepenuhnya realisasi
Luaran kog- nitif berkaitan dengan ukuran aplikasi keterampilan dan pengetahuan baru
seberapa jauh peserta pelatihan mampu tersebut.
menguasai prinsip, fakta, teknik, prosedur dan
proses yang ditekankan dalam pelatihan. Self-efficacy
Ukuran kognitif ini menunjukan tingkat Self Efficacy adalah persepsi atau keyakinan
pemahaman peserta dalam mengikuti proses tentang kemampuan diri sendiri. Menurut Noe
pembelajaran pada program pelatihan. Skill- et al. (2003) self efficacy adalah tingkat
based outcomes ber- kaitan dengan seberapa kepercayaan karyawan, bahwa mereka dapat
jauh peserta pelatihan menggunakan berhasil mempelajari isi program pelatihan.
ketrampilan yang diperolehnya untuk pekerjaan Bandura (1991) menyatakan bahwa self-
sehari-hari. Manajer atau pengawas dapat efficacy adalah kepercayaan seseorang bahwa
mengetahui efek pelatihan dengan mengamati dia dapat menjalankan sebuah tugas pada
perilaku bawahannya, apakah ia menggunakan sebuah tingkat tertentu, yang mempengaruhi
ketrampilan yang diperolehnya pada saat aktifitas pribadi terhadap pencapaian tujuan.
pelatihan atau tidak. Luaran afektif berkaitan
Self- efficacy merupakan keyakinan seseorang
dengan sikap individu terhadap fasilitas
terhadap kemampuan dirinya melakukan
pelatihan, pelatih, dan materi pelatihan. Hal ini
sesuatu atau pekerjaan spesifik yang menjadi
berkenaan dengan kenyaman- an individu
tanggung jawabnya.
terhadap fasilitas pelatihan yang diperolehnya
Greenberg and Baron (2003) menyata-
pada saat pelatihan, sikap positif terhadap
kan bahwa self- efficacy terdiri dari tiga
pelatihnya dan kepuasan pada materi yang
kompo- nen dasar yaitu: Magnitude, strength
diperolehnya.
dan gene- rality. Magnitude terkait dengan
Dukungan organisasional adalah keya-
tingkat keper- cayaan individu pada
kinan karyawan tentang seberapa jauh organi-
kemampuan dirinya. Strenght terkait dengan
sasi memperhatikan kesejahteraan dan
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya
memberikan nilai bagi kontribusi yang telah
untuk melakukan sesuatu pada level tertentu.
diberikannya terhadap organisasi. Dukungan
Generality terkait dengan seberapa jauh self-
organisasional berkaitan dengan keinginan
efficacy yang dimiliki seseorang untuk
pihak manajemen untuk memberikan kompen-
pekerjaan dan situasi tertentu juga dapat
sasi terhadap berbagai usaha karyawannya, berlaku untuk situasi dan pekerjaan yang lain.
memberikan bantuan kesejahteraan, memberi-
kan solusi permasalahan dalam pekerjaan, dan
Albert Bandura sebagaimana yang self efficacy mempunyai hubungan yang kuat
diuraikan oleh Robbins and Judge (2011) dengan motivasi belajar dan transfer. Self effi-
menyebutkan empat faktor utama yang dapat cacy yang digeneralisasikan merepresentasikan
digunakan untuk meningkatkan self-efficacy sebuah kepercayaan seseorang tentang kemam-
yaitu enactive mastery, vicarious modeling, puannya mencapai tujuan-tujuan dan mengatasi
verbal persuasion dan arousal. Enactive rintangan-rintangan. Sejalan dengan pendapat
mas- tery berkenaan dengan kinerja individu para ahli diatas, Davis et al (2000) menyatakan
se- belumnya yang akan berpengaruh pada bahwa Self- efficacy sebagai sebuah hasil
kinerja individu selanjutnya dan akan penting proses pelatihan, yaitu lebih menekan-
meningkatkan keyakinan diri seseorang dalam kan pada pengembangan self efficacy yang
menjalankan tugas spesifik lainnya. Vicarious menggeneralisasi ke setting peralihan (atau
modeling berkenaan dengan proses fase-fase pelatihan berikutnya). Selanjutnya
pembelajaran yang dilakukan individu dengan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada
cara mengamati dan meniru orang lain serta self-efficacy yang menggeneralisasi (kondisi
mempelajari konse- kuensi setiap perilaku yang transfer) ke tempat kerja.
akan dilakukan. Verbal persuasion berkenaan
dengan interaksi antar individu yang saling Hipotesis Penelitian
menguatkan untuk melakukan pekerjaan Gambar 1 menunjukan model transfer pelatihan
dengan lebih baik. Individu akan semakin yakin efektif yang ditentukan oleh berbagai faktor
bahwa dirinya dapat melakukan pekerjaan yang meliputi desain pelatihan dan lingkungan
tertentu bila men- dapat dukungan dari orang kerja (Baldwin and Ford, 1988; Velada et al.,
lain. Arousal ber- kenaan dengan keadaan yang 2007; Burke and Hutchins (2008). Scaduto, et
membangkitkan energi yang dapat memicu al., (2008) menyatakan bahwa pelatihan yang
seseorang untuk menyelesaikan suatu efektif adalah fungsi dari desain pelatihan dan
pekerjaan. faktor kontekstual atau lingkungan kerja. Di-
Pengembangan self-efficacy menurut mensi desain pelatihan adalah desain efektif
Bandura (1991) menggambarkan empat sumber dan retensi pelatihan, sedangkan dimensi ling-
informasi mengarahkan ke kepercayaan-keper- kungan kerja adalah dukungan organisasi dan
cayaan kemampuan: penguasaan aktif, pengala- supervisor. Transfer pelatihan juga ditentukan
man sebelumnya, persuasi dan pembangkit- oleh karakteristik individu, dalam hal ini self-
pembangkit fisiologis. Pengalaman menye-
efficacy menjadi penentu keefektifan transfer
diakan informasi langsung mengenai kemam-
pelatihan (Chiaburu and Marinova, 2005;
puan memprediksi dan mengatasi ancaman-
Chiaburu and Lindsay, 2008). Selain itu, gam-
ancaman untuk membuktikan self-efficacy bar tersebut juga menjelaskan bahwa kedua
yang kuat. Peneliti menemukan bukti yang faktor input pelatihan tersebut dapat mening-
menun- jukkan bahwa konsistensi sikap
katkan self-efficacy yaitu keyakinan individu
perilaku yang lebih kuat untuk orang-orang
bahwa dirinya mampu menjalankan tugas yang
dengan penga- laman sebelumnya pada suatu
menjadi tanggung jawabnya. Input pelatihan
objek, hal itu disebabkan oleh fakta bahwa
yang berupa desain efektif, retensi pelatihan,
mereka mem- punyai kemampuan untuk
dukungan organisasi dan supervisor menjadi
mengakses informasi tentang perilaku mereka
penentu self-efficacy.
