Anda di halaman 1dari 19

PAJAK DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF


Gazali
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Email:

Abstrak

Pungutan pajak tidak boleh memberatkan masyarakat, apalagi sampai


menghambat perkembangan perekonomian suatu bangsa lebih khusus
menghambat masyarakat untuk berkembang, baik secara ekonomi, politik,
dan kesejahteraan. Dalam term pajak, keadilan dapat di artikan kemapuan
membayar dari wajib pajak (ability to pay) dan prinsip benefit (benefit
principle).
Keadilan adalah merupakan harapan dan cita-cita yang ingin direalisasikan di
kehidupan yang nyata, dalam semua dimensi kehidupan sosial kemasyarakatan
persoalan keadilan menjadi dagangan yang laris manis untuk diperbincangkan,
hal itu juga tidak terlepas dari perspektif keadilan terhadap pungutan pajak.
Keadilan merupakan amanat Pancasila pada sila ke-lima yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia, artinya bahwa pungutan pajak harus dapat
memberikan keadilan yang sama bagi wajib pajak diseluruh wilayah indonesia,
tanpa adanya diskriminasi dalam proses pemungutannya. Adil juga dapat
dipahami menempatkan wajib pajak pada posisi/kondisi yang sebenarnya dari
wajib pajak.
Kata kunci : Pajak, Hukum positif, Hukum Islam

A. Pendahuluan
Pajak adalah penyerahan subjek ekonomi lain dengan jalan
pembayaran dari sektor swasta kepada pembentukkan harga dalam lalu
negara, berdasarkan Undang-Undang lintas tukar menukar.
dan gunanya untuk membiayai Teori pengalihan beban pajak
pengeluaran umum. Pengambilan sejak dahulu sampai sekarang
daya beli dari sektor swasta oleh negara menjadi tema utama daripada teori
dalam bentuk pajak meletakkan perpajakan dari segi ekonomi. Hal
beban secara langsung yang dirasakan itu jelas dapat dipahami, apabila
oleh rakyat yang ikut serta dalam dihayati bahwa akibat ekonomi
lalu lintas tukar menukar. Para ahli daripada pemungutan pajak itu
ekonom memusatkan perhatian untuk sebagian besar ditentukan
mereka dalam hal pengalihan beban oleh cara bagaimana para wajib pajak
pajak oleh para wajib pajak kepada mengahadapi kewajiban membayar

84 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


pajak dan khususnya dengan usaha B. Pembahasan
mengalihkan beban pajak seluruhnya 1. Pajak
atau sebagian kepada mereka
Pajak menurut Rochmat
yang menjadi pasangannya dalam
Soemitro adalah iuran rakyat kepada
lalu lintas tukar menukar dengan
kas negara peralihan kekayaan dari
mengadakan perubahan dalam harga
sektor swasta ke sektor pemerintahan
barang dan jasa yang ditawarkan dan
dengan tidak mendapat jasa timbal
yang diminta. Dengan jalan demikian
(tegen prestatie) yang langsung dapat
maka terjadilah transfer beban pajak
ditunjuk dan digunakan untuk
lewat reaksi harga yang lebih lanjut.
membiayai pengeluaran umum
dan pada kejadian ini harga kadang-
atau peralihan kekayaan dari rakyat
kadang mengalami kenaikan pada
kepada kas negara untuk membiayai
barang dan jasa.
pengeluaran rutin dan surplusnya
Menurut AP. Lerner, ada dua digunakan untuk membiayai (public
akibat dengan dipungutnya pajak, yaitu investment).1
: 1. Akan memperbesar pendapatan
Djajadiningrat,2 pajak merupa­
negara. 2. Akan mengurangi dana
kan suatu kewajiban untuk me­
(money incomes) yang tersedia dalam
nyerahkan sebagian kekayaan negara
masyarakat. Akibat yang pertama
karena suatu keadaan,kejadian,
dianggap tidak penting, jika dilihat
dan perbuatan yang memberikan
peranan pajak dalam hubungannya
kedudukan tertentu. Pungutan
dengan fungsi pengisi kas, oleh karena
tersebut bukan sebagai hukuman
negara dengan kekuasaannya bisa
serta menurut peraturan-peraturan
mencetak uang tanpa menimbulkan
yang ditetapkan oleh pemerintah
beban dalam masyarakat. Akibat
dan bersifat memaksa dan tidak
yang kedua yang sangat penting
mendapatkan jasa imbal balik secara
dimana pemungutan pajak akan
langsung.
mengurangi tenaga beli masyarakat.
Di sini pemerintah sebenarnya secara Dari definisi di atas maka kita
sadar bertujuan untuk mengurangi dapat menarik benang merahnya
pendapatan uang dalam masyarakat bahwa pungutan pajak merupakan
dalam rangka menciptakan dan perpindahan sebagian harta kekayaan
mempertahankan tingkat pendapatan masyarakat ke kas negara (state) dalam
nasional yang layak. rangka membiayai penyelenggaraan
1
Rochmat Soemitro dalam Mardiosmo,
Perpajakan Edisi Revisi 2009, Yogyakarta, hal1
2
Djajadiningrat dalam Tunggul Anshari
Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Malang,
Bayumedia Publishing, 2088, hal 5

