Anda di halaman 1dari 10

1 POLA HIDUP NEW NORMAL, INI 7 PROTOKOL KESEHATAN YANG HARUS DITERAPKAN

Belakangan ini istilah new normal terus disosialisasikan. Keadaan baru ini diprediksi akan jadi kebiasaan baru umat manusia setelah
pandemi Covid-19 yang berdampak sangat luar biasa ini. Buat kamu sendiri, apakah kamu sudah paham apa itu new normal?
Terkait dengan kehidupan baru setelah pandemi – ada prediksi kalau umat manusia akan hidup dengan cara yang terbarukan.
Misalnya, banyak orang mementingkan kesehatan dan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, demi mencegah berbagai penyakit,
termasuk infeksi virus berbahaya.
 tatanan kehidupan normal yang baru atau new normal berbasis pada perubahan kebiasaan masing-masing individu.

Kepentingan kesehatan dan kebersihan di dalam new normal baru memang mesti disosialisasikan. Hal ini terkait dengan tujuh poin
penting di dalamnya. Poin-poin ini tentu menggambarkan bagaimana menjaga kesehatan dan kebersihan itu penting di dalam hidup
manusia.
Bahkan, poin-poin tersebut akan dikonversikan menjadi protokol kesehatan yang mesti dipatuhi dan ditaati umat manusia. Penasaran
apa saja sih memang poin-poin yang dimaksud?
Kebiasaan baru tersebut yakni, mencuci tangan secara rutin dengan sabun, menggunakan masker saat berada di luar rumah,
mengindari kerumunan dan menjaga jarak dengan orang lain. "Ini adalah hal-hal yang harus dilakukan dan sudah jadi kebutuhan per
orang. Pola hidup bersih, sehat, meningkatkan status imunitas ini juga jadi penting dalam kaitan dengan kenormalan baru,"

Kebersihan Tangan Jadi yang Utama


Seperti yang sudah diketahui bersama, berbagai bakteri sampai virus seperti virus corona dapat menyebarluas dengan mudah karena
terjadinya kontak fisik. Kontak fisik yang paling sederhana adalah berjabat tangan.
Oleh karena itu, kebersihan tangan mesti benar-benar dijaga. Bahkan mungkin kedepannya nanti, kita tidak akan bersalaman lagi
untuk menghindari hal-hal tersebut. Kemudian, mencuci tangan menggunakan sabun atau minimal membersihkan tangan
dengan hand-sanitizer jadi standar untuk memastikan tangan kamu bersih.

Tidak Menyentuh Wajah Sembarang


Terkait dengan protokol kesehatan yang pertama, selanjutnya adalah menghindari menyentuh wajah jika belum memastikan tangan
sudah bersih atau belum. Area wajah seperti mata, hidung dan mulut bisa jadi pintu gerbang yang mudah ditembus oleh penyakit atau
virus yang ada di tangan kamu.
Oleh karena itu, pastikan pertama tangan kamu sudah bersih. Kalaupun memang sudah bersih, usahakan untuk tidak menyentuh wajah
jika sedang berada di tempat umum karena kamu akan mudah lupa untuk menyentuh benda lainnya.

Tutupi Bersin Dengan Lengan Bagian Dalam


Di waktu new normal nanti – banyak hal yang akan berubah dengan cepat, terutama sektor kesehatan. Hal ini mencakup ke etika
ketika kamu bersin. Tidak ditutup dengan telapak tangan bagian dalam saja, tapi kamu mesti menutup wajah mu dengan menggunakan
lengan bagian dalam.
Hal ini terkait dengan telapak tangan yang bisa saja sudah banyak menyentuh permukaan benda yang disinyalir tidak semuanya
bersih. Oleh karena itu, pastikan kamu terbiasa menutup wajah ketika bersin menggunakan lengan bagian dalam, ya.

Menggunakan Masker
Sehat atau sakit, menggunakan masker akan jadi kebiasaan baru di periode new normal nanti. Hal ini terkait dengan anjuran berbagai
pihak yang menyatakan penggunaan masker bisa mencegah paparan virus berbahaya seperti Covid-19 ini.
Apalagi jika kamu ingin keluar dari rumah untuk melakukan aktivitas, masker jadi hal yang penting untuk kamu miliki dan kamu
gunakan.

