Referat - M. Avif Ababil - Syok Sepsis (712019024)
Referat - M. Avif Ababil - Syok Sepsis (712019024)
oleh:
M. Avif Ababil, S.Ked
NIM : 71 2019 024
Pembimbing Klinik:
dr. Edi Saputra, Sp.PD., FINASIM
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
judul:
Oleh
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah.
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “
Diagnosis dan Tatalaksana Syok Sepsis “ sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
nabi besar Muhammad Shallallahu alaihi wassalam beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
1. Allah subhanahu wata ‘ala, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya
keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr.Edi Saputra, Sp.PD., FINASIM selaku pembimbing Referat.
Semoga Allah subhanahu wata ‘ala memberikan balasan pahala atas segala amal
yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah subhanahu wata ‘ala. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang.................................................................................. 1
2.2 Etiologi……………………………………………………………. 2
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Patofisiologi
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal
ini akan memicu respon neurohumoral dengan adanya respon proinflamasi dan
antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit, makrofag dan neutrofil
yang berinteraksi dengan sel endotelial. Respon tubuh selanjutnya meliputi
mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil dari aktivasi selular dan disrupsi
endotelial. Isi plasma ini meliputi sitokin-sitokin seperti tumor nekrosis faktor,
interleukin, caspase, protease, leukotrien, kinin, reactive oxygen species, nitrit
oksida, asam arakidonat, platelet activating factor, dan eikosanoid.9 Sitokin
proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor α, interleukin-1β, dan interleukin-6
akan mengaktifkan rantai koagulasi dan menghambat fibrinolisis. Sedangkan
Protein C yang teraktivasi (APC), adalah modulator penting dari rantai koagulasi
dan inflamasi, akan meningkatkan proses fibrinolisis dan menghambat proses
trombosis dan inflamasi. Aktivasi komplemen dan rantai koagulasi akan turut
memperkuat proses tersebut. Endotelium vaskular merupakan tempat interaksi
yang paling dominan terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi cedera
mikrovaskular, trombosis, dan kebocoran kapiler. Semua hal ini akan
2
menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Gangguan endotelial ini memegang
peranan dalam terjadinya disfungsi organ dan hipoksia jaringan global.9
3
Kadar protein C reaktif meningkat >2 kali nilai
normal
Kadar procalcitonin meningkat >2 kali nilai normal
4
0 1 2 3 4
Keunggulan
1. Lebih dari 75% pasien diduga infeksi dengan qSOFA
score >2 dan skor SOFA positif mengindikasikan
disfungsi organ dan suspek sepsis.16,18
5
1. Resusitasi
Pemberian cairan merupakan terapi awal pasien syok sepsis. Cairan resusitasi
adalah 30 mg/kgBB cairan kristaloid dalam 3 jam atau kurang 8, tidak ada
perbedaan manfaat antara koloid dan kristaloid.16 Pada kondisi tertentu seperti
penyakit ginjal kronis, dekompensasi kordis, harus diberikan lebih hati –hati. 18
Protokol ini menekankan pemeriksaan ulang klinis sesering mungkin dan
pemeriksaan kecukupan cairan secara dinamis (variasi tekanan nadi arterial).8
Beberapa teknik untuk menilai respons cairan:
6
Norepinefrin direkomendasi sebagai vasopresor lini pertama. Penambahan
vasopressin (sampai 0,03 U/menit) atau epinefrin untuk mencapai target MAP
dapat dilakukan.19,20
Dopamin sebagai vasopresor alternatif norepinefrin hanya direkomendasikan
untuk pasien tertentu, misalnya pada pasien berisiko rendah takiaritmia dan
bradikardi relatif.12,15 Penggunaan dopamin dosis rendah untuk proteksi ginjal
sudah tidak direkomendasikan lagi. Dobutamin disarankan diberikan pada
hipoperfusi menetap meskipun sudah diberi cairan adekuat dan vasopresor. 19
Steroid dapat digunakan apabila dengan norepinefrin target MAP masih
belum tercapai.15
Catatan :
7
Pertimbangkan dopamin vasopressor alternatif jika terdapat sinus bradikardia
Pertimbangkan pemberian fenilefrin apabila timbul takiaritmia berbahaya
akibat pemberian norepinefrin atau epinefrin. Berdasarkan penilitian seusai
dengan EBM tidak ditemukan batasan pemberian norepinefrin , epinefrin dan
fenilefrin. Rentang dosis yang dicantumkan pada alogritma ini berdasarkan
pengalaman peneliti. Dosis maksimal dievaluasi berdasarkan respons
fisiologis.20
3. Kultur darah
Pengambilan kultur darah dilakukan segera, hal tersebut berguna untuk
meningkatkan optimalisasi pemberian antibiotik dan identifikasi patogen.
