Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategos

ataustrategis dengan kata jamak trateegis. Strateegos berarti jendral

tetapi dalam bahasa yunani kuno sering berarti perwira negara

(stateoffice) dengan fungsi yang luas. Strategi ialah suatu seni

menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi untuk

mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan

lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan1

Menurut O’toole dalam Bryson strategi berasal dari kata

Stratego dalam bahasa Yunani, gabungan dari stratos atau tentara,

dan ego atau pemimpin.Penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang

suatu perusahaan dan alokaasi sumber daya

asing yang upaya untuk mengevalusi kekuatan dan kelemahan

perusahaan dibandingkan dengan peluang serta ancaman dalam

lingkungan yang dihadapi2

Menurut Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti strategi

merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

1
J. Salusu. 2006. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
Profit. Grasindo. Jakarta. hlm 85
2
Bryson, J. M. 2001. Strategi Planing Publik and Non Provit Organization, Penerbit PT. Elekmedia
Jakarta hlm 25

8
9

meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa

depan. Dengan demikian strategi dapat terjadi bukan dimulai

dari apa yang telah terjadi3

Menurut Salusu dan Raymond young menawarkan satu

definisi yang lebih sedehana, yaitu: “strategi ialah suatu seni

menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk

mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan

lingkungan dalam kondisi yang paling mengguntungkan4,”

Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan

bahwa strategi merupakan serangkaian rencana dasar yang

ditetapkan untuk mencapai tujuan melalui upaya-upaya yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam penelitian ini

terkait straegi Pemerintah Daerah dalam mempertahankan piala

adipura. Penulis mencoba untuk mengukur atau melihat dari strategi

dan kendala yang di hadapi.

2.1.2. Jenis-jenis Strategi

Jenis-jenis strategi antara lain:

3
Freddy, Rangkuti. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan.
Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 4
4
Salusu, J. 2015. Pengambilan keputusan Stratejik untuk organisasi publik dan organisasi non
profit.Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm 71
10

a) Corporate Strategy (strategi organisasi).

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai

dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan

dilakukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

b) Program Strategy (strategi program).

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi

stratejik dari suatu program tertentu.

c) Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya).

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada

memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang

tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber

daya itu dapat berupa tenaga, uang, teknologi dan sebagainya.

d) Institutional Strategy (strategi kelembagaan).

Fokus dari strategi institusional adalah mengembangkan

kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif

stratejik.5

2.2. Pemerintahan Daerah

Pemerintah atau Government dalam bahasa indonesia berarati

pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang

dalam sebuah negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya. Bisa juga

berarti lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara,

negara bagian, atau kota, dan sebagainya.

5
Koteen, jack, 1991, Strategic Manajement in Public and Nonprofit Organizations, New York:
Praeger Publishers.
11

Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut Asas

Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.

Selanjutnya, Daerah adalah lingkungan pemerintah : wilayah, daerah

diartikan sebagai bagian permukaan bumi; lingkungan kerja pemerintah,

wilayah; selingkup tempat yang dipakai untuk tujuan khusus, wilayah;

tempattempat sekeliling atau yang dimaksud dalam lingkungan suatu kota;

tempat yang terkena peristiwa sama; bagian permukaan tubuh.6

Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan

daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan,

pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.2.1. Dinas Lingkungan Hidup (DLH)

Dinas Lingkungan Hidup merupakan Lembaga Teknis Daerah

yang merupakan salah satu unsur pendukung tugas Bupati yang

bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah yang bersifat spesifik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Pasal 35 ayat (2)

dinas Daerah kabupaten/kota di pimpin oleh kepala dinas daerah


6
G. Setya Nugraha, R. Maulina f, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya, hlm.145
12

kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana otonomi

daerah dan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan. Dinas

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam melaksanakan

tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Sekretaris Daerah.

2.3. Kebijakan Publik

1. Definisi Kebijakan Publik

Banyak sekali pendapat para ahli dalam mendefinisikan

kebijakan publik, salah satunya yang populer di Indonesia pendapat

Miriam Budiarjo dalam bukunya “Dasar-Dasar Ilmu Politik” kebijakan

(policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang

pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk

mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijakan-

kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Para

sarjana menekankan aspek kebijakan umum (public policy, beleid),

menganggap bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan

bersama. Cita-cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama, dan

untuk itu perlu ditentukan rencana-rencana yang mengikat, yang dituang


13

dalam kebijakan (policies) oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini

pemerintah. Berikut ini ada beberapa definisi:7

a. Hoogerwerf: obyek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah,

proses terbentuknya, serta akibat-akibatnya. Yang dimaksud dengan

kebijakan umum (public policy) di sini menurut Hoogewerf ialah,

membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian

kekuasaan (doelbewuste vormgeving aan de samenleving door

middel van machtuitoefening).8

b. David Easton: ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya

kebijakan umum (study of the making public policy). David

Easton dalam buku the politichal system menyatakan, kehidupan

politik mencakup bermacam- macam kegiatan yang memengaruhi

kebijakan dari pihak yang berwenang, yang di terima untuk suatu

masyarakat, dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan

kebijakan itu. Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika

aktivitas kita ada hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan untuk suatu masyarakat (political life concerns all those

varieties of activity that influence significantly the kind of

authoritative policy adopted for a society and the way it is put into

practice. We are said to be participating in political life when our

activity relates in some way to the making and execution of policy

7
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Hal 20-21
8
Ibid
14

for a society).9

Kebijakan adalah suatu keputusan yang mencerminkan sikap

suatu organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang, atau akan

dihadapi. Organisasi yang dimaksud meliputi organisasi pemerintah dan

swasta, kebijakan adalah keputusan yang hanya berlaku di wilayah

Internal organisasi pemerintah (aparatur) atau organisasi swasta

(karyawan).10

Sementara kebijakan publik diartikan sebagai kebijakan yang

berlaku secara umum, dengan begitu organisasi yang berwenang/mampu

membuat kebijakan yang berlaku secara luas/umum adalah pemerintah

sehingga tepat untuk mengatakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah

keputusan yang mencerminkan sikap pemerintah terhadap suatu persoalan

yang telah sedang, atau akan dihadapi oleh pemerintah sebagai

penyelenggara negara yang bertugas menjaga kelangsungan hidup dan

ketertiban warga negara.11

Namun menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul

“Memahami Ilmu Politik” Pada dasarnya, isi kebijakan umum

dibedakan menjadi tiga yaitu ekstraktif, alokasi, distribusi, dan

regulatif.12 Agar dapat menganalisis secara lebih mendalam isi

kebijakan umum, berikut ini dikemukakan tipologi lain seperti yang

9
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Hal 20-21
10
Rudi Salam Sinaga, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) 55
11
Rudi Salam Sinaga, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013)
12
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010) 245
15

disusun oleh Theodore Lowi.

Kalau ketiga tipe kebijakan di atas dikategorisasikan atas dasar

pemanfaatan dan beban yang dikenakan kepada individu anggota

masyarakat, Lowi mengategorisasikan kebijakan umum menjadi empat

tipe berdasarkan dua kriteria, yaitu dikenakan tidaknya suatu paksaan

secara langsung (immediate coer-cion) dan langsung tidaknya

kebijakan diterapkan pada individu. Kedua, kriteria ini dikemukakan

dengan asumsi bahwa pemahaman akan kekuasaan paksaan (coercive

force) dari pemerintah dan bagaimana kekuasaan diterapkan

merupakan kondisi utama bagi pemahaman pembentukan dan

pelaksanaan kebijakan umum. Sebagaimana dikemukakan di atas, ciri

khas kebijakan umum (keputusan politik pada umumnya) sebagai

produk tindakan pemerintah ialah sifatnya yang mengikat, dalam arti

pelaksanaannya ditegakkan dengan kewenangan memaksakan secara

fisik yang dimonopoli oleh pemerintah. Keempat kebijakan umum itu

ialah regulatif, redistributif, distributif, dan konstituen.13

Dalam buku “Analisis Kebijakan Publik” yang di tulis oleh

Solichin Abdul Wahab menjelaskan tentang contoh definisi kebijakan

publik. Beberapa contoh definisi kebijakan publik yang mencakup luas

yang merumuskan dengan pendek bahwa kebijakan publik ialah “the

relationship of governmental umit to its environment” (antara

hubungan yang berlangsung di antara unit/satuan pemerintahan dengan


13
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010) Hal 246
16

lingkungannya). Demikian pula definisi yang merumuskan kebijakan

publik sebagai berikut, “the actions, objectives, and pronouncements

of goverments on particular matters, the steps they take (or fail to

fake) to implement them, and the explanations they give for what

happens (or does not happen)” tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan

pernyata an-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah

tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal

diambil) untuk di implementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang di

berikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak

terjadi).14

Definisi tersebut karena terlampau luas, tentu saja berisiko

mudah menggelincirkan orang atau bahkan menyesatkan bagi mereka

yang baru saja mengenal dan mempelajari kebijakan publik. Dalam

situasi seperti itu, bisa saja menyebabkan seseorang tetap tidak dapat

memahami dengan baik apa hakikat kebijakan publik yang sebenarnya.

