Anda di halaman 1dari 15

Tugas Resume

“Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemberdayaan
dan Pendayagunaan Masyarakat
Dosen Pengampu: Dr. Masduki, MM

Oleh:

Nama : Annissavitri
NIM : 1103617046

MP 2017 A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
APRIL 2020
A. Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat

Peta Konsep Menurut Ahli

Boserup Rahman

Pembangunan
Berbasis Theresia
Masyarakat

Dari Masyarakat, Oleh


Masyarakat dan Untuk
Masyarakat
Suatu upaya menciptakan
pembangunan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dengan
melibatkan partisipasi
/memberdayakan masyarakat
serta potensi sumber daya yang
dimiliki guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan menurut pengertian umum adalah suatu upaya terencana


untuk merubah wilayah dan masyarakat menuju keadaan lebih baik (Boserup, E.,
2017). Dari tinjauan Ilmu sosial, pembangunan diartikan perubahan masyarakat
yang berlangsung secara terus menerus sehingga mampu mewujudkan
kesejahteraan masyarakat secara optimal (Rahman, 2011). Pembangunan
berbasis masyarakat menciptakan masyarakat berdaya dan berbudaya.
Keberdayaan memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan
diri untuk mencapai kemajuan. 1

1 M. Taufiq Rahman, ”Pembangunan Berbasis Masyarakat”,


(http://digilib.uinsgd.ac.id/16000/1/Bahan%20Ajar%20Pemb%20Basis%20Masy.pdf), Diakses pada
tanggal 06 April 2020 Pukul 23.48 WIB)
Pembangunan Berbasis Masyarakat dikenal sebagai konsep
pembangunan yang lebih membuka ruang untuk masyarakat agar dapat terlibat
dalam proses pembangunan sehingga pembangunan dapat mengacu dengan
kebutuhan dengan memanfaatkan potensi yang ada demi perbaikan kualitas
hidup masyarakat.2 Menurut Theresia Aprilila, dkk (2014) pembangunan berbasis
masyarakat, secara sederhana diartikansebagai pembangunan yang mengacu
kepada kebutuhan masyarakat, direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat
dengan memanfaatkan potensi sumber-daya yang dapat diakses oleh masyarakat
setempat.3
Keunggulan pembangunan berbasis masyarakat adalah adanya kesadaran
dari masyarakat akan pentingnya partisipasi mereka di dalam pembangunan.
Kesadaran merupakan kunci utama dari suatu tindakan yang sistematis dan
rasional yang dilakukan oleh masyarakat. Setidaknya dari kesadaran ini dapat
terbentuk konsep pemikiran masyarakat mengenai hak asasi, terkait keadilan dan
kepastian hukum dalam proses pembangunan yang tengah berlangsung (Utama,
I. M. A., 2008).4
Berdasarkan penjelasan tersebut, saya mensintesakan bahwa
pembangunan berbasis masyarakat adalah suatu upaya pembangunan yang
mengacu kepada kebutuhan masyarakat yang mana dilakukan dengan dengan
melibatkan atau memberdayakan masyarakat dengan menggunakan potensi
sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan setempat guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara optimal. Dalam hal ini dapat dikatakan pula
bahwa pembangunan berbasis masyarakat merupakan pembangunan dari
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk kesejahteraan masyarakat.

2 Kornelius Sumbi dan Firman Firdausi, Jurnal “Analisis Pembangunan Berbasis Masyarakat Dalam
Pengembangan Sumber Daya Masyarakat”, (JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 5, No. 2,
2016), hlm. 41
3 Theresia, dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Surakarta: Alfabeta, 2014), hlm. 29
4 M. Taufiq Rahman, ”Pembangunan Berbasis Masyarakat”,

(http://digilib.uinsgd.ac.id/16000/1/Bahan%20Ajar%20Pemb%20Basis%20Masy.pdf), Diakses pada


tanggal 06 April 2020 Pukul 23.48 WIB)
B. Pembangunan dari Atas dan Pembangunan dari Bawah

Peta Konsep

Pembangunan
dari Atas dan
Pembangunan
dari Bawah

Pendekatan Pembangunan Pendekatan Pembangunan


dari Atas (Top-Down) dari Bawah (Bottom-Up)