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 85


negara yang bersifat umum karena dengan cara menentukkan pajak
adanya keadaan, kejadian khusus yang ditetapkan oleh rakyat melalui
yang menuntut adanya partisipasi perantaraan wakilnya di Dewan
masyarakat secara langsung dan Perwakilan Rakyat. Oleh karena
pungutan itu bukan merupakan itu rakyat harus bisa memilih wakil
suatu hukuman, akan tetapi semata- yang mereka pandang mampu dan
mata bentuk ketaatan masyarakat sanggup memperjuangkan cita-cita
terhadap pemerintah selaku dan perjuangan mereka. Penentuan
pemegang kekuasaan. Di samping pemungutan pajak melalui Undang-
itu pemerintah memungut pajak Undang, sekalipun berat bagi
dari rakyat harus didasarkan pada rakyat, akan tetapi karena sudah
landasan yuridis formal yang jelas, disepakati oleh wakilnya, maka
agar tidak terjadi pungutan yang mereka terima dengan baik sebagai
melanggar kaidah atau norma yang suatu produk hukum yang harus
berlaku dalam suatu negara. mengikat mereka. Dalam arti yang
Di negara yang menganut lain, dengan ditetapkannya pajak
faham hukum, segala sesuatu yang dalam Undang-Undang berarti pajak
menyangkut pajak harus ditetapkan bukan perampasan hak/kekayaan
dalam Undang-Undang. Di Indonesia rakyat karena sudah diatur dalam
dasar pemungutan pajak ada Undang-Undang dan disetujui oleh
dalam Undang-Undang Dasar 1945 wakil-wakil rakyat. Juga tidak dapat
tercantum di pasal 23 ayat 2 yaitu dikatakan pembayaran suka rela, oleh
pungutan pajak dan pungutan lainnya karena pajak mengandung kewajiban
harus berdasarkan Undang-Undang. bagi rakyat untuk mematuhinya dan
Apa maksud pasal tersebut adalah apabila rakyat tidak mematuhinya,
bahwa pajak merupakan peralihan maka dapat dikenakan sanksi.3
kekayaan dari sektor swasta ke Kalau pajak didasarkan kepada
sektor pemerintah untuk membiayai kesukarelaan saja maka sudah dapat
pengeluaran negara tanpa ada jasa dipastikan bahwa uang yang masuk
timbal tegen prestasi yang langsung kekas negara mungkin tidak berarti
ditunjuk. Jadi pajak di sini adalah sama sekali, bahkan dapat dikatakan
merupakan kekayaan rakyat yang rakyat tidak akan berkeinginan
diserahkan kepada negara. menyerahkan begitu saja hasil yang
Pasal 23 ayat 2 tersebut diperoleh dengan susah payah tanpa
mem­punyai makna yang sangat ada jasa balik. Di samping itu dengan
mendalam yaitu menetapkan nasib adanya Undang-Undang memberikan
rakyat, betapa tidak rakyat harus
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta,
3

bisa menentukkan nasibnya sendiri PT RajaGrafindo Persada, 2006, hal 31-33

86 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


jaminan hukum kepada wajib pajak Hasil dari pungutan pajak
agar keadilan dapat diterapkan, dapat kita lihat secara nyata dalam
maka faktor lainnya yang harus berbagai bentuk fasilitas publik
diperhitungkan oleh negara adalah seperti jalan, jembatan, rumah sakit,
agar pembuatan peraturan pajak pembelian alat-alat persenjataan
diusahakan agar mencerminkan tempur untuk keamaan negara.
rasa keadilan bagi wajib pajak, Bahkan penggunaan uang pajak
sebab tingkat kehidupan serta daya untuk keperluan kelestarian budaya,
pikul anggota masyarakat tidak posyandu, kelestarian lingkungan
sama. Anggota masyarakat ada yang hidup, penanggulangan bencana, dan
mampu, kurang mampu, bahkan tidak ketinggalan juga dalam aspek
tidak mampu. penegakan hukum, pendidikan,
Pungutan pajak merupakan pemilihan umum, subsidi pangan dan
sumber pembiayaan negara yang BBM, serta kelancaran pembangunan
terbesar yang dahulunya berada pada trasportasi umum lainnya.
urutan kedua penyumbang dana Dengan kata lain sebagian besar
APBN di bawah penerimaan migas. APBN yang dananya bersumber
Akan tetapi sekarang pajak merupakan dari pungutan pajak digunakan
primadona sebagai suplai APBN untuk membiayai berbagai macam
nomor satu, dari seluruh penerimaan penyelenggaraan pemerintahan
negara.4 Ini semua bukan tanpa dasar dan pembangunan. Hal ini sesuai
5

melainkan karena adanya kesadaran dengan amanat UUD 1945 yaitu


individu rakyat indonesia yang sangat (1) melindungi segenap bangsa dan
tinggi dalam membayar pajak dan seluruh tumpah darah indonesia, (2)
sekaligus membantu pembiayaan memajukan kesejahteraan umum
negara. Kesadaran masyarakat ini dan mencerdaskan kehidupan bangsa
patut negara apreasiakan dalam dan, (3) ikut melaksanakan ketertiban
bentuk pembangunan yang berpihak dunia berdasarkan kemerdekaan,
kepada kepentingan rakyat secara perdamaian abadi dan keadilan
keseluruhan, bukan malah sebaliknya sosial.6
melaksanakan politik anggaran yang Hal lain yang perlu kita
tidak berpihak pada kepentingan cermati adalah kejujuran dari wajib
masyarakat secara umum. pajak untuk membayar pajak.
Kejujuran diperlukan dalam rangka
penyampaian Surat Pemberitahuan
4
Wirawan B.Ilyas & Richard Burton, oleh wajib pajak sesuia dengan
Manajemen Sengketa dalam Pungutan Pajak,
Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus, 5
Ibid
Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012, hal 8 6
Ibid

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 87


kenyataan riil atau yang sebenarnya baik mengenai objek pajak yang harus
dari wajib pajak, dengan begitu maka dihitung beserta besaran tarif yang
kontribusi pajak sebagai pengumpul mengaturnya.7
dana terbesar untuk pembangunan Prinsip Self Assessment secara
dapat direalisasikan dengan baik dan jelas nampak dalam ketentuan pasal
efektifnya pungutan pajak tergantung 12 UU Nomor 6 Tahun 1983 yang
pada kejujuran wajib pajak di dalam diubah dengan UU Nomor 16 Tahun
memberikan informasi yang jelas 2009 tentang Ketentuan Umum
dan akurat mengenai sumber pajak Perpajakan menyatakan :
yang bisa dikenakan pada pajak. Di
samping hal tersebut di atas yang a. Setiap wajib wajib pajak wajib
perlu juga kita garis bawahi adalah membayar pajak yang terhutang
ketulusan kita di dalam membayar sesuai dengan ketentuan
pajak, artinya semua pihak harus peraturan perundang-undangan
berpikir dengan nurani serta etika perpajakan, dengan tidak
yang tulus tanpa perlu pertimbangan menggantung pada adanya surat
pada kepentingan kelompok atau ketetapan pajak.
golongan tertentu, yang menjadi b. Jumlah pajak yang terhutang
parameternya adalah kepentingan menurut surat pemberitahuan
bangsa yang lebih besar ketimbang yang disampaikan oleh wajib
kepentingan sesaat suatu kelompok pajak adalah jumlah pajak
atau golongan. yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Sistem Pemungutan Pajak perpajakan.
Sejak reformasi digulirkan c. Apabila Direktur Jendral Pajak
pungutan pajak memakai sistem Self mendapatkan bukti jumlah pajak
Assessment yang berarti bahwa kepada yang terutang menurut surat
wajib pajak diberikan kepercayaan pemberitahuan sebagaimana
penuh untuk melaksanakan dimaksud pada ayat (dua) tidak
pemenuhan kewajiban perpajakannya benar, Dirjen Pajak menetapkan
dengan cara menghitung, menyetor jumlah pajak yang terutang.
dan melaporkan sendiri jumlah pajak
Prinsip Self Assessment tersebut
yang harus dibayarkan ke negara.
di atas pada dasarnya memiliki makna
Sekalipun wajib pajak diberikan
yaitu (1) agar semua wajib pajak
kepercayaan penuh menghitung
bersifat aktif di dalam melaksanakan
jumlah pajak yang harus dibayar, tentu
kewajiban perpajakannya tanpa perlu
saja perhitungan pajak dimaksud
menunggu adanya surat ketetapan
tetap berlandaskan pada aturan
perundang-undangan perpajakan 7
Ibid

