Anda di halaman 1dari 21

Manusia Dalam

Perspektif Islam
Anggota Kelompok 3 :

1. Galih Tejo Bowo Laksono


2. Jayid Jiddan Kahfi
3. Ridwan Al Alif
4. Tyara Ghina Hasanah
Awal Penciptaan Manusia

Sejak awal penciptaan manusia, sudah menjadi perdebatan makluk


Allah yang lainnya, yakni malaikat, yang deskripsinya diuraikan oleh Allah
dalam Surah al-Baqarah ayat 30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui“. (Al-Baqarah : 30)
Artinya, sejak awal pencitaan manusia, Allah telah menaruh harapan besar pada diri
manusia, bahwa ia satu-satunya khalifah Allah di bumi yang kehadirannya diharapkan
dapat menjaga bumi dengan baik.
Oleh Muhammad Quraish Shihab disebutnya bahwa Allah untuk mensukseskan
tugas-tugas manusia sebagai khalifah fil ard, memperlengkap manusia dengan dua
potensi. Potensi positif dan negatif. potensi positif seperti akal yang dimiliki manusia,3
mampu mengubah kehidupan dunia menjadi lebih baik dan sukses, dan potensi negatif,
seperti nafsu, mampu membuat manusia suka menganiaya dan mengingkari nikmat.4
Keduanya ini adalah ujian bagi manusia, bagi mereka yang bisa meneguhkan komitmennya
sebagai khalifah fil ard bakal diganjar surga, begitupun sebaliknya bagi manusia yang
tak konsisten akan diganjar neraka.
Penyebutan Nama

Di dalam Al Qur’an manusia disebut dengan beberapa istilah, yaitu:


1. Bani Adam
2. Al Basyar
3. Al Insan
4. An Nas.
Bani Adam
Kata Bani Adam digunakan pada aspek historis penciptaannya, dimana

manusia berasal dari satu nenek moyang yaitu Adam. Ayat Al Qur’an yang

menunjukkan bahwa penyebutan manusia dengan kata Bani Adam adalah {(Q.S

5:27), (Q.S 7:26,27,31,35, dan 172)}


Dari ayat-ayat sebelumnya diisyaratkan bahwa:

– Manusia berasal dari satu nenek moyang (Adam), disebut Bani Adam karena Adam
adalah manusia pertama.

– Manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk lain yakni memiliki sifat mulia yang
azali yaitu fitrah (Q.S 30:30)

– Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan azali, sehingga wajib memelihara
dan melestarikan firahnya dari rongrongan iblis baik yang tumbuh dari dalam dirinya
maupun dari luar (Q.S 7:26 dan 317:70, dan Surat 27:35)
Al Basyar
– Kata Al Basyar ini digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan aspek
fisik (lahiriah manusia) atau lebih menitik beratkan pada eksistensi manusia
dari segi penampilan biologis seperti makan, minum, seks, dan lain
sebagainya. Bahkan Al Qur’an menjelaskan pula tentang penciptaan
manusia (bahsyar) dari tanah.
– Ayat-ayat Al Qur’an yang berbicara tentang Al Basyar diantaranya terdapat
dalam surat berikut ini: (Q.S 5:18, 11:27, 14:10-11, 15:28 dan 33, 17:93,
18:110, 21:34-35, 23:24, 25:54, 26:154, 30:20, 36:15, 38:71, 41:6)
Al Insan
Kata Al Insan ini dipergunakan dalam aspek yang sangat luas, diantaranya:
1. Dalam konteks ilmu. Manusia di dorong untuk meraih pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan pengetahuan merupakan karuni khusus bagi manusia.
Allah mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang tidak mungkin diketahui
oleh makhluk lainnya (Q.S 96:1-4)
2. Manusia memiliki musuh yaitu syetan, sesuatu kekuatan yang selalu berusaha
menarik manusia untuk menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma ilahi. (Q.S
12:5)
3. Manusia sebagai pemikul amanat. Allah telah menunjuk manusia sebagai khalifah
Allah di muka bumi dalam arti memberikan wewenang dan kekuasaan kepada
manusia bahkan apapun yang bisa dimanfaatkan dan dikendalikan oleh manusia
diserahkan Allah kepada manusia. (Q.S 33:72)
4. Manusia dalam konteks penggunaan waktu yang menuntut disiplin dan
kesadaran serta kreatifitas yang membawa manusia pada keuntungan
material dan rohani. (Q.S 103:1-3)
5. Manusia dalam hubungannya dengan peranan dan usahanya. Penekanan
nilai kepribadian manusia tergantung kepada usaha yang dilakukannya yang
justru menuntut pertanggung jawaban manusia. (Q.S 53:39)
6. Manusia dalam hubungannya dengan kualitas moral. (Q.S 29:8)
An Naas
Kata “annas” yang merupakan bentuk jamak dari kata “insan” dipergunakan
dalam aspek social manusia yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok
sesama jenis. (Q.S 2:21, 49:13)
Proses Penciptaan Manusia
Proses penciptaan manusia dengan empat cara, yaitu:
1. Diciptakan dari tiada menjadi ada, yaitu dari bahan baku tanah seperti
penciptaan manusia pertama Adam a.s. (Q.S 23:12, 3:59, dan 32:7)
2. Diciptakan dari manusia pertama (Adam), yaitu dari bagian tubuh
manusia pertama, seperti Siti Hawa (Q.S 4:1)
3. Diciptakan tanpa melalui proses persenyawaan sperma Bapak seperti
Nabi Isa a.s. (Q.S 19:16-36)
4. Diciptakan melalui proses persenyawaan sperma dan sel telur
kemudian menjadi nuthfah, alaqoh, mudghah, lahman akhor, makhluk
yang sempurna seperti kita manusia sekarang ini, (Q.S 23:12-16)
Kedudukan Manusia
Di dalam Al Qur’an disebutkan tentang kedudukan manusia, manusia itu
adalah:
a) Makhluk yang termulia (Q.S 17:70)
b) Makhluk yang paling indah bentuk dan kejadiannya (Q.S 95:4)
c) Makhluk yang diberi kebebasan memilih dan bisa membedakan antara
yang baik dan yang buruk. (Q.S 91:7-10)
d) Makhluk yang diberi kemampuan oleh Allah untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan dibekali dengan alat-alat yang mendukungnya dalam meraih
iptek itu (Q.S 96:1-5)
Alat-alat untuk meraih iptek tersebut adalah:
-Pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati (Q.S 16:78)
-Lisan (Q.S 90:8-9, 55:1-3)
-Pena (Q.S 68:1-2, 96:4)
e) Khalifah Allah di muka bumi. (Q.S 2:30)
f) Makhluk yang diberi beban untuk beribadah kepada Allah (Q.S 51:56)
Sifat-Sifat Manusia

