Anda di halaman 1dari 11

SKOPING (PELINGKUPAN) DALAM AMDAL

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
AMDAL
Yang Dibina Oleh Ibu Frida Kunti Setiowati, ST, M. Si

Oleh :
Kelompok 2
Offering GHL
Nindhi Pahlawati (140342605848)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya terdapat
berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan
hidup jugamerupakan penunjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup semua
makhluk hidup yang ada. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan
lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Di indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka
pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung
untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang seharusnya menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi
sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap
terjamin. Seringkali pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup yang
sangat luas tetapi disusun kurang cermat sehingga akan menimbulkan sebuah dampak.
Setiap usaha atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dokumen
AMDAL sendiri terdiri atas: Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Penetuan
Lingkungan (RPL) (Mursidi, 2014).
Sedangkan studi dari ANDAL terdiri atas: Penapisan (screening), pelingkupan
(scoping), identifikasi, perkiraan, dan evaluasi. Di Indonesia Penapisan (screening)
tidak perlu dilakukan oleh pemrakarsa, hal ini disebabkan karena telah ditentukan
bahwa kegiatan yang termasuk dalam wajib dilengkapi dengan AMDAL (Mursidi,
2014).
Pelingkupan (Skoping) merupakan tahapan awal dan sangat penting (Mursidi,
2014). Selain itu pelingkupan juga merupakan suatu proses untuk menemukan atau
menetapkan dampak penting atau sering disebut sebagai masalah utama (main issue)
dari sautu proyek terhadap lingkungannya. Pelingkupan (skoping) telah digunakan
sejak sangat awal sekali dari proses rencana pembanugnan suatu daerah.
Proses pelingkupan diawali oleh identifikasi dampak potensi, kemudian
evaluasi dampak potensial hingga penetuan dampak penting hipotetik. Kegunaan dari
skoping sendiri adalah (1) identifikasi dampak penting atau maslaah utama dari suatu
proyek, (2) menetapkan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena dampak
nyata, (3) menetapkan parameter atau indicator dari komponen lingkungan yang akan
terkena dampak, (4) menetapkan parameter atau indicator dari komponen lingkungan
yang akan diukur, (5) efisiensi waktu studi AMDAL, (6) Efisiensi biaya studi
AMDAL, serta (7) Komponen-komponen lingkungan yang ditetapkan sedikit atau
sama sekali tidak akan terkena dampak tidak dievaluasi lagi (Suratmo, 2014).
Di dalam pelingkupan sendiri, terdapat tiga macam pelingkupan yaitu skoping
social-ekonomi yang merupakan proses dari skoping yang menetapakn dampak
penting berdasarkan pandangan dan penilaian masyarakat, skoping ekologis
merupakan proses dari skpoing yang menetapkan dampak penting berdasarkanpada
nilai-nilai ekologi atau peranannya di dalam ekologi, serta skoping kebijaksanaan dan
perencanaan merupakan proses skoping untuk menetapkan secara cepat pilihan dari
suatu pembangunan proyek, menganlisis masalah-masalah yang akan timbul sejak
awal dan juga akan menghasilkan saran-saran strategi di dalam menjalankan atau
membatalkan suatu proyek (Suratmo, 2014).
B. Tujuan
Tujuan dari adanya skoping (pelingkupan) adalah untuk dapat menentukan
dampak penting, batas wilayah, dan waktu kajian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Skoping
Istilah skoping sebenarnya berasal dari Inggris scoping atau dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai pemusatan pandangan atau pelingkupan.
Skoping dalam AMDAL dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan atau
menetapkan dampak penting atau sering disebut pula sebagai masalah utama
(main issue) dari suatu proyek terhadap lingkungannya (Suratmo, 2004). Selain itu
skoping juga dapat diartikan sebagai suatu proses penelaahan sebab akibat,
inetraksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan hidup dan atau
diantaranya.
Skoping ini sudah digunakan sejak sangat awal sekali dari proses rencana
pembangunan suatu daerah, masih jauh dari rencana melakukan AMDAL.
Sewaktu pemerintah merencanakan proyek-proyek apa saja yang akan dibangun
di suatu daerah dengan mepertimbangkan berbagai alternative proyek teknik
skoping telah digunakan. Skoping pada tingkat ini disebut dengan Policy/planning
scoping atau skoping kebijaksanaan dan perencanaan (MacAllister, 1982).
Dalam melaksanakan AMDAL skoping telah digunakan sejak awal dari
langkah dasar dalam menyusun Kerangka Acuan, kemudian dalam melaksanakan
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) dan dalam menyusun rencana penelitian
lapangan lebih mendetail.
Pelaksanaan skoping, terutama pada waktu penyusunan Kerangka Acuan,
sangat ditentukan oleh keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang dari
maisng-masing anggota tim. Makin tinggi keahlian dan pengalaman akan makin
tajam dan tepat hasil skopingnya.