88 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


pajak yang akan dikeluarkan oleh pemungutan pajak yang memberikan
petugas pajak (Fiskus). (2) perhitungan wewenang kepada pemerintah
jumlah pajak yang dibayar untuk untuk menentukan besarnya pajak
sementara dianggap sebagai terutang oleh wajib pajak, artinya
perhitungan menurut ketentuan dalam ketentuan ini wewenang
yang berlaku, (3) fiskus memiliki untuk menentukan pajak ada pada
kewenangan untuk melakukan fiskus serta wajib pajak bersifat
perhitungan jumlah pajak yang telah pasif, timbulnya utang pajak setelah
dilaporkan wajib pajak sepanjang surat ketetapan pajak dikeluarkan
fiskus memiliki data bahwa wajib pajak oleh fiscus. Sistem ini umumnya
belum melaksanakan perhitungannya diterapkan terhadap jenis pajak
dengan benar.8 yang melibatkan masyarakat secara
Pemberian kepercayaan penuh luas dari semua lapisan, dimana
melalui sistem Self Assessment masyarakat dipandang belum mampu
kepada wajib pajak seakan memberi untuk menghitung dan menetapkan
ruang amat besar dan sangat pajaknya, misalnya pajak bumi dan
memungkinkan kalau data dan pajak bangunan.
yang dilaporkan oleh wajib pajak Kemudian With Holding System10
kekantor pajak tidak sesuai dengan adalah suatu sistem pemungutan
keadaan yang sebenarnya. Kalaupun pajak yang memberikan wewenang
itu terjadi maka harus diakui bahwa kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan
hal itu merupakan konsekuensi logis bukan wajib pajak yang bersangkutan)
dari sistem yang diberlakukan. Untuk untuk menentukan besarnya pajak
mengimbangi kemungkinan wajib yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-
pajak melakukan kecurangan maka ciri sistem ini terletak pada wewenang
pemerintah harus menyediakan menentukan besarnya pajak terutang
data yang akurat, sehinggga secara yang ada pada pihak ketiga, selain
dini dapat mencegah terjadinya fiscus dan wajib pajak. Misalnya
kecurangan itu. PPh Pasal 21, dimana pemberi kerja,
Di samping sistem yang di bendaharawan pemerintah, dana
sebutkan di atas masih ada sistem pensiun dan sebagainya yang diserahi
lain yang dipergunakan dalam tanggung jawab untuk memotong
sistem pemungutan pajak, yaitu pajak terhadap pengahasilan yang
sistem Official Assessment 9 yaitu mereka bayarkan.

8
Ibid
9
Tunggul Ashari Setia Negara, Pengantar
Hukum Pajak, Malang, Bayumedia Publising,
hal 58 10
Ibid

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 89


3. Asas Pemungutan Pajak tidak terjadi biaya administratif
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak lebih besar
pemungutan pajak perlu memegang daripada penerimaan pajak itu
teguh asas-asas pemungutan pajak sendiri.11
sehingga dapat memilih alternatif W.J. Langen mengemukakan
pemungutannya Adam Smith asas pemungutan pajak lainnya
(Pencetus Teori Four Maxim di buku adalah :
12

“Wealth of Nations”) mengatakan 1. Asas daya pikul yaitu besar


bahwa asas itu meliputi : kecilnya pajak yang dipungut
1. Asas Equality berarti asas harus berdasarkan besar kecilnya
keseimbangan dengan kemam­ penghasilan wajib pajak. Se­
puan atau asas keadilan makin tinggi penghasilan maka
dan didefinisikan bahwa semakin tinggi pajak yang
pemungutan pajak yang dibebankan.
dilakukan harus adil, sesuai 2. Asas manfaat yaitu pajak yang
dengan kemampuan (ability dipungut oleh negara harus
to pay) dan penghasilan wajib digunakan untuk kegiatan-
pajak, tanpa memihak- mihak kegiatan yang bermanfaat untuk
dan diskriminatif. kepentingan umum.
2. Asas Certainty adalah asas 3. Asas kesejahteraan yaitu pajak
kepastian hukum dimana setiap yang dipungut oleh negara
pungutan pajak yang dilakukan digunakan untuk meningkatkan
harus berdasarkan Undang kesejahteraan rakyat.
Undang dan tidak boleh ada 4. Asas kesamaan yaitu dalam
penyimpangan. kondisi yang sama antara wajib
3. Asas Convinience of Payment (Asas pajak yang satu dengan yang lain
Kesenangan) : Asas ini disebut harus dikenakan pajak dalam
juga dengan asas pemungutan jumlah yang sama.
pajak tepat waktu, yaitu pajak 5. Asas beban yaitu yang sekecil-
dipungut saat wajib pajak berada kecilnya: pemungutan pajak
di saat yang baik dan sedang diusahakan sekecil-kecilnya
bahagia, misalnya saat baru atau serendah-rendahnya, jika
menerima pajak penghasilan dibandingkan dengan nilai
atau memperoleh hadiah.
4. Asas Eficiency yaitu biaya
11
Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta,
pemungutan pajak dilakukan Penerbit Salemba Empat, 2005, hal 13
seefisien mungkin sehingga 12
www. Cosmovanilast. Blogspot.Com
diakses tanggal 21 Juli 2014

