Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STUDI AL- QUR’AN (AYAT EKONOMI)

KONSUMSI

OLEH

Kelompok 7
Muliadi (18.2400.075)

Wirdayani (18.2400.079)

Ihdal Husyeni (18.2400.082)

Dosen Pengampu

Dr. H. Mukhtar Yunus, Lc., M. Th. I.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE


Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan banyak kenikmatnya kepada kami kelompok 7 sehingga mampu
menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an(Ayat Ekonomi) yaitu Makalah
Ayat-ayat Ekonomi Konsumsi ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tentu kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan.
Maka dari tiu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Oleh karena itu, mohon maaf atas segala
kekurangannya.

Demikianlah yang dapat dihaturkan, kami berharap agar makalah yang telah
dibuat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Parepare, 23 April 2020


Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1 Pengertian Konsumsi................................................................................................5
2.2 Ayat-ayat Komsumsi...............................................................................................6
2.3 Dasar-Dasar dan Prinsip-Prinsip Konsumsi Dalam Islam........................................7
2.4 Etika Muslim dalam Berkonsumsi..........................................................................11
2.5 Perilaku Konsumen Muslim...................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aktivitas ekonomi yang paling utama adalah konsumsi. Setelah adanya


konsumsi dan konsumen baru ada kegiatan lainnya seperti produksi/produsen,
distribusi/ditributor dan lain-lain. Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah
Upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu
memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat
(falah). Dalam melakukan konsumsi maka prilaku konsumen terutama
Muslim selalu dan harus di dasarkan pada Syariah Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi ?


2. Apa saja ayat yang terkait konsumsi ?
3. Apa saja prinsip-prinsip konsumsi ?
4. Bagaimana perilaku konsumen muslim ?
5. Bagaimana Etika Umat Muslim berkonsumsi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsumsi

2. Untuk Mengetahui ayat apa saja yang berkaitan dengan konsumsi

3. Untuk Mengetahui prinsip prinsip konsumsi

4. Untuk Mengetahui peilaku konsumen muslim

5. Untuk Mengetahui etika muslim dalam berkonsumsi


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsumsi
Konsumsi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu sandang, pangan dan papan.Jika
dipandang secara khusus, maka sering kali konsumsi hanya terbatas pada pola
makan dan minum.Namun, apabila cakupan konsumsi merupakan gejala
aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan atas penggunaan suatu
produk sehingga mengurangi atau menghabiskan daya produk guna tersebut.1

Konsumsi merupaka satu dari tiga pokok ekonomi selain produksi dan
distribusi.Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk
mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan
amkanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah dan
lain-lain.Dalam berkonsumsi seseorang atau rumah tangga cenderung untuk
memaksimunkan daya guna atau utility-nya.Dalam berkonsumsi tidak ada
batasan untuk mencapainya.Sebagaimana ditegaskan Mundell, setiap individu
atau kelompok memiliki hasrat memaksimunkan keiginannya.Keinginan yang
dimaksud adalah kesenangan.2

Konsumsi itu sendiri bagian yang tidak terpisahkan dari


kehidupan.Dengan konsumsi, seseorang dapat terhindar dari kesulitan dan
problem yang menghalanginya.Oleh karena itu dengan konsumsi
kelangsungan kehidupan bisa diteruskan.