Menjaga Jarak
Physical distancing pastinya akan jadi hal yang terbawa-bawa sampai ke periode new normal nanti. Kamu tentunya akan mengatur
jarak keberadaan kamu dengan orang lain. Hal ini mengacu kepada anjuran berbagai pihak yang menyatakan ada jarak aman untuk
bersosialiasi agar tidak terpapar virus berbahaya jika orang-orang tersebut adalah carrier atau pembawa virus.

Bisa Isolasi Mandiri


Jika kamu mengetahui tubuh mu punya gejala-gejala mirip dengan infeksi Covid-19 atau memang sedang tidak sehat, kamu bisa
mengkarantina dirimu sendiri di dalam rumah. Karantina atau isolasi mandiri ini tentu akan membantu banyak pihak.

Jaga Kesehatan, Minum Multivitamin


Tidak hanya memenuhi nutrisi tubuh dengan makanan dan minuman yang bisa menjaga daya tahan tubuh terus optimal, mengonsumsi
multivitamin juga akan jadi kebiasaan baru, bahkan protokol kesehatan yang baru untuk dilakukan oleh banyak kalangan.
Bicara soal multivitamin, kamu bisa mengonsumsi Enervon-C yang merupakan multivitamin paling tepat untuk tubuh. Mengandung
Vitamin C dan Vitamin B Kompleks, Enervon-C bisa bantu jaga daya tahan tubuh kamu agar tetap optimal.
2 GAYA HIDUP HIJAU MENYONGSONG ERA TATANAN KEHIDUPAN BARU

Dunia internasional termasuk Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada setiap tanggal 5 Juni. United Nations
Environment Programme (UNEP) menetapkan tema peringatan tahun ini adalah “Time for Nature”. Tema ini mengajak siapa saja
untuk mendedikasikan waktu dalam kehidupannya untuk peduli kepada alam dan lingkungan.

Peringatan tahun ini pun teramat istimewa di tengah suasana dunia yang diliputi pandemi COVID-19. WHO pun telah menyatakan
virus corona dapat menjadi endemik seperti HIV. Virus ini diprediksi tidak akan pernah hilang meskipun antivirus ditemukan
sekalipun.

Pihak WHO juga meminta dunia untuk bersiap diri untuk beradaptasi dan menyambut era “the new normal” atau tatanan kehidupan
baru.
Perilaku kehidupan mulai dari individu, komunitas hingga entitas kenegaraan mesti lebih ramah lingkungan dengan gaya hidup hijau.
Substansi new normal adalah penguatan protokol kesehatan melalui perilaku hidup sehat dan bersih yang merupakan bagian dari gaya
hidup hijau.

Refleksi Pencapaian

Segala makanan, minuman, dan material untuk menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup semua bersumber dari alam.
Sayangnya eksploitasi alam jauh lebih tinggi tanpa diimbangi upaya konservasi. Alhasil alam rusak dan muaranya turut mengancam
kemanusiaan itu sendiri.

Dalam lamannya terkait Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2020, UNEP telah menyampaikan pesan tentang strategisnya peran alam dan
lingkungan. Alam adalah faktor penyumbang tingkat pencapaian setidaknya sembilan dari tujuh belas tujuan pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Pertama adalah menghilangkan Kemiskinan. Laporan PBB dalam The Sustainable Development Goals Report 2019 menyatakan
bawah target mengurangi angka kemiskinan tidak akan tercapai. PBB memperkirakan masih akan ada 6% penduduk dunia yang
berada di bawah garis kemiskinan pada 2030.

Sebanyak 55% penduduk dunia tidak memiliki jaminan sosial. Semakin miskin suatu wilayah, semakin besar pula kerentanan saat
terjadi bencana. Data PBB menyatakan, 90% kematian akibat bencana terjadi di negara-negara miskin. Alam yang melindungi dan
mensejahterakan manusia belum mampu terwujud untuk membantu mencapai tujuan ini.