90 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


obyek pajak, sehingga tidak Asas ini bertujuan untuk menjaga
memberatkan para wajib pajak. agar pemungutan pajak tidak
Selanjutnya Adolf Wagner13 menganggu kemajuan ekonomi,
menyampaikan bahwa asas namun dimungkinkan kebijaksanaan
pemungutan pajak adalah: pemerintah justru dibuat untuk
mempengaruhi konsumsi
1. Asas politik finalsial  yaitu pajak
masyarakat.
yang dipungut negara jumlahnya
harus memadai sehingga dapat Asas keadilan dalam pemungutan
membiayai atau mendorong pajak harus mampu diterapkan
semua kegiatan negara. dalam kenyataan yang sebenarnya,
2. Asas ekonomi yaitu penentuan oleh karena itu menurut Richard A.
obyek pajak harus tepat misalnya: Musgrave dan Peggy B. Musgrave
pajak pendapatan, pajak untuk diperlukan dua macam asas keadilan
barang-barang mewah dll. dalam pemungutan pajak, yaitu; (a)
Benefit Principle artinya dalam sistem
3. Asas keadilan yaitu pungutan
perpajakan yang adil, setiap wajib
pajak berlaku secara umum
pajak harus membayar pajak sejalan
tanpa diskriminasi, untuk
dengan manfaat yang dinikmatinya
kondisi yang sama diperlakukan
dari pemerintah. (b) Ability Principle
sama pula.
artinya pajak dibebankan kepada
4. Asas administrasi yaitu wajib pajak atas dasar kemampuan
menyangkut masalah kepastian membayar.15
perpajakan (kapan, dimana harus
membayar pajak), keluwesan 3. Keadilan dalam Pemungutan
penagihan (bagaimana cara Pajak
membayarnya) dan besarnya Pengertian keadilan merupakan
biaya pajak. pengertian yang sangat luas dan pelik.
5. Asas yuridis adalah segala Dalam hubungan ini dikemukakan
pungutan pajak harus ber­ pengertian secara khusus, yaitu
dasarkan Undang-Undang. pengertian keadilan dalam hukum
Jhon F. Due14 mengatakan bahwa pajak. Salah satu sendi keadilan
pemungutan pajak harus bersifat dalam hukum pajak adalah Equality
netral artinya tidak mempengaruhi (perlakuan yang sama) kepada wajib
pilihan masyarakat untuk meng­ pajak, yang tidak membedakan
konsumsi atau memproduksi barang. kewarganegaraan, baik pribumi,
maupun asing, dan tidak membedakan
agama, aliran politik, dan sebagainya.
13
www. Cosmovanilast. Blogspot.Com
diakses tanggal 21 Juli 2014
14
Waluyo, Perpajakan…..14 15
Waluyo, Perpajakan ....hal13

M u ’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 91


Namun, apabila ada pertentangan beberapa kasus kontroversial untuk
kepentingan antara kepastian hukum menunjukkan bahwa desakan
pajak dan prinsip keadilan pajak, ‘keadilan’ tidak akan bisa menjawab
maka dalam hal ini yang harus kontroversi tersebut dimana hanya
didahulukan adalah kepastian hukum kalkulasi kemanfaatan saja yang
guna menjamin pelaksanaan pajak sanggup menjawabnya.
kepada setiap wajib pajak.16 Kepastian Lebih lanjut Jhon Stuart Mill
hukum merupakan aplikasi dari memperkenalkan 6 (enam) kondisi
penegakan hukum. Penegakan umumnya yang disepakati sebagai hal
hukum merupakan penerapan yang ‘tidak adil’ atau ketidakadilan :
produk hukum yaitu undang-undang (a) memisahkan manusia dari hal-hal
guna mewujudkan keadilan pajak yang atasnya mereka memiliki hak
sehingga tercipta kemaslahatan hidup legal. (b) memisahkan manusia dari
berbangsa dan bernegara. hal-hal yang atasnya mereka memiliki
Jhon Stuart Mill17 dalam bukunya hak moral. (c) manusia tidak menerima
Utilitarianism, melihat keadilan tidak apa yang layak diterimanya, kebaikan
muncul dari sekedar “insting asli yang yang bertindak benar dan keburukan
sederhana di dada manusia, melainkan bagi yang bertindak keliru.(4)
dari kebutuhan akan dukungan perselisihan iman di antara orang
manusia. Keadilan juga adalah nama perorangan. (5) bersikap setengah-
bagi persyaratan moral tertentu yang setengah, artinya menunjukkan
secara kolektif berdiri lebih tinggi dukungan hanya sebagai pemanis
di dalam skala kemanfaatan sosial, di bibir. (6) mengancam atau
karenanya menjadi kewajiban yang menekan orang lain yang tidak setara
lebih dominan ketimbang persyaratan dengannya.18
moral lainnya. Basis argumen di atas Oleh karena itu dia me­
berawal dari 3 (tiga) tahap kesimpulan. nyimpulkan bahwa keadilan adalah
Pertama menghitung bentuk ketidak- nama bagi kelas-kelas aturan moral
adilan dan menyelidiki sifat umum tertentu yang menyoroti esensi
di antara mereka. Kedua menyelidiki kesejahteraan manusia lebih dekat, dan
kenapa muncul perasaan yang sangat karenanya menjadi kewajiban yang
kuat mengenai keadilan dan meneliti lebih absolut dari aturan penuntun
apakah perasaan tersebut dilandaskan hidup apapun lainnya. Keadilan juga
pada kemanfaatan. Ketiga mengkaji merupakan suatu konsepsi dimana
16
www. Rezwan-Razki. Blogspot. Com kita menemukan salah satu esensinya
diakses tanggal 21 Juli 2014 yaitu hak yang diberikan kepada
17
Jhon Stuart Mill dalam Karen Lebacqz,
Teori-Teori Keadilan (Six Theories of Justice),
Bandung , Nusa Media, 2013, hal 19 18
Ibid

92 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


individu, mengimplikasikan serta pajak, maka menurut R. Santoso
memberikan kesaksian mengenai Brotodiharjo dalam bukunya
kewajiban yang lebih mengikat.19 Pengantar Ilmu Hukum, ada
Hans Kelsen20 mengungkapkan beberapa teori yang mendasari adanya
ide keadilan adalah mengatur pemungutan pajak, yaitu:22
perilaku manusia dan berlaku bagi Teori Asuransi, menurut teori
manusia semuanya, serta semua ini negara mempunyai tugas untuk
orang menemukan kegembiraan melindungi warganya dari segala
di dalamnya. Maka keadilan sosial kepentingannya baik keselamatan
adalah kebahagiaan sosial. Jika jiwanya maupun keselamatan harta
demikian halnya, keadilan dimaknai bendanya. Untuk perlindungan
dengan kebahagiaan sosial maka akan tersebut diperlukan biaya seperti
tercapai kebutuhan individu sosial layaknya dalam perjanjian asuransi
yang terpenuhi. Tata aturan yang deiperlukan adanya pembayaran
adil adalah tata aturan yang dapat premi. Pembayaran pajak ini dianggap
menjamin pemenuhan kebutuhan sebagai pembayaran premi kepada
tersebut. negara. Teori ini banyak ditentang
Teori keadilan distributif karena negara tidak boleh disamakan
yang dikemukakan oleh Aristoteles21 dengan perusahaan asuransi.
bahwa sangat tepat keadilan pajak Teori Kepentingan, menurut teori
ditilik dari sisi besar kecilnya jumlah ini dasar pemungutan pajak adalah
pembayaran pajak. Namun keadilan adanya kepentingan dari masing-
pajak tidak melulu diukur dengan masing warga negara. Termasuk
parameter besar kecilnya pajak. kepentingan dalam perlindungan jiwa
Akan tetapi keterlibatan masyarakat dan harta. Semakin tinggi tingkat
dalam membayar pajak merupakan kepentingan perlindungan, maka
makna yang sangat berarti sebab semakin tinggi pula pajak yang harus
akan membantu meringankan beban dibayarkan. Teori ini banyak ditentang,
pemerintah serta mewujudkan karena pada kenyataannya bahwa
keadilan pajak bagi negara. tingkat kepentingan perlindungan
Untuk menyatakan keadilan orang miskin lebih tinggi daripada
kepada negara dalam memungut orang kaya. Ada perlindungan
jaminan sosial, kesehatan, dan lain-
lain. Bahkan orang yang miskin justru
Ibid
19