Pengertian

Kelebihan

Kelemahan

 Pengertian
Perencanaan pembangunan dari bawah ke atas (Bottom-Up) dianggap
sebagai pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih
didasarkan pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari
bawah ke atas ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan di tingkat
masyarakat yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan dan mendapat
dampak dari kegiatan pembangunan yang direncanakan.5 pembangunan dari
bawah memberikan kesempatan kepada masyarakat bawah untuk berinisiatif
sejak perencanaan, dengan asumsi bahwa masyarakat memiliki kemampuan

5 Bappenas, “Perencanaan Menurut Proses/Hirarki Penyusunan”,


(https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-
pelaksanaan/perencanaan-menurut-proseshirarki-penyusunan/), Diakses pada tanggal 07 April 2020
Pukul 01.12 WIB
untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan, serta cara-cara terbaik yang cocok
dengan kondisi mereka.
Sementara perencanaan pembangunan dari atas ke bawah (Top-Down)
adalah model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada
bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan
bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan
pemerintahan, perencanaan top down planning atau perencanaan dari atas ke
bawah adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada
masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja.6 Pembangunan dari atas
menempatkan pemerintah pusat atau elit masyarakat sebagai pencetus gagasan,
dengan asumsi mereka tahu yang terbaik bagi masyarakatnya, tanpa harus
mendengarkan atau mengakomodasi aspirasi masyarakat (bawah). Disini,
masyarakat bawah dilibatkan atau dimobilisasi dengan memberikan insentif dan
menumbuhkan rasa takut.7
 Kelebihan dan Kelemahan
 Kelebihan Pembangunan dari Bawah ke Atas:
1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide
kepada pemerintah dalam menjalakan suatu program.
2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai
dengan keinginan masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu
sendiri sehingga masayarakat bisa melihat apa yang diperlukan dan apa
yang diinginkan.
3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran
masyarakat lebih banyak
4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan
digunakan dalam suatu jalannya proses suatu program8.
 Kekurangan Pembangunan dari Bawah ke Atas:
1. Pemerintah pakan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu
besar.

6 Sora, “Model Pembangunan dari Atas ke bawah & sebaliknya”,


(https://www.beritabandabaro.com/2015/08/model-pembangunan-dari-atas-ke-bawah.html), Diakses
pada tanggal 07 April 2020 Pukul 01.21 WIB
7 Theresia, dkk, Op.Cit.
8
Sora, “Model Pembangunan dari Atas ke bawah & sebaliknya”,
(https://www.beritabandabaro.com/2015/08/model-pembangunan-dari-atas-ke-bawah.html), Diakses
pada tanggal 07 April 2020 Pukul 01.21 WIB
2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu baik karena adanya
perbedaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakan cukup rendah bila
dibanding para pegawai pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlangsung lebih
baik karena adanya selisih paham atau munculnya ide-ide yang berbeda
dan akan menyebabkan kerancuan bahkan salah paham antara
masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-
masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat. 9
 Kelebihan Pembangunan dari Atas ke Bawah:
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut
tidak dapat berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal
2. Yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan
ditanggung oleh pemerintah
3. Mengoptimalkan kinerja para pekerja di pemerintahan dalam
menyelenggarakan suatu program.10
 Kelemahan Pembangunan dari Atas ke Bawah:
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah
yang lebih dominan bila dibandingkan dari masyarakat itu sendiri
2. Masyarakat tidak bisa melihat seberapa jauh suatu program telah
dilaksanakan
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu
program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut
dari awal hingga akhir
4. Tujuan utama program tersebut hendaknya akan dikirimkan kepada
masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu
memahami hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat
5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu
dapat kita temukan dalam proses berjalannya suatu proses
6. Masyarakat menjadi orang kreatif dengan ide-ide mereka11

9
Theresia, dkk, Op.Cit, hlm. 32
10
Ibid., hl. 32
11
Ibid.
Berdasarkan penjelasan tersebut, saya mensintesakan bahwa
pembangunan dari bawah ke atas adalah cara pendekatan perencanaan
pembangunan yang lebih baik dibandingkan dengan pembangunan dari atas ke
bawah. Hal ini karena pembangunan dari atas ke bawah terlalu bersifat otoritas,
yakni hanya mengandalkan asumsi pemerintah tanpa mendengarkan suara
masyarakat. Jika hal ini dilakukan maka belum tentu pembangunan yang
direncanakan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, lebih
baik dilakukan pembangunan dari bawah ke atas agar masyarakat dapat ikut
terlibat dalam merencanakan pembangunan yang dibutuhkan.