– Bodoh, tidak mengetahui, aniaya (Q.S 14:34, 33:72)


– Lemah (Q.S 4:28)
– Keluh kesah (Q.S 70:19)
– Kikir (Q.S 70:19, 17:100)
– Melampaui batas (Q.S 96:6)
– Tergesa-gesa (Q.S 17:11, 21:37)
– Putus asa (Q.S 17:83, 41:39)
– Banyak menentang (Q.S 18:54)
– Enggan bersyukur (Q.S 41:51, 42:48, 100:6-7)
– Merasa cukup (Q.S 96:6-7)
Musuh Manusia
– Syetan/iblis (Q.S 35:6, 2:168-169, 36:60-62)
– Hawa nafsu (Q.S 12:53, 19:59)
– Orang kafir (Q.S 4:101)
– Thaghut (Q.S 28:8, 2:257)
– Orang Munafiq (Q.S 63:4)
Peranan Manusia di Bumi
- Sebagai Hamba Allah (Abdullah)
Sebagai “Abdullah” membawa konsekuensi menghambakan diri
kepada Allah. Karena esensi dan “abdu” adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Kewajiban manusia untuk menghambakan diri kepada Allah
dilator belakangi oleh:
-Tujuan penciptaan manusia hanyalah untuk beribadah (Q.S 2:21, 51:36,
22:72, 41:37, 14:35, 1:4, 11:2, 27:91, 5:76, 13:26, 16:73)
-Untuk mencapai tujuan penciptaan disediakan sarana hidup dan kehidupan
(Q.S 2:22, 2:172, 5:76, 16:114, 10:59, 28:82, 34:15, 45:5, 20:132)
-Sebagai Khalifahtullah
-Tugas khalifah adalah memakmurkan bumi (Q.S 2:30, 30:9,
6:165, 19:19, 10:73, 7:74, 27:62)
-Kekhalifahan harus disertai dengan prestasi dan kemahiran
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang mulia
(Q.S 2:31, 13:29, 103:1-3, 10:4, 22:50, 18:110, 17:84, 3:136,
2:151, 58:11, 61:2-3)
Manusia sebagai khalifah akan mampu memerankan fungsinya apabila:
-Berusaha dan berupaya mengembangkan potensi yang telah
dianugerahkan Allah, yaitu akal pikiran (Q.S 16:78)
-Komitmen terhadap pedoman yaitu Al Qur’an dan As Sunnah sebagai
sumber petunjuk (Q.S 6:125, 2:2 dan 38)
Ketika manusia mampu memadukan antara tugas ibadah dan perannya
sebagai khalifah maka perwujudan manusia yang dicita-citakan yakni “Insan
Kamil” akan dengan mudah tercapai
Sumber

– http://digilib.uinsby.ac.id/19676/6/Bab%203.pdf
– http://id.noblequran.org/quran/surah-al-baqarah/ayat-30/
– https://www.slideshare.net/siedoer/konsep-manusia-menurut-islam

Anda mungkin juga menyukai