Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 :895)

adalah :

Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya. Dengan demikian prestasi belajar berarti penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh

siswa setelah menjalani proses pendidikan secara formal dalam jangka

waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-angka (Sumadi

Suryabrata, 2006: 6). Hakikat prestasi belajar adalah sebagai berikut:

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar


dan tindak mengajar. Dari sisi guru mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2009: 3).

Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pembelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang

diperoleh dari test mengenai sejumlah materi tertentu (Hadari Nawawi,

1986 :58). Selain itu Bloom juga mengartikan prestasi belajar sebagai hasil

perubahan yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan

13
14

psikomotorik (Saefuddin Azwar, 1987 : 58). Aspek kognitif berisi hal –

hal yang menyangkut aspek intelektual (pengetahuan), aspek afektif (nilai

dan sikap), aspek psikomotorik (keterampilan). Sedangkan Nasution

(1996: 17), menyatakan bahwa:

Prestasi belajar adalah Kesempurnaan yang dicapai seseorang


dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif,
psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan
jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut.

Prestasi merupakan keberhasilan dalam proses belajar mengajar

yang telah ditempuh siswa, bertujuan untuk memperoleh atau

mengembangkan ilmu pengetahuan. Prestasi ini dituangkan dengan nilai

atau angka yang diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Muhibbin

Syah (2007:213), “prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program atau proses

penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.” Hal ini ditegaskan oleh

Dimyati Mahmud (1989: 82) bahwa “prestasi belajar diukur dengan nilai-

nilai tes hasil belajar dari lamanya bersekolah dan dalam kurun waktu

tertentu didokumentasikan pada buku rapor siswa”.

Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008 :18) prestasi

merupakan hasil belajar yang berasal dari informasi yang telah diperoleh

pada tahap proses belajar sebelumnya. Prestasi dapat berupa keterampilan

mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, dan mampu

mengerjakan tugas. Menurut Sardiman A.M. (2004: 46) Prestasi adalah


kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam

belajar.

Menurut Zaenal Arifin (1990: 2-4) prestasi belajar merupakan

suatu masalah yang bersifat peremnia (berlangsung terus-menerus) dalam

sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang hidupnya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuanya masing-

masing, prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan

karena mempunyai fungsi utama anatara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai anak didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang rasa keingintahuan
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam dimensi
pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dalam
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
produktifitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern
dalam arti bahwa tingkat rendahnya orientasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat keberhasilan anak didik
dimasyarakat.

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator sebagai daya serap

(kecerdasan) anak. Dalam mendidik proses belajar mengajar anak didik

merupakan masalah utama dan pertama karena anak didiklah yang

diharapakan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum.

Ada tiga ranah yang harus dilihat dalam tingkat keberhasilan yang

dapat dicapai siswa yaitu :


a. Ranah kogntif
Ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan penalaran
siswa, pengukuran ini dapat dilakukan setiap saat dengan cara test
tertulis maupun test lisan atau perbuatan.

b. Ranah afektif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah
kognitif, pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat
karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu–
waktu, sasaran pengukuran penilaian ranah afektif adalah perilaku
siswa bukan pada pengetahuan siswa.
c. Ranah psikomotorik
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil–hasil
belajar yang berupa keterampilan. Cara yang paling tepat untuk
mengevaluasi keberhasilan belajar psikomtorik adalah observasi,
observasi dalam hal ini dapat diartikan jenis test mengenai
peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain sebagai penempatan
langsung. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar yang menggunaan ranah kognitif dapat ditetahui setiap saat
untuk mengukur penalaran siswa, sedangkan ranah afektif tidak
bisa diketahui setiap saat, pengukuran ini berdasarkan perilaku
siswa dan ranah psikomotorik yang dilakukan terhadap hasil
belajar. Jadi, dengan menggunakan tiga ranah tersebut prestasi
belajar dapat diketahui dengan baik, artinya penilaian terhadap
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment
adapula kata yang searti dan relatif lebih dikenal dalam dunia
pendidikan kita yakni tes, ujian, atau ulangan (Muhibbin Syah,
2007:195).
Dalam setiap kegiatan pasti dilaksanakan penilaian untuk

mengukur tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, perlu diketahui

seberapa jauh prestasi belajar yang telah dicapai siswa.

Jadi prestasi belajar adalah merupakan kemampuan yang dimiliki

siswa yang telah mengalami perubahan baik keterampilan, pemahaman

nilai-nilai, pola tingkah laku, setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran

berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. pada hakekatnya, belajar untuk

mencapai sesuatu yang pada akhirnya mencapai suatu hasil hasil belajar,
dan hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar. Dari beberapa

pendapat para ahli datas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa selama mengikuti

proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam periode tertentu.

Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 297) yang dimaksud dengan

prestasi belajar adalah nilai – nilai yang merupakan bentuk perumusan

akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar

siswa selama waktu tertentu. Slameto (2003:2) mendefinisikan prestasi

belajar sebagai tinggi rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap suatu

materi pembelajaran. W.S Wingkel (1987:51) mengemukakan bahwa

prestasi adalah bukti usaha siswa yang telah dicapai dalam waktu tertentu

dan dapat diukur dengan suatu alat tes, dengan diketahuinya prestasi

belajar maka seorang guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi

dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas

pengajaran dan bahan ajar.

Keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran salah

satunya dapat dilihat melalui nilai–nilai yang diperoleh dalam bentuk rapor

secara periodik, angka–angka tersebut telah mencerminkan prestasi belajar

siswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian dan pengukuran, tingkah laku

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang

menggambarkan kemampuan seseorang dalam menguasai mata pelajaran


tertentu selama masa tertentu serta merupakan urutan keberhasilan

seseorang dalam proses belajar tersebut.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

prestasi belajar siswa. Penentuan nilai prestasi belajar pada rapor menurut

Winkel (2004: 604) diperoleh dengan cara, yaitu:

1) Nilai akhir diperoleh dari rerata nilai tes formatif dengan nilai
tes sumatif.
2) Nilai akhir diperoleh dari nilai rerata nilai tugas, kegiatan
ekstrakulikuler yang diikuti, nilai ulangan harian dan nilai
umum.

Menurut Nana Sudjana (2005: 111), fungsi penilaian dalam proses belajar

mengajar yaitu:

1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran,


dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan
pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan
kata lain dapt diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa.
2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang
telah dilakukan guru, dengan fungsi ini guru dapat
mengetahui berhasil tidaknya guru mengajar. Rendahnya
hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata
disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan
kurang berhasilnya guru mengajar. Melalui penilaian berarti
menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasinya dapat
dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya yakni tindakan
mengajar berikutnya.
Adapun standar yang digunakan dalam penilaian prestasi belajar (PP

RI No.19 tahun 2005),tiga diantaranya adalah :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik


b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Sedangkan bentuk dari penilaian hasil belajar oleh pendidik
diantaranya :

a. Ulangan harian
b. Ulangan tengah semester
c. Ulangan akhir semester
d. Ulangan kenaikan kelas
Prestasi merupakan suatu pengetahuan dan kecakapan yang

diperoleh siswa dengan usaha secara sadar setelah melalui poses belajar.

Prestasi dapat diukur dengan menggunakan tes dalam periode tertentu

untuk mengetahui kemampuannya setelah melakukan suatu kegiatan

belaar. Tes ini bersifat tidak tetap, sewaktu-waktu dapat berubah

tergantung pada situasi dan kondisi peserta tes. Dengan demikian prestasi

belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan aktual yang diukur

berupa penugasan sikap, keterampilan sebagai proses belajar mengajar di

sekolah.

2. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Belajar sebagai sebuah proses tertentu, mempunyai maksud dan

tujuan yang hendak dicapai. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis

penyelenggaraan dan jenis jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau

gagalnay pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa (Muhibbin Syah 2007 :88). Untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan tersebut telah dicapai maka dilakukan

pengukuran atau penilaian. Tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan

siswa adalah dengan mengamati prestasi belajarnya. Sedangkan tingkat


20

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi Pendidikan

Kewarganegaraan di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang

diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil

proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

Jadi prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan hasil

belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan berupa seperangkat pengetahuan, sikap dan

keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehdupan sosialnya

baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Dimana

prestasi belajar dinilai dari proses belajar Pendidikan Kewarganegaraan

selama jangka waktu tertentu yang dapat diukur dengan tes dan hasilnya

dinyatakan dalam bentuk angka.

Prestasi belajar PKN adalah hasil yang dicapai siswa (kemampuan

siswa) dalam usahanya untuk menguasai bidang studi PKN setelah

jangka waktu tertentu atau dengan kata lain prestasi belajar PKn adalah

hasil belajar PKN. Prestasi belajar PKN siswa atau proses belajar PKN

siswa perlu diketahui dengan baik oleh individu yang belajar maupun

orang lain yang bersangkutan guna melihat kemajuan yang telah

diperoleh setelah mempelajari suatu program pengajaran / materi.

