Anda di halaman 1dari 1

Energiana Benefitasari

14/367509/SP/26403
Kelas Ekonomi Kerakyatan 2019
LAPORAN KUNJUNGAN KE BKAD NANGGULAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA

Pada hari Kamis 26 September 2019, saya bersama teman satu kelas Ekonomi
Kerakyatan 2019 Fisipol UGM melaksanakan kunjungan ke BKAD Nanggulan, Kulon Progo,
Yogyakarta. Dalam kunjungan tersebut, saya mendapat informasi mengenai program BKAD
serta rantai suplai dari ternak bebek tim pak Maryono.
BKAD (Badan Kerjasama antar Desa) kabupaten Kulon Progo bertugas untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. BKAD mendapat dana dari
APBD dan berjalan sesuai SOP yang ditentukan. BKAD Kulon Progo juga memiliki program
pengembangan, seperti: si jentar (pelayanan umum perizinan jemput antar), mendorong
BUMDES punya unit usaha riil, usaha simpan pinjam, membangun tempat wisata Jogja Agro
Techno Park, dsb. Salah satu pemberdayaan usaha kecil yang dilaksanakan BKAD yaitu
kelompok ternak bebek.
Pak Maryono memulai usahanya sebagai peternak bebek secara kelompok pada tahun
2016. Oktober 2016 diadakan pelatihan dengan anggota awal sebanyak 4 orang, pelatihan juga
dilakukan setiap Rabu Kliwon. Modal awal yang dikeluarkan oleh tim pak Maryono adalah
65juta yang didapat dari pinjaman ke BKAD. Pada tahun 2019 ini jumlah anggota ternak bebek
tim pak Maryono mencapai 16 orang.
Bebek yang diternakkan merupakan bebek kering. Bebek kering artinya tidak dilepas
bebas ke sawah dan tidak boleh berenang di perairan. Bebek diternak secara kering tujuannya
agar mudah untuk menghasilkan telur. Bebek diberi makan tiap pagi dan sore hari. Jumlah bebek
yang dimiliki oleh tim pak Maryono sebanyak 600 ekor. Dari 600 ekor, 85% pasti menghasilkan
telur setiap hari, yaitu 400-500 butir telur tiap hari. Perbandingan antara bebek jantan dan bebek
betina adalah 1:9, dengan begitu dapat menghasilkan telur yang bagus setiap harinya. Telur
tersebut kemudan dijual ke rekan bisnisnya pak Maryono untuk dijadikan telur asin. Tim pak
Maryono menjual telur bebek mentah seharga 1800 rupiah per buah. Kotoran yang dihasilkan
bebek tadi akan diolah menjadi pupuk tanaman dan diberi ke ikan lele sebagai pakan. Bebek
yang dipelihara oleh tim pak Maryono juga dikembangbiakkan dengan 2 jenis alat penetas telur,
yang pertama dengan menggunakan inkubator manual dan inkubator buatan. Bebek yang telah
ditetaskan tadi akan dibesarkan dan diambil telurnya. Setelah bebek berusia 3 bulan, biasanya
bebek akan berhenti bertelur. Pada masa itulah, bebek akan dijual agar peternak tidak mengalami
kerugian. Bebek dijual ke rumah makan milik seorang rekan bisnis dari pak Maryono seharga Rp
50.000 per ekor. Hal diatas merupakan rangkaian supply chain dari ternak bebek pak Maryono.
Masalah yang dimiliki peternak bebek yaitu pakan bebek, karena harganya yang mahal
dan susah didapat. Selain itu, jumlah pakan yang diberikan ke bebek tetap konsisten setiap
harinya, jadi apabila bebek tidak menghasilkan telur dalam sehari peternak dapat mengalami
kerugian. Harga telur yang dijual juga tidak menutup harga pakan bebek sehari-hari. Solusinya
adalah BKAD memberikan bantuan sejumlah pakan bebek ke para peternak disana. Selain itu,
pakan bebek secara berkala perlu ditambahkan vaksin dan vitamin untuk menjaga kualitas bebek.
Menurut saya, usaha ternak bebek diatas memiliki peluang yang bagus untuk memajukan
ekonomi desa. Kegiatan supply chain yang dilakukan oleh pak Maryono dengan rekan-rekannya
akan memberikan keuntungan lebih seperti meningkatkan laba, memangkas biaya operasional,
memberikan kepuasan lebih ke pelanggan, serta mudahnya distribusi produk akan memperbesar
usaha bersama. Selain itu, kegiatan usaha yang dilakukan pak Maryono beserta rekan-rekannya
akan meningkatkan rasa solidaritas antar anggota serta memberikan lahan pekerjaan baru didesa
tersebut, serta membuka usaha baru disana seperti rumah makan.

Anda mungkin juga menyukai