Definisi lain yang tak kalah luasnya dikemukakan oleh Thomas R. Dye

yang menyatakan bahwa kebijakan publik ialah “whatever goverments

choose to do or not to do” (pilihan tindakan apapun yang ingin

dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah).15

Pakar Inggris, W.I Jenkis “Aset of interrelated decisions taken

by a political actor or group of actors concerning the selection of


14
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2012)
15
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2012)
17

goals and the means of achieving them within a specified situation

where these decisions should, in principle, be within the power of

these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan

yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor,

berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk

mencapainya untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan-

keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas

kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).16

2. Ciri-ciri Kebijakan Publik

Kebijakan publik pada hakikatnya adalah sebuah aktivitas yang

khas, dalam artian ia mempunyai ciri-ciri tertentu yang agaknya tidak

dimiliki oleh kebijakan jenis lain.17 Ciri-ciri khusus yang melekat pada

kebijakan-kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa

kebijakan itu lazimnya dipikirkan, didesain, dirumuskan dan

diputuskan oleh mereka yang oleh David Easton disebut sebagai

orang-orang yang memiliki otoritas dalam sistem politik. Dalam sistem

politik masyarakat tradisional yang sederhana, mereka itu contohnya

para ketua adat atau pun ketua suku. Sedangkan di sistem politik atau

masyarakat modern yang kompleks mereka itu adalah para eksekutif,

legislator, hakim, administrator, dan sejenisnya.18

16
Ibid
17
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan (Jakarta: PT Bumi Askara, 2015) 17
18
Ibid
18

Di negara-negara yang menganut paham demokrasi

konstitusional kata Gerston kebijakan publik itu dibuat dan dijalankan

oleh “people who have been authorized to act by popular consent and

in accordance estabilished norms and procedures” (orang yang telah

diberi wewenang untuk bertindak dengan persetujuan populer dan

sesuai dengan norma-norma dan prosedur). Di negara-negara

demokrasi seperti itu kebanyakan para pembuat kebijakan publik

terdiri dari pejabat-pejabat yang dipilih (elected officials).19

2.4. Peraturan Daerah Nomor: 21 Tahun 2008 Tentang Kebersihan Dan

Keindahan

Sampah di definisikan sebagai suatu benda yang tidak di gunakan atau

tidak dikehendaki dan harus di buang. Yang dihasilkan dari kegiatan

manusia.20 Soekidjo juga menjelaskan dalam bukunya bahwa sampah adalah

sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia,

atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia

dan dibuang. Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan sampah (waste)

adalah suatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya.21

Berdasarkan undang-undang Nomor: 21 tahun 2008 tentang

Kebersihan dan keindahan, maka sampah merupakan tanggung jawab

19
Ibid
20
Karden E. Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Djambatan, 2009)
21
Soekidjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta: PT RinekaCipta, 2011)
19

bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, yang operasional

pengelolaannya dapat dilakukan melalui kerjasama dengan badan usaha serta

dapat melibatkan organisasi pengelola sampah maupun masyarakat. Untuk

mempertahankan piala Adipura pemerintah kota Muara bungo juga

meletakkan tempat sampah di jalan-jalan kota Muara Bungo, penambahan

truk sampah, penanaman pohon, perawatan pohan, dan penataan taman kota.

2.5. Piala Adipura

Program Adipura merupakan salah satu program dari Kementrian

Lingkungan Hidup yang telah dilaksanakan sejak tahun 1986. Kemudian

dengan adanya krisis pemerintahan pada tahun 1998 program Adipura ini

sempat terhenti pelaksanaannya. Baru tanggal 5 Juni 2002, program ini

dicanangkan kembali di Denpasar, Bali. Dan mulai tahun 2006/2007 semua

Kota diwajibkan mengikuti penilaian Adipura.

Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang

berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan Lingkungan Hidup perkotaan

Dalam program Adipura terdapat dua indikator pokok yaitu:

1. Kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan

keteduhan kota

2. Pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi instruksi,

manajemen, dan daya tanggap.22

Pelaksanaan Program Adipura mengacu kepada Visi Kementerian

Lingkungan Hidup yaitu terwujudnya perbaikan kualitas fungsi lingkungan

hidup melalui Kementerian Lingkungan Hidup sebagai institusi yang handal


22
Haris Fajar Afrianzt. Serba Serbi Program Adipura. Bloger.com. Kamis, 22 Desember
20

dan proaktif dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui

kepemerintahan yang baik dibidang lingkungan (good enviromental

governance) guna peningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Tujuan dilaksanakan Program Adipura adalah untuk mendorong

pemerintah daerah dan masyarakat dalam mewujudkan kota yang

berwawasan lingkungan dengan membangun partisipasi aktif pemerintah

daerah dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perkotaan.23

Sehingga dengan adanya program Adipura ini diharapkan kebersihan,

keindahan, serta tata kota yang indah dapat dilaksanakan sebagai bentuk

kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan memelihara

lingkungannya.

23
http://Kementerian Lingkungan Hidup Siaran Pres Rapat Koordinasi Nasional Program
Adipura.Htm, 07 Oktober 2019
21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian dilakukan.

Dengan ditetapkan lokasi dalam penelitian akan dapat lebih mudah

untuk mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Lokasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah di kantor Dinas Lingkungan

Hidup Muara Bungo Jambi.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul Strategi Pemerintah Daerah Dalam

Mempertahankan Piala Adipura ini diperkirakan akan melakukan

penelitian pada akhir bulan Desember

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,

tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu di dasarkan

pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis rasional berarti

kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau oleh penalaran manusi. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan

itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati

dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang

21
22

digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah tertentu yang bersifat

logis24

Metode penelitian berasal dari dua kata metode yang artinya cara

yang tapat untuk melakukan sesuatu, dan logos artinya ilmu atau

pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukn sesuatu dengan

menggunkan pikiran seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

penelitian adalah kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan

menganalisis, sampai menyusun laporanya. Melalui penggabungan dua

pengertian diatas dapat diambil sebuah pengertian bahwa metode penelitan

adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan dan

mempersoalkan cara-cara dalam melaksnakan suatu penelitian

Dalam penelitian skripsi ini pendekatan yang digunakan adalah

kualitatif. penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik

pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik,

memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data

secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil

penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.25

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif R&D, (Alfabeta:Bandung, 2011) hal 2
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif R&D, (Alfabeta:Bandung, 2011) hal 2

21
23

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang benar serta relevan dengan penelitian

ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

a. Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki, berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam, dan sebagainya26

b. Penulis menggunakan observasi karena mempunyai kelebihan

diantaranya pencatatan bisa dilakukan disaat kejadian sedang

berlangsung, pencatatan tidak tergantung kepada jawaban dari responden

atau obyek yang diteliti. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari

penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini adalah melihat bentuk

partisipasi masyarakat dalam meraih piala Adipura kota Muara Bungo

Jambi

c. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini

igunakan

bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta

jumlah responden sedikit. Wawancara dilakukan kepada pegawai Dinas

Kebersihan Kota Muara Bungo Jambi

3.4. Teknik Penentuan Informan

26
ibid. h. 145
24

Pemberi informasi atau biasa disebut Informan di dalam penelitian

lapangan adalah anggota yang dihubungi oleh peneliti dan yang menjelaskan

atau menginformasikan tentang lapangan. Walaupun hampir setiap orang

dapat menjadi seorang informan, tidak setiap orang menjadi informan yang

tepat.27 penentuan informan menggunakan metode purposive sampling.

Menurut Sugiyono Purposive sampling yaitu eknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu28. Arikunto juga menjelaskan Purposive Sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya.29 Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan Purposive

Sampling secara bahasa adalah kata purposive memiliki arti sengaja. Jadi

penulis menentukan sampel sendiri sesuai yang dibutuhkan oleh penulis.

Beberapa pertimbangan tersebut yaitu penulis menentukan

informan yaitu :

Tabel 2. Data Informan Dinas Lingkungan Hidup Muara Bungo

No Nama Jabatan Jumlah


1. H. Prasetyo, SP.Msi. Kepala Dinas Lingkungan 1 Orang
Sekretariat Dinas
2. Ir. Yuddi, Msi 1 orang
Lingkungan
3. Zulkarnain, S.IP.Msi Bidang Kebersihan 1 orang
Sarana dan prasarana
4. Bambang Anggono, ST 1 orang
persampahan
Darma Haryeni, ST Seksi Pemulihan Kualitas
5. 1 orang
Lingkungan
6. Eka Riani, ST Bidang Pengendalian 1 orang

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012)
28
ibid
29
Asrof Syafi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Elkaf, 2005) 134
25