1
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 148
2
Dede Nurohman,Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Teras,2011) hlm 95
2.2 Ayat-ayat Komsumsi
Dalam al-Quran ajaran tentang konsumsi dapat diambil dari kata kulu
dan isyrabu terdapat sebanyak 21 kali. Sedangkan makan dan minumlah (kulu
wasyrabu) sebanyak enam kali. Jumlab ayat mengenai ajaran konsumsi,
belum termasuk derivasi dari akar kata akala dan ^araba selain fi'il amar di
atas sejumlab 27 kali. Dalam al-Qur'an, di antara ayat-ayat yang mengandung
nilai ajaran konsumsi berdasarkan kata kunci dan kandungan makna konsumsi
adalab sebagaiberikut: (a) al-Baqarab ayat 57, 58 , 60-61, 168, 172-174, 188;
(b) al-Nisa ayat 6, 10, 29; (c) al-Maidah ayat 3, 88, 96; (c) al-An'am ayat 118-
121,141-142; (e) al-A'raf ayat 31-32; (f) at-Taubah ayat 34; (g) Yusuf ayat 47-
48; (h) Hijr ayat 3; (i) al-Nabl ayat 114, 115; (j) al-Isra ayat 26-29; (k)
Tobaayat 81; (1) al-Mu*minuu ayat 51; (m) al-Furqan ayat 7-8, 20, 67; (n) as-
Syuara ayat 79; (o) al-Mulk ayat 15; (p) al-Mursalat ayat46. Selain ayat-ayat
itu, masih banyak ayat-ayat lain tentang konsumsi dalam al-Qur’an yang dapat
diambil dari akar kata ^araba, akhada, dan Iain-lain. Sebagaimana diurai di
atas tentang tabapan metode tafsir, ayat-ayat tersebut dipilah menjadi
kelompok surat Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut:

No Surah Makkiyah dan ayatnya No Surat Maddaniyah dan ayatnya


1 Yusuf: 47-48 1 al-Baqarah: 57, 58, 60-61,168,
172-173,188
2 Hijr: : 3 2 al-Nisa: 6,10,29
3 al-Nahl; 114,115 3 al-Maidah: 3, 88, 96
4 al-Isra;17,26-29 4 at-Taubah: 34
5 Toha: 81
6 al-Mukminun: 51
7 al-Furqan: 7-8,20, 67
8 as-Syuara: 79
9 al-Mulk: 15
10 al-Mursalat 43, 46

Dari pemilahan tersebut, terlihat babwa ayat-ayat konsumsi lebih banyak yaitu
22 ayat pada 10 surat diturunkan pada periode Makkah atau sebelun Hijrah
Nabi. Sedangkan di Madinah 16 ayat pada 4 surat Hal ini mengandung
indikasi bahwa al-Qur'an mempunyai perhatian yang tinggi tentang konsumsi
seiring tahapan pemberlakuan ajaran-ajaran Islam yang bersifat fundamenal.
Dengan banyaknya ayat al-Qur'an tentang konsumsi, maka mempunyai
implikasi bahwa ajaran ekonomi Islam diletakkan fondasi-fondasinya pada
periode awal Islam. Setelah dipilah berdasar kelompok Makkiyah dan
Madaniyah, ayat-ayat dan surat tersebut, apabila dirunut berdasar urutan
turunnya surat al-Qur'an. Pemilihan ini dimaksudkan untuk melihat tahapan-
tahapan pemberlakuan ajaran al-Qur'an tentang konsumsi. Secara logika, apa
yang turun terdahulu akan bersifat fundamental sedangkan yang turun
belakangan merupakan penjelasan selanjutnya dan biasanya lebih bersifat
operasionaL Data urutan turunnya surat al-Qur*an didasarkan pada data
mushaf Rabithah al alam al-Islami, al-Qur'an al-Karim dan Abu Abdillah al-
Zanzani, Tarikh al-Qur'an.3

2.3 Dasar-Dasar dan Prinsip-Prinsip Konsumsi Dalam Islam


Dalam hal konsumsi, al-Qur’an memberi petunjuk yang sangat jelas
dan mudah dipahami, al-Qur’an mendorong untuk menggunakan barang-
barang yang baik atau halal dan bermanfaat serta melarang untuk boros dan
melakukan kegiatan konsumsi untuk hal-hal yang tidak penting, al-Qur’an
juga melarang untuk bermewah-mewahan dalam hal pakaian ataupun
makanan.Sesuai dengan firman Allah surat al-baqarah:168

ٌ ِ‫ت ٱل َّش ْي ٰطَ ِن ۚ إِنَّهۥُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمب‬


‫ين‬ ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ ِ َ ‫ض َح ٰلَاًل‬
۟ ‫طيِّبًا َواَل تَتَّبع‬ ۟ ٓ
ِ ْ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ُكلُوا ِم َّما فِى ٱأْل َر‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
ataterdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”4

Ayat ini bersifat umum karena ditunjukkan kepada seluruh manusia


atau tidak terbatas pada orang-orang yang beriman saja.”ya ayyuhan nasu.”