Kultur darah sebaiknya dalam 2 preparat terutama untuk kuman aerobik dan
anaerobik. Pengujian kultur juga dapat menyingkirkan penyebab sepsis,
apabila infeksi patogen tidak ditemukan maka pemberian antibiotik dapat
dihentikan.16
4. Pemberian antibiotik spektrum luas sangat direkomendasikan pada
manajemen awal. Pemilihan antibitiotik disesuaikan dengan bakteri empirik
yang ditemukan.16
BAB III
8
KESIMPULAN
1. Syok septik adalah kondisi sepsis dengan hipotensi refrakter (tekanan darah
sistolik <90 mmHg, mean arterial pressure < 65 mmHg, atau penurunan > 40
mmHg dari ambang dasar tekanan darah sistolik yang tidak responsif setelah
diberikan cairan kristaloid sebesar 20 sampai 40 mL/kg).
2. Pembaharuan definisi dan kriteria sepsis dari menggunakan istilah Sindrom
Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) menjadi Sequential Organ Failure
Assessment (SOFA); SOFA merupakan kriteria penilaian kerusakan organ.
SOFA score ≥2 dan qSOFA ≥2 menunjukkan adanya sepsis.
3. Komponen dasar dari penanganan sepsis dan syok septik adalah resusitasi
awal, vasopressor/ inotropik, dukungan hemodinamik, pemberian antibiotik
awal, kontrol sumber infeksi, diagnosis (kultur dan pemeriksaan radiologi),
tata laksana suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan pencegahan infeksi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11. Arifin. Definisi dan kriteria syok septik. In: Frans J, Arif M, editors.
Penatalaksanaan sepsis dan syok septik optimalisasi FASTHUGSBID.
Jakarta: PERDICI; 2017 .p. 1-3
12. Suhendro. Definisi dan kriteria terbaru diagnosis sepsis: Sepsis-3. In: Widayat
D, Leonard N. Jakarta antimicrobial update “Antimicrobial Usage in Clinical
Practice L Strategy to Combat Infectious Agent 2017”. Jakarta: Interna
Publishing; 2017.p. 1-7
13. Mehta Y, Kochar G. Sepsis and septic shock. J Cardiac Crit Care TSS.
2017;1(1):3-5
14. Rhodes A, Evans L, Alhazzani W, Levy MM, Antonelli M, Ferrer R, et al.
Surviving sepsis campaign: International guidelines for management of sepsis
and septic shock: 2016. Crit Care Med. 2017;45:486–552
15. Rhodes A, Evans L, Alhazzani W, Levy MM, Antonelli M, Ferrer R, et al:
Surviving sepsis campaign: International guidelines for management of sepsis
and septic shock: 2016. Intensive Care Med. 2017; 43:304–77
16. Levy M, Evans L, Rhodes A. The surviving sepsis campaign bundle: 2018
update Intensive Care Med. 2018;44:925–8
17. Vincent JL, et al. The SOFA (Sepsis-related Organ Failure Assessment) score
to describe organ dysfunction/failure. On behalf of the Working Group on
Sepsis-Related Problems of the European Society of Intensive Care Medicine.
Intensive Care Med. 1996;22(7):707-10
18. Marry B, Elizabeth B. Managing sepsis and septic shock. AJN
2018;118(2):34-9.
19. Bambang P, Antin T. Penatalaksanaan resusitasi awal. In: Frans J, Arif M,
eds. Penatalaksanaan sepsis dan syok septik optimalisasi FASTHUGSBID.
Jakarta: PERDICI; 2017 .p. 4-12
20. Dellinger RP, Schorr CA, Levy MM. A users’ guide to the 2016 surviving
sepsis guidelines, Soc Crit Care Med and Wolter Kluwer Health. 2017;2
11
21. Tambajong RN, Lalenoh DC, Kumaat L. Profil penderita sepsis di ICU RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Desember 2014 – November 2015.
Jurnal e-Clinic (eCl) 2016;4(1):452-7.
12