Kedua adalah menghilangkan kelaparan. Data PBB menunjukkan jumlah penduduk yang kelaparan terus meningkat dari 784 juta di
2015 menjadi 821 juta di 2017. Ironisnya, dua pertiga atau 66% diantaranya bekerja di sektor produksi pangan atau pertanian.

Fakta menunjukkan petani masih terus termarjinalkan dan keberpihakan terhadapnya sangat rendah. Pandemi COVID-19 semakin
melonjakkan jumlah penduduk yang kelaparan ini.

Ketiga adalah menyediakan air bersih dan sanitasi. Data PBB menunjukkan 785 juta penduduk dunia masih tidak memiliki akses ke
fasilitas air minum yang layak di 2017. Sebanyak 2 dari 5 penduduk dunia tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang layak
menggunakan air dan sabun.

Sebanyak 673 juta orang masih BAB di ruang terbuka dan 700 juta penduduk di bumi terancam mengungsi akibat kekurangan air
ekstrem. Fakta ini menunjukkan kegagalan dalam upaya menyediakan air bersih dan sanitasi.

Keempat adalah menyediakan energi yang bersih dan terjangkau. Sebanyak 90% penduduk dunia sudah memiliki akses ke energi
listrik. Namun, tidak semua wilayah bisa terjangkau. Peluang terbesar untuk menyediakan listrik bagi mereka adalah dengan
menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT).

Sayangnya EBT baru menyumbang 17,5% total konsumsi energi dunia. Kini masih ada 3 milyar penduduk bumi yang tidak memiliki
akses ke energi yang bersih untuk memasak.

Kelima adalah mewujudkan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Eksploitasi sumber daya alam masih terus berlangsung.
Dunia menggunakan 92 milyar ton bahan baku pada 2017 naik dari 54 milyar ton pada tahun 2000 dan diperkirakan akan terus naik ke
190 milyar ton bahan baku pada 2060.

Jejak penggunaan bahan baku (material footprint) masyarakat di negara maju 13 kali lipat lebih tinggi dibanding dengan negara
miskin. Sebenarnya ada 100 negara yang aktif mempromosikan pola konsumsi dan produksi yang ramah alam. Namun tren
“pemborosan yang berkelanjutan” masih tercermin dari data di depan.

Keenam adalah aksi iklim. Data ilmiah menunjukkan suhu bumi telah meningkat 1°Celcius di atas suhu bumi sebelum revolusi
industri. Hingga kini 186 negara sudah meratifikasi Perjanjian/ Kesepakatan Paris. Namun aksi mereka memangkas emisi gas rumah
kaca masih gagal memenuhi target.

Krisis iklim telah mencabut 1,3 milyar nyawa dalam periode 1998-2017. Untuk membatasi kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C,
konsentrasi emisi karbon di bumi harus dipangkas 55% dari level tahun 2010 pada 2030 atau 10 tahun lagi. Setelah itu diharapkan
dunia berhenti menghasilkan polusi iklim (zero net emissions) pada 2050.

Ketujuh adalah menyelamatkan kehidupan di air. Tingkat keasaam air laut telah naik 26% sejak masa sebelum revolusi industri di
abad ke-18. Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi antara 100-150% hingga tahun 2100. Pemicunya karena laut menyerap
90% konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yang memicu peningkatan keasaman air laut.

Kenaikan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) juga memicu turunnya produksi bahan sulfur. Emisi sulfur dalam atmosfer berperan penting
memantulkan energi dan radiasi matahari kembali ke angkasa sehingga bumi terhindar dari efek pemanasan global. Kondisi ini
berdampak pada keselamatan dan perekonomian penduduk dunia.

Kedelapan adalah menyelamatkan kehidupan di darat. Keanekaragaman hayati terus menurun. Dalam 25 tahun terakhir, laju
kepunahan naik 10%. Degradasi lahan terus terjadi dengan luas mencapai 20% wilayah bumi dan sekitar 1 milyar penduduk dunia
merasakan dampaknya.