3
Abd Muin Salim, Konsep Kekuasaan Politik dalam al-Qur'an, (Jakarta:LSIK,1994),haL 329-330.
4
Al-Qur’an 2:168
Hal ini bisa dipahami karena seruan yang terkandung didalamnya dibutuhkan
semua umat manusia yakni tentang pentingnya makanan dalam kehidupan.
Lebh penting lagi bahwa penekanannya terletak pada jenis makanannya
terlebih dahulu. Makanan yang dimaksud adalah semua yang tersedia di bumi
dengan catatan khusus yang harus dihalalkan dan baik bagi manusia. “kulu
mimma dil-ardhi halalan thayyiban.”

Halal/halalan dan baik /thayyiban yang dimaksud adalah yang tidak


diharamkan/hurrimat yang secara langsung dapat merugikan kehidupan
manusia5

Disini Islam memerintahkan agar manusia dalam mengkonsumsi


segala sesuatu di dunia ini terbatas pada barang atau jasa yang baik dan halal
yang telah disediakan oleh Allah kepada mereka.Mereka juga diperintahkan
agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan yang berusaha menggoda
manusia untuk mau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah6

Dalamal-Qur’an dijelaskan bahwa dalam hal pemanfaatan nikmat dan


karunia Allah Swt harus dilakukan secara adil dan seimbang sesuai dengan
prinsip syariah, sehingga selain nantinya akan mendapatkan manfaat dari segi
material, juga merasakan kepuasan dari segi spiritual.Islam memperbolehkan
manusia untuk menikmati berbagai karunia kehidupan dunia yang diberikan
Allah Swt, seperti dalam firmaNya surat al-A’raf:32.

۟ ُ‫ت ِمنَ ٱلر ِّْزق ۚ قُلْ ِهى لِلَّ ِذينَ َءامن‬


‫وا فِى ْٱل َحيَ ٰو ِةٱل ُّد ْنيَا‬ ِ َ‫قُلْ َم ْن َح َّر َم ِزينَةَ ٱللَّ ِهٱلَّتِ ٓى أَ ْخ َر َج لِ ِعبَا ِد ِهۦ َوٱلطَّيِّ ٰب‬
َ َ ِ
ِ َ‫ص ُل ٱلْ َءا ٰي‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬ ِّ َ‫ك نُف‬ َ ِ‫صةً يَوْ َم ْٱلقِ ٰيَ َم ِة ۗ َك ٰ َذل‬
َ ِ‫خَال‬

“Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang


telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan)

5
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 158
6
Lilik Nurjannah,Analisis Terhadap Pemikiran Yusuf Qardawi dan Afzalur Rahman Tentang Konsep
Konsumsi Dalam Islam(Skripsi Strata Satu,STAIN Ponorogo,2011),hlm-1
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui.”7

Islam mengajarkan kepada kita agar dalam mengeluarkan atau


membelanjakan harta, dengan tidak berlebihan dan juga tidak kikir atau pelit,
karena sifat berlebih-lebihan merupakan sifat yang akan merusak jiwa, harta
dan juga memberikan efek negative terhadap masyarakat.Sedangkan kikir atau
pelit merupakan sikap yang dapat menahan harta untuk tidak dikeluarkan
meskipun untuk kebutuha yang penting.Seperti dalam firman Allah surat al-
Furqan ayat 67.