selama pengalaman tersebut (Davis et al,
2000). Demikian juga penelitian Colquitt
(2000) menunjukkan bahwa
Desain Pelatihan:
Desain Efektif
Retensi Pelatihan
Self- Efficacy Transfer Pelatihan

Lingkungan Kerja:
Dukungan Organisasi
Dukungan Pengawas

Gambar 1: Model Transfer Pelatihan Yang Efektif

Secara lebih terperinci, transfer pe- akan menentukan transfer pelatihan yang efek-
latihan yang efektif ditentukan oleh desain pe- tif. Saks and Belcourt (2006) menyatakan
latihan itu sendiri. Desain pelatihan yang efek- bahwa aktivitas untuk menciptakan kondisi
tif dan mampu menghasilkan luaran lingkungan kerja yang kondusif untuk transfer
(outcomes) yang positif berupa luaran pelatihan harus dilakukan sebelum proses pe-
kognitif, luaran afek- tif, ketrampilan dan latihan itu berlangsung. Artinya, pihak mana-
pengetahuan baru akan menentukan jemen dan supervisor yang memberikan per-
keberhasilan transfer pelatihan. Luaran kognitif hatian pada kesejahteraan, pekerjaan dan moti-
itu menunjukan bahwa peserta pelatihan dapat vasi individu akan berdampak positif kepada
menguasai dan memahami ber- bagai prinsip, keberhasilan proses transfer pelatihan. Pihak
fakta, prosedur dan proses yang diberikan pada manajemen dan pengawas yang mendukung
saat pelatihan berlangsung. Luaran afektif dan memberikan dorongan terhadap realisasi
menunjukan peningkatan moti- vasi dan ketrampilan dan pengetahuan baru akan menen-
terbentuknya sikap positif peserta selama dan tukan transfer pelatihan yang efektif. Tesluk et
setelah mengikuti pelatihan. Selain itu, desain al., (1995) menyatakan bahwa manajer seharus-
pelatihan efektif juga menunjukan bahwa nya aktif membangun iklim partisipasi individu
peserta pelatihan mampu memahami dan dalam menentukan kebijakan terkait dengan
menggunakan ketrampilan baru dalam pekerjaan, sehingga individu tersebut terdorong
pekerjaan sehari-hari. Desain pelatihan juga untuk menggunakan ketrampilan dan penge-
berkaitan dengan retensi pelatihan yang men- tahuannya dalam pekerjaan. Selain itu, sikap
jamin bahwa materi pelatihan yang diperoleh dan perilaku manajer yang terbuka terhadap
peserta tetap dikuasainya dalam jangka waktu sesuatu yang baru dan kreativitas bawahannya,
tertentu. Retensi pelatihan ini menunjukan yang merupakan salah satu bentuk dukungan
kapasitas kemampuan seseorang dalam me- kepada bawahannya akan menentukan keber-
mahami dan memelihara materi pelatihan yang hasilan transfer pelatihan yang efektif. Hasil
telah diperolehnya. Velada et al., (2007) riset yang dilakukan oleh Velada, et al., (2007)
menunjukan bahwa retensi pelatihan merupa- menunjukan bahwa dukungan organisasi dan
kan faktor penting yang menentukan terjadinya pengawas terhadap aplikasi keterampilan dan
transfer pelatihan yang efektif. Intinya adalah pengetahuan baru akan mendorong individu
bahwa desain pelatihan yang efektif akan untuk menerapkan ketrampilan dan penge-
mampu meningkatkan kinerja individual apa- tahuannya itu dalam pekerjaan. Demikian pula
bila hasil pelatihan yang berupa ketrampilan hasil riset yang dilakukan oleh Chiaburu and
dan pengetahuan baru itu benar-benar direali- Marinova (2005) yang menunjukan bahwa
sasikan dalam pekerjaan (Velada et al., 2007). transfer ketrampilan baru ke dalam pekerjaan
H1: Desain pelatihan efektif dan retensi ditentukan oleh dukungan pengawas.
pelatihan akan berpengaruh signifikan dan H2: Dukungan organisasional dan supervisor
positif terhadap transfer pelatihan akan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap transfer pelatihan
Lingkungan kerja yang diwarnai dengan
adanya dukungan organisasional dan supervisor
Self-efficacy merupakan bagian dari H4: Dukungan organisasional dan pengawas
social cognitive theory atau social learning akan berpengaruh signifikan dan positif
theory yang dikembangkan oleh Bandura terhadap self-efficacy
(1991). Individu melakukan proses pembelajar-
an sebelum melakukan perilaku tertentu, mem- Self-efficacy merupakan keyakinan
pelajari perilaku terdahulu, mempelajari peri- individu bahwa dirinya mampu melakukan
laku orang lain dan memahami konsekuensi suatu hal tertentu. Dalam konteks pelatihan,
perilaku tersebut. Individu yang memiliki self- self-efficacy berarti keyakinan individu bahwa
efficacy tinggi akan lebih mampu menunjukan dirinya dapat mengaplikasikan berbagai penge-
kinerja yang baik dibandingkan dengan indi- tahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh-
vidu dengan self-efficacy rendah. Dalam kon- nya selama pelatihan ke dalam pekerjaan
teks transfer pelatihan, individu dengan self- sehari-hari. Individu yang memiliki self-
efficacy tinggi akan lebih bisa mengaplikasikan efficacy tinggi akan lebih mampu melakukan
ketrampilan yang diperolehnya selama pelatih- transfer pelatihan dibandingkan dengan indi-
an dibandingkan dengan individu dengan self- vidu dengan self-efficacy rendah. Velada et al.
efficacy rendah. Self-efficacy itu sendiri dapat (2008) serta Chiaburu and Marinova (2005)
dikembangkan dengan empat faktor utama menyebutkan bahwa self-efficacy berkaitan
yaitu enactive mastery, vicarious learning, ver- erat dengan transfer ketrampilan yang
bal persuasion dan arousal (Robbins and Judge, diperolehnya selama pelatihan. Chiaburu and
2011). Pelatihan yang diikuti oleh individu Lindsay (2008) juga menyatakan bahwa self-
termasuk ke dalam faktor vicarious learning. efficacy yang dimiliki peserta pelatihan
Proses pelatihan memberikan individu berbagai memiliki peran penting dalam
ketrampilan dan pengetahuan yang dapat
memunculkan distal outcomes seperti transfer
dilakukan untuk pekerjaan sehari-hari. Pelatih
pelatihan. Hal tersebut disebab- kan karena
memberikan berbagai contoh pelaksanaan kerja
individu dengan self-efficacy yang tinggi
teknis yang dapat dipelajari oleh peserta
memiliki motivasi belajar yang tinggi selama
pelatihan. Proses pembelajaran dalam pelatihan
pelatihan dan memiliki semangat untuk
ini akan meningkatkan self-efficacy individu
mengaplikasikan ketrampilan yang diperoleh-
dan dapat memicu realisasi transfer pelatihan.