Apabila dampak penting atau dampak utama telah ditetapkan dari hasil
skoping maka perhatian selanjutnya baik dalam penelitian dan pendugaan dampak
yang akan terjadi dipusatkan pada hasil skoping tersebut.
Dalam penyusunan Kerangka Acuan yang kaan merupakan bagian penting
dalam kontraks kerjasam, termasuk apa yang akan diteliti dan berapa besarnya
biaya sebenarnya, merupakan hasil dari skoping pada tingkat awal dari AMDAL.
B. Tujuan Skoping
Menurut Mursidi (2014) secara ringkas tujuan dari skoping ada tiga yaitudapat
menetukan dampak penting, batas wilayah, dan waktu kajian. Adapun secara rinci,
skoping bertujuan untuk menentukan:
1. Komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak penting sehubungan
dengan pelaksanaan rencana kegiatan.
2. Variabel-variabel kunci maupun pendukung dari komponen lingkungan hidup
yang akan terkena dampak penting.
3. Batas wilayah dan lokasi pengukuran data rona lingkungan hidup
4. Tingkat kedalaman pengumpulan data dan prakiraan dampak untuk tiap
komponen lingkungan hidup.
5. Menelaah ada tidaknya keterkaitan dampak dari kegiatan lain di sekitar
rencana proyek, untuk bahan pertimbangan metode pengumpulan data.
6. Rentang waktu perkiraan dampak penting, terutama untuk tahap operasional
kegiatan.
7. Perlu tidaknya kajian resiko terhadap lingkungan (environmental risk
assessment).
C. Kegunaan Skoping
Pembatas studi AMDAL teruama adalah waktu dan biaya, biasnaya waktu
yang tersedia hanya berkisar antara 6-12 bulan. Jarang sekali AMDAL yang
dilakukan lebih dari 1 tahun walaupun ada juga royek yang AMDAL-nya
memerlukan beberapa tahun. Begitu pula halnya dengan biaya AMDAL biasanya
juga sangat terbatas, sehingga tidak mungkin tim AMDAL memeliti terlalu
bnayak komponen dan sistem hubungan tiap komponen dalam lingkungan.
Berhubung adanya pembatas waktu dan biaya tersebu, maka perlu diadakan
seleksi komponen lingkungan yang akan diteliti, yait hanya komponen-komponen
lingkungan yang akan mendapat banyak dampak nyata atau penting. Pemilihan
atau seleksi komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main issue) dari suatu
proyek
2. Menetapkan komponen-komponen lingkungan yang akan terken dampak
nyata.
3. Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang akan
diukur.
4. Efisiensi waktu studi AMDAL
5. Efisensi biaya studi AMDAL
6. Komponen-komponen lingkungan yang ditetapkan sedikit atau sama sekali
tidak akan terkena dampak tidak akan dievaluasi lagi.
Dapat disimpulkan bahwa dengan skoping waktu, biaya dan tenaga untuk studi
AMDAL dapat lebih efisien, tanpa banyak terbuang untuk komponen lingkungan
yang hanya sedikit atau tidak akan terkena dampak sama sekali (Suratmo, 2004).
D. Macam Skoping
Beanlands dan Duinker (1983) memeberikan pengertian untuk dua macam
skoping yaitu skoping social (social skoping) dan skoping ekologis (Ecological
scoping). Kemudian Sontag (1983) memperkenalkan satu macam lagi yang
disebut skoping kebijaksanaan dan perencanaan (Policy/planning scoping).
1. Skoping sosial
Merupakan proses dari skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan
pandangan dan penilaian masyarakat. Setiap komponen dan sistem dari
lingkungan yang ada dinilai berdasarkan kepentingan bagi masyarakat baik
secar local, nasional maupun internasional yang ditinjau dari aspek sosial
ekonomi, social-budaya, maupun etika.
2. Skoping ekologis
Merupakan proses proses dari skoping yang menetapkan dampak penting
berdasarkanpada nilai-nilai ekologi atau peranannya di dalam ekologi.
Dari kedua macam skoping tersebut dinilai bahwa skoping sosial akan lebih
cocok di dalam menguraikan atau menyajikan dalam laporan mengenai dampak
dari suatu proyek, sedang skoping ekologi hasilnya akan lebih sesuai sebagai
dasar dari penelitian yang lebih mendetail mengenai komponen yang akan terkena
dampak.
Di dala diskusi dan pembahsan penyusuan AMDAL biasanya kedua
pendekatan dilakukan bersama-sama dan setiap komponen lingkungan yang
dihasilkan dari skoping mempunyai dua nilai, yaitu nilai sosial- ekonomi dan nilai
ekologi. Komponen lingkungan yang dinilai akan terkena dampak penting
mungkin mempunyai nilai sosial- ekonomi dan ekologi yang penting. Nilai
penting bagi masyarakat banyak digali dari penilaian masayarakat sedang nilai
ekologi diberikan oleh tim AMDAL, karena masyarakat belum tentu tahu
mengenai nilai ekologinya.
3. Skoping kebijaksanaan dan perencanan
Merupakan proses skoping untuk menetapkan secara cepat pilihan dari
suatu pembangunan proyek, menganalisis masalah-masalah, menjalankan atau
membatalkan suatu proyek.
Proses skoping ini akan dapat menghindarkan pemborosan biaya,
tenaga dan waktu yang tidak perlu pada langkah-langkah selanjutnya yang
seharusnya tidak perlu dilakukan, karena dengan skoping kebijaksanaan dan
perancenaan ini langkah yang tidak perlu tersebut telah dapat diputuskan
untuk tidak dilanjutkan.
Hasil dari skoping kebijaksanaan dan perencanaan:
a. Merumuskan garis besar dampak awal
b. Merumuskan ketidakjelasan
c. Menetapkan masalah-masalah yang akan timbul
d. Konsensus secara terpadu akan ditetapkan antara instansi-instansi
pembangunan.