Jimly Asshiddiqi & Ali Safa’at, Teori


20 dibebaskan dari beban pajak.
Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta, Konstitusi
Press, 2012, hal 17
21
Wirawan B.Ilyas & Richard Burton, Manajemen
22
R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar
Sengketa…… hal 15 Ilmu Hukum, Bandung, Erosco Nv, 1981.

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 93


Teori Gaya Pikul, menurut teori tersebut, namun teori ini banyak
ini bahwa dasar keadilan pemungutan dipersoalkan oleh para ahli karena
pajak terletak pada jasa-jasa yang menyamakan perlindungan negara
diberikan oleh negara kepada dengan pembayaran asuransi. Kalau
masyarakat berupa perlindungan kita cermati di dalam ketentuan
jiwa dan harta bendanya. Oleh karena Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
itu, untuk kepentingan perlindungan, tugas negaralah yang memberikan
maka masyarakat akan membayar perlindungan terhadap rakyat, bukan
pajak menurut daya pikul seseorang. disebabkan karena rakyat membayar
Teori Bakti, atau juga teori pajak, ada atau tidaknya pajak yang
kewajiban mutlak artinya negara dibayarkan oleh rakyat, negara tetap
hak mutlak untuk memungut pajak. memberikan perlindungan terhadap
Dilain pihak, masyarakat menyadari rakyatnya.
bahwa pembayaran pajak sebagai Akan tetapi sebagai bakti rakyat
suatu kewajiban untuk membuktikan terhadap negara, maka rakyat harus
tanda baktinya terhadap negara. rela memberikan kontribusinya
Dengan demikian dasar hukum pajak melalui pembayaran pajak, hal itu
terletak pada hubungan masyarakat menunjukkan adanya hubungan
dengan negara. yang erat antara negara dengan
Teori Asas Daya Beli, menurut rakyat. Rakyat memikul beban
toeri ini bahwa penyelenggaraan bersama-sama dengan negara dalam
kepentingan masyarakat dianggap rangka pembangunan di seluruh
sebagai dasar keadilan pemungutan aspek kehidupan bangsa/negara.
pajak yang bukan kepentingan Pemungutan pajak juga harus
individu atau negara, sehingga memperhatikan kemampuan daya
lebih menitikberatkan pada fungsi pikul rakyat artinya kemapuan wajib
mengatur. pajak pada saat dipungut pajak. Bukan
sebaliknya pajak dipungut pada saat
Pendapat R. Santoso Broto­ ekonomi masyarakat.
diharjo di atas dapat kita simpulkan
bahwa pembayaran pajak di C. Pajak dalam Islam
ibaratkan dengan membayar premi Dalam Istilah Bahasa Arab,
asuransi karena negara memberikan pajak dikenal dengan Adh-Dharibah
perlindungan kepada warga negara/ atau bisa juga disebut dengan Al-
rakyat terhadap harta, jiwanya. Oleh Maks, yang artinya “pungutan
karena itu negara boleh memungut yang ditarik dari rakyat oleh para
pajak kepada rakyat dengan
berdasarkan jasa yang diberikan

94 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


penarik pajak.23 Imam al-Ghazali Islam, yang sekaligus membedakanya
dan Imam al-Juwaini, pajak adalah dengan pajak dalam sistem kapitalis
apa yang diwajibkan oleh penguasa Non-Islam yaitu:27
(pemerintahan muslim) kepada Pajak (dharibah) bersifat
orang-orang kaya dengan menarik temporer, tidak bersifat kontinyu
dari mereka apa yang dipandang hanya boleh di pungut ketika baitul
dapat mencukupi (kebutuhan Negara mal tidak ada harta atau kurang.
dan masyarakat secara umum) ketika Ketika baitul mal sudah tersisi
tidak ada kas di dalam baitul maal.24 kembali, maka kewajiban pajak bisa
Abdul Qadim Zallum berpendapat dihapuskan. Berbeda dengan zakat
pajak adalah arta yang diwajibkan yang tetap dipungut sekalipun tidak
allah Swt. Kepada kaum muslim untuk ada lagi pihak yang membutuhkan
membiayai berbagi kebutuhan dan (mustakhir). Sedangkan pajak menurut
pos-pos pengeluaran yang memang Non Islam adalah abadi.
diwajibkan atas mereka, pada kondisi
baitul mal tidak ada uang atau harta.25 1. Pajak (dharibah) hanya boleh
dipungut untuk pembiayaan
Ada istilah-istilah lain yang mirip yang merupakan kewajiban
dengan pajak atau adh-Dharibah di bagi kaum muslim dan sebatas
antaranya adalah : jumlah yang diperlukan untuk
a. Al-jizyah ialah upeti yang harus pembiayaan wajib tersebut tidak
dibayarkan ahli kitab kepada boleh lebih. Sedangkan pajak
peerintahan Islam menurut non-islam ditunjukan
b. Al-Kharaj ialah pajak bumi yang untuk seluruh warga tanpa
dimiliki oleh Negara islam membedakan agama.
c. Al-Usyur ialah bea cukai bagi 2. Pajak (dharibah) hanya di ambil
para pedagang non muslim yang dari kaum muslim dan tidak
masuk ke Negara Islam.26 dipungut dari non-muslim.
Sebab dharibah dipungut untuk
1. Karakteristik Pajak (Dharibah)
membiayai keperluan yang
menurut Syariat
menjadi kewajiban bagi kaum
Ada beberapa ketentuan tentang
muslim, yang tidak menjadi
pajak (dharibah) menurut Syariat
kewajiban non-muslim.
Sedangkan teori pajak Non-Islam
23
Majalah Pengusaha Muslim,Edisi 18
Volume 2/ Juni-Juli 2011, hal 42 tidak membedakan muslim dan
24
Ibid
25
Abdul Qadim Zullum dalam Gusfahmi,
Pajak Menurut Syariah,Jakarat, PT RajaGrafindo
Persada, hal 32. 27
Abdul Qadim Zullum dalam Gusfahmi,
26
Majalah Pengusaha,……. Hal 43 Pajak Menurut Syariah,…… Hal 34