Hasil penelitian Tai (2006) menunjukan bahwa nya dari pelatihan yang diikutinya. Holton et
faktor kontekstual seperti pelatihan yang efektif al. (2000) menyatakan bahwa individu dengan
dapat meningkatkan self-efficacy individu. Di self-efficacy yang tinggi dapat mengubah
sisi lain, self-efficacy juga dapat meningkat kinerja sesuai dengan keinginan mereka
apabila individu mendapat dukungan dari orang sendiri. Artinya, apabila individu merasa yakin
lain (verbal persuasion). Dalam konteks bahwa dirinya memiliki kemampuan berkinerja
pelatihan, self-efficacy individu untuk men- baik, maka semakin besar peluang untuk
transfer hasil pelatihan yang diikutinya akan merealisasikan ketrampilan dan pengetahuan
meningkat apabila mendapat dukungan dari yang diperolehnya selama pelatihan.
atasan langsung dan manajemen organisasi. H5: Self-efficacy akan berpengaruh signifikan
Hasil penelitian Pillai and Williams (2004) dan positif terhadap transfer pelatihan
menunjukan bahwa pemimpin memiliki peran
penting untuk meningkatkan self-efficacy indi- METODE PENELITIAN
vidu. Pemimpin organisasi atau pun atasan Metode Pengambilan Sampel
langsung dapat memberikan motivasi, arahan,
verbal persuasion, dan penguatan kepada indi- Metode pengambilan sampel yang digunakan
vidu dalam melakukan aktivitas dan pekerjaan adalah purposive sampling yang mana sampel
tertentu sehingga mampu meningkatkan self- penelitian dipilih dengan kriteria tertentu
efficacy individu. (Cooper & Schindler, 2003), agar diperoleh
sampel yang memadai sesuai dengan tujuan
H 3: Desain pelatihan efektif dan retensi
penelitian. Sampel penelitian diambil dari
pelatihan akan berpengaruh signifikan dan
tenaga medis di rumah sakit umum daerah di 5
positif terhadap self-efficacy
Kabupaten Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan
sampel kabupaten dalam penelitian ini karena
dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Mustofa dan Darmawan (2009) ditemukan
mayoritas rumah sakit umum daerah meng- butir pernyataan yang dikembangkan oleh
alami permasalahan dalam proses pembelajaran Kaunzer (1986) dan ditambah dengan 3 butir
internal yang berpengaruh pada proses pernyataan yang dikembangkan oleh Tesluk, et
pelayanan kepada konsumen. al., (1995). Pengukuran dilakukan dengan
Data yang diperlukan dalam penelitian menggunakan skala likert 5 (1 = sangat tidak
ini adalah data primer. Metode pengumpulan setuju; 2 = tidak setuju; 3 = netral; 4 = setuju,
data yang digunakan adalah metode survei dan 5 = sangat setuju).
dengan menggunakan kuesioner yang disebar-
kan kepada responden. Populasi penelitian ini Self-efficacy
adalah perawat di daerah eks Karesidenan
Self- efficacy adalah kepercayaan seseorang
Banyumas dengan sampel perawat di lima
rumah sakit umum daerah. Metode peng- bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas
pada tingkatan tertentu, yang mempengaruhi
ambilan sampel yang digunakan adalah pur-
aktifitas pribadi terhadap pencapaian tujuan
posive sampling yang mana sampel penelitian
(Bandura, 1991). Dalam konteks RSUD, self-
dipilih dengan kriteria tertentu (Cooper &
Schindler, 2003). Kriteria sampel yang dijadi- efficacy adalah keyakinan tenaga medis bahwa
dirinya dapat merealisasikan hasil pelatihan
kan responden adalah sudah bekerja minimal 2
tahun dan pernah mengikuti pelatihan yang dalam menjalankan tugas sehari-hari. Peng-
diadakan manajemen rumah sakit minimal 2 ukuran self-efficacy dilakukan dengan meng-
kali. Pelatihan yang diikuti responden adalah gunakan empat butir pernyataan yang dikem-
pelatihan yang berkenaan dengan teknis peker- bangkan oleh Holton, et al., (2000). Peng-
jaan dan digunakan dalam pelaksanaan kerja ukuran ini juga digunakan oleh Velada, et al.,
sehari-hari. Responden telah mengikuti peatih- (2007). Pengukuran dilakukan dengan meng-
an setidaknya tiga bulan yang lalu sejak mene- gunakan skala likert 5 (1 = sangat tidak setuju;
rima kuesioner dari peneliti. Pelaksanaan peng- 2 = tidak setuju; 3 = netral; 4 = setuju, dan 5 =
umpulan data meliputi identifikasi calon sangat setuju).
responden, pengkodean, persiapan materi daftar
pertanyaan dan distribusi kuesioner serta Retensi Pelatihan
pengumpulan data. Retensi pelatihan adalah tingkatan seberapa
jauh peserta pelatihan mampu mempertahankan
Variabel Penelitian dan Pengukuran dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan
Penelitian ini terdiri dari enam variabel. yang telah diperolehnya setelah pelatihan
Variabel Independen terdiri desain pelatihan (Baldwin and Ford, 1988). Dalam konteks
efektif, retensi pelatihan, dukungan organisasi- RSUD, retensi pelatihan terkait dengan ke-
onal dan dukungan pengawas. Variabel depen- mampuan tenaga medis mempertahankan dan
dennya adalah transfer pelatihan, sedangkan menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang
self-efficacy sebagai variabel mediasi. Berikut diperolehnya selama pelatihan. Pengukuran
ini adalah definisi operasional dan pengukuran retensi pelatihan dilakukan dengan meng-
masing-masing variabel tersebut. gunakan tiga butir pernyataan yang dikem-
bangkan oleh Velada, et al., (2007). Peng-
Transfer Pelatihan ukuran dilakukan dengan menggunakan skala
likert 5 (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju;
Transfer pelatihan didefinisikan sebagai pene-
3 = netral; 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju).
rapan pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang
dipelajari dalam pelatihan, diterapkan pada Desain Pelatihan Efektif
situasi kerja dan selanjutnya memeliharanya
selama waktu tertentu (Baldwin and Ford, Desain pelatihan berkaitan dengan penyusunan
1988). Dalam konteks RSUD, transfer pela- program pelatihan yang mempertimbangkan
aspek organisasi, pekerjaan, dan individu.
tihan adalah realisasi hasil pelatihan yang telah
Desain pelatihan yang efektif berarti program
diikuti oleh tenaga medis dalam bentuk penera-
pelatihan yang mampu menghasilkan
pan pengetahuan, keahlian dan perilaku dalam outcomes berupa cognitive outcomes, skill-
pekerjaan sehari-hari. Pengukuran transfer based out- comes, affective outcomes dan
pelatihan dilakukan dengan menggunakan lima reaction out- comes (Noe, et al., 2003).