Skoping yan gketiga ini bukan skoping yang dilakukan oleh tim
AMDAL dan tidak akan atau belum melibatkan masyarakat, tetapi baru
dilakukan antara instansi-instansi pemerintah, ilmuwan dan pemrakarsa
proyek. Hasil dari skoping bukan untuk merencanakan penelitian yang lebih
detail seperti kedua skoping sebelumnya, tetapi untuk mentepakan kebijakan
dan perencanaan dari pemerintah. Proses yang terjadi di dalam skoping ini
bersifat penyampaian pemikiran-pemikiran dan pendapat-pendapat seperti di
dalam brainstorming (Suratmo, 2004).

E. Proses dalam Skoping


Dengan menggunakan informasi mengenai diskripsi proyek dan rona
lingkungan yang sangat terbatas maka proses dalam skoping akan mendasarkan
terutama kepada keahlian dan pengalaman dari anggota tim AMDAL.
1. Proses skoping sosial-ekonomi
Sebelum melakukan skoping terlebih dahulu melihat rona lingkungan
yang ada di sekitar lahan yang akan dibangunan proyek. Setelah itu melihat
seberapa pentingnya nilai lingkungan bagi masyarakat (mencakup ekonomi,
budaya, dan estetika). Lalu dari perusahaan yang akan membangun usaha di
tempat itu, telah memiliki diskripsi proyek yang akan diusulkan. Dari
diskripsi proyek yang diusulkan dengan melihat nilai lingkungan tersebut bagi
masyarakat maka dilakukanlah skoping. Dalam skoping diperlukan keahlian
dan pengalaman dari tim AMDAL. Setelah melakukan skoping didapatkan
dampak penting (masalah utama), dari dampak penting tersebut muncul
rencana penelitian (biasanya rencana penelitian ini berisi solusi-solusi yang
ditawarkan).