Dalam mengevaluasi pembelajaran ini, instrumen pengukuran hasil

belajar/ prestasi belajar PKN yang digunakan dapat berbentuk tes, baik

tertulis, lisan ataupun perbuatan.Pelaksanaannya dapat berbeda–beda


disesuaikan dengan karakteristik pelajaran maupun kompetensi yang

terdapat dalam sebuah mata pelajaran. Test tersebut dapat terlaksana

maka akan diberikan penilaian secara obyektif oleh guru mata pelajaran,

atau guru bidang studi sehingga akan terlihat hasil dari tes yang telah

dilaksanakan yang selanjutnya disebut dengan prestasi belajar PKN.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pengukuran yang

dilaksanakan oleh guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa

menyerap materi yang telah diberikan oleh guru tersebut. Jika tujuan

tersebut dapat dicapai dengan nyata maka akan mempermudah guru

dalam menentukan tindakan-tindakan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran.

3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat beberapa hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern

adalah faktor yang ada di luar individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

a. Faktor Intern
Dalam faktor intern ada 3 hal, yaitu:
1) Faktor jasmaniah dibagi menjadi dua, yaitu:
a). Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit.
b). Cacat tubuh, sesuatu yang menyebabkan kurang baik/
kurang sempurna mengenai tubuh/ badan.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat,
kematangan, kecakapan, sikap, kebiasaan, motivasi, disiplin
dan partisipasi.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan bisa berupa kelelahan jasmani maupun kelelahan
rohani.Agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga hasil
atau prestasinya memuaskan, harus dihindari jangan sampai
terjadi kelelahan dalam belajarnya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Faktor keluarga siswa yang belajar akan menerima pengaruh
dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
2) Faktor sekolah faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan
siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat,
yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto, 2003:54-55).

Prestasi belajar ditentukan oleh proses belajar mengajaryang telah

berlangsung. Secara tidak langsung, hasil belajar mampu memberian

suatu pesan tentang proses belajar mengajar yang telah berlangsung

sehingga faktor-faktor mempengaruhi pembelajaran juga akan

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari

individu (faktor internal) maupun dari luar individu (faktor eksternal).

Yang tergolong faktor dari individu (faktor internal) adalah :


a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaaan amupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas :

1) faktor intelektif

a) faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b) faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

2) faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri (Abu Ahmadi, 2004 :138).

Menurut Muhibbin Syah (2007 :144), secara global faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi :

a. faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi,

1) aspek psikologis antara lain: tingkatecerdasan siswa, sikap

siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa

2) aspek fisiologis antara lain: kondisi fisik, kesehatan jasmani,

dan kondisi panca indera.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni lingkungan disekitar

siswa meliputi :

1) Lingkungan sosial antara lain : guru, keluarga, staf

administrasi, dan teman sekelas


2) Lingkungan non sosial antara lain : kondisi gedung sekolah,

rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, kedaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiaan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada kenyataannya prestasi

belajar merupakan sesuatu hal yang kompleks, hal ini disebabkan karena

faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat kompleks.

Menurut Arden N fransen (Sumadi Suryabrata, 2006 : 236) fakto-

faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk belajar adalah :

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada sifat manusia dan
keinginan untuk selalu maju
c. Adanya keinginan untuk mendapat simpatik dari orang tua, guru
dan teman- teman
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha
yang baru, baik kooperatif maupun kompetisi
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

Wasty Soemanto (2006 : 113 – 121), mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari tiga hal

yaitu faktor stimuli, faktor metode belajar, dan faktor individual.

1) Faktor stimuli belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran,

kesulitan bahan pelajaran, beratnya bahan pelajaran, berat

ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.


2) Faktor–faktor metode belajar yaitu kegiatan berlatih dan

praktik over learning atau drill, prestasi selama belajar,

pengenalan tentang hasil–hasil belajar, belajar dengan

keseluruhan, dan dengan bagian–bagian, penggunaan modal

indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar,

kondisi–kondisi intensif.

3) Faktor–faktor individual yaitu kematangan, faktor usia,

kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman

sebelumnya, kapasitas mental , kondisi kesehatan jasmani,

kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Menurut Muhibbin Syah (2007: 132) faktor–faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi tiga macam

yaitu :

a. Faktor internal (dari dalam diri siswa)


b. Faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu kondisi lingkungan
di sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi pembelajaran.

