SELULITIS PRESEPTAL
Disusun Oleh :
Siti Muti’a
1102015227
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Salah satu infeksi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak kelopak
mata dan periorbital adalah selulitis preseptal yang ditandai oleh eritema dan
edema kelopak mata akut. Selulitis preseptal umumnya terjadi pada anak–anak
daripada orang dewasa. Selain itu, selulitis preseptal lebih sering terjadi
dibandingkan selulitis orbital. Selulitis preseptal merupakan infeksi yang
melibatkan bagian anterior septum orbital, sedangkan selulitis orbital melibatkan
struktur adneksa okular posterior septum orbital.
Sumber utama infeksi dapat berupa trauma kulit lokal, infeksi sinus atau
trauma penetrasi, khususnya yang melibatkan sinus ethmoid. Sebagian besar
selulitis preseptal disebabkan oleh penyebaran lokal dari sinusitis atau
dakriosistitis yang berdekatan, infeksi mata luar, atau setelah trauma pada kelopak
mata. Demam mungkin saja terjadi, namun hiperemia konjungtiva biasanya tidak
ada. Selulitis preseptal dapat berkembang menjadi abses subperiosteal dan orbital
serta dapat menyebar ke posterior septum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran
sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7
buah tulang[ CITATION Chr13 \l 1033 ]:
1) Os. Frontalis
2) Os. Maxillaris
3) Os. Zygomaticum
4) Os. Sphenoid
5) Os. Palatinum
6) Os. Ethmoid
7) Os. Lacrimalis
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu[ CITATION Chr13 \l
1033 ]:
1) Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.
Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma.
Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial
3
merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidalis yang merupakan salah
satu penyebab tersering selulitis orbita.
2) Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3) Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4) Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum.
Bagian posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali
terlibat dalam fraktur blowout.
5) Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
6) Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura
orbital superior
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
intermuscular septa, dan ligamen lockwood. Di dalam orbita terdapat struktur-
struktur sebagai berikut: bagian n. optikus, muskulus ekstraokular, kelenjar
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
nervus V, dan fascia serta lemak[ CITATION Chr13 \l 1033 ].
Inflamasi periorbital dapat diklasifikasikan menurut lokasi dan derajat
keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam menentukan lokasi penyakit
adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran tipis yang berasal dari
periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior lempeng tarsal kelopak
mata. Septum memisahkan kelopak mata superfisial dari struktur dalam orbital
dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak mata menuju rongga
orbita[ CITATION Chr13 \l 1033 ].
4
Gambar 2.2. Anatomi Orbita dan Palpebra[ CITATION Chr13 \l 1033 ]
5
Pada selulitis preseptal, jaringan lunak anterior hingga septum orbita
terkena, dan struktur posterior orbita hingga septum tidak terinfeksi namun bisa
terinfeksi akibat dari infeksi sekunder yang disebabkan abses subperiosteal dan
abses orbita. Pada kasus yang lebih parah, hal ini bisa menyebabkan thrombosis
sinus kavernosus atau meningitis. Pasien dengan edema periorbita, eritem, dan
peningkatan hiperemis local tanpa proptosis, oftalmoplegi, dan perburukan
penglihatan, dapat diperkirakan sebagai selulitis preseptal [ CITATION Yom16 \l
1033 ].
2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan National Center for Disease Statistics, pada tahun 1995,
terdapat 5000 pasien di Amerika Serikat memiliki diagnosis inflamasi pada
kelopak mata. Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pada anak-anak,
dengan 80% anak dibawah 10 tahun dan sebagian besarnya dibawah 5
tahun[ CITATION Yom16 \l 1033 ] . Dalam analisis retrospektif dari infeksi orbital
anak, usia rata–rata pasien yang terkena adalah 6,8 tahun, mulai dari 1 minggu
sampai 16 tahun[ CITATION AzZ20 \l 1033 ].
2.2.3. Etiopatogenesis
Selulitis preseptal dapat disebabkan oleh inokulasi yang diikuti oleh
trauma atau infeksi pada kulit, penyebaran dari infeksi pada sinus, saluran nafas
bagian atas, dan infeksi lainnya yang menyebar melalui darah. Termasuk gigitan
serangga atau kalazion yang diikuti infeksi pada kelopak mata [ CITATION Yom16 \l
1033 ].