َ ِ‫ُوا َو َكانَ بَ ْينَ ٰ َذل‬


‫ك قَ َوا ًما‬ ۟ ‫وا َولَ ْم يَ ْقتُر‬
۟ ُ‫وا لَ ْم يُسْرف‬
ِ
۟ ُ‫َوٱلَّ ِذينَ إ َذٓا أَنفَق‬
ِ

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian”.8

Salah satu pakar ekonomi muslim Muhammad Abdul Mannan


menawarkan lima prinsip konsumsi dalam islam diantaranya:

1. Prinsip keadilan, mengandung pengertian bahwa dalam berkonsumsi


tidak boleh menimbulkan kedzaliman baik bagi individu yang
bersangkutan maupun bagi orang lain.9
2. Prinsip keberisihan, mengandung makna yang sempit dan luas.Makna
yang sempit berarti barang dikonsumsi harus bersih dan sehat atau bebas
dari penyakit yang bisa diindra secara konkrit.Makna yang luas berarti
harus bersih dari larangan shara’.

7
Al-Qur;an 7:32
8
Al-Qur’an 25:27
9
Ibid,45
3. Prinsip kesederhanaan,mengandung maksud sesuai dengan kebutuhan dan
tidak berlebih-lebihan karena ini merupakan pangkal dari kerusakan dan
kehancuran baik bagi individu maupun masyarakat.Seperti firman Allah
dalam al-Qur’an A’raf:31.
۟ ‫ُوا َواَل تُس‬
۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬
۟ ُ‫وا زينَتَ ُك ْم ِعن َد ُك ِّل م ْس ِج ٍد َو ُكل‬
۟
ِ ‫ْرفُ ٓوا ۚ ِإنَّهۥُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُمس‬
َ‫ْرفِين‬ ِ َ ِ ‫ٰيَبَنِ ٓى َءا َد َم ُخ ُذ‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan”.10

Ayat ini disampaikan kepada seluruh umat manusia yang pada sejarahnya
adalah anak adam, “yabani ‘adama.” Kemudian ada pembatasan seruan
untuk para umat yang hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah.
Mereka dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang indah pada saat
berada di masjid, “khudzu zinatakum ‘inda kulli masjidin.” Pakaian yang
indah akan nyaman digunakan di dalam masjid sehingga memperlancar
setiap kegiatan dan pakaian yang indah adalah wujud dari kesopanan
terhadap sesama manusia.

Termasuk seruan untuk makan dan minum, “wa kulu’ wa syarbu.” Jika
saat memakai pakaian harus indah dan sopan, maka saat makan dan
minum harus tetap bijak dengan tidak berlebih-lebihan. “wa la’ tusrifu’.
Seringkali rasa lapar dan haus menjadikan manusia terdorong untuk
memuaskan dirinya sendiri. Mestinya lebih bijak dengan tidak berlebih-
lebihan seperti membatasi makan dan minum sesuai dengan kebutuhan
tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas yang diharamkan. Jangan
berlebihan dengan cara tidak benar dalam agama hanya karena hawa

10
Al-qur’an 7;31
nafsu yang menyesatkan. Perihal ini juga dijelaskan dalam QS. Al –
Maidah ayat 77, ‘…la taghlu gi dinikum ghayral-haqqi…”11

4. Prinsip kemurahan hati, mengandung maksud tindakan konsumsi


seseorang harus bersifat ikhlas dan bukan dipaksakan serta
mempertimbangkan aspek sosial seperti pemberian sedekah
5. Aspek moralitas, mengandung arti bahwa perilaku konsumen muslim
harus tetap tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam islam yang
tercermin baik sebelum, sewaktu dan sesudah konsumsi.12
2.4 Etika Muslim dalam Berkonsumsi
Islam Sebagai pedoman tidak menonjolkan standar atau sifat kepuasan dari
sebuah perilaku konsumsi sebagaimana yang dianut dalam ilmu ekonomi
konvensional seperti utilitas dan kepuasan marginal, melainkan lebih
menonjolkan aspek normative.Kepuasan dari sebuah perilaku konsumsi
menurut islam harus berdasarkan pada tuntunan ajaran islam itu sendiri.Adapun
etika muslim dalam berkonsumsi antara lain:
1. Tidak boleh hidup bermewah-mewah
Hidup sederhana adalah tradisi islam yang mulia, baik dalam membeli
makanan, minuman, pakaian dan kediaman, atau dalam segi kehidupan
apapun.13
Diriwayatkan dari Mu’adh bin jabal ketika ditugaskan ke Yaman,
Rasulullah bersabda jauhkanlah hidup bermewah-mewahan.(HR.Ahmad Al-
Bahaqi).Dampak negative dari hidup bermewah-mewahan adalah adanya
stagnasi dalam peredaran sumber daya ekonomi serta terjadinya distori
dalam pendistribusian.Selain itu, dana investasi akan terkuras demi
memenuhi kebutuhan ekonomi, hingga akhirnya terjadi kerusakan dalam
setiap sendi perekonomian.
2. Menjauhi israf, tabdhir, dan safih.