Pendapat Abu Ahmadi (2004: 138) juga menyebutkan faktor-

faktor internal dan eksternal yang memepengaruhi prestasi belajar, yaitu

yang tergolong dari dalam individu (faktor interal) adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun


yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas:
1) Faktor intelektif:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki
2) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Yang tergolong dari faktor luar individu (faktor eksternal) adalah:

a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan


sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 107), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor dari dalam diri individu


Terdiri dari faktor fisiologis. Faktor fisiologis adalah kondisi
jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis
yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi dan
kemampuan kognitif.
2) Faktor dari luar individu
Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam.
Sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru,
sarana, administrasi, dan manajemen.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 30) prestasi

belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Faktor internal, meliputi :


a) Faktor jasmaniah
b) Faktor psikologi
c) Faktor intelektual meliputi faktor potensi dan
kecakapan nyata
d) Faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi dan penyesuaian diri
2) Faktor eksternal, meliputi :
a) Faktor sosial terdiri atas
(1) lingkungan keluarga
(2) lingkungan sekolah
(3) lingkungan masyarakat
(4) kelompok
b) Faktor budaya, seperti
(1) adat istiadat
(2) ilmu pengetahuan
(3) teknologi dan
(4) kesenian
c) Faktor lingkungan seperti
(1) fasilitas rumah
(2) fasilitas belajar
(3 iklim
3) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan
Sedangkan menurut Conny Semiawan (2008: 10) faktor-faktor

lain yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan psikologis


Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak
tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan
dirinya. Pendidikan secara potensial berakar dari pergaulan
biasa, khususnya antara orang tua dan anak didik. Jadi,
setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang
memiliki kemungkinan kesiapan untuk berubah menjadi
situasi pendidikan dimana mendidik dilandasi oleh nilai
moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat
tertentu, yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan psikologis.
2) Intelegensi, emosi, dan motivasi
Keberhasilan belajar sangat ditentuksn oleh kemampuan
kognitif, tetapi ternyata faktor nonkognitif (yaitu antara lain
motivasi, emosi) tidak kalah penting, bahkan
mempengaruhi tingkat kinerja serta lingkungan, maupun
perkembangan dirinya sendiri.
3) Pengembangan kreativitas
Pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan
otak secara harmonis akan banyak membantu anak
berprakarsa mengatasi dirinya, meningkatkan prestasi
belajar sehingga mencapai kemandirian dan mampu
menghadapi berbagai tantangan.
Hisbullah Thabrany (1997: 5) menyatakan bahwa “keberhasilan

siswa dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kecerdasan, motivasi,


konsentrasi, kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara

belajar, perlengkapan dan sifat-sifat negatif yang dimiliki siswa”. Dalam

proses belajar siswa terdapat banyak sekali faktor–faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Hal

tersebut dapat dilihat dari beberapa pedapat yang telah di kemukakan

oleh beberapa ahli. Dari beberapa ahli tersebut diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

a. Faktor internal

Faktor ini terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis yaitu faktor yang berkaitan dengan aspek

jasmaniah atau fisik dari tubuh siswa yang sedang belajar. Adapun

aspek dari faktor jasmani tersebut yaitu aspek kesehatan jasmani.

Sedangkan faktor yang berkaitan dengan faktor psikologis yaitu

faktor yang berkaitan dengan aspek kesehatan rohaniah dari siswa

yang melaksanakan belajar itu sendiri, adapun aspek-aspek tersebut

antara lain aspek motivasi belajar siswa, intelegensi atau tingkat

kecerdasan yang dimiliki oleh masing– masing siswa, bakat yang

dimiliki dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan konitif,

keinginan belajar, kemampuan siswa dalam mengolah dan

menggali bahan dan hasil belajar, mempunyai rasa percaya diri,

sikap yang jujur, dan mempunyai prestasi yang cukup bisa

diandalkan dan dipertanggungjawabkan.


b. Faktor eksternal

Faktor ekternal ialah faktor yang berkaitan dengan lingkungan

sekitar atau faktor di luar dari siswa, faktor–faktor ekternal yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah faktor

keluarga, masyarakat, dan sekolah. Faktor keluarga diantaranya

meliputi cara orang tua dalam mendidik anak–anaknya, relasi

keluarga, suasana rumah, kondisi ekonomi keluarga, pengertian

orang tua terhadap anak, dan latar kebudayaan yang dimiliki oleh

orang tua. Adapun faktor yang berkaitaan dengan sekolah adalah

meliputi metode mengajar guru di kelas, kurikulum sekolah, relasi

guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tingkat kedisiplinan

sekolah, kepatuhan pada peratuaran sekolah pelajaran dan waktu

dalam melaksanakan pembelajaran, materi yang disampaikan

sesuai dengan silabus dan kurikulum, letak sekolah dan sarana serta

prasarana yang memadai sehingga tercapai kondisi sekolah yang

kondusif, metode belajar yang dimiliki oleh siswa, tugas rumah

yang diberikan oleh guru.