Lebih dari dua pertiga kasus selulitis, dilaporkan berhubungan dengan
infeksi saluran nafas bagian atas, dimana setengahnya dari sinusitis.
Mikroorganisme penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Stretococcus species, dan anaerob yang dikenal
sebagai penyebab umum pada infeksi saluran nafas bagian atas dan infeksi
kelopak mata eksternal[ CITATION Yom16 \l 1033 ].
6
Streptococcus pneumonia dominan infeksi terjadi akibat perkembangan
dari sinusitis, dimana Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes sering
disebabkan oleh trauma local. Haemophylus influenzae B jarang, namun biasanya
terjadi diikuti oleh penyebaran bakteri dari focus primer seperti otitis media atau
pneumonia[ CITATION Yom16 \l 1033 ].
Penurunan fungsi imun merupakan efek samping dari penggunaan
antibioti dan diabetes mellitus, dimana dapat meningkatkan infeksi jamur, seperti
aspergilosis atau mucormikosis[ CITATION Yom16 \l 1033 ].
Tabel 2.1 Faktor Risiko Umum pada Selulits Preseptal
[ CITATION Yom16 \l 1033 ]
7
anak kurang dari lima tahun yaitu bakteriemia, septicemia dan meningitis yang
disebabkan Haemophilus influenza[ CITATION Chr13 \l 1033 ].
Persamaan Perbedaan
Edema, eritema, hyperemia, nyeri dan Pada selulitis orbita: kemosis,
leukositosis proptosis, pembatasan gerakan mata
dan penurunan penglihatan
8
Tabel 2.3 Perbedaan Selulitis Preseptal dengan suatu reaksi
alergi[ CITATION Akc14 \l 1033 ]
Alergi Infeksi
Onset mendadak Onset bertahap
Apyrexial Pyrexial
Bilateral Unilateral
Pruritus Non-pruritus
Terdapat riwayat alergi Tanpa riwayat alergi
9
2.2.7. Tatalaksana
Anak dibawah 1 tahun harus follow up ke rumah sakit, kemungkinan
akibat dari infeksi saluran nafas bagian atas atau sinusitis. Pemberian terapi inisial
antibiotik epirik untuk menutupi flora disana. Pasien rawat jalan, diberikan
pemberian sefalosporin generasi pertama, amoksisilin, atau seftriakson. Jika
pengobatan selama 48-72 jam tidak ada respon, diberikan terapi secara intravena.
Untuk anak-anak, diberikan terapi intravena dan observasi. Untuk itu juga
diberikan sefalosporin generasi kedua atau ketiga atau penisilin. Jika kuman
penyebab anaerob disertai S. aureus, diberikan klindamisin ditambah sefalosporin.
Terapi harus diberikan selama 14 hari pada pengobatan oral[ CITATION Yom16 \l
1033 ].
Pemberian antibiotik pada pasien dengan selulitis preseptal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri harus dimulai sesegera mungkin. Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan dengan cepat[ CITATION AzZ20 \l 1033 ].
Pada anak–anak penatalaksaan dapat diberikan antibiotik oral (misalnya,
sefaleksin untuk etiologi anterior seperti trauma kulit, amoksisilin klavulanat
untuk infeksi yang berasal dari sinus), kompres hangat berkala. Dekongestan nasal
(misalnya oxymetazoline nasal spray) biasanya merupakan terapi yang efektif
dalam kasus terkait sinusitis. Pendekatan ini dipilih jika pada anak–anak dan
pemeriksaan tindak lanjut sebaiknya dipastikan etiologi dari bakteri penyebab
infeksi. Jika MethicillinStaphylococcus aureusresistance (MRSA) yang didapat
secara komunal, pemberian trimethoprim–sulfamethoxazole (TMP–SMX) dapat
dipertimbangkan. Antibiotik rawat inap dan intravena (IV) (misalnya ceftriaxone,
vankomisin) diindikasikan pada beberapa bayi atau pada selulitis progresif, karena
infeksi preseptal dapat berkembang menjadi selulitis orbital[ CITATION AzZ20 \l
1033 ].