Kondisi ini justru terjadi saat luas wilayah yang dilindungi terus naik. Wilayah daratan (terrestrial areas) yang dilindungi naik 39%
dalam periode 2000-2018. Sedangkan luas wilayah air tawar dan pegunungan yang dilindungi meningkat 42% dan 36% pada periode
yang sama.
Terakhir adalah kerjasama untuk mencapai semua tujuan tersebut. Bantuan negara-negara maju atau Official Development
Assistance (ODA) berfungsi penting dalam mendorong perubahan di negara-negara miskin dan berkembang. Data PBB menunjukkan,
jumlah bantuan dari negara-negara maju untuk negara-negara miskin justru turun 3% di 2018 dari tahun sebelumnya.

Gaya Hidup Hijau

Rendahnya tingkat pencapaian tujuan SDGs di atas terjadi karena kompleksitas permasalahan.  Alam dan lingkungan terbukti dalam
kuasa gaya hidup eksploitatif manusia, mulai dari individu, korporasi, hingga negara. Kunci mengurai permasalahannya tentu
menuntut kontribusi dan sinergi lintas sektor.

Hal paling sederhana adalah level individu. Upaya perbaikan alam dan lingkungan mesti dilakukan mulai dari sekarang dan dari hal
terkecil. Hal terkecil tersebut justru menjadi sisi fundamental, yaitu upaya membudayakan gaya hidup hijau.

Kondisi Pandemi COVID-19 mengajarkan bahwa pembatasan aktifitas manusia telah memperbaiki kualitas lingkungan secara nyata,
seperti kualitas udara, iklim, persampahan, polusi suara dan lainnya. Era tatanan kehidupan baru yang akan dihadapi ke depan mesti
mempertahankan spirit dan budaya ramah lingkungan selama pandemi ini.

Gaya hidup manusia selama ini menurut FAO telah menyebabkan sedikitnya 1,3 milyar ton makanan terbuang percuma. Padahal 1
dari 7 orang di dunia masih terkena bencana kelaparan dan lebih dari 20 ribu anak balita meninggal setiap hari karena kelaparan.

Dampak dari limbah makanan selain merugikan secara finansial juga berdampak buruk bagi lingkungan. Semakin banyak sisa
makanan yang terbuang berarti juga semakin besar pemborosan terhadap penggunaan bahan kimia, sumberdaya air, serta bahan bakar.
Semakin besar makanan terbuang ke tempat pembuangan sampah juga akan membuat kontribusi yang signifikan terhadap pemanasan
global.

Hasil studi BPS (2018) menunjukkan bahwa Indeks Perilaku Peduli Lingkungan (IPPL) masih berkisar pada angka 0,49 (dari angka
mutlak 1). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat kita baru setengah-setangah berperilaku peduli lingkungan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.

Peduli atau ramah lingkungan harus  terus diupayakan termasuk konsumsi pangan. Sangat penting mendorong perilaku dan gaya hidup
manusia agar efisien dan ramah lingkungan.

Generasi Hijau Anak “Gaul”

Masa depan lingkungan berada di pundak generasi sekarang. Tahun 2020-2030 diprediksikan ada Bonus Demografi. Jumlah usia
angkatan kerja (15-64 tahun) pada  periode itu akan mencapai 70% atau sekitar 180 juta orang. BKKBN memproyeksikan dari 100
penduduk produktif tersebut, 44 orang diantaranya adalah usia muda.

Bonus Demografi adalah berkah sekaligus berpotensi musibah bagi lingkungan ke depan. Semua tergantung pada kualitas
manusianya. Generasi muda yang peduli lingkungan adalah berkah bagi pembangunan berkelanjutan. Sebaliknya, generasi muda yang
acuh tak acuh bahkan cenderung merusak tentu akan membawa musibah bagi degradasi lingkungan mendatang.

Strategi menghadirkan generasi peduli lingkungan dapat diupayakan melalui sektor pendidikan dan sosial budaya. Pendidikan
lingkungan hidup mesti hadir di sekolah atau perguruan tinggi, baik normatif maupun aplikatif. Program sekolah ramah lingkungan
(adiwiyata) atau kampus ramah lingkungan layak dikembangkan lebih intensif.