4. Fungsi Prestasi Belajar

Sepanjang rentang kehidupannya, manusia pasti mengejar suatu

prestasi atau hasil dari usaha yang telah dilakukannya. sesuai dengan

tingkat kemampuan masing-masing. Mengejar sesuatu yang akan

memberikan kepuasan tertentu pada diri manusia. Baik prestasi dalam

pekerjaan, maupun prestasi dalam bidang akademik, khususnya yang


30

berada di lingkungan sekolah. Prestasi tersebut tentunya mampu memberi

manfaat bagi yang meraihnya.

Adapun fungsi dari prestasi belajar (Zainal Arifin, 1990: 3) yaitu:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Zainal Arifin (1990: 4) juga mengemukakan kegunaan prestasi belajar

diantaranya :

a. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.


b. Untuk keperluan diagnostik.
c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
d. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan.
e. Untuk menentukan isi kurikulum.
f. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi

belajar, maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi

belajar yang seoptimal mungkin.

B. Tinjauan Pendidikan kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Nu’man Somantri (Cholisin. 2004:8) PKn adalah

program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas

dengan sumber–sumber lainnya, positive influence pendidikan sekolah,

masyarakat, orang tua yang kesemuanya diproses untuk melatih pelajar–

pelajar berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam

mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan


UUD 1945. Dari definisi tersebut dapat di nyatakan bahwa PKn memiliki

ciri–ciri : (1) merupakan program studi ; (2) Materi pokoknya adalah

demokrasi politik yang diperluas dengan pengaruh positif pendidikan

sekolah, keluarga dan masyarakat ; (3) bersifat interdisipliner ; (4)

Tujuannya melatih berfikir kritis dan analitis, bersikap dan bertindak

demokratis sesuai dengan nilai–nilai Pancasila dan UUD 1945.

Secara garis besar mata pelajaran kewarganegaraan terdiri dari:

a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang


mencakup bidang hukum, politik, dan moral secra lebih terperinci,
materi pengetahuan kewarganegaraan, meliputi pengetahuan
tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah
dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum
(rule of law) dan peradilan bebas yang tidak memihak, konstitusi,
sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi
manusia, hak sipil, dan hak politik.
b. Dimensi keterampilan kewarganegraan (civics skills) meliputi
misalnya: berperan secara aktif mewujudkan masyarakat madani
(civil socity), keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalanya
pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik,
keterampilan memecahkan maslah-masalah sosial, keterampilan
mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola konflik.
c. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup
antara lain percaya diri, komitmen, penguasa atas nilai religius,
norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis toleransi,
kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers,
kebebasan berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap
minoritas (Cholisin 2004: 8-9).
2. Fungsi dan Tujuan pendidikan kewarganegaraan

Menurut Ubaidilah (2000:34), tujuan dari pendidikan

kewarganegaraan menjadikan warga negara yang cerdas dan baik, serta

mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negaranya. Dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan

bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga

Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan

yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan kewarganegaraan selain memiliki fungsi tentunya

juga memiliki tujuan, yaitu:

a. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi


isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung dan tidak langsung dengan
memanfaatkan energi informasi.

Selain itu,”Secara sederhana tujuan pendidikan kewarganegaraan

adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizen) dan

mempersiapkanya untuk masa depan. Ukuran warga negara yang baik

untuk setiap bangsa atau negara akan ditentukan oleh ukuran normatif

yaitu ideologi dan konstitusi negara yang bersangkutan” (Cholisin, 2004:

12). Menurut CCE, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah

“partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan

politik dan masyarakat baik ditingkat lokal maupun nasional.”

Untuk dapat berpartisipasi maka perlu dibekali pengetahuan


kewarganegaraan (Civic Knowledge), keterampilan
kewarganegaraan(Civic Skills) dan karakter kewarganegaraan
(Civic Dispositions). Dan ada pula tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan yang dirumuskan pada saat Seminar Pengajaran
dan Pendidikan Civic di Tawang-mangu, Surakarta
1972. Seminar tersebut menghasilkan tujuan yang ingin dicapai
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
membina warga negara yang lebih baik dan untuk masa depan
dalam arti warga negara yang berkembang kontinum variabelnya
atau perananya pada kwalitas yang lebih tinggi dalam berbagai
aspek kehidupan (spiritual, ekonomi, sosial-budaya, politik,
hukum dan hankam) yang sesuai dengan ketentuan atau kriteria
konstitusi atau Undang Undang Dasar 1945 (Cholisin, 2004: 8-
10)

Kesimpulannya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

pendidikan yang berusaha membina peran warga negara dalam berbagai

aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam guna

membentuk warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan Undang-

Undang 1945.

3. Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

a. Menurut NCSS (National Council of Social Studies)

Menurut NCSS(Cholisin,2004:25) PKn meliputi :

1.
Cita-cita nasional.
2.
Hal-hal yang baik yang diakui oleh masyarakat.
3.
Proses pemerintahan sendiri
4.
Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin
konstitusi
5. Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga,
sekolah dan masyarakat.
b. Menurut konsep PKn sebagai pengembangan dari civics.

Fokus materi civics adalah demokrasi politik, karena PKn

merupakan pengembangan dari civics, maka demokrasi politik

menjadi materi pokok PKn, dengan ditambah dari aspek

pendidikan (Cholisin,2004:27).

c. Pusat kurikulum 2004


Pusat Kurikulum (Puskur) melalui konsep KBK
kewarganegaraan SD & MI, SMA& MTs. Dan SMA & MA
tahun 2003, tampaknya melakukan sinkronisasi pengetahuan
kewarganegaraan yang terdapat pada kompetensi dasar
kewarganegaraan Pusat Pengujian Balitbang Diknas. Hal ini
bisa dicermati pada pengetahuan kewarganegaraan yang
diajukan Puskur yakni berupa aspek system berbangsa dan
bernegara yang terdiri dari sub aspek :
1. Persatuan bangsa,
2. Norma, Hukum dan Peraturan,
3. Hak Asasi Manusia (HAM),
4. Kebutuhan hidup,
5. Kekuasaan dan politik,
6. Masyarakat Demokratis,
7. Pancasila dan Konstitusi Negara,
6. Globalisasi (Cholisin,2004:33).
Dalam standar isi BSNP 2006 mengenai ruang lingkup Pendidikan

kewarganegaraan yaitu :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam


perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di
masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan
peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak, dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan
internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga
diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
f. Kekuasaan dalam politik, meliputi: pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah
pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan,
pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi,
hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi. (Standar isi BSNP 2006)

C. Tinjauan Metode Pembelajaran

1. Pengertian metode pembelajaran

Metode adalah cara, di dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah cara

guru. Pengertian itu diperkuat lagi oleh Winarno Surakhmad (1986

:96) bahwa metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat oleh guru akan

mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dengan metode

pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa lebih aktif dan

menciptakan umpan balik dari siswa kepada guru. Tentunya guru

harus dapat memilih metode mana yang paling tepat untuk

menciptakan tujuan tertentu. Dengan banyaknya metode pembelajaran

dan tidak semua metode sama efektifnya untuk semua bidang/ pokok

bahasan, maka guru sebagai pengelola pengajaran perlu

mempertimbangkan kesesuaian metode yang akan digunakan dengan

materi pengajaran yang akan disampaikan, guru harus mengadakan


pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan agar

penggunaan metode dalam pembelajaran memberikan hasil yang baik.

2. Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran Yang Baik

Kriteria yang digunakan dalam memilih metode pengajaran


menurut I.L Pasaribu (1983 :41) antara lain :
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Sesuai dengan waktu, tempat dan alat – alat yang tersedia dengan tugas
guru
3. Sesuai dengan jenis kegiatan–kegiatan yang tercakup dalam
pembelajaran
4. Menarik bagi siswa
5. Maksudnya dipahami oleh siswa
6. Sesuai dengan kecakapan guru

3. Macam – Macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan

tema materi yang akan disampaikan, untuk itu perlu adanya varian dalam

menggunakan metode pembelajaran, beberapa macam metode

pembelajaran menurut (Mohamad Ali, 1987:63) diantaranya :

a. Metode Simulasi

Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengajaran dengan

melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada

dasarnya semacam permainan dalam pengajaran yang diangkat dari

realita kehidupan. Bentuk-bentuk simulasi diantaranya :


1). Sosiodrama

2). Psikodrama

3). Role Playing

b. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi berarti pertunjukan. Dalam pengajaran mengunakan

metode demonstrasi dilakukan pertunjukan suatu proses, berkenaan

dengan bahan pelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun

orang luar yang di undang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan

diambil dari objek sebenarnya.

Pendapat lain dari Lalu Muhamad Azhar ( 1991 : 96) diantaranya

Problem Solving (Pemecahan Masalah). Titik berat metode ini terletak

pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan tepat dalam

penentuan alternatif yang berguna. Permasalahan akan timbul apabila

terdapat ketidak cocokan antara keadaan nyata dengan keadaan yang

dikehendaki.

