Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemberdayaan
dan Pendayagunaan Masyarakat
Dosen Pengampu: Dr. Masduki, MM
Oleh:
Nama : Annissavitri
NIM : 1103617046
MP 2017 A
Boserup Rahman
Pembangunan
Berbasis Theresia
Masyarakat
2 Kornelius Sumbi dan Firman Firdausi, Jurnal “Analisis Pembangunan Berbasis Masyarakat Dalam
Pengembangan Sumber Daya Masyarakat”, (JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 5, No. 2,
2016), hlm. 41
3 Theresia, dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Surakarta: Alfabeta, 2014), hlm. 29
4 M. Taufiq Rahman, ”Pembangunan Berbasis Masyarakat”,
Peta Konsep
Pembangunan
dari Atas dan
Pembangunan
dari Bawah
Pengertian
Kelebihan
Kelemahan
Pengertian
Perencanaan pembangunan dari bawah ke atas (Bottom-Up) dianggap
sebagai pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih
didasarkan pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari
bawah ke atas ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan di tingkat
masyarakat yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan dan mendapat
dampak dari kegiatan pembangunan yang direncanakan.5 pembangunan dari
bawah memberikan kesempatan kepada masyarakat bawah untuk berinisiatif
sejak perencanaan, dengan asumsi bahwa masyarakat memiliki kemampuan
9
Theresia, dkk, Op.Cit, hlm. 32
10
Ibid., hl. 32
11
Ibid.
Berdasarkan penjelasan tersebut, saya mensintesakan bahwa
pembangunan dari bawah ke atas adalah cara pendekatan perencanaan
pembangunan yang lebih baik dibandingkan dengan pembangunan dari atas ke
bawah. Hal ini karena pembangunan dari atas ke bawah terlalu bersifat otoritas,
yakni hanya mengandalkan asumsi pemerintah tanpa mendengarkan suara
masyarakat. Jika hal ini dilakukan maka belum tentu pembangunan yang
direncanakan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, lebih
baik dilakukan pembangunan dari bawah ke atas agar masyarakat dapat ikut
terlibat dalam merencanakan pembangunan yang dibutuhkan.
Peta Konsep
Materials
Sumber Daya
Lokal Norma dan Nilai
Pembangunan
Manusia
12 Ibid
13
Ibid., hlm. 32
D. Modal Sosial untuk Pembangunan
Peta Konsep
14 Ibid., hlm. 37
dari luar dianggap sebagai pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang
muncul dari dalam masyarakat sendiri.15
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa modal dalam
pembangunan tidak cukup hanya dengan modal manusia atau sumber daya,
melainkan diperlukan pula modal sosial. Hal ini dikarenakan manusia adalaha
makhluk sosial yang mana dengan kepribadian yang berbeda-beda satu sama
lainnya mereka tidak akan mampu menghasilkan sesuatunya itu sendiri, sehingga
diperlukan suatu kerjasama dan kepercayaan antar manusia untuk dapat
mencapai suatu tujuan bersama.
Peta Konsep
15
Rusyidi Syahra, Jurnal “Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi”, (Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 5, No. 1,
2003), hlm. 1
terdapat pada makalah kelompok 1 maka dapat disintesakan bahwa
pembangunan berbasis kebudayaan, adalah suatu program pembangunan yang
mana harus dilandasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.
Pembangunan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan
tetap memperhatikan harmonisasi kearifan lokal. Pembangunan berbasis budaya
ini melibatkan secara aktif peran dari masyarakat untuk menyesuaikan
pembangunan dengan budaya yang ada. Budaya dalam hal ini, tidak hanya
terpaku pada satu aspek akan tetapi dapat pula mengolaborasikan warisan-
warisan budaya yang ada agar pembangunan yang direncanakan dapat
menggambarkan ciri khas dari wilayah tersebut.
Kearifan Lokal
Peta Konsep
Suatu program
pembangunan yang
dilakukan dengan
“Jumlah karakteristik budaya
memperhatikan nilai-nilai,
yang dimiliki oleh sebagian
gagasan-gagasan atau besar masyarakat sebagai
pandangan – pandangan hasil dari pengalaman mereka
setempat dalam mengambil di awal kehidupan”
keputusan agar tindakan
yang dilakukan bersifat
bijaksana, penuh kearifan,
dan bernilai baik serta dapat
diterima dan diikuti oleh
anggota masyarakat.
Kearifan lokal atau local wisdom merupakan gagasan-gagasan atau nilai-
nilai, pandangan-pandangan setempat atau (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya
(Karo, 2011). Kearifan local dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada
di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti untuk mengetahui suatu kearifan local
di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang
ada di dalam wilayah tersebut.16
Pembangunan berbasis kearifan lokal merupakan pembangunan yang
melibatkan kearifan lokal suatu wilayah. Kearifan lokal merupakan modal utama
masyarakat dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial yang adaptif
dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
Kearifan local tidak hanya sekedar sebagai acuan tingkah-laku seseorang,
tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh
keadaban. Secara substansial, kearifan local itu adalah nilai-nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi
acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Kearifan local
adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang, dan
diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka
terhadap alam dan budaya sekitarnya. Kearifan local adalah dasar untuk
pengambilan kebijakan.17
Dalam hal ini, dapat disintesakan bahwa pembangunan berbasis kearifan
lokal adalah pembangunan yang memperhatikan nilai-nilai, pandangan-
pandangan, dan budaya yang ada dimasyarakat setempat dalam pengambilan
keputusannya. Pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal ini
mengandung arti peletakan nilai-nilai setempat sebagai input kebijakan
pembangunan, yang mana hal ini juga dapat dimaknai sebagai apresiasi terhadap
praktik-praktik pembangunan yang diinisiasi oleh pelaku-pelaku lokal.
16
Theresia, dkk, Op.Cit, hlm. 63
17 Ibid
G. Modal Spiritual Dalam Pembangunan
Peta Konsep
Modal Spiritual
dalam
Pembangunan
Suatu keimanan/nilai-
Nilai-nilai budaya
nilai agama
Davies & Guest (dalam Flanagan 2007) mengatakan bahwa istilah modal
spiritual dimengerti sebagai keterkaitan iman religius dengan penggunaan sumber-
sumber budaya. Modal spiritual merupakan kompetensi spiritual yang mengalirkan
nilai-nilai seperti pelayanan, mementingkan orang lain, bijaksana, berbudi, dan
berbagai nilai yang dibangun secara implisit oleh religi.18 Jauhari (2007)
menyatakan modal spiritual adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki
bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Modal spiritual bukanlah
masalah agama atau suatu sistem kepercayaan, melainkan suatu kecerdasan hati
nurani, diawali dengan pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri.19
Modal spiritual menjadi batu karang yang menyangga modal-modal yang
lain. Modal spiritual mengandung komoditas perubahan dalam pemaknaan, visi
yang menginspirasikan, keluhuran, yang kesemuanya itu dapat diterapkan dalam
nilai-nilai fundamental kemanusiaan. Melalui penelitiannya di Amerika Serikat,
Zohar (2004) mengungkapkan modal spiritual ini juga ada di dalam sebuah
bangsa. Pada saat modal spiritual rendah, masyarakat akan lebih sering sakit dan
stress. Selain itu, akan ada banyak depresi, ketergantungan narkoba dan alkohol,
bunuh diri, keretakan keluarga, dan banyak orang akan merasa terasing
menghadapi egoisme, kriminalitas, dan pengrusakan. Dengan perkataan lain,
20 Ibid, hlm. 13