Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya
yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Biomedik Dasar
ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi  pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan
Biomekanik Biolistrik, Fluida, dan Bio-Optik.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih jauh dari sempurna. Oleh
karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya
hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya  dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna
bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Padang,05 November 2019

Kelompok I

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 3

A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................... 5

A. Biomekanik Biolistrik.............................................................................................. 5
B. Pengertian Fisika Biolistrik....................................................................................... 10
C. Hukum dalam Biolistrik............................................................................................ 11
D. Macam Gelombang Arus Biolistrik.......................................................................... 12
E. Pengertian Fluida...................................................................................................... 20
F. Bio-Optik.................................................................................................................. 25

BAB III. PENUTUP............................................................................................................ 38

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 38
B. Saran........................................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 39

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada
tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah tangga.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih
banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion H dan anion protein.

Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang
bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena
sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan
positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam
bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat
biolistrik sangat penting.

Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan


Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk
mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari
neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti
gelombang pada permukaan air.

Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa


elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG,
aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi
tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor,
geger otak dan kelainan otak lainya.

Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berrpendapat bahwa benda-benda
di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan.

Pendapat di atas di tentang oleh Aristoteles (384 – 322 SM) karena pada
kenyataan kita tidak dapat melihat benda-benda di dalam ruang gelap. Namun demikian
Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata dapat melihat benda.
Pada abad pertengahan Alhazan (965 – 1038) seorang Mesir di Iskandria berpendapat
bahwa benda di sekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda tersebut memantulkan
cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata. Teori ini akhirnya di
terima sampai abad ke 20 ini.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Biomekanik?
2. Apakah yang dimaksud dengan Fisika Biolistrik?
3. ApaHukum dalam Biolistrik?
4. Apa saja macam Gelombang Arus Biolistrik?
5. Apa yang dimaksud dengan Fluida?
6. Apakah yang dimaksud dengan Bio-Optik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Biomekanik?
2. Mengetahui yang dimaksud dengan Fisika Biolistrik?
3. Mengetahui Hukum dalam Biolistrik?
4. Mengetahui saja macam Gelombang Arus Biolistrik?
5. Mengetahui yang dimaksud dengan Fluida?
6. Mengetahui yang dimaksud dengan Bio-Optik?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. BioMekanika (Dasar Gerak & Gaya Tubuh)


Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika,
matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang
terjadi pada tubuh.

Hukum Newton 1.  

Sebuah benda terus berada pada keadaan  awalnya yang diam atau bergerak
dengan kecepatan konstan kecuali benda itu dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang,
atau gaya luar neto. Secara sederhana Hukum Newton I mengatakan bahwa perecepatan
benda nol jika gaya total (gaya resultan) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Secara matematis dapat ditulis.

F neto = 0

Tubuh yang diam akan tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak
dalam kecepatan yang konstan, kecuali dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.

Jika seseorang berada dalam bus yang berjalan dan tiba-tiba mengerem, mungkin
orang tersebut bisa terpelanting dan berkata ”aku terlempar ke depan !”, padahal itu
adalah inersia yang menyebabkan ke depan berlanjut walau bus telah berhanti.

Cedera benturan disebabkan kecenderungan kepala manusia untuk mematuhi


hukum tersebut. Jika ada gaya sentakan dari belakang, badan akan tersentak keras ke
depan karena ia berkontak dengan tempat duduknya. Namun kepala cenderung tidak
bergerak dan tersentak dalam posisi yang menjulur (ekstensi). Karena kepala melekat
pada badan, maka kepala akan terbentur dengan keras ke depan menyebabkan kerusakan
pada vertebra serviks. Cedera dalam tinju atau football yang mengakibatkan kerusakan
otak terjadi dalam proses serupa.

Hukum Newton 2. 

Percepatan sebuah benda (a) berbanding terbalik dengan massanya (m) dan
sebanding dengan gaya neto (F) yang bekerja padanya :

F = ma

Bayangkan anda mendorong sebuah benda yang gaya F dilantai yang licin sekali
sehingga benda itu bergerak dengan percepatan a. Menurut hasil percobaan, jika gayanya

5
diperbesar 2 kali ternyata percepatannya menjadi. 2 kali lebih besar. Demikian juga jika
gaya diperbesar 3 kali percepatannya lebih besar 3 .kali lipat.

Seorang tenaga medis yang kesulitan memindahkan troli yang berat, mungkin akan
meminta bantuan sejawatnya, untuk menghasilkan gaya yang lebih besar, sehingga
pergerakan troli dari keadaan diam menjadi bergerak (percepatan) yang dihasilkannya
lebih besar atau troli lebih mudah dipindahkan.

Hukum Newton 3. 

Gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A, mengerjakan sebuah gaya


pada benda B, gaya yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada
benda A.

F aksi = F reaksi

F aksi = gaya pada benda yang bekerja

F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi

Hukum ketiga menyatakan bahwa tidak ada gaya timbul di alam semesta
ini, tanpa keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu. Jika sebuah
gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang sama
besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul berpasangan.
Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian.

Jenis-jenis Gaya

1. Gaya Berat

Berat sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan bumi. Gaya ini
sebanding dengan massa m benda itu dan medan gravitasi , yang juga sama dengan
percepatan gravitasi jatuh bebas :

Berat benda sifat intrinsik benda.