Pada remaja dan orang dewasa dapat diberikan antibiotik oral yang sesuai
(misalnya, ampisilin–sulbaktam, TMP–SMX, doksisiklin, klindamisin) dan
kompres hangat. Pemilihan terapi antibiotik awal didasarkan pada riwayat,
temuan klinis, dan studi laboratorium awal. Studi sensitivitas yang cepat
diindikasikan sehingga pemilihan antibiotik dapat direvisi, jika perlu.
10
Staphylococcus aureus adalah patogen yang paling umum pada pasien dengan
selulitis preseptal akibat trauma. Infeksi biasanya merespon dengan cepat terhadap
penisilin yang resisten terhadap penicillinase, seperti methicillin atau ampicillin–
sulbactam. Namun, bakteri MRSA yang sebelumnya dikenal sebagai penyebab
infeksi nosokomial yang parah, kini semakin banyak ditemui di lingkungan
masyarakat juga. Infeksi Community associated-MRSA cenderung timbul sebagai
abses yang berfluktuasi dengan selulitis di sekitarnya[ CITATION AzZ20 \l 1033 ].
Pada kasus–kasus peradangan di kelopak mata dan sekitarnya, pemakaian
kortikosteroid masih menjadi perdebatan di berbagai studi. Salah satu studi
mengatakan bahwa pemberian kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada
kasus–kasus selulitis preseptal atau orbita sebaiknya tidak diperlukan mengingat
penyebab etiologi adalah infeksi mikroorganisme[ CITATION AzZ20 \l 1033 ].
Pasien dengan selulitis preseptal umumnya tidak memerlukan intervensi
bedah kecuali dalam kasus benda asing terkait atau abses kelopak mata. Drainase
bedah dan debridemen tutup abses dapat dilakukan dengan sayatan kecil melalui
kulit lebih dari satu area fluctuance. Lokasi dalam rongga abses harus dipatahkan,
dan pengemasan luka harus dipertimbangkan untuk mempromosikan drainase
lebih lanjut. Meskipun ini mungkin dilakukan dengan anestesi infiltratif lokal
dalam keadaan darurat ruang atau ruang prosedur, pasien tidak kooperatif dan /
atau anak-anak mungkin memerlukan sedasi. Evaluasi mikrobiologis dari bahan
terkait harus dilakukan, dengan inokulasi langsung ke agar darah, agar coklat,
media anaerob, dan pewarnaan gram. Hasil kultur dan sensitivitas harus
digunakan untuk memandu terapi antibiotik yang tepat[ CITATION Lee11 \l 1033 ].
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi peradangan di sekitar orbita terkait dengan penanganan yang
terlambat, kegagalan perawatan medis atau pembedahan bila diperlukan.
Komplikasi dan morbiditas seperti penyebaran infeksi jaringan lunak di sekitar
mata, infeksi intraorbital atau bahkan penyebaran infeksi secara intracranial dapat
terjadi. Kehilangan penglihatan, kebutaan dan kematian akibat selulitis preseptal
11
yang berkembang menjadi selulitis orbital telah dilaporkan dalam beberapa
studi[ CITATION AzZ20 \l 1033 ].
2.2.9. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Akcay, Emine, Can, Dereli Gamze and Cagil, Nurullah. 2014. Preseptal and
orbital cellulitis. Journal of Microbiology and Infectious Diseases Vol 4,
No.3, Hal. 123-127. [Online] 2014. [Cited: Juli 2020, 2020.]
http://jmidonline.org/upload/sayi/18/JMID-00752.pdf.
Az-Zahra, Nabila Fatimah and Himayani, Rani. 2020. Laporan Kasus : Anak
Perempuan Usia 12 Tahun dengan Selulitis Preseptal. Jurnal Kesehatan
Unila . [Online] Januari 4, 2020. [Cited: Juli 18, 2020.]
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2593.
Lee, Seongmu and Yen, Michael T. 2011. Management of preseptal and orbital
cellulitis. Studi Journal of Ophthalmology Vol.25, Hal 21-29. [Online]
2011. [Cited: Juli 18, 2020.]
file:///C:/Users/dell/Downloads/Management_of_preseptal_and_orbital_ce
llulitis.pdf.
12
Yomelia, Resti. 2016. Casen Report: Selulitis Preseptal . Jurnal FK unand.
[Online] 2016. [Cited: Juli 18, 2020.]
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/1117/1003.
13