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 95


non-muslim dengan alasan tidak sekarang berbeda pendapat di dalam
boleh diskriminasi. menyikapinya.
3. Pajak (dharidah) hanya dipungut Pendapat pertama menyatakan
dari kaum muslim yang kaya, bahwa pajak tidak boleh sama sekali
tidak dipungut dari selainnya. dibebankan kepada kaum muslimin,
Orang kaya adalah orang yang karena kaum muslimin sudah dibebani
memiliki kelebihan harta kewajiban zakat. Di antara dalil-dalil
dari pembiayaan kebutuhan syar’i yang melandasi pendapat ini
pokok dan kebutuhan lainnya adalah sebagai berikut:28
bagi diri dan keluarganya
1. Firman Allah Taala:
menurut kelayakan masyarakat
sekitarnya. Dalam pajak non- Wahai orang-orang yang beriman,
islam, kadangkala juga dipungut janganlah kamu saling memakan
atas orang miskin, seperti pajak harta sesamamu dengan cara yang
bumi dan bangunan (PBB) atau bathil…” (QS. An-Nisa’:29)
PPN yang tidak mengenal siap Dalam ayat ini Allah melarang
subjeknya, melainkan melihat hamba-Nya saling memakan harta
objek (barang atau jasa) yang di sesamanya dengan jalan yang tidak
konsumsi. dibenarkan. Dan pajak adalah salah
4. Pajak (dharidah) hanya satu jalan yang bathil untuk memakan
dipungut sesuai dengan jumlah harta sesamanya.
pembiayaan yang diperlukan
2. Rasulullah Shallallauhu’alaihi
tidak boleh lebih.
wassallam bersabda:
5. Pajak (dharidah) dapat dihapus
Janganlah kalian berbuat
bila sudah tidak diperlukan.
dzalim beliau mengucapkannya tiga
Menurut teori pajak Non-Islam,
kali Sesunggunhya tidak halal harta
tidak akan dihapus karena hanya
seseorang muslim kecuali dengan
itulah sumber pendapatan.
kerelaan dari pemiliknya. (HR.
Berdasarkan istilah-istilah diatas Imam Ahmad V/72 no. 20174, dan
(al-jiyaz, al-Kharaj dan al-usyur), dapat di shahihkan oleh Al -Albani dalam
dikatakan bahwa pajak sebenarnya shahih Wa Dhaif Jami’ush Shagir no.
diwajibkan bagi orang-orang Non 1761 dan 1459).
Muslim kepada pemerintahan Islam
sebagai bayaran jaminan keamanan. 3. Hadist yang diriwayakan
Maka ketika pajak tersebut diwajibkan dari Fathimah binti Qais
kepada kaum muslimin, para ulama Radiallahu’anha bahwa dia
dari zaman sahabat, tabi’in hingga
28
Majalah, Pengusaha Muslim,… hal 43

96 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


mendengar Rasulullah SAW Al-Hadist Ash-Shahihah hal. 715-
Bersabda : 716).
“tidak ada kewajiban dalam harta Imam Nawawi Rohimahumullah
kecuali zakat.” (HR. Ibnu majah menjelaskan bahwa dalam hadits
1/570 no. 1789 hadist ini dinilai ini terdapat beberapa pelajaran dan
dho’if (lemah) oleh syekh Al- hikmah yang agung diantaranya
Albani karean di dalam sanandnya ialah: bahwasannya pajak termasuk
ada perawi yang bernama Abu seburuk-buruk kemaksiatan dan
Hamzah ( Maimun), Menurut termasuk dosa yang membinasakan
Imam Bukhari, ‘dia ridak cerdas. (pelakunya) hal ini lantaran dia
akan dituntuk oleh manusia dengan
Mereka mengatakan bahwa
tuntutan yang banyak sekali di akhirat
dalil-dalil syar’i yang menetapkan
kelak.” ( sanad shahih muslim XI/202
adanya hak wajib pada harta selain
oleh Imam Nawawi).
zakat hanyalah bersifat anjuran bukan
kewajiban yang harus dilaksanakan, 2. Hadist Uqbah bi Amir RA.
seperti hak tamu atas tuan rumah Berkata: saya mendengar
mereka juga mengatakan hak-hak Rasulullah SAW. “ tidak akan
tersebut hukumnya wajib sebelum masuk surga orang-orang yang
disyariatkan kewajiban zakat, namun mengambil pajak secara dzalim.
setelah zakat diwajibkan, maka hak- (HR. Abu Daud II/147 no. 2937.
hak wajib tersebut menjadi mansukh Hadist ini dinilai dho’if oleh
dihapuskan/dirubah hukumnya dari syekh Al-Albani).
wajib menjadi sunnah. Dari beberapa dalil diatas banyak
2. Hadist Buraidah Radiyallahu para ulama yang menggolongkan
’anhu dalam kisah seorang pajak yang dibebankan pada kaum
wanita Ghamidiyah yang muslim secara zalim dan semena-
berzina, Rasulullah SAW mena, sebagai perbuatan dosa besar,
Bersabda: seperti yang dinyatakan oleh imam
Ibnu Hamz di dalam Maratib al Ijma’
“Demi Dzat yang jiwaku berada Imam Az-Zahabi di dalam bukunya
ditangan-Nya, sesungguhnya Al- kabair, Imam Ibun Hajar al-
perempuan itu benar-benar bertobat, haitami didalam az-Zawajir’an iqtirafi
sekiranya seorang pemungut pajak al kabair, syaikh Shiddiq Hasan khan
bertaubat sebagaimana taubatnya di dalam ar-raudah an-Nadiyah, syekh
wanita itu, niscaya dosanya akan Syamsul al-Haq abadi didalam Aun al-
diampuni.” (HR. Muslim III/557 ma’bud dan selainnya.
no.4442 dan di shahihkan oleh
syekh Al-Albani dalam silsilah