Pencemarn & Kerusakan


Lingkungan
Drs. Muhammad Akbar Seksi Pengelolaan
7. 1 orang
Retribusi
Total 7 orang

Pertimbangan penulis untuk mencari informan adalah yang

berkaitan atau terlibat dengan tema penelitian dan mengetahui tentang

permasalahan penelitian. Beberapa pertimbangan tersebut yaitu penulis

menentukan informan dari Dinas Kebersihan Kota Muara Bungo Jambi

3.5. .Jenis-Jenis Data

Sumber data adalah salah satu bagian yang terpenting dalam

penelitian. Jika ada kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber

data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh

karena itu, peneliti harus mampu memahami sumber data mana yang mesti

digunakan dalam penelitiannya. Ada dua jenis sumber data yang biasanya

gunakan dalam penelitian kualitatif yaitu sumber data primer dan sumber

data sekunder. berikut penjelasannya.

a. Data Primer adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan. Data yang diperoleh dari pelaku utama yang bersangkutan

langsung dengan obyek penelitian.

b. Data Sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data

primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah data sekunder.

Sehingga dalam hal ini yang dimaksud data sekunder adalah Perda

Nomor: Peraturan Daerah No 21 Tahun 2008 Tentang Kebersihan dan

Keindahan dan dokumen yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota


26

Muara Bungo, dan dokumen-dokumen penunjang lainnya yang bisa untuk

menguatkan data primer.

3.6. Analisis Data

Teknik analisa data bertujuan menganalisa data yang telah

terkumpul dalam penelitian ini, setelah memperoleh data yang berasal dari

lapangan dan disusun secara sistematis, maka penulis akan menganalisa data

tersebut, dalam hal ini penulis akan menganalisa dengan menggunakan teknik

Deskriftif kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan fakta dan gejala yang

ada di lapangan, kemudian data tersebut di analisis, sehingga dapat dipahami

secara jelas kesimpulan akhirnya.30

3.7. Kerangka Penelitian

Sebagai dasar dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis

kemukakan kerangka penelitiaan sesuai dengan masalah yang dibahas pada

bab pembahasan. Adapun kerangka penelitian ini dititik beratkan pada

Strategi Pemerintah Daerah Dalam Mempertahankan Piala Adipura.

Konseptual nya adalah :

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 21 TAHUN 2008


TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN

30
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2005). h. 92
27

IMPLEMENTASI KENDLA

ADIPURA TAHUN 2019

3.8. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan gambaran umum dan

menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah

tersebut, bersifat konstitutif, formal, dan mempunyai pengertian yang

abstark. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis

sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek

atau kejadian tertentu.

1. Strategi adalah penerapan dari hasil kebijakan yang telah di

sahkan untuk di terapkan kepada sasarannya yaitu publik atau

masyarakat. Sebagai contoh dalam hal peraturan daerah seperti

judul penelitian ini, yaitu Strategi Pemerintah Daerah Dalam

Mempertahankan Piala Adipura yaitu penerapan peraturan daerah

(kebijakan) karena sebelumnya sampah tidak terolah dengan baik

yang mengakibatkan aliran sungai terhambat, akhirnya oleh

pemerintah dibuat perda nomor: 21 tahun 2008 tentang

kebersihan yang ditujukan kepada publik (masyarakat) agar

diharapkan lebih bersih dalam pengelolaan sampah.


28

2. Kendala yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan serta kebiasaan aktivitas masyarakat yang

mengganggu lingkungan dapat menyebabkan kerusakan terhadap

lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat menjadi

penghambat upaya pemerintah kota Muara Bungo dalam

mempertahankan piala adipura.

3. Adipura adalah kota yang terbersih dan terindah. sebuah

penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam

kebersihan serta pengelolaan lingkungan hidup perkotaan Bentuk

penghargaan yang diberikan kepada Kepala Daerah yang mampu

menciptakan kota yang indah dan bersih.

3.1.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah konsep yang digunakan untuk

memberikan batasan terhadap konsep teoritis, yang berguna untuk

menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, dan

menjabarkan dalam bentuk nyata, karena kerangka teoritis masih

bersifat abstrak, danbelum dapat diukur di lapangan.

Perlu kiranya melihat beberapa indikator yang dapat

menunjukkan Strategi Pemerintah Daerah Dalam

Mempertahankan Piala Adipura. Adapun indikatornya sebagai

berikut:
29

1. Bagaimana Strategi pemerintah daerah dalam

mempertahankan piala adipura kabupaten bungo provinsi

jambi

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam

mempertahankan piala adipura

Anda mungkin juga menyukai