Dalam konteks
RSUD, program pelatihan dinyatakan efektif diukur (Sekaran, 2003). Instrumen dinyatakan
apabila peserta pelatihan memperoleh berbagai valid bila item yang digunakan benar-benar
manfaat pelatihan yang dapat dilihat dari aspek mewakili konstruk yang akan diukur. Apabila
kognitif, aspek ketrampilan, aspek afeksi dan instrumen dinyatakan valid berarti alat ukur
aspek reaksi. Pengukuran variabel ini dilakukan yang digunakan dalam penelitian sudah tepat.
dengan menggunakan beberapa butir per- Uji validitas yang digunakan dalam penelitian
nyataan yang mengacu pada aspek-aspek ter- ini adalah analisis faktor konfirmatori.
sebut. Pengukuran dilakukan dengan meng-
Uji reliabilitas dilakukan untuk meng-
gunakan skala likert 5 (1 = sangat tidak setuju;
uji konsistensi instrumen penelitian. Suatu alat
2 = tidak setuju; 3 = netral; 4 = setuju, dan 5 =
sangat setuju). ukur dinyatakan reliable atau handal ketika
menghasilkan pengukuran yang konsisten pada
kondisi yang berbeda (Cooper & Schindler,
Dukungan Organisasional
2003). Reliable berarti dengan alat ukur yang
Dukungan organisasional adalah keyakinan sama, dan gejala yang sama, tetapi pada kondisi
karyawan tentang seberapa jauh organisasi dan situasi yang berbeda, pengukuran
memperhatikan kesejahteraan dan memberikan menunjukkan hasil yang konsisten. Alat uji
nilai bagi kontribusi yang telah diberikannya yang biasa dan populer digunakan adalah uji
terhadap organisasi (Eisenberger, 1986). Dalam konsistensi internal (internal consistency)
konteks RSUD, dukungan organisasional dengan menggunakan koefisien cronbach
terkait dengan perhatian pihak manajemen alpha. Tingkat koefisien yang disarankan
rumah sakit terhadap kesejahteraan para tenaga adalah 0,7 (Hair et al., 1998) atau 0,6
medis dan penghargaan terhadap kontribusi (Nunnaly, 1978). Sekaran (2003) mengklasi-
tenaga medis. Pengukuran dukungan organi- fikasikan tingkat koefisien reliabilitas menjadi
sasional dilakukan dengan menggunakan tiga: koefisien cronbach alpha kurang dari 0,6
delapan butir pernyataan yang dikembangkan menandakan reliabilitas yang kurang baik,
oleh Eisenberger (1990). Pengukuran dilakukan cronbach alpha 0,6 sampai dengan 0,8
dengan menggunakan skala likert 5 (1 = sangat menandakan tingkat reliabilitas yang dapat
tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = netral; 4 = diterima, dan cronbach alpha lebih dari 0.8
setuju, dan 5 = sangat setuju). menandakan reliabilitas yang baik.
Untuk menguji hipotesis digunakan
Dukungan Pengawas analisis regresi berganda. Langkah pertama
menguji pengaruh desain pelatihan efektif dan
Dukungan pengawas adalah keyakinan retensi pelatihan terhadap transfer pelatihan
karyawan tentang seberapa jauh supervisor (H1). Langkah kedua menguji pengaruh desain
memperhatikan kesejahteraan dan memberikan efektif dan retensi pelatihan terhadap transfer
nilai bagi kontribusi yang telah diberikannya pelatihan (H2). Langkah ketiga menguji
terhadap organisasi (Eisenberger et al., 2002). pengaruh desain efektif dan retensi pelatihan
Dalam konteks RSUD, dukungan pengawas terhadap self-efficacy (H3). Langkah keempat
terkait dengan perhatian pengawas atau atasan menguji pengaruh dukungan organisasional dan
langsung terhadap kesejahteraan para tenaga supervisor terhadap self-efficacy (H4).
medis dan penghargaan terhadap kontribusi Langkah kelima menguji pengaruh self-
tenaga medis. Pengukuran dukungan pengawas efficacy terhadap transfer pelatihan (H5).
dilakukan dengan menggunakan delapan butir
pernyataan yang dikembangkan oleh Eisen-
HASIL ANALISIS
berger (1990). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan skala likert 5 (1 = sangat tidak Profil Responden
setuju; 2 = tidak setuju; 3 = netral; 4 = setuju, Sampel penelitian ini adalah perawat yang
dan 5 = sangat setuju). berada di lima rumah sakit umum daerah yaitu
RSUD Purbalingga, RSUD Banjarnegara,
Analisis Data RSUD Majenang, RSUD Ajibarang, dan RSUD
Uji validitas dilakukan untuk menguji kese- Kebumen. Jumlah kuesioner masing-masing
suaian instrumen penelitian (item pertanyaan rumah sakit adalah: RSUD Purbalingga 133
atau pernyataan) dengan konstruk yang akan kuesioner, RSUD Banjarnegara 164 kuesioner,
RSUD Majenang 93 kuesioner, RSUD Uji reliabilitas dilakukan untuk meng-
Ajibarang 120 kuesioner, dan RSUD Kebumen uji konsistensi instrumen penelitian. Alat uji
120 kuesioner. Jadi, secara keseluruhan ada yang biasa dan populer digunakan adalah uji
630 kuesioner yang disebar. Kuesioner yang konsistensi internal (internal consistency)
terisi sejumlah 491 buah atau response rate dengan menggunakan koefisien cronbach
sebesar 77,94 persen. Jumlah kuesioner yang alpha. Tabel 1 menunjukan ringkasan hasil uji
lengkap sesuai dengan kriteria sampel dan reliabilitas terhadap 43 item pernyataan yang
digunakan olah data adalah 346 kuesioner atau sudah dianggap valid pada tahap sebelumnya.