Keluarga dan lingkungan masyarakat penting menciptakan suasana kondusif dan membuka kesempatan bagi anak muda untuk
berkiprah dalam aksi lingkungan. Sudah saatnya anak muda diberikan porsi tugas rumah untuk menyapu, mengelola sampah,
menanam, atau merawat taman.

Anak muda memiliki gaya dan cita rasa tersendiri. Pendekatannya pun harus sesuai secara sosial budaya. Model kegiatan yang santai
dan gaul penting diupayakan dalam implementasinya. Anak muda juga dapat diajak dalam program-program kerja bakti di kampung.
Karang Taruna, Remaja Masjid, atau komunitas lain dapat menjadi media organisasi yang baik untuk menerapkannya.

Peduli lingkungan sebagai bagian bukti anak gaul harus diangkat menjadi stigma bersama. Anak muda mesti sadar bahwa gaya hidup
hijau atau peduli lingkungan menjadi bagian penciri kehidupan gaul era tatanan kehidupan baru kini.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS itu
jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum tablet tambah darah, mengkonsumsi
garam beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.

Apa manfaat PHBS? Antara lain, setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, anggota
keluarga giat bekerja. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk
menambah pendapatan keluarga.

Lokasi PHBS bisa di rumah tangga, sekolah, tempat kerja (kantor), tempat umum, dan di fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit).

Pertama, PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hdup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga Sehat.

Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu: (1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
(2) memberi bayi ASI eksklusif, (3) menimbang bayi dan balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
(6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap
hari, (10) tidak merokok di dalam rumah.

Kedua, PHBS di Sekolah. Sekolah memperkenalkan dunia kesehatan pada anak-anak di sekolah, seyogianya tidak terlalu susah karena pada
umumnya tiap sekolah sudah memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Pengertian UKS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan serta perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Dalam UU Nomor 36
Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
setinggi-tingginya sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

UKS bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta derajat kesehatan peserta didik dan menyiptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah
pada praktik PHBS di sekolah. Karena terdiri dari sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ketiga, PHBS di Tempat Kerja. PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik dan pengelola usaha/kantor,
agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

PHBS di tempat kerja antara lain: (1) tidak merokok di tempat kerja, (2) membeli dan mengonsumsi makanan dari tempat kerja, (3)
melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik, (4) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar dan buang air kecil, (5) memberantas jentik nyamuk di tempat kerja, (6) menggunakan air bersih, (7) menggunakan jamban saat buang
air besar dan kecil, (8) membuang sampah pada tempatnya, (9) mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan, (10) setiap
pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, (11) produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan
pekerja dan ekonomi keluarga, (12) pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya
pengobatan.

Bagi masyarakat: Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja, dapat mencontoh perilaku hidup bersih
dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja setempat.

Bagi tempat kerja: Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan, menurunnya
biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, meningkatnya citra tempat kerja yang positif.

Bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota: Peningkatan tempat kerja sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota yang baik, anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat dialihkan untuk peningkatan kesehatan bukan untuk
menanggulangi masalah kesehatan, dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

Keempat, PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit). Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan
dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dengan meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk: (a) memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup
sehat; (b) menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit; (c) usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan
penyakit; (d) berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit dan sehat, sehingga berpotensi menjadi
sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung. Terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus yang ada di fasilitas
pelayanan kesehatan, penularan penyakit dari penderita yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan kepada penderita lain atau petugas di
fasilitas pelayanan kesehatan ini disebut dengan infeksi rumah sakit. Infeksi rumah sakit dapat terjadi karena kurangnya kebersihan fasilitas
pelayanan kesehatan atau kurang higienis atau tenaga kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil. Penularan
penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas sanitasi seperti ketersediaan air bersih, jamban dan pengelolaan limbah.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2004 ternyata infeksi rumah sakit merupakan salah satu penyumbang penyakit tertinggi.
Persentase tingkat risiko terjangkitnya infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Umum mencapai 93,4% sedangkan Rumah Sakit Khusus hanya
6,6%, 1,6-80,8 % di antaranya merupakan penyakit saluran pencernaan.
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau
dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah
penularan penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guna efektivitas PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu, (1) mencuci tangan pakai sabun (hand
rub/hand wash), (2) penggunaan air bersih, (3) penggunaan jamban sehat, (4) membuang sampah pada tempatnya, (5) larangan merokok,
(6) tidak meludah sembarangan, (7) pemberantasan jentik nyamuk.