Gambar 1. Proses skoping sosial-ekonomi


(sumber: Suratmo, 2004)

2. Proses skoping Ekologis


Sebelum melakukan skoping terlebih dahulu melihat rona lingkungan
yang ada di sekitar lahan yang akan dibangunan proyek. Setelah itu melihat
nilai-nilai ekologi yang ada di lahan tersebut. Lalu dari perusahaan yang akan
membangun usaha di tempat itu telah memiliki diskripsi proyek yang akan
diusulkan. Dari diskripsi proyek yang diusulkan dengan melihat nilai ekologis
maka dilakukanlah skoping. Dalam skoping diperlukan keahlian dan
pengalaman dari tim AMDAL. Setelah melakukan skoping didapatkan
dampak penting (masalah utama), dari dampak penting tersebut muncul
rencana penelitian (biasanya rencana penelitian ini berisi solusi-solusi yang
ditawarkan)
Gambar 2. Proses skoping ekologis
(sumber: Suratmo, 2004)

3. Proses skoping Kebijaksanaan dan perencanaan

Gambar 3. Porses Skoping kebijaksanaan dan perencanaan


(Sumber: Suratmo, 2004)
BAB III
KESIMPULAN

1. Skoping dalam AMDAL dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan atau
mentapkan dampak penting atau sering disebut pula sebagai masalah utama (main
issue) dari suatu proyek terhadap lingkungannya.
2. Secara ringkas tujuan dari skoping ada tiga yaitudapat menetukan dampak penting,
batas wilayah, dan waktu kajian.
3. Kegunaan dari skoping adalah untuk identifikasi dampak penting atau masalah utama
(main issue) dari suatu proyek, menetapkan komponen-komponen lingkungan yang
akan terken dampak nyata, menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan
yang akan diukur, efisiensi waktu studi AMDAL, Efisensi biaya studi AMDAL, dan
Komponen-komponen lingkungan yang ditetapkan sedikit atau sama sekali tidak akan
terkena dampak tidak akan dievaluasi lagi.
4. Macam skoping dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu skoping sosiall yang
merupakan proses dari skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan
pandangan dan penilaian masyarakat, skoping ekologis merupakan proses dari skoping
yang menetapkan dampak penting berdasarkanpada nilai-nilai ekologi atau peranannya
di dalam ekologi, dan skoping kebijaksanaan dan perencanaan yang merupakan proses
skoping untuk menetapkan secara cepat pilihan dari suatu pembangunan proyek,
menganalisis masalah-masalah, menjalankan atau membatalkan suatu proyek.
5. Terdapat tiga macam proses dalam skoping diantaranya proses skoping sosial-
ekonomi, proses skoping ekologis, dan proses skoping kebijaksanaan dan perencanaan.
DAFTAR RUJUKAN

Bealands, G. E. 1982. Environmental Screening Process.Paper for EIA training. PUSDI-PSL,


IPB Bogor, Indonesia

Duinker, P. N. 1983. Effects Monitoring In Environmental Impact Assessment. Paper for


Workshop on New Directions in Environmental Assessment: The Canadian
experience. Departement of Geography and Institutefor Environmental Studies,
University Toronto

Mursidi. 2014. Pelingkupan Dalam AMDAL. Samarinda: Universitas Mulawarman

MacAllister, D. M. 1982. Evaluation in Environtmental Planning. Boston&London: MIT


Press 308 pp

Suratmo, G. F. 2004. Analis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah


Mada Press

Sonntag, N. C. 1983. Adaptive Environmental Assessment and Management as a Scoping


Tool. Paper for international workshop on environmental planning for large scale
development projects, 20 pp

Anda mungkin juga menyukai