70,46 persen dari jumlah kuesioner terisi. Berdasarkan hasil statistik tersebut, semua per-
Jenis kelamin responden terdiri dari nyataan yang berjumlah 43 item dianggap relia-
28,5 persen laki-laki dan 71,5 persen perem- bel atau handal untuk mengukur variabel ter-
puan. Jumlah perempuan memang lebih banyak tentu. Masing-masing jumlah item per variabel
karena responden adalah perawat yang merupa- yang dianggap reliabel adalah sebagai berikut:
kan pekerjaan yang didominasi oleh perem- 12 item untuk mengukur desain pelatihan efek-
puan. Usia responden terdiri dari 22,8 persen tif, 3 item untuk mengukur retensi pelatihan, 8
berusia kurang dari 25 tahun, 66 persen berusia item untuk mengukur dukungan organisasional,
26-40 tahun, dan 11,2 persen berusia lebih dari 8 item untuk mengukur dukungan pengawas, 4
40 tahun. Jumlah responden yang berpendidi- item untuk mengukur self-efficacy, dan 8 item
kan SMA atau sederajat adalah 3,3 persen, untuk mengukur transfer pelatihan. Jadi, ada 43
diploma 85,9 persen dan sarjana 10,8 persen. item pernyataan yang dianggap reliabel dan
Pengalaman kerja responden sebagai perawat dapat digunakan untuk analisis data selanjutnya
antara 1-10 tahun adalah 86,2 persen dan di yaitu statistik deskriptif dan uji hipotesis.
atas 10 tahun adalah 13,8 persen. Rata-rata Namun demikian, kalau kita lihat lebih
responden sudah pernah mengikuti pelatihan cermat, ada item pernyataan yang koofesien
yang bersifat teknis sebanyak 2-4 kali. reliabilitasnya dianggap kurang baik karena
Uji validitas dilakukan untuk menguji berada di bawah 0,6 yaitu item-item
kesesuaian instrumen penelitian (item per- pernyataan pada variabel retensi pelatihan
tanyaan atau pernyataan) dengan konstruk yang (koofesien 0,458). Variabel ini tetap digunakan
akan diukur (Sekaran, 2003). Instrumen untuk analisa selanjutnya, meskipun memiliki
dinyatakan valid bila item yang digunakan reliabilitas yang kurang baik, karena koofesien
benar-benar mewakili konstruk yang akan di- rendah merupakan hal wajar pada variabel
ukur. Masing-masing item pernyataan yang dengan jumlah item yang sedikit. Dalam hal ini
sudah dianggap valid tersebut adalah 12 item variabel retensi pelatihan hanya diukur dengan
untuk mengukur desain pelatihan efektif, 3 menggunakan 3 item pernyataan saja.
item untuk mengukur retensi pelatihan, 8 item
untuk mengukur dukungan organisasional, 8 Hasil Pengujian Hipotesis
item untuk mengukur dukungan pengawas, 4
Analisis regresi berganda digunakan sebagai
item untuk mengukur self-efficacy, dan 8 item
alat analisis untuk menguji lima hipotesis
untuk mengukur transfer pelatihan. Jadi, ada 43
dalam penelitian ini. Tabel 2 menunjukan ring-
item pernyataan yang dianggap valid dan dapat
kasan hasil uji kelima hipotesis dengan koefi-
digunakan untuk analisis data selanjutnya yaitu
uji reliabilitas. sien regresi () dan tingkat signifikansinya.

Tabel 1: Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas


Nama Variabel Jumlah Item Koofesien Keterangan
Desain Pelatihan Efektif 12 0,934 Baik
Retensi Pelatihan 3 0,458 Kurang Baik
Dukungan Organisasional 8 0,791 Diterima
Dukungan Pengawas 8 0,785 Diterima
Self- efficacy 4 0,772 Diterima
Transfer Pelatihan 8 0,891 Baik
Sumber: Lampiran (data primer yang diolah, 2010)
Tabel 2: Ringkasan Hasil Uji Regresi
Variabel Variabel Dependen
Variabel Independen: Self-efficacy Transfer Pelatihan
() ()
Desain Efektif 0,278*** 0,485***
Retensi Pelatihan 0,103* 0,178***
Dukungan Organisasi -0,005 -0,065
Dukungan Supervisor 0,087 -0,016
Self- efficacy 0,316***
Keterangan: *p<0,1 **p<0,01 ***p<0,001

Hipotesis 1 semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh


Hipotesis satu digunakan untuk menguji penga- tenaga medis akan semakin besar terjadinya
ruh desain pelatihan efektif dan retensi pelatih- transfer pelatihan.
an terhadap transfer pelatihan. Berdasarkan
hasil analisa regresi dapat dilihat bahwa desain Hipotesis 3
pelatihan efektif memiliki pengaruh signifikan
Hipotesis tiga digunakan untuk menguji
dan positif terhadap transfer pelatihan ( þ =
pengaruh desain pelatihan efektif dan retensi
0.458, p<0.001) dan retensi pelatihan juga
pelatihan terhadap self-efficacy. Berdasarkan
memiliki pengaruh signifikan dan positif ter-
hasil analisa regresi dapat dilihat bahwa desain
hadap transfer pelatihan (þ = 0.178, p<0.001).
pelatihan efektif memiliki pengaruh signifikan
Hal ini menunjukan bahwa hipotesis 1 di-
dan positif terhadap self-efficacy (þ = 0.278,
dukung. Artinya, keberhasilan tenaga medis
p<0.001) dan retensi pelatihan juga memiliki
untuk merealisasikan dan menggunakan materi
pengaruh signifikan dan positif terhadap
pelatihan yang pernah diperolehnya dalam
pekerjaan sehari-hari, sangat ditentukan oleh transfer pelatihan (þ = 0.103, p<0.1). Hal ini
desain pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan menunjukan bahwa hipotesis 3 didukung.
tenaga medis. Selain itu, kemampuan tenaga Artinya, keyakinan tenaga medis untuk
medis untuk tetap ingat dengan materi pelati- melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung
han yang pernah diikutinya juga akan menen- jawabnya, sangat ditentukan oleh desain
tukan keberhasilan transfer pelatihan. pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan tenaga
medis. Selain itu, kemampuan tenaga medis
Hipotesis 2 untuk tetap ingat dengan materi pelatihan yang
pernah diikutinya juga akan menentukan self-
Hipotesis dua digunakan untuk menguji penga- efficacy individu.
ruh dukungan organisasional dan dukungan
supervisor terhadap transfer pelatihan. Hipotesis 4
Berdasarkan hasil analisa regresi dapat dilihat
bahwa dukungan organisasional tidak memiliki Hipotesis empat digunakan untuk menguji
pengaruh signifikan terhadap transfer pelatihan pengaruh dukungan organisasional dan
(þ = -0.065, p>0.1) dan dukungan supervisor dukungan supervisor terhadap self-efficacy.