Tujuan PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan: membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah terjadinya penularan penyakit,
menciptakan lingkungan yang sehat. Adapun sasaran PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan: pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas
kesehatan, karyawan.

Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut:

Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung: memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan sehat, terhindar dari penularan penyakit,
mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan peningkatan derajat kesehatan pasien.

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit: mencegah terjadinya penularan penyakit, meningkatkan citra fasilitas pelayanan kesehatan
yang baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

Program PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan dapat terwujud apabila ada keinginan dan kemampuan dari para pengambil keputusan dan
peran aktif semua stake holder.

(www.promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-institusi-kesehatan, www.dinkesrl.net/blog/2011/03/31/phbs-di-institusi-
kesehatan, Ismoyowati, materi kuliah promosi kesehatan, Universitas Indonesia, 2009)

Pentingnya Menjalankan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya pola hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak
berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih, seperti: (1) mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih
dan sabun, (2) menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi serangga/lalat, (3) memasak makan dengan suhu yang
tepat agar kuman mati, (4) mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta (5) menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam
berat.

Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan. Lakukan imunisasi atau vaksinasi sesuai anjuran. Prinsip pola hidup bersih dalam Gizi Seimbang mendukung
program kesehatan lingkungan yang dikenal dengan program PHBS. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat, Pusat Promosi Kesehatan,
Departemen Kesehatan telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan melakukan sosialisasi mengenai pentingnya PHBS pada
tingkatan rumah tangga. Apa dan bagaimana upaya PHBS tersebut, dapat dilihat dalam rangkuman sumber pustaka dari Pusat Promosi
Kesehatan (Promkes), Depkes RI.

Bagaimana upaya penerapan indikator PHBS di tingkat rumah tangga, di sekolah, di tempat kerja, di tempat umum dan tempat lainnya, tentu
sangat tergantung lagi dengan kesadaran dan peran serta aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab upaya
mewujudkan lingkungan yang sehat akan menunjang pola perilaku kehidupan rakyat yang sehat secara berkelanjutan. (Buku Saku Rumah
Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 2007, hal.2 )
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan,
keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI,
2002). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain. Dan terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 % rakyat Indonesia tidak mampu mendapatkan jaminan
kesehatan dari lembaga atau perusahaan dibidang pemeliharaan kesehatan seperti Askes, Taspen dan Jamsostek.
Pentingnya kesehatan menjadi sorotan publik pada sekarang ini, apalagi oleh masyarakat Indonesia, karena masyarakat
Indonesia kurang sekali perduli terhadap kesehatan, oleh karena itu perlu adanya peran aktif dari pemuda, khususnya
mahasiswa didalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan
Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masayarakat
secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk
mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Melihat dari latar belakang tersebut, masalah yang dapat penulis rumuskan antara lain:
1. Apa Pengertian dari PHBS ?
2. Apa saja Tujuan dari PHBS ?
3. Siapa saja Sasaran dari PHBS ?
4. Strategi bagaimana yang digunakan dalam kegiatan PHBS?
5. Bagaimana Manajemen PHBS itu ?
6. Bagaimana program penatalaksanaan PHBS di lima tatanan itu?
7. Apa alasan dibentuknya PHBS?

1.3 TUJUAN
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia
usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PHBS


PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PUBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),
bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS
Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh
seluruh masyarakat Indonesia dalam menyongsong Milenium Development Goals (MDGs). "Health is not everything, but
without health everything is nothing". Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi
tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan
kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat. Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri
untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah
tangga/keluarga, institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena perilaku
merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat dalam diri seseorang.
Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992) Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995). Perubahan-
perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005).