Pendapat lain tentang varian metode pembelajaran diantaranya

pendapat Wina Sanjaya (2010:154) diantaranya adalah metode diskusi.

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa

pada suatu permasalahan.Tujuan utama metode ini adalah untuk

memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan

memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan.


c. Metode Konvensional

Selain beberapa metode di atas, ada pula metode-metode

pembelajaran lain yang digunakan oleh guru yakni metode

konvensional.

1) Pengertian Metode Konvensional

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia konvensional

mempunyai pengertian umum, adat, kebiasaan atau kelaziman.

Dapat disimpulkan metode konvensional merupakan metode

yang umum atau lazim yang di gunakan guru. Pendapat

Ruseffendi (2005: 17), dalam metode konvensional, guru

merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak

otoriter, guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu, guru

langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contoh-

contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan,

meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si

guru menyelesaikan soal. Murid bertindak pasif. Murid-murid

yang kurang memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang/

jelek dan karena itu mungkin sebagian dari mereka tidak naik

kelas. Salah satu cara yang dapat dipergunakan guru dalam

menyampaikan pembelajaran pada umumnya yaitu dengan

berceramah. Setiap penyajian informasi secara lisan dapat

disebut ceramah, baik yang formal dan berlangsung 45 menit,

maupun yang informal dan hanya berlangsung selama lima


menit (James Popham, 1981:95). Ceramah dapat dilakukan oleh

guru seorang diri menghadapi sekelompok siswa melakukan

kegiatan belajar mengajar. Ceramah juga dapat dilakukan

bersama–sama dalam bentuk satu tim (teamteaching)

menghadapi sekelompok siswa (Engkoswara, 1982 :55). Dalam

pelaksanaannya, metode ceramah tentunya memiliki kelebihan

dan kekurangan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan metode

ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru

terhadap kelasnya.Metode ceramah ini sering kita jumpai pada

proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang

rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi.

2) Kelebihan Metode Ceramah

Beberapa kelebihan dari metode ceramah antara lain adalah

sebagai berikut :

a) Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid


melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat
mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.
b) Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang
lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima
pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c) Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam
waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
d) Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya
dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan
menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat (Armai
Arief, 2002 : 139).
40

3) Kelemahan metode Ceramah

Sebuah metode tidak lepas dari ketidak sempurnaan,

ketidak sempurnaan tersebut diantaranya :

a. Dalam ceramah bahwa guru berperan sebagai figur otoriter baik


dalam pemilihan dan penentuan materi ataupun topik yang
disajikan maupun dalam mengontrol tingkah laku siswa. Dalam
format ceramah tidak terjadi suatu proses “transaksional”
antara guru dengan siswa dalam memilihn dan menentukan
bahan dan memilih serta menentukan cara yang paling tepat
dalam proses belajar mengajar yang dilakukan.
b. Komunikasi cenderung hanya satu arah dan sedikit sekali guru
memperoleh balikan (feedbeck) dari murid, tentang kebutuhan–
kebutuhannya, kesulitan–kesulitannya dan persepsinya tentang
apa yang telah dipelajarinya.
c. Dalam proses belajar mengajar perhatian memegang peranan
yang penting. Mempelajari sesuatu tanpa ada perhatian yang
penuh atau terkonsentrasi yang optimal, tidak akan
memperoleh hasil yang maksimal. Perhatian ini perlu
dirangsang dan dibangkitkan dengan merangsang seluruh indra
dan tidak hanya terbatas kepada indra pendengaran saja,
biasanya konsentrasi siswa terhadap rangsangan dengar sangat
terbatas dan cepat lelah. Oleh karena itu format ceramah dalam
proses belajar mengajar kurang merangsang dan kurang dapat
memelihara perhatian siswa sehingga kalau ceramah itu
disajikan dengan cara yang kurang baik, hasilnya sangat
terbatas (Engkoswara,1982:60-62).

d. Metode Discovery Learning

1) Pengertian Discovery Learning

Menurut Sudirman N, (45 : 1992 ), discovery adalah proses

mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan

prinsip-prinsip. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:


a. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan;
b. berpusat pada siswa;
c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada.

Metode discovery Learning adalah teori belajar yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila

pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,

tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan

Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu pendidikan, 2012). Pendapat

C Asri Budiningsih (2005:43) discovery learning adalah

memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif

untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.