11
Dwi Suwiknyo,Ayat-Ayat Ekonomi Islam,(Yogyakarta:Pustaka pelajar 2010) hlm 150
12
Muhammad Abdul Mannan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam(Yogyakarta:Bakti Waqaf,1997),hlm 9
13
Yusuf Qardhawi,Norma dan Etika Ekonomi Islam,(Jakarta:Gema Insani Press,1997),hlm 133
Israf adalah melampaui batas hemat dan keseimbangan dalam
berkonsumsi.Dan tabdhir adalah melakukan konsumsi secara berlebihan dan
tidak proposional.Shari’ah islam melarang perbuatan tersebut karena
menyebabkan distori dalam ditribusi harta kekaayaan yang seharusnya tetap
terjaga demi menjaga kemaslahatan hidup masyarakat.14
Ulama fiqh mendefinisikan safi adalah orang yang tidak cerdas dimana
ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariah dan senantiasa
meneuruti hawa nafsunya.Muhammad al-Arabi menambahkan, safih harus
ada pembahasan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan safih berada.
3. Melakukan konsumsi yang seimbang
Konsumsi yang dijalankan oleh seorang muslim tidak boleh
mengorbankan kemaslahatan individu dan masyarakat.Selain itu, tidak
boleh mendikotomikan antara kenikmatan dunia dan akhirat.Bahkan sikap
ekstrim pun harus dijauhkan dalam berkonsumsi.Larangan atas sikap tarf
dan israf bukan berarti mengajak seseorang muslim untuk bersikap
kikir.Akan tetapi, mengajak kepada konsep keseimbangan karena sebaik-
baiknya perkara adalah tengah-tengahnya.15
Allah Swt berfirman, dan orang-orang yang apabila membelanjakan
harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan pembelanjaan
itu di tengah-tengah antara yang demikian.(QS al-Furqan 67).
4. Menjauhi mengkonsumsi atas barang dan jasa yang membahayakan
Shariah mengharamkan konsumsi atas barang dan jasa yang
berdampak negative terhadap kehidupan sosial dan ekonomi yang
didalamnya sarat dengan kemudaratan bagi individu dan masyarakat serta
ekosistem masyarakat bumi.Konsumsi terhadap komoditas dan jasa yang
dapat membahayakan kesehatan dan tatanan kehidupan sosial, sangat
berdampak bagi kehidupan ekonomi.16
14
Ibid 77-78
15
Ibid 79
16
Ibid 80
Komoditas dan jasa yang dikonsumsi seorang muslim harus sesuai
menurut syariah.Dalam arti, barang dan jasa tersebut masuk dalam kategori
tayibah baik lagi bermanfaat.Selain itu, kebutuhan yang ada juga harus
diperbolehkan syari’ah adalah manifestasi dari tayibah dan rezeki seperti
yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an tayibah adalah segala komoditas
yang bersifat hasan baik secara shar’I bersih dan suci.17
2.5 Perilaku Konsumen Muslim

Islam mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan


hidupnya.Demikian pula dalam masalah konsumsi, islam mengatur bagaimana
manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia
berguna bagi kemaslahatan hidupnya.Islam telah mengatur jalan hidup manusia
lewar al-Qur’an dan al-Hadist, supaya manusia dijauhkan dari sifat yang hina
karena perilaku konsumsinya.18
Menurut Dharmmesta dan Hani Handoko, sebagaimana dikutip oleh
Wafiyyatusholiha, perilaku konsumen adalah kegitan-kegiatan individu yang
secara langasung terkait dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang
dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan tersebut.
Dalam ilmu ekonomi konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk
menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Jadi, perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku makan dan
minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya seperti membeli dan memakai
baju, membeli dan memakai sepatu dan sebagainya.19
Seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas beberapa
pertimbangan:

17
Ibid 81
18
Heri Sudarsono,Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,(Yogyakarta:Ekonisia,2002),hlm 151
19
Imamudin Yuliadi,Ekonomi Islam Sebuah Pengantar,(Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam,2001),hlm 178-179
a. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detail permasalahan ekonomi
masyarakat atau negara.Terselenggaranya keberlangsungan hidup manusia
diatur oleh Allah.Dalam surat al Waqi’ah 68:68-69 Allah berfirman:
‫زَلتُ ُموْ هُ ِمنَ ْال ُم ْز ِن اَ ْم نَحْ نُ ْال ُم ْن ِزلُوْ َن‬
ْ ‫أَفَ َر َء ْيتُ ُم ْٱل َمٓا َءٱلَّ ِذى تَ ْش َربُون َءاَ ْنتُ ْم اَ ْن‬
“Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang
menurunkan?Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang
menurunkan?”20
Ketidak mampuan manusia dalam mengatur gejala-gejala ekonomi
dinyatakan al-Ghazali sebagai sesuai yang dialami, karena manusia
mengondisikan pemenuhan kebutuhan berdasarkan tempat dimana dia
hidup.Manusia tidak bisa memaksakan cara pemenuhan hidup orang lain
kepada dirinya ataupun sebaliknya.Seorang muslim yakin bahwa Allah akan
memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
b. Dalam konsep islam kebutuhan yang membentuk pada konsumsi seorang
muslim, di mana batas-batas fisik merefleksikan pola yang digunakan
seorang muslim untuk melakukan aktifitas konsumsi, bukan dikarenakan
pengaruh preferensi semata yang mempengaruhi pola konsumsi seorang
muslim.Keadaan ini akan menghindari pola hidup yang berlebih-lebihan,
sehingga stabilitas ekonomi dapat terjaga konsistensinya dalam jangka
panjang.Sebab, pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan akan
menghindari dari pengaruh-pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu Allah
berfirman dalam surat Ali’imran ayat 180.

‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْب َخلُوْ نَ بِ َمٓا ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه هُ َو َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَّهُ ْم ۗ َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا بِ ٖه‬
‫ض َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫اث السَّمٰ ٰو‬ ُ ‫يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ َوهّٰلِل ِ ِم ْي َر‬

“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan
Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi
mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.Apa (harta) yang mereka
kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-
20
Al-qur’an 56:68-69
lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang
kamu kerjakan”.21

c. Perilaku berkonsumsi seorang muslim diatur perannya sebagai makhluk


sosilal.Maka,berprilaku dikondisikan untuk saling menghargai dan
menghormati orang lain, yang perannya sama sebagai makhluk yang
mempunyai kepentingan guna memenuhi kebutuhan.Perilaku konsumsi
dalam islam akan melihat bagaimana suasana psikologis orang lain.Dengan
keadaan ini maka Islam menjamin terbangunnya pembangunan masyarakat
yang berkeadilan, terhindar dari kesenjangan sosia atau diskriminasi
sosial.Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 29.

‫اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُ ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم‬ ۟ ْ ۟ ٓ


ٍ ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تَأ ُكلُ ٓوا أَ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل إِٓاَّل أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً عَن تَ َر‬
‫ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”22
Bahwa dalam pandangan islam perilaku konsumsi tidak hanya
sekedar memenuhi kebutuhan jasmani tetapi juga sekaligus memenuhi
kebutuhan rohani.Dalam arti, perilaku konsumsi bagi seorang muslim juga
sekaligus merupakan bagian dari ibadah sehingga perilaku konsumsinya
hendaklah selalu mengikuti aturan islam.Dalam kaintannya dengan perilaku
konsumsi, aspek kesucian merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang.Kesucian disini tidak hanya diartikan bersih secara
lahiriah dari unsur-unsur yang kotor dan najis tetapi juga suci dan bersih
dari hasil atau proses yang tidak sesuai aturan islam dalam hal memperoleh
suatu barang, yang akan dikonsumsi seperti dari hasil korupsi, suap,
21
Al-Qur’an 3;180
22
Heri, Konsep Ekonomi,hlm.151-152
menipu, mencuri, berjudi, dan sebagainya.Makanan dan minuman yang
terkontaminasi dengan unsur-unsur yang kotor dan najis akan berakibat
buruk bagi kesehatan.Islam menganjurkan umatnya untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang halal serta mengandung unsur yang
dibutuhkan oleh tubuh seperti vitamin, protein dan mineral.Secara seimbang
pada sisi lain islam mengharamkan makanan seperti babi, anjing, dara,
bangkai dan binatan sembelihan yang disembelih tidak atas nama Allah dan
minuman keras.23
Demikian juga makanan dan minuman yang diperoleh dari hal-hal
yang menyimpang aturan islam akan berakibat buruk secara rohaniah dan
psikologis seseorang.Dalam suatu hadist, Rasulullah mengingatkan bahwa,
manakala seseorang memasukkan dengan sengaja makanan yang haram
kedalam perutnya, ibarat seperti memasukkan bara api neraka ke dalam
perutnya, Hadist ini bisa kita maknai secara harfiah, bahwa kelak di akhirat
orang yang suka dan sengaja mengknsumsi barang haram akan dimasukkan
ke dalamm neraka.Tetapi, hadist ini bisa dimaknai perspektif psikologis
sosial dimana orang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur
yang haram akan berpengaruh secara psikologis terhadap perilaku dan
karakter yang bersangkutan sehingga mendorong munculnya perilaku
negative dan destruktif baik terhadap pribadi maupun lingkungannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk mengurangi
atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan
amkanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah
dan lain-lain

23
Imamudin,Ekonomi Islam,hlm 181-182
 Ayat-ayat konsumsi diantaranya : Yusuf: 47-48, Hijr: : 3; al-Nahl;
114,115; al-Isra;17,26-29; Toha: 81; al-Mukminun: 51; al-Furqan: 7-
8,20, 67; as-Syuara: 79; al-Mulk: 15; al-Mursalat 43, 46; al-Baqarah: 57,
58, 60-61,168,172-173,188; al-Nisa: 6,10,29; al-Maidah: 3, 88, 96; at-
Taubah: 34.
 Prinsip Konsumsi yaitu keadilan,keberisihan,kesederhanaan, kemurahan
hati, dan moralitas.
 Etika Muslim dalam berkonsumsi yakni tidak boleh hidup bermewah-
mewah, menjauhi israf, tabdhir, dan safih, melakukan konsumsi yang
seimbang, dan menjauhi mengkonsumsi atas barang dan jasa yang
membahayakan
 Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi, aspek kesucian merupakan
aspek yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini, maka pembaca atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami tentang konsumsi dalam tafsir ayat Al-Qur’an.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi
pembaca atau mahasiswa, dalam makalah ini kami mohon maaf jika ada
tulisan kami atau bahasa kami kurang berkenan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan
memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Mannan, M. A. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani .

Nurjannah, L. (2011). Analisis Terhadap Pemikiran Yusuf Qardhawi dan Afzalur


Rahman tentang Konsep Konsumsi dalam Islam.

Nurohman, D. (2011). Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam . Yogyakarta : Teras .


Qardhawi, Y. (1997). Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Salim, A. M. (1994). Konsep Kekuasaan Politik dalam Al-Quran . Jakarta : LSIK.

Sudarsono, H. (2002). Konsep Ekonomi Islam Pengantar . Yogyakarta: Ekonisia.

Suwiknyo, D. (2010). Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar .

Yuliadi, I. (2001). Ekonomi Islam Sebuah Pengantar . Yogyakarta: Lembaga


Pengkajian dan Pengalaman Islam .

Anda mungkin juga menyukai