juga tidak memiliki pengaruh signifikan trans- Berdasarkan hasil analisa regresi dapat dilihat
bahwa dukungan organisasional tidak memiliki
fer pelatihan (þ = -0.016, p>0.1). Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis 2 tidak di- pengaruh signifikan terhadap self-efficacy ( þ
dukung. Artinya, perhatian pihak manajemen =
dan atasan langsung pada permasalahan dan -0.055, p>0.1) dan dukungan supervisor juga
kesejahteraan tenaga medis tidak menentukan tidak memiliki pengaruh signifikan self-
keberhasilan transfer pelatihan. Selain itu, hasil efficacy (þ = 0.087, p>0.1). Hal ini
analisis regresi tersebut menunjukan bahwa menunjukan bahwa hipotesis 4 tidak
jumlah pelatihan yang diikuti oleh tenaga didukung. Artinya, perhatian pihak
medis memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen dan atasan langsung pada
permasalahan dan kesejahteraan tenaga medis
transfer pelatihan (þ = 0.153, p<0.01). Artinya,
tidak menentukan self-efficacy seseorang.
Selain itu, hasil analisis regresi tersebut
menunjukan bahwa jumlah pelatihan yang
diikuti oleh tenaga medis memiliki pengaruh jadi penentu transfer pelatihan efektif, juga
signifikan terhadap transfer pelatihan ( þ = menjadi penentu self-efficacy individu. Self-
0.183, p<0.01). Artinya, semakin banyak efficacy yang merupakan keyakinan individu
pelatihan yang diikuti oleh tenaga medis akan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu juga
semakin besar terjadinya transfer pelatihan. akan menjadi penentu transfer pelatihan yang
efektif.
Hipotesis 5 Hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan analisa regresi menunjukan
Hipotesis lima digunakan untuk menguji
bahwa transfer pelatihan yang efektif ditentu-
pengaruh self-efficacy terhadap transfer
kan oleh faktor-faktor desain pelatihan efektif,
pelatihan. Berdasarkan hasil analisa regresi
retensi pelatihan dan self-efficacy. Hasil peneli-
dapat dilihat bahwa self-efficacy memiliki
tian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
pengaruh signifikan dan positif terhadap
dilakukan dengan setting organisasi bisnis
transfer pelatihan (þ = 0.316, p<0.001). Hasil
milik swasta (Velada et al., 2008; Scaduto et
ini menunjukan bahwa hiptosis 5 didukung.
al., 2007; Chiaburu and Marinova, 2005). Hasil
Artinya, realisasi dan pemanfaatan ketrampilan
pengujian dalam penelitian ini menunjukan
hasil pelatihan dalam pekerjaan sehari-hari
bahwa retensi pelatihan dan desain pelatihan
sangat ditentukan oleh keyakinan diri individu
efektif menjadi penentu transfer pelatihan yang
untuk melakukan pekerjaan tertentu.
efektif. Retensi pelatihan adalah tingkatan se-
berapa jauh peserta pelatihan mampu memper-
PEMBAHASAN
tahankan dan menguasai pengetahuan dan
Program pelatihan bagi sebuah organisasi me- keterampilan yang telah diperolehnya setelah
rupakan investasi jangka panjang terhadap pelatihan. Artinya, keefektifan transfer pelati-
sumberdaya manusia yang dimilikinya. Efek han sangat ditentukan oleh kemampuan indi-
yang dihasilkan dari pelatihan tidak langsung vidu menyerap, memahami, dan mengingat
dapat dirasakan hasilnya bagi organisasi, materi pelatihan yang telah diperolehnya. Pe-
karena pelatihan yang diperoleh oleh individu mahaman dan kemampuan mempertahankan
membutuhkan waktu untuk direalisasikan pengetahuan yang telah diperoleh individu
dalam pekerjaan sehari-hari. Realisasi hasil dalam pelatihan tentu menjadi faktor penting
pelatihan tersebut ke dalam pekerjaan sehari- keberhasilan realisasi pengetahuan tersebut
hari disebut dengan transfer pelatihan. Artinya, dalam pekerjaan sehari-hari. Selain itu, desain
individu yang telah mengikuti pelatihan diang- pelatihan efektif juga menjadi penentu kefek-
gap paham, ingat, dan mampu melaksanakan tifan transfer pelatihan. Beberapa indikator
berbagai materi pelatihan yang telah desain pelatihan yang efektif antara lain adalah:
diperolehnya. Apabila individu di dalam materi yang diajarkan dan proses pembelajaran
organisasi melakukan realisasi pelatihan ter- yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kerja
sebut berarti ada efektivitas transfer pelatihan. para tenaga medis, pelatihan yang dilakukan
Transfer pelatihan yang efektif ini dalam mengajarkan ketrampilan baru dan dapat men-
jangka panjang akan menjadi pemicu utama dorong peserta pelatihan untuk mengaplikasi-
untuk mencapai peningkatan produktivitas kan ketrampilan baru tersebut dalam pekerjaan
tenaga kerja (Chiaburu dan Lindsay, 2008; sehari-hari, pemateri atau pelatih yang diguna-
Burke and Hutchins, 2008). kan dalam pelatihan dapat mendorong
Tujuan umum penelitian ini adalah semangat kerja peserta dan fasilitas selama
untuk menguji beberapa faktor yang menjadi pelatihan dapat memenuhi kebutuhan peserta
penentu transfer pelatihan yang efektif, khusus- pelatihan (Noe et al., 2003). Artinya, mana-
nya bagi tenaga kerja di sektor kesehatan. Ber- jemen rumah sakit sebaiknya memperhatikan
dasarkan kajian teoritis transfer pelatihan efek- indikator-indikator tersebut dalam mendesain
pelatihan yang akan dilaksanakan karena me-
tif ditentukan oleh dua aspek utama yaitu
mang secara empiris menunjukan bahwa desain
desain pelatihan dan lingkungan kerja. Desain
pelatihan efektif menentukan keberhasilan
pelatihan terdiri dari dua dimensi yaitu desain
transfer pelatihan yang efektif pula.
efektif dan retensi pelatihan; lingkungan kerja
terdiri dari dukungan supervisor dan dukungan Selain faktor desain pelatihan yang ter-
organisasional. Keempat faktor ini, selain men- diri dari retensi pelatihan dan desain efektif,
faktor penting yang juga menjadi penentu kan aspek desain pelatihan dan keyakinan diri
transfer pelatihan efektif adalah self-efficacy. individu. Desain pelatihan yang perlu dipertim-
Penelitian ini mendukung hasil penelitian se- bangkan adalah retensi pelatihan dan desain
belumnya yang menyatakan bahwa keefektifan yang efektif. Apabila keempat faktor ini
transfer pelatihan ditentukan oleh self-efficacy diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam
(Velada et al., 2007; Holton et al., 2000; membuat kebijakan yang terkait pelatihan,
Chiaburu and Marinova, 2005). Self-efficacy maka self-efficacy individu juga akan
merupakan keyakinan seseorang terhadap terbentuk dan akan sangat membantu
kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu terciptanya transfer pelatihan yang efektif.
atau pekerjaan spesifik yang menjadi tanggung PENUTUP
jawabnya. Berkaitan dengan transfer pelatihan, Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
self-efficacy adalah keyakinan diri seseorang menguji faktor-faktor yang menjadi anteseden
akan kemampuannya untuk merealisasikan transfer pelatihan yang meliputi karakteristik
hasil pelatihan yang telah diikutinya. Individu individu (self-efficacy), lingkungan kerja
dengan self-efficacy adalah individu yang (dukungan organisasi dan supervisor), dan
selalu berpikir positif dan yakin akan desain pelatihan (desain efektif dan retensi
kemampuan yang dimilikinya dalam pelatihan). Hasil penelitian menunjukan bahwa
menjalankan tugas dan kewajibannya. Jadi, transfer pelatihan ditentukan oleh desain
transfer pelatihan akan efektif, aplikasi dan efektif, retensi pelatihan dan self-efficacy.
realisasi hasil pelatihan akan terjadi, apabila
Oleh karena itu, Manajemen rumah
rumah sakit memiliki tenaga medis dengan self-
sakit sebaiknya mempertimbangkan beberapa
efficacy yang tinggi. hal dalam menyusun program pelatihannya agar
Penelitian ini juga mendukung hasil menjadi efektif, yaitu: materi yang diajar- kan
penelitian Tai (2006) yang menunjukan bahwa
dalam pelatihan harus sesuai dengan kebu-
self-efficacy ditentukan oleh retensi pelatihan tuhan kerja tenaga medis atau pengiriman
dan desain pelatihan efektif. Artinya, individu tenaga medis untuk mengikuti pelatihan-
yang mampu memahami dan mempertahankan
pelatihan baik di internal maupun eksternal
materi pelatihan dalam jangka waktu tertentu
rumah sakit sebaiknya mempertimbangkan
juga akan cenderung memiliki self-efficacy aspek kebutuhan rumah sakit; teknik pelatihan
yang tinggi. Individu akan merasa siap karena
dan proses pembelajaran yang digunakan juga
dia sudah merasa cukup dengan bekal penge-
sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga
tahuan dan ketrampilan yang telah diper-
medis dan dapat mendorong tenaga medis
olehnya selama pelatihan. Self- efficacy tidak
untuk semangat mengikuti pelatihan serta ter-
hanya terbentuk dari dalam diri individu seperti
pacu mengaplikasikan hasil penelitiannya di
motivasi dan kemampuan memahami penge-
dalam pekerjaan sehari-hari; presenter dan pe-
tahuan, tapi juga bisa berasal dari faktor
materi pun sebaiknya dipilih yang sesuai
eksternal individu seperti desain pelatihan efek-
dengan kompetensinya dan mampu mendorong
tif. Artinya, self-efficacy bukanlah harga mati
peserta pelatihan untuk dapat bekerja lebih baik
bagi individu tertentu yang memiliki karakter-
dan lebih produktif; pelatihan yang efektif
istik terentu. Self-efficacy dapat dibentuk
adalah juga pelatihan yang mampu meningkat-
dengan menciptakan lingkungan kerja dan pela-
kan komitmen para peserta pelatihan terhadap
tihan yang kondusif. Desain pelatihan efektif
pekerjaan dan tanggung jawabnya di rumah
adalah desain pelatihan yang mampu men-
sakit; adanya metode evaluasi untuk menilai
dorong dan memotivasi individu untuk belajar
seberapa jauh pelatihan yang diadakan oleh
dan mengaplikasikan ketrampilan dan penge-
rumah sakit atau diikuti oleh tenaga medis
tahuan baru yang diperolehnya, sehingga dapat
dapat bermanfaat untuk peningkatan kinerja
memunculkan rasa percaya diri bagi individu
individu dan rumah sakit.
dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Desain
pelatihan efektif juga mengajarkan penge- Manajemen rumah sakit juga sebaiknya
tahuan dan ketrampilan baru sehingga individu mempertimbangkan program tertentu agar para
yakin dalam menyelesaikan permasalahan yang tenaga medis tidak melupakan materi yang
dihadapi dalam pekerjaannya. telah dipelajarinya di dalam pelatihan. Dengan
Jadi, pada intinya, model transfer pela-
tihan yang efektif sebaiknya mempertimbang-
kata lain manajemen rumah sakit sebaiknya bagai variabel pemoderasian. Contoh faktor
memiliki kebijakan agar retensi pelatihan tetap situasional yang dapat dikaji lebih lanjut antara
terjaga selama jangka waktu tertentu. Mana- lain adalah budaya organisasi, struktur organi-
jemen rumah sakit dapat mewajibkan peserta sasi, dan iklim kerja. Faktor disposisional yang
pelatihan untuk melakukan sharing dengan dapat dikaji lebih lanjut antara lain adalah
rekan kerjanya di unit kerja masing-masing, negative affectivity dan positive affectivity.
sehingga materi pelatihan yang telah
diperolehnya tidak hilang begitu saja dan dapat DAFTAR PUSTAKA
bermanfaat untuk unit kerjanya. Manajemen Aube, C., V. Rousseau and EM. Morin. 2007.
rumah sakit juga dapat menyarankan kepada
Perceived Organizational Support
tenaga medis yang telah mengikuti pelatihan
and Organizational Commitment:
untuk membuat laporan hasil pelatihan yang
The Moderating Effect of Locus of
telah diikutinya dan melakukan evaluasi
Control and Work Autonomy.
terhadap tenaga medis tersebut. Tujuan eva-
Journal of Mana- gerial Psychology.
luasi tersebut adalah untuk mengetahui 22: 479-495.
seberapa jauh efek positif dari pelatihan yang
telah diikuti para tenaga medis. Baldwin, T. and K. Ford. (1988). Transfer of
Training: Review and Directions for
Saran Penelitian Selanjutnya Future Research. Personnel Psycho-
logy. 41: 63-105.
Faktor yang menentukan keefektifan transfer
pelatihan tidak hanya terbatas pada self- Bandura, A. 1986. Social foundations of
efficacy, retensi pelatihan, dan desain pelatihan thought and action: A social
efektif. Banyak faktor lain yang dapat menentu- cognitive theory. Englewood Cliffs.
kan keefektifan transfer pelatihan. Karakteristik NJ: Prentice Hall.
individu yang dapat dikaitkan antara lain adalah Bandura, A. 1991. Social Cognitive Theory of
kepribadian dengan pendekatan the big five, Self- Regulation. Organizational
locus of control, learning orientation dan Beha- vior and Human Decision
motivasi pelatihan. Lingkungan kerja lain yang Processes. 50: 248-287.
dapat dikaji antara lain adalah dukungan rekan
kerja, iklim kerja, dan hubungan atasan- Burke, LA. and TT. Baldwin. 1999. Workforce
bawahan (leader member exchange). Selain Training Transfer: a Study of the
itu, faktor sikap kerja seperti komitmen organi- Effect of Relapse Prevention Training
sasional, kepuasan kerja dan keadilan organi- and Transfer. Human Resource
sasional juga dapat dipertimbangkan untuk Manage- ment. 38: 227–43.
penelitian selanjutnya sebagai anteseden trans- Burke, LA. and HM. Hutchins. 2008. A Study
fer pelatihan. Penelitian selanjutnya yang juga of Best Practices in Training Transfer
menarik untuk diuji adalah konsekuen transfer and Proposed Model of Transfer.
pelatihan itu sendiri. Misalnya, menguji penga- Human Resource Development Quar-
ruh transfer pelatihan terhadap kinerja individu, terly. 19: 107-128.
tim atau pun organisasi. Berbagai faktor ter-
sebut dapat digunakan untuk penelitian Chiaburu, DS. and DR. Lindsay. 2008. Can do
selanjutnya agar dapat diperoleh model transfer or will do? The Importance of Self
pelatihan yang lebih komprehensif. Selain itu, effi- cacy and Instrumentality for
penelitian selanjutnya dapat melakukan peneli- Training Transfer. Human Resource
tian dengan setting organisasi publik yang ber- Develop- ment International. 11: 199-
206.
beda seperti instansi pemerintah atau badan
usaha milik pemerintah. Penelitian selanjutnya Chiaburu, DS. and SV. Marinova, 2005. What
juga dapat mempertimbangkan faktor situasi- Predicts Skill Transfer? An Explora-
onal dan disposisional yang dapat menguatkan tory Study of Goal Orientation,
atau melemahkan pengaruh variabel anteseden Train- ing Self efficacy and
terhadap transfer pelatihan. Faktor situasional Organizational Supports.
dan disposisional biasanya diperlakukan se- International Journal of Training and
Development. 9: 110-123.
Colquitt, JA., JA. LePine and RA. Noe. 2000. Research and Practice in Human
Toward an Integrative Theory of Resource Management. 15: 89-107.
Training Motivation: a Meta-analytic
Mustofa, RM. dan AB. Darmawan, 2009.
Path Analysis of 20 Years of Research.
Laporan Penelitian Hibah Kompetitif
Journal of Applied Psychology. 85:
Sesuai Prioritas Nasional, Sumber dana
679–707.
Dikti, Tidak Dipublikasikan
Cooper, DR. and P.S., Schindler. 2003.
Noe, RA., JR. Hollenbeck, B. Gerhart and PM.
Business Research Methods, 8th ed,
Wright, 2003. Human Resource Man-
McGraw- Hill: New York
agement: Gaining A Competitive
Davis WD., DB. Fedor, CK. Parsons and MH. Ad- vantage. McGraw-Hill: New
David. 2000. The Development of York
Self- efficacy During Aviation
Pillai, R. and EA. Williams, 2004. Transfor-
Training. Journal of Organizanional
mational Leadership, Self-efficacy,
Behavior. 21: 857-871.
Group Cohesiveness, Commitment and
Eisenberger, R.. 2002. Perceived Supervisory Performance. Journal of Organizational
Support: Contributions to Perceived Change Management.17: 144-159.
Organizational Support and Employee
Robbins, SP. and TA. Judge. 2011. Organiza-
Retention. Journal of Applied
tional Behavior, 14th edition, Pearson:
Psycho- logy. 87: 565-573.
New Jersey
Facteau, JD., GH. Dobbins, JEA. Russell, RT.
Saks, AM. and M. Belcourt. 2006. An
Ladd and J.D. Kudisch. 1995. The
Investigation of Training Activities and
Influence of General Perceptions of
Transfer of Training in Organizations.
the Training Environment on
Human Resource Management. 45:
Pretraining Motivation and Perceived 629-648.
Transfer of Training. Journal of
Management. 21: 1–25. Scaduto, A., D. Lindsay and DS. Chiaburu.
2008. Leader Influences on Training
Greenberg, J and RA. Baron, 2003. Behavior in Effectiveness: Motivation and
Organizations: Understanding and Outcome Expectation Processes.
Managing the Human Side of Work, 8th International Journal of Training and
edition, Prentice Hall International: Development. 12: 158-170.
New Jersey
Sekaran, U. 2003. Research Methods for
Hair, J., F. Andersen, E. Rolph, Tatham, L.
Business: A Skill-Building Approach.
Ronald, Black and C. William. 1998.
Fourth edition, John Wiley and Sons,
Multivariate Data Analysis, 5th Inc: New York
edition, Prentice-Hall: New Jersey
Tai, Wei-Tao. 2006. Effects of Training Fram-
Holton, EF., RA. Bates and WEA. Ruona,
ing, General Self-efficacy and Training
2000. Development of a Generalized
Motivation on Trainees’ Training
Learning Transfer System Inventory. Effectiveness. Personnel Review. 35:
Human Resource Development Quar- 51-65.
terly. 11: 333–60.
Tesluk, PE., JL. Farr., JE. Mathieu and R.J
Johlke, MC., CL. Stamper dan ME. Shoe- Vance. 1993. Generalization of Em-
maker, 2002. Antecedents to ployee Involvement Training to the
Boundary- Spanner Perceived Job Setting: Individual and
Organizational Support. Journal of Situational Ef- fects. Personnel
Managerial Psychology. 17: 116-128. Psychology. 48: 607-
Kang, D. 2007. Perceived Organisational 632.
Justice as a Predictor of Employees’ Velada R., A. Caetano, JW. Michel, BD.
Motivation to Participate in Training. Lyons, M.J. Kavanagh. 2007. The
effects of training design, individual
characteristics and work environment
on transfer of training. International Wood, R.E. and A. Bandura. 1989. Social
Journal of Training and Development. Cognitive Theory of Organizational
4: 282-294. Management. Academy of Management
Review. 14: 361-384.

Anda mungkin juga menyukai