Berat bergantung pada lokasi benda, karena g bergantung pada lokasi. Gaya berat
selalu tegak lurus kebawah dimana pun posisi benda diletakkan, apakah dibidang
horisontal, vertikal ataupun bidang miring

2. Gaya Normal

6
Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua prmukaan
yang bersentuhan, dan arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.

3. Gaya Gesek

Bila dua benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat saling
mengerjakan gaya gesekan. Gaya-gaya gesekan itu sejajar dengan permukaan benda
benda di titik persentuhan.
Gaya gesek (friksi) sangat penting dalam kehidupan keseharian terutama tubuh.
[1] Salah satu fungsi yang sangat penting dari kantong perikardial yang
menyelubungi jantung adalah untuk menampung cairan perikardial yang menjaga
agar membran tetap terpisah dan tidak saling bergesekan akibat friksi yang berasal
dari dentuman jantung.

[2] Cairan sinovial mengurangi friksi dengan cara bertindak sebagai pelumas atau
penurun friksi antara ujung-ujung tulang yang dilapisi kartilago paa sendi sinovial,
mis: sendi lutut

Gaya-gaya pada Tubuh 

Pergerakan pada tubuh terjadi karena adanya gaya yang bekerja. Ada gaya yang
bekerja pada tubuh dan gaya yang bekerja di dalam tubuh.
#Gaya pada tubuh >>> dapat kita ketahui ex gaya berat tubuh.
#Gaya dalam tubuh >>> seringkali td disadari ex Gaya otot jantung, gaya otot paru-paru.

1. Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Statis


Gaya-gaya yang di kenakan kepada batang-batang mekanisme mesin selalu di
kalikan dengan operasional mesin. Berarti gaya tersebut berada dalam domain
operasional spesifik yaitu doman waktu.
“Bila gaya selama domain waktu tertentu bisa (magnitude) dan arah vektornya
tetap konstan adalah gaya statis”
Gaya Berat dan Gaya Otot sebagai Sistem Pengumpil

Tubuh dalam keadaan Statis berarti tubuh dlm keadaan setimbang, jumlah gaya
dan momen gaya yang ada sama dengan nol. Tulang dan otot tubuh manusia
berfungsi sebagai sistem pengumpil.

7
Ada 3 kelas sistem pengumpil :

a. Klas pertama
Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan otot
Contoh: kepala & leher
b. Klas Kedua 
Gaya berat diantara titik tumpu dan gaya otot.
contoh: tumit menjinjit
c. Klas Ketiga 
Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat
Contoh: otot lengan
2. Gaya Pada Tubuh Dalam Keadaan Dinamis
“Bila gaya besar atau arah vektornya berubah terhadap waktu merupakan gaya-
gaya dinamis”.
Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan

Gaya paling sering diterapkan untuk menstabilkan ekstremitas yang cedera leher,
punggung, atau area pelvik. Traksi terapeutik didapat dengan memberikan tarikan
pada kepala, tubuh atau anggota gerak menuju sedikitnya dua arah, mis: tarikan traksi
dan tarikan traksi lawannya. Gaya traksi – lawan atau gaya keduanya biasanya berasal
dari: >> berat tubuh pasien pada saat bertumpu atau berat lain.

Penerapan Analisa Gaya dalam Terapan Kesehatan

1. Gaya Berat Tubuh & Posisi Duduk yang menyehatkan Tulang Belakang?

Punggung adalah salah satu organ tubuh yang bekerja nonstop selama 24 jam.
Dalam keadaan tidur pun, punggung tetap menjalankan fungsinya untuk menjaga postur
tubuh. Punggung tersusun dari 24 buah tulang belakang (vertebrae), dimana masing-
masing vertebrae dipisahkan satu sama lain oleh bantalan tulang rawan atau diskus.
Seluruh rangkaian tulang belakang ini membentuk tiga buah lengkung alamiah, yang
menyerupai huruf S.

8
Lengkung paling atas adalah segmen servikal (leher), yang dilanjutkan dengan
segmen toraks (punggung tengah), dan segmen paling bawah yaitu lumbar (punggung
bawah). Lengkung lumbar inilah yang bertugas untuk menopang berat seluruh tubuh dan
pergerakan.

Berdasarkan data British Chiropractic Association, sekitar 32% populasi dunia


menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk duduk di depan meja kerja. Separuh
dari populasi tenrsebut tidak pernah meninggalkan meja kerja, bahkan saat makan siang.
Sementara itu, dua pertiga populasi menambah porsi duduk tegak saat berada di rumah.

”Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan
karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang,” ungkap Barbara
Dorsch. Postur tubuh yang baik, lanjut dia, akan dicapai jika telinga, bahu, dan pinggul
berada dalam satu garis lurus ke bawah.

Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan


sendi belakang sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai
dengan postur miring 135 derajat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini, tulang belakang
akan berada dalam posisi ideal, di mana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk
seperti huruf S

Kelebihan dari posisi ini adalah:


Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi
darah di bagian bawah tubuh, sehingga dapat terhindar dari gangguan varises, selulit, dan
penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan di kaki. “Tubuh akan terasa
lebih rileks, sehingga mengurangi terjadinya ketegangan otot,” papar Barbara.
Duduk dengan posisi kemiringan 