2.2 STRATEGI KEGIATAN PHBS Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu: 1.
Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau(aspek attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah
individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian
masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah
individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang
didukungnya. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum

2.3 TATANAN PHBS


PHBS berada di lima tatanan yakni:
1. Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:
a. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan.
b. Memberi bayi ASI eksklusif.
c. Menimbang bayi dan balita.
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
e. Menggunakan air bersih.
f. Menggunakan jamban sehat.
g. Memberantas jentik di rumah.
h. Makan sayur dan buah setiap hari.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
j. Tidak merokok di dalam rumah.
2. Indikator PHBS di Tatanan Sekolah :
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
d. Olahraga yang teratur dan terukur.
e. Memberantas jentik nyamuk.
f. Tidak merokok.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja :
a. Kawasan tanpa asap rokok.
b. Bebas jentik nyamuk.
c. Jamban sehat.
d. Kesehatan dan keselamatan kerja.
e. Olahraga teratur.
4. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum :
a. Menggunakan jamban sehat.
b. Memberantas jentik nyamuk.
c. Menggunakan air bersih.
5. Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan :
a. Menggunakan air bersih.
b. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meludah sembarangan.
f. Memberantas jentik nyamuk.
2.4 BENTUK- BENTUK KEGIATAN PHBS
Kegiatan PHBS secara mandiri dapat dilakukan oleh semua masyarakat secara mandiri baik oleh individu maupun
kelompok. Kegiatan PHBS yang dapat dilakukan oleh masyarakat dapat dilakukan di beberapa bidang, yaitu :
Di bidang kebersihan perorangan,
beberapa prilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun,
b. Mandi minimal 2x/hari
c. Gosok gigi minimal 2 x sehari
Di bidang Gizi dan Farmasi,
beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Makan dengan gizi seimbang
b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Mengkonsumsi garam beryodium
d. Makan buah dan sayur tiap hari
e. Menimbang berat badan(BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan
Di bidang Kesling,
beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu:
a. Seperti membuang sampah pada tempatnya,
b. Menggunakan jamban,
c. Memberantas jentik
d. Rumah memiliki ventilasi
e. Menggunakan air bersih
f. Memiliki jamban yang telah memenuhi syarat kesehatan
Di Bidang KIA & KB,
beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Memeriksakan kehamilan secara rutin
b. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
c. Mengimunisasi Balita dengan lengkap
Di Bidang Pemeliharaan Kesehatan,
beberapa contohnya adalah:
a. Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
b. Memiliki buku KIA untuk ibu hamil
c. Mendaftar sebagai pengguna pelayan kesehatan di suatu rumah sakit
d. Memanfaatkan Puskesmas/Sarana Kesehatan lain
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan PHBS berada di lima tatanan yakni: 1. Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga: a. Persalinan
ditolong oleh Tenaga Kesehatan. b. Memberi bayi ASI eksklusif. c. Menimbang bayi dan balita. d. Mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun. e. Menggunakan air bersih. f. Menggunakan jamban sehat. g. Memberantas jentik di
rumah. h. Makan sayur dan buah setiap hari. i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. j. Tidak merokok di dalam rumah. 2.
Indikator PHBS di Tatanan Sekolah : a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun. b. Mengkonsumsi jajanan
di warung /kantin sekolah. c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. d. Olahraga yang teratur dan terukur. e.
Memberantas jentik nyamuk. f. Tidak merokok. g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. h.
Membuang sampah pada tempatnya. 3. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja : a. Kawasan tanpa asap rokok. b. Bebas
jentik nyamuk. c. Jamban sehat. d. Kesehatan dan keselamatan kerja. e. Olahraga teratur.
9. 4. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum : a. Menggunakan jamban sehat. b. Memberantas jentik nyamuk. c.
Menggunakan air bersih. 5. Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan : a. Menggunakan air bersih. b. Menggunakan
jamban yang bersih dan sehat. c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Tidak merokok. e. Tidak meludah
sembarangan. f. Memberantas jentik nyamuk. 3.2 Saran 1. Diharapkan pembaca dapat berperilaku hidup bersih dan
sehat dimanapun. 2. Lebih perduli akan lingkungan yang bersih dan sehat. 3. Dapat mengajarkan pola hidup bersih dan
sehat sejak dini. 4. Kebersihan adalah bagian dari iman.

Anda mungkin juga menyukai