Dapat disimpulkan discovery learning atau model

pembelajaran penemuan adalah teori belajar yang didefinisikan

sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak

disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi

diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

2) Kelebihan Discovery learning


Beberapa keunggulan metode penemuan juga

diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

a) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia


berpikir dan menggunakan kemampuan untuk
menemukan hasil akhir;
b) siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab
mengalami sendiri proses menemukannya.
Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih
lama diingat;
c) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
d) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan
metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks;
e) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak
belajar sendiri.
Kelebihan metode discovery learning adalah :

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,

seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat

pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan

dan transfer.

c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya

rasa menyelidiki dan berhasil.

d) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat

dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya

sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep

dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama

dengan yang lainnya.


g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat

bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi

diskusi.

h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)

karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu

atau pasti.

i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada

situasi proses belajar yang baru;

k) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;

l) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis

sendiri;

m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses

belajar menjadi lebih terangsang;

n) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada

pembentukan manusia seutuhnya;

o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;

p) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai

jenis sumber belajar;

q) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu

(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu, 2012).


Menurut Suherman, dkk (2001: 179) keunggulan metode

discovery learning diantaranya:

a)siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir


dan menggunakan kemampuan untuk menemukan
hasil akhir;
b) siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab
mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu
yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
c) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat;
d) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan
metode penemuan akan lebih mampu mentransfer
pengetahuannya ke berbagai konteks;
e) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar
sendiri.
3) Kelemahan Discovery Learning

Di samping memiliki beberapa keunggulan, metode

discovery learning juga mempunyai beberapa kelemahan. Berikut

ini kelemahan metode discovery learning:

a) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran

untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan

mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

menimbulkan frustasi.

b) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang

banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk


membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah

lainnya.

c) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat

buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa

dengan cara-cara belajar yang lama.

d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir

yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih

dahulu oleh guru.

4) Langkah-Langkah Operasional

a) Langkah Persiapan

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan

sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa

secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).


5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa

contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk

dipelajari siswa.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

b) Pelaksanaan

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada

sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul

keinginan untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru

dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar

lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi bahan.

2) Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah

guru memberi kesempatan kepada siswa untuk


mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda

masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian

salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

3) Data collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi

kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan

benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik

diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)

berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,

melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

D. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian yang telah di lakukan oleh Elvira Yunita Utami (2010)

tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode discovery

learning yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa

kelas VIII B di SMP Negeri 2 Pengasih kabupaten Kulon Progo,

menunjukkan hasil bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika melalui

metode discovery leraning mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.


Kemudian hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Faridah (2010)

dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry Discovery Learning

Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP NU 01 Muallimin Weleri Kendal

Tahun Pelajaran 2010-2011, Hasil penelitian menunjukkan bahwa model

pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik efektif

digunakan yaitu ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata hasil

belajar kognitif dan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih baik

dari pada kelas kontrol.

E. Kerangka Pikir

Dalam penyampaian pembelajaran, guru memerlukan strategi yang

tepat supaya siswa dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran.

Dengan menggunakan strategi pembelajaran diharapkan permasalahan

dalam proses pembelajaran dapat diatasi.

Metode ceramah termasuk dalam metode pembelajaran kalsik, metode

yang sampai saat ini masih di pergunakan guru dan instruktur.(Wina

Sanjaya. 2010:147). Pada prakteknya metode ceramah merupakan metode

murah dan mudah untuk dilakukan dan metode yang dapat menyajikan

materi secara luas, artinya materi pembelajaran yang banyak dapat di

jelaskan oleh guru pokok pokoknya dalam waktu yang singkat, akan tetapi

materi yang dapat diambil oleh siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas

pada apa yang dikuasai guru.


Seiring perkembangan dunia pendidikan, para ahli menciptakan

berbagai metode pembelajaran untuk menunjang ketercapaian hasil

belajar, diantaranya metode discovery learning. Discovery Learning atau

model pembelajaran penemuan adalah teori belajar yang didefinisikan

sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan

dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa

mengorganisasi sendiri. Penggunaan discovery learning, ingin merubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah

pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented dan membentuk

kepribadian yang mandiri. Selain itu pembelajaran akan menjadi lebih

menarik dan tidak membosankan sehingga menimbulkan kegairahan dalam

belajar, menambah pengalaman siswa. Selain itu juga siswa menjadi

terpancing untuk mengemukakan ide-ide dalam merangsang

pembelajaran.Hal tersebut akan membantu siswa dalam memahami

materi – materi yang di samapaikan oleh guru dalam pembelajaran.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah

disampaikan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah “metode

discovery learning” efektif digunakan dalam pembelajaran PKn kelas XI

di SMA N 1 Rancah.

Anda mungkin juga menyukai