KONSUMSI
OLEH
Kelompok 7
Muliadi (18.2400.075)
Wirdayani (18.2400.079)
Dosen Pengampu
Tentu kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan.
Maka dari tiu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Oleh karena itu, mohon maaf atas segala
kekurangannya.
Demikianlah yang dapat dihaturkan, kami berharap agar makalah yang telah
dibuat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1 Pengertian Konsumsi................................................................................................5
2.2 Ayat-ayat Komsumsi...............................................................................................6
2.3 Dasar-Dasar dan Prinsip-Prinsip Konsumsi Dalam Islam........................................7
2.4 Etika Muslim dalam Berkonsumsi..........................................................................11
2.5 Perilaku Konsumen Muslim...................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi merupaka satu dari tiga pokok ekonomi selain produksi dan
distribusi.Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk
mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan
amkanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah dan
lain-lain.Dalam berkonsumsi seseorang atau rumah tangga cenderung untuk
memaksimunkan daya guna atau utility-nya.Dalam berkonsumsi tidak ada
batasan untuk mencapainya.Sebagaimana ditegaskan Mundell, setiap individu
atau kelompok memiliki hasrat memaksimunkan keiginannya.Keinginan yang
dimaksud adalah kesenangan.2
1
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 148
2
Dede Nurohman,Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Teras,2011) hlm 95
2.2 Ayat-ayat Komsumsi
Dalam al-Quran ajaran tentang konsumsi dapat diambil dari kata kulu
dan isyrabu terdapat sebanyak 21 kali. Sedangkan makan dan minumlah (kulu
wasyrabu) sebanyak enam kali. Jumlab ayat mengenai ajaran konsumsi,
belum termasuk derivasi dari akar kata akala dan ^araba selain fi'il amar di
atas sejumlab 27 kali. Dalam al-Qur'an, di antara ayat-ayat yang mengandung
nilai ajaran konsumsi berdasarkan kata kunci dan kandungan makna konsumsi
adalab sebagaiberikut: (a) al-Baqarab ayat 57, 58 , 60-61, 168, 172-174, 188;
(b) al-Nisa ayat 6, 10, 29; (c) al-Maidah ayat 3, 88, 96; (c) al-An'am ayat 118-
121,141-142; (e) al-A'raf ayat 31-32; (f) at-Taubah ayat 34; (g) Yusuf ayat 47-
48; (h) Hijr ayat 3; (i) al-Nabl ayat 114, 115; (j) al-Isra ayat 26-29; (k)
Tobaayat 81; (1) al-Mu*minuu ayat 51; (m) al-Furqan ayat 7-8, 20, 67; (n) as-
Syuara ayat 79; (o) al-Mulk ayat 15; (p) al-Mursalat ayat46. Selain ayat-ayat
itu, masih banyak ayat-ayat lain tentang konsumsi dalam al-Qur’an yang dapat
diambil dari akar kata ^araba, akhada, dan Iain-lain. Sebagaimana diurai di
atas tentang tabapan metode tafsir, ayat-ayat tersebut dipilah menjadi
kelompok surat Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:
Dari pemilahan tersebut, terlihat babwa ayat-ayat konsumsi lebih banyak yaitu
22 ayat pada 10 surat diturunkan pada periode Makkah atau sebelun Hijrah
Nabi. Sedangkan di Madinah 16 ayat pada 4 surat Hal ini mengandung
indikasi bahwa al-Qur'an mempunyai perhatian yang tinggi tentang konsumsi
seiring tahapan pemberlakuan ajaran-ajaran Islam yang bersifat fundamenal.
Dengan banyaknya ayat al-Qur'an tentang konsumsi, maka mempunyai
implikasi bahwa ajaran ekonomi Islam diletakkan fondasi-fondasinya pada
periode awal Islam. Setelah dipilah berdasar kelompok Makkiyah dan
Madaniyah, ayat-ayat dan surat tersebut, apabila dirunut berdasar urutan
turunnya surat al-Qur'an. Pemilihan ini dimaksudkan untuk melihat tahapan-
tahapan pemberlakuan ajaran al-Qur'an tentang konsumsi. Secara logika, apa
yang turun terdahulu akan bersifat fundamental sedangkan yang turun
belakangan merupakan penjelasan selanjutnya dan biasanya lebih bersifat
operasionaL Data urutan turunnya surat al-Qur*an didasarkan pada data
mushaf Rabithah al alam al-Islami, al-Qur'an al-Karim dan Abu Abdillah al-
Zanzani, Tarikh al-Qur'an.3
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
ataterdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”4
3
Abd Muin Salim, Konsep Kekuasaan Politik dalam al-Qur'an, (Jakarta:LSIK,1994),haL 329-330.