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 97


1. Ibnu Umar yatim, orang miskin, musafir,
Radhiyallahu’anhuma pernah orang yang meminta-minta dan
ditanya, apakah Umar Bin memerdekakan hamba sahaya.
Khattab RA. Pernah menarik - Iman kepada Allah, Hari
pajak dari kaum muslimin. kemudian, malaikat, kitab-
Beliau mennjawab.” Tidak, aku kitab, nabi-nabi, mendirikan
tidak pernah mengetahuinya.” shalat, dan menepati janji, dan
2. Syaikh Abdul Aziz bin Baz lain-lainnya.
Rahimahumullah dalam Poin-poin dalam group (a) di
kitabnya, huquq Ar-Raiy war atas, bukannya hal yang sunah, tapi
Ra’iyyah, mengatakan, “ termasuk hukumnya yang fardlu,
adapun kemungkaran seperti karena disejajarkan dengan hal-hal
pemungutan pajak. Maka kita yang fardlu, dan bukan termasuk
mengharap agar pemerintah zakat, karena zakat disebutkan
meninjau ulang kebijakan itu.” tersendiri juga.
Pendapat kedua : menyatakan 2. Hadist-hadist shahih mengenai
bahwa pajak boleh diambil dari kaum hak tamu atas tuan tumah.
muslimin, jika memang Negara Perintah menghormati tamu
sangat membutuhkan dana, dan menunjukkan wajib karena
untuk menerapkan kebijaksanaan perintah itu dikaitkan dengan
inipun harus terpenuhi dahulu iman kepada Allah dan hari
beberapa syarat. Diantara para ulama kiamat dan setelah tiga hari
yang membolehkan pemerintahan dianggap sebagai sedekah.
Islam mengambil pajak dari kaum
3. Ayat Al-Qur’an mengancam
muslimin. Di antara dalil-dalil syar’i
orang yang menolak
yang melandasi pendapat ini adalah
memberikan pertolongan
sebagai berikut:29
kepada mereka yang
1. Firman Allah Ta’ala dalm surat memerlukan, seperti halnya
Al-Baqarah ayat 177, dimana dalam Surat Al Ma’un dimana
pada ayat ini Allah mengajarkan Allah menganggap celaka bagi
tentang kebaikan hakiki dan orang yang enggan menolong
agama yang benar dengan dengan barang yang berguna
mensejajarkan antara: bersamaan dengan orang yang
- Pemberian harta yang diberikan berbuat riya.
kepada kerabat, anak-anak 4. Adanya kaidah-kaidah
umum hukum syara’ yang
29
Majalah, Pengusaha Muslim,……. Hal memperbolehkan. Misalnya
44

98 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


kaidah ”mashhalih mursalah” untuk memerangi Tatar, seraya
atas dasar kepentingan atau berkata apabila musuh memasuki
kaidah mencegah mafsadat itu negeri Islam, maka wajib bagi kaum
lebih diutamakan daripada muslimin menahan serangan mereka,
mendatangkan maslahat atau dan diperbolehkan bagi kalian (para
kaidah lebih memilih mudharat penguasa) mengambil dari rakyat
yang menimpa individu atau apa yang bisa menolong kalian
kelompok tertentu daripada dalam berjihad melawan mereka.
mudharat yang menimpa Namun dengan syarat tidak ada kas
manusia secara umum. Kas sedikitpun di dalam baitul mal, dan
negara yang kosong akan sangat hendaknya kalian dan para pejabat,
membayahakan kelangsungan menjual menginfakan barang-barang
Negara, baik adanya ancaman berharga milik kalian, setiap tentara
dari luar maupun ancaman dari dicukupkan dengan kendaraan dan
dalam. Rakyatpun akan memilih senjata perangnya saja. Dan mereka
kehilangan harta yang sedikit itu diperlakukan sama dengan rakyat
karena pajak dibandingkan pada umumnya. Adapun memungut
kehilangan harta keseluruhan harta pajak dari rakyat padahal
karena Negara jatuh ke tangan masih ada harta benda dan peralatan
musuh. berharga ditangan para tentara maka
5. Adanya perintah jihad dengan itu dilarang.”30
harta. Islam telah mewajibkan Setelah memaparkan dua
umatnya untuk berjihad dengan pendapat para ulama di atas beserta
harta dan jiwa sebagaimana dalil-dalilnya, maka jalan tengah
firmankan Allah dalam Al- dari dua perbedaan pendapat ini
Qur’an (QS.9:41, 49:51, 61:11). adalah bahwa tidak ada kewajiban
Maka tidak diragukan lagi atas harta kekayaan yang dimiliki
bahwa jihad dengan harta itu seorang muslim selain zakat. Namun
adalah kewajiban lain di luar jika datang kondisi yang menuntut
zakat. Di antara hak pemerintah adanya keperluan tambahan darurat,
dari kaum muslimin adalah maka akan ada kewajiban tambahan
menentukan bagian tiap orang lain berupa pajak dharibah. Pendapat
yang sanggup memikul beban ini sebagaimana dikemukakan oleh
jihad dengan harta ini. al-qadhi Abu Bakar Ibnu al-Arabi,
Syaikh Izzuddin memberikan Imam Malik, Imam Qurtubi, Imam
kepada Raja Al-Muzzaffar dalam hal
mewajibkan pajak kepada rakyat dalam 30
Abul Mahasin Yusuf bin Taghri, An-
rangka mempersiapkan pasukan Nujum Az-Zahirah fi Muluki Mish wa Al-Qahirah,
VII/73.

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 99


Asy-Syathibi, Mahmud Syaltut dan beberapa syarat yang harus dipenuhi
lain-lain.31 terlebih dahulu, di antaranya adalah
Diperbolehkannya memungut sebagai berikut:
pajak menurut para ulama tersebut 1. Negara berkomitmen dalam
di atas. Alasan utamanya adalah menerapkan syariat islam
untuk mewujudkan kemaslahatan 2. Negara sangat membutuhkan
umat, dan pemerintah tidak dana untuk keperluan dan
mampu mencukupi atau membiayai maslahat umum seperti
berbagai pengeluaran tersebut. pembelian alat-alat perang untuk
Kalau pemerintah tidak ada biaya, menjaga perbatasan Negara
maka akan timbul kemadharatan. 3. Tidak ada sumber lain yang
Sebagaimana kaidah ushul Fiqh: Ma Bisa diandalkan oleh Negara
layatimmu al-wajibu illa bihi fahuwa baik dari zakat, jizyah, al usyur,
wajibun “ suatu kewajiban jika tidak kecuali dari pajak
sempurna kecuali dengan sesuatu,
4. Harus ada persetujuan dari para
maka sesuatu itu hukumya wajib”.
ulama dan tokoh masyarakat
Muhammad Bin Hasan Asy- 5. Pemungutannya harus adil yaitu
Syaibani berkata jika sekiranya dipungut dari orang kaya saja dan
seorang penguasa Pemerintahan tidak boleh dipungut dari orang-
Muslim hendak menyiapkan sebuah orang miskin. Distribusinya juga
pasukan perang, maka sepantasnya harus adil dan merata, tidak
dia menyiapkannya dengan harta boleh berfokus pada tempat-
yang diambil dari baitul maal kaum tempat tertentu, apalagi yang
muslimin Kas Negara, jika di dalamnya mengandung unsur dosa dan
memang ada harta kekayaan yang maksiat.
mencukupi untuk menyiapkan
6. Pajak ini sifatnya sementara dan
pasukan perang, maka dibolehkan
tidak diterapkan secara terus-
bagi penguasa/ pemerintah muslim
menerus, tetapi pada saat-saat
menetapkan kebijakan kepada orang-
tertentu saja. Ketika Negara
orang kaya agar membayar pajak,
dalam keadaan genting atau
sehingga pasukan perang yang akan
ada kebutuhan yang sangat
berjihat menjadi kuat.
mendesak saja.
Para ulama yang membolehkan 7. Harus dihilangkan dulu
pemerintahan memungut pajak pendanaan yang berlebih-
dari kaum muslimin, meletakkan lebihan dan hanya menghambur-
hamburkan uang saja.
31
Syaikh Mahmud Syaltut , Al-fatawa Al-
Kubra, cetakan Al-Azhar, hal. 116-118