C. Sumber Daya Lokal untuk Pembangunan

Peta Konsep
Materials

Sumber Daya
Lokal Norma dan Nilai
Pembangunan

Manusia

Sumber daya lokal untuk pembangunan merupakan seluruh


kemampuan atau kekuatan atau daya yang dimiliki oleh suatu daerah yang
dapat dikembangkan untuk menghasilkan manfaat/keuntungan bagi daerah
tersebut.
Sumber daya adalah sesuatu yang tersedia dan atau dapat disediakan guna
memproduksi sesuatu (rickleft, 2005).12 Sumber daya lokal adalah sumber daya yang
berasal, tersedia, atau digali dari wilayah setempat yang masih termasuk dalam batas
geografis komunitas atau lingkungan sosialnya. Sumber daya lokal, seringkali
dijadikan sumber daya masyarakat, yang diartikan sebagai sumber daya yang mampu
disediakan oleh masyarakat sendiri dengan harga murah atau dengan harga yang
terjangkau.
Dalam teori manajemen konvensional, sumber daya terbagi menjadi sumber
daya alam, money, material, dan machine. Sumber daya alamnya terbatas pada:
(manusia terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan), money (uang), material
(bahan baku, perlengkapan) dan machine (alat atau mesin). Tetapi dalam pandangan
manajemen masa kini yang termasuk dalam sumber daya telah berkembang menjadi:
sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, dan infrastruktur. Bahkan
informasi, waktu, fasilitas, akses, jejaring, dll.13
Berdasarkan pengertian dari sumber daya lokal itu sendiri yang mana
merupakan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menghasilkan
suatu manfaat atau pembangunan yang dibutuhkan masyarakat maka sumber daya
lokal dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yakni sebagai berikut.
Pertama, sumber daya lokal yang bersifat material (material local resources).
Mulai yang terdekat dari diri kita, yaitu tanah, air, udara, barang tambang, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan. Semua itu merupakan sumberdaya lokal yang kita miliki,
dan dapat kita kembangkan sebagai modal pembangunan dan peningkatan
kewibawaan bangsa dan negara.
Kedua, sumber daya lokal yang bersifat nilai dan norma (values local
resources). Keragaman budaya, sebagaimana yang dimiliki bangsa Indonesia
memiliki keragaman nilai dan norma.
Ketiga, sumber daya lokal yang terkait dengan manusia. Manusia Indonesia
memiliki kualitas yang tidak kalah hebatnya dengan manusia non-Indonesia. Oleh
sebab itu, pemberdayaan adalah pendekatan positif untuk membangun kesadaran
partisipasi warga lokal dalam ragam isu pembangunan.

12 Ibid
13
Ibid., hlm. 32
D. Modal Sosial untuk Pembangunan

Peta Konsep

Rasa Saling Saling membantu


Percaya dan
\ Membutuhkan
Modal Sosial
untuk
Pembangunan

Kerjasama Interaksi satu sama


Masyarakat lain

Suatu sumber daya yang diperlukan masyarakat


untuk menciptakan suatu pembangunan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dengan saling
bekerja sama dan saling percaya satu sama lain
agar tujuan yang diinginkan tersebut dapat tercapai.

Berikut pengertian modal sosial menurut para tokoh:


1. Coleman (1988), modal sosial merupakan suatu unsur yang memiliki dua ciri,
yaitu aspek struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur
sosial itu.
2. Putnam (2000), modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial
seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi.
3. Bourdiou, mengartikan modal sosial sebagai totalitas sumber daya, actual
maupun virtual, yang berkembang pada individu maupun satu kelompok
karena memiliki jaringan daam periode tertentu atau hubungan yang informal
yang saling membutuhkan dan menghormati.
4. Cohen dan Prusak L., mengartikan modal sosial sebagai setiap hubungan yang
terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesalingpengertian (mutual
under-standing), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota
kelompok membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien
dan efektif.
5. Hasbullah, menjelaskan modal sosial sebagai salah sesuatu hal yang berkaitan
dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas
hidup yang lebih baik, ditopang oleh norma yang menjadi unsur-unsur
utamanya seperti trust (rasa saling percaya), keimbal-balikan, aturan-aturan
kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.
Modal sosial (social capital) berbeda dengan human capital (Fukuyama
dalam Theresia, 2014). Bentuk human capital adalah ‘pengetahuan dan
‘keterampilan’ manusia. Investasi human capital konvensional adalah dalam
bentuk pendidikan (sekolah), pelatihan, atau mneyelenggarakan pendidikan yang
tepat lainya. Sedangkan modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari
kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu
darinya. Modal sosial dapat dilembagakan dalam bentuk kelompok sosial paling
kecil hingga kelompok masyarakat paling besar.14
Pembangunan, tentunya akan melibatkan substansi-substansinya yang
mendukung pembangunan tersebut. Salah satu yang paling penting yang
mendukung pembangunan adalah modal sosial (Bisena dalam Theresia dkk,
2014)
Masyarakat yang mampu menciptakan pembangunan dan perubahan yang
lebih baik adalah masyarakat yang memiliki budaya ilmiah. Masyarakat seperti
inilah yang menjadi modal dasar dalam pembangunan negara. Selain itu
pembangunan dalam bidang ekonomi juga akan sangat dipengaruhi social capital
ini, sebab masyarakat tidak lagi terpaku pada barang jadi, tapi pandangan kalau
ilmu merupakan sebuah proses.
Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan bantuan dari
luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi, tetapi mereka sendiri juga harus secara
bersama-sama memikirkan dan melakukan langkah-langkah terbaik guna
mengatasi masalah tersebut dengan mengerahkan segenap potensi dan
sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian modal sosial menekankan perlunya
kemandirian dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi, sementara bantuan

14 Ibid., hlm. 37
dari luar dianggap sebagai pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang
muncul dari dalam masyarakat sendiri.15
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa modal dalam
pembangunan tidak cukup hanya dengan modal manusia atau sumber daya,
melainkan diperlukan pula modal sosial. Hal ini dikarenakan manusia adalaha
makhluk sosial yang mana dengan kepribadian yang berbeda-beda satu sama
lainnya mereka tidak akan mampu menghasilkan sesuatunya itu sendiri, sehingga
diperlukan suatu kerjasama dan kepercayaan antar manusia untuk dapat
mencapai suatu tujuan bersama.

E. Pembangunan Berbasis Kebudayaan

Peta Konsep

Pembangunan yang dibuat dengan


memperhatikan nilai-nilai kebudayaan
yang ada di lingkungan masyarakat
tersebut.

Pembangunan berbasis kultur atau kebudayaan bukan sekedar tertuju


pada peningkatan kebudayaan, tetapi juga dalam melaksanakan pembangunan
itu sendiri perlu mendasarkan diri pada kebudayaan yang dimiliki. Khususnya
menyangkut sistem nilai, sikap dan adat istiadat. Berdasarkan penjelasan yang

15
Rusyidi Syahra, Jurnal “Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi”, (Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 5, No. 1,
2003), hlm. 1
terdapat pada makalah kelompok 1 maka dapat disintesakan bahwa
pembangunan berbasis kebudayaan, adalah suatu program pembangunan yang
mana harus dilandasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.
Pembangunan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan
tetap memperhatikan harmonisasi kearifan lokal. Pembangunan berbasis budaya
ini melibatkan secara aktif peran dari masyarakat untuk menyesuaikan
pembangunan dengan budaya yang ada. Budaya dalam hal ini, tidak hanya
terpaku pada satu aspek akan tetapi dapat pula mengolaborasikan warisan-
warisan budaya yang ada agar pembangunan yang direncanakan dapat
menggambarkan ciri khas dari wilayah tersebut.

F. Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

Kearifan Lokal
Peta Konsep

Istilah dari Wales


“Local Genius”
Pembangunan
Berbasis
Kearifan Lokal “The sum of the cultural
characteristics which the vast
majority of a people have in
common as a result of their
experiences in early life”

Suatu program
pembangunan yang
dilakukan dengan
“Jumlah karakteristik budaya
memperhatikan nilai-nilai,
yang dimiliki oleh sebagian
gagasan-gagasan atau besar masyarakat sebagai
pandangan – pandangan hasil dari pengalaman mereka
setempat dalam mengambil di awal kehidupan”
keputusan agar tindakan
yang dilakukan bersifat
bijaksana, penuh kearifan,
dan bernilai baik serta dapat
diterima dan diikuti oleh
anggota masyarakat.
Kearifan lokal atau local wisdom merupakan gagasan-gagasan atau nilai-
nilai, pandangan-pandangan setempat atau (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya
(Karo, 2011). Kearifan local dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada
di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti untuk mengetahui suatu kearifan local
di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang
ada di dalam wilayah tersebut.16
Pembangunan berbasis kearifan lokal merupakan pembangunan yang
melibatkan kearifan lokal suatu wilayah. Kearifan lokal merupakan modal utama
masyarakat dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial yang adaptif
dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
Kearifan local tidak hanya sekedar sebagai acuan tingkah-laku seseorang,
tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh
keadaban. Secara substansial, kearifan local itu adalah nilai-nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi
acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Kearifan local
adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang, dan
diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka
terhadap alam dan budaya sekitarnya. Kearifan local adalah dasar untuk
pengambilan kebijakan.17
Dalam hal ini, dapat disintesakan bahwa pembangunan berbasis kearifan
lokal adalah pembangunan yang memperhatikan nilai-nilai, pandangan-
pandangan, dan budaya yang ada dimasyarakat setempat dalam pengambilan
keputusannya. Pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal ini
mengandung arti peletakan nilai-nilai setempat sebagai input kebijakan
pembangunan, yang mana hal ini juga dapat dimaknai sebagai apresiasi terhadap
praktik-praktik pembangunan yang diinisiasi oleh pelaku-pelaku lokal.

16
Theresia, dkk, Op.Cit, hlm. 63
17 Ibid
G. Modal Spiritual Dalam Pembangunan

Peta Konsep

Sumber Daya Keterlibatan/Keterkaitan

Modal Spiritual
dalam
Pembangunan

Suatu keimanan/nilai-
Nilai-nilai budaya
nilai agama

Davies & Guest (dalam Flanagan 2007) mengatakan bahwa istilah modal
spiritual dimengerti sebagai keterkaitan iman religius dengan penggunaan sumber-
sumber budaya. Modal spiritual merupakan kompetensi spiritual yang mengalirkan
nilai-nilai seperti pelayanan, mementingkan orang lain, bijaksana, berbudi, dan
berbagai nilai yang dibangun secara implisit oleh religi.18 Jauhari (2007)
menyatakan modal spiritual adalah makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki
bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Modal spiritual bukanlah
masalah agama atau suatu sistem kepercayaan, melainkan suatu kecerdasan hati
nurani, diawali dengan pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri.19
Modal spiritual menjadi batu karang yang menyangga modal-modal yang
lain. Modal spiritual mengandung komoditas perubahan dalam pemaknaan, visi
yang menginspirasikan, keluhuran, yang kesemuanya itu dapat diterapkan dalam
nilai-nilai fundamental kemanusiaan. Melalui penelitiannya di Amerika Serikat,
Zohar (2004) mengungkapkan modal spiritual ini juga ada di dalam sebuah
bangsa. Pada saat modal spiritual rendah, masyarakat akan lebih sering sakit dan
stress. Selain itu, akan ada banyak depresi, ketergantungan narkoba dan alkohol,
bunuh diri, keretakan keluarga, dan banyak orang akan merasa terasing
menghadapi egoisme, kriminalitas, dan pengrusakan. Dengan perkataan lain,

18 Tinjauan Modal Spiritual dalam Pembangunan,


(https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/731/2/D_902008002_BAB%20I.pdf), Diakses pada
tanggal 07 April 2020 Pukul 15.29 WIB
19 Ibid
Zohar (2004) yakin tanpa modal spiritual masyarakat akan kehilangan hatinya. Tak
mengherankan, ada yang mengaitkan modal spiritual dengan hati nurani. Secara
gamblang, Jauhari (2007) menyatakan modal spiritual adalah makna, tujuan, dan
pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam
hidup.20
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disintesakan bahwa modal spiritual
dalam pembangunan merupakan modal yang penting dari modal-modal
pembangunan yang lainnya. Modal spiritual ini merupakan batasan yang menjadi
pedoman seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya modal
spiritual ini masyarakat dapat menciptakan program pembangunan dengan cara
terbaik yang mana tidak akan bertolak belakang baik dengan nilai-nilai budaya
maupun nilai-nilai religi, sehingga tidak aka nada yang dirugikan.

20 Ibid, hlm. 13

Anda mungkin juga menyukai