4
Al-Qur’an 2:168
Hal ini bisa dipahami karena seruan yang terkandung didalamnya dibutuhkan
semua umat manusia yakni tentang pentingnya makanan dalam kehidupan.
Lebh penting lagi bahwa penekanannya terletak pada jenis makanannya
terlebih dahulu. Makanan yang dimaksud adalah semua yang tersedia di bumi
dengan catatan khusus yang harus dihalalkan dan baik bagi manusia. “kulu
mimma dil-ardhi halalan thayyiban.”
5
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 158
6
Lilik Nurjannah,Analisis Terhadap Pemikiran Yusuf Qardawi dan Afzalur Rahman Tentang Konsep
Konsumsi Dalam Islam(Skripsi Strata Satu,STAIN Ponorogo,2011),hlm-1
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui.”7
7
Al-Qur;an 7:32
8
Al-Qur’an 25:27
9
Ibid,45
3. Prinsip kesederhanaan,mengandung maksud sesuai dengan kebutuhan dan
tidak berlebih-lebihan karena ini merupakan pangkal dari kerusakan dan
kehancuran baik bagi individu maupun masyarakat.Seperti firman Allah
dalam al-Qur’an A’raf:31.
۟ ُوا َواَل تُس
۟ وا َوٱ ْش َرب
۟ ُوا زينَتَ ُك ْم ِعن َد ُك ِّل م ْس ِج ٍد َو ُكل
۟
ِ ْرفُ ٓوا ۚ ِإنَّهۥُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُمس
َْرفِين ِ َ ِ ٰيَبَنِ ٓى َءا َد َم ُخ ُذ
Ayat ini disampaikan kepada seluruh umat manusia yang pada sejarahnya
adalah anak adam, “yabani ‘adama.” Kemudian ada pembatasan seruan
untuk para umat yang hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah.
Mereka dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang indah pada saat
berada di masjid, “khudzu zinatakum ‘inda kulli masjidin.” Pakaian yang
indah akan nyaman digunakan di dalam masjid sehingga memperlancar
setiap kegiatan dan pakaian yang indah adalah wujud dari kesopanan
terhadap sesama manusia.
Termasuk seruan untuk makan dan minum, “wa kulu’ wa syarbu.” Jika
saat memakai pakaian harus indah dan sopan, maka saat makan dan
minum harus tetap bijak dengan tidak berlebih-lebihan. “wa la’ tusrifu’.
Seringkali rasa lapar dan haus menjadikan manusia terdorong untuk
memuaskan dirinya sendiri. Mestinya lebih bijak dengan tidak berlebih-
lebihan seperti membatasi makan dan minum sesuai dengan kebutuhan
tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas yang diharamkan. Jangan
berlebihan dengan cara tidak benar dalam agama hanya karena hawa
10
Al-qur’an 7;31
nafsu yang menyesatkan. Perihal ini juga dijelaskan dalam QS. Al –
Maidah ayat 77, ‘…la taghlu gi dinikum ghayral-haqqi…”11
11
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 150
12
Muhammad Abdul Mannan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam(Yogyakarta:Bakti Waqaf,1997),hlm 9
13
Yusuf Qardhawi,Norma dan Etika Ekonomi Islam,(Jakarta:Gema Insani Press,1997),hlm 133
Israf adalah melampaui batas hemat dan keseimbangan dalam
berkonsumsi.Dan tabdhir adalah melakukan konsumsi secara berlebihan dan
tidak proposional.Shari’ah islam melarang perbuatan tersebut karena
menyebabkan distori dalam ditribusi harta kekaayaan yang seharusnya tetap
terjaga demi menjaga kemaslahatan hidup masyarakat.14
Ulama fiqh mendefinisikan safi adalah orang yang tidak cerdas dimana
ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariah dan senantiasa
meneuruti hawa nafsunya.Muhammad al-Arabi menambahkan, safih harus
ada pembahasan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan safih berada.
3. Melakukan konsumsi yang seimbang
Konsumsi yang dijalankan oleh seorang muslim tidak boleh
mengorbankan kemaslahatan individu dan masyarakat.Selain itu, tidak
boleh mendikotomikan antara kenikmatan dunia dan akhirat.Bahkan sikap
ekstrim pun harus dijauhkan dalam berkonsumsi.Larangan atas sikap tarf
dan israf bukan berarti mengajak seseorang muslim untuk bersikap
kikir.Akan tetapi, mengajak kepada konsep keseimbangan karena sebaik-
baiknya perkara adalah tengah-tengahnya.15
Allah Swt berfirman, dan orang-orang yang apabila membelanjakan
harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan pembelanjaan
itu di tengah-tengah antara yang demikian.(QS al-Furqan 67).