100 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


8. Besarnya pajak harus Assessment System, Offisial Assessment
disesuaikan dengan kebutuhan System, Witholding System.
yang mendesak pada waktu itu Dalam Islam pemungutan pajak
saja.32 terdapat dua pendapat yakni ada yang
E. Kesimpulan memperbolehkan dan ada yang tidak
Pajak merupakan pembayaran memperbolehkannya, dengan segala
dari sektor Swasta kepada Negara, argumentasi yang melandasinya. Akan
berdasarkan Undang-Undang tetapi para ulama memperbolehkan
dan gunanya untuk membiayai pemungutan pajak asalkan
pengeluaran umum. Pengambilan memenuhi syarat yang ditentukan,
daya beli dari sektor swasta oleh negara yakni : (1) Negara berkomitmen
dalam bentuk pajak meletakkan dalam menerapkan syariat islam. (2)
beban secara langsung yang dirasakan Negara sangat membutuhkan dana
oleh rakyat yang ikut serta dalam lalu untuk keperluan dan maslahat umum
lintas tukar menukar. seperti pembelian alat-alat perang
untuk menjaga perbatasan Negara.
Bahwa pungutan pajak
(3) Tidak ada sumber lain yang Bisa
merupakan perpindahan sebagian
diandalkan oleh Negara baik dari
harta kekayaan masyarakat ke kas
zakat, jizyah, al usyur, kecuali dari
negara (state) dalam rangka membiayai
pajak. (4) Harus ada persetujuan dari
penyelenggaraan negara yang bersifat
para ulama dan tokoh masyarakat.
umum karena adanya keadaan,
(5) Pemungutannya harus adil yaitu
kejadian khusus yang menuntut
dipungut dari orang kaya saja dan
adanya partisipasi masyarakat secara
tidak boleh dipungut dari orang-orang
langsung dan pungutan itu bukan
miskin. Distribusinya juga harus adil
merupakan suatu hukuman, akan
dan merata, tidak boleh berfokus
tetapi semata-mata bentuk ketaatan
pada tempat-tempat tertentu, apalagi
masyarakat terhadap pemerintah
yang mengandung unsur dosa
selaku pemegang kekuasaan.
dan maksiat. (6) Pajak ini sifatnya
Kemudian pemerintah memungut
sementara dan tidak diterapkan secara
pajak dari rakyat harus didasarkan
terus-menerus, tetapi pada saat-saat
pada landasan yuridis formal yang
tertentu saja. Ketika Negara dalam
jelas, agar tidak terjadi pungutan
keadaan genting atau ada kebutuhan
yang melanggar kaidah atau norma
yang sangat mendesak saja. (7)
yang berlaku dalam suatu negara.
Harus dihilangkan dulu pendanaan
Pemungutan pajak menggunakan Self
yang berlebih-lebihan dan hanya
menghambur-hamburkan uang saja.
32
Majalah, Pengusaha Muslim,……. Hal (8) Besarnya pajak harus disesuaikan
45

M u’amalat Volume VII, Nomor 1 Juni 2015 | 101


dengan kebutuhan yang mendesak (Six Theories of Justice), Bandung
pada waktu itu saja. , Nusa Media, 2013

Daftar Pustaka Mardiosmo, Perpajakan Edisi Revisi,


Yogyakarta, 2009
Adrian Sutedi, Hukum Pajak dan
Retribusi Daerah, Bogor, Ghalia Majalah Pengusaha Muslim, Edisi 18
Indonesia, 2008 Volume 2/ Juni-Juli 2011
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Munawir, Pokok-pokok Perpajakan,
Jakarta, PT RajaGrafindo Yogyakarat, Liberty, 1980
Persada, 2006 R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar
Chidir Ali, Hukum Pajak Elementer, Ilmu Hukum, Bandung, Erosco Nv,
Bandung, PT Ersco, 1993 1981
Edi Slamet Irianto, Pajak Rochmat Soemitro, Asas-asas Hukum
Negara Demokrasi dan Perpajakan, Jakarta, Bina Cipta,
Konsep&Implementasinya di 1991
Indonesia, Yogyakarta, LaksBang Pajak ditinjau dari segi Hukum,
Mediatama, 2009 Bandung, PT Erosco, 1991
Gusfahmi, Pajak Menurut Tunggul Anshari Setia Negara,
Syariah,Jakarat, PT RajaGrafindo Pengantar Hukum Pajak, Malang,
Persada, 2007
Bayumedia Publishing, 2008
Kesit Bambang Prakoso, Pajak dan
Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta,
Retribusi Daerah, Yogyakarta,
Penerbit Salemba Empat, 2005
UII Press, 2003
Widi Widodo, Moralitas, Budaya dan
Jimly Asshiddiqi & Ali Safa’at, Teori
Kepatuhan Pajak, Bandung,
Hans Kelsen Tentang Hukum,
Alfabeta, 2010
Jakarta, Konstitusi Press, 2012
Wirawan B.Ilyas & Richard Burton,
Jhon Stuart Mill dalam Karen
Manajemen Sengketa dalam
Lebacqz, Teori-Teori Keadilan
Pungutan Pajak, Analisis Yuridis
Terhadap Teori dan Kasus, Jakarta,
Mitra Wacana Media, 2012

102 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah

Anda mungkin juga menyukai