4. Menjauhi mengkonsumsi atas barang dan jasa yang membahayakan
Shariah mengharamkan konsumsi atas barang dan jasa yang
berdampak negative terhadap kehidupan sosial dan ekonomi yang
didalamnya sarat dengan kemudaratan bagi individu dan masyarakat serta
ekosistem masyarakat bumi.Konsumsi terhadap komoditas dan jasa yang
dapat membahayakan kesehatan dan tatanan kehidupan sosial, sangat
berdampak bagi kehidupan ekonomi.16
14
Ibid 77-78
15
Ibid 79
16
Ibid 80
Komoditas dan jasa yang dikonsumsi seorang muslim harus sesuai
menurut syariah.Dalam arti, barang dan jasa tersebut masuk dalam kategori
tayibah baik lagi bermanfaat.Selain itu, kebutuhan yang ada juga harus
diperbolehkan syari’ah adalah manifestasi dari tayibah dan rezeki seperti
yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an tayibah adalah segala komoditas
yang bersifat hasan baik secara shar’I bersih dan suci.17
2.5 Perilaku Konsumen Muslim
17
Ibid 81
18
Heri Sudarsono,Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,(Yogyakarta:Ekonisia,2002),hlm 151
19
Imamudin Yuliadi,Ekonomi Islam Sebuah Pengantar,(Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam,2001),hlm 178-179
a. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detail permasalahan ekonomi
masyarakat atau negara.Terselenggaranya keberlangsungan hidup manusia
diatur oleh Allah.Dalam surat al Waqi’ah 68:68-69 Allah berfirman:
زَلتُ ُموْ هُ ِمنَ ْال ُم ْز ِن اَ ْم نَحْ نُ ْال ُم ْن ِزلُوْ َن
ْ أَفَ َر َء ْيتُ ُم ْٱل َمٓا َءٱلَّ ِذى تَ ْش َربُون َءاَ ْنتُ ْم اَ ْن
“Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang
menurunkan?Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang
menurunkan?”20
Ketidak mampuan manusia dalam mengatur gejala-gejala ekonomi
dinyatakan al-Ghazali sebagai sesuai yang dialami, karena manusia
mengondisikan pemenuhan kebutuhan berdasarkan tempat dimana dia
hidup.Manusia tidak bisa memaksakan cara pemenuhan hidup orang lain
kepada dirinya ataupun sebaliknya.Seorang muslim yakin bahwa Allah akan
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
b. Dalam konsep islam kebutuhan yang membentuk pada konsumsi seorang
muslim, di mana batas-batas fisik merefleksikan pola yang digunakan
seorang muslim untuk melakukan aktifitas konsumsi, bukan dikarenakan
pengaruh preferensi semata yang mempengaruhi pola konsumsi seorang
muslim.Keadaan ini akan menghindari pola hidup yang berlebih-lebihan,
sehingga stabilitas ekonomi dapat terjaga konsistensinya dalam jangka
panjang.Sebab, pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan akan
menghindari dari pengaruh-pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu Allah
berfirman dalam surat Ali’imran ayat 180.
َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْب َخلُوْ نَ بِ َمٓا ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه هُ َو َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَّهُ ْم ۗ َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا بِ ٖه
ض َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر
ِ ۗ ْت َوااْل َر
ِ اث السَّمٰ ٰو ُ يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ َوهّٰلِل ِ ِم ْي َر
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan
Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi
mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.Apa (harta) yang mereka
kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-
20
Al-qur’an 56:68-69
lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang
kamu kerjakan”.21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk mengurangi
atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan
amkanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah
dan lain-lain
23
Imamudin,Ekonomi Islam,hlm 181-182
Ayat-ayat konsumsi diantaranya : Yusuf: 47-48, Hijr: : 3; al-Nahl;
114,115; al-Isra;17,26-29; Toha: 81; al-Mukminun: 51; al-Furqan: 7-
8,20, 67; as-Syuara: 79; al-Mulk: 15; al-Mursalat 43, 46; al-Baqarah: 57,
58, 60-61,168,172-173,188; al-Nisa: 6,10,29; al-Maidah: 3, 88, 96; at-
Taubah: 34.
Prinsip Konsumsi yaitu keadilan,keberisihan,kesederhanaan, kemurahan
hati, dan moralitas.
Etika Muslim dalam berkonsumsi yakni tidak boleh hidup bermewah-
mewah, menjauhi israf, tabdhir, dan safih, melakukan konsumsi yang
seimbang, dan menjauhi mengkonsumsi atas barang dan jasa yang
membahayakan
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi, aspek kesucian merupakan
aspek yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini, maka pembaca atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami tentang konsumsi dalam tafsir ayat Al-Qur’an.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi
pembaca atau mahasiswa, dalam makalah ini kami mohon maaf jika ada
tulisan kami atau bahasa kami kurang berkenan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan
memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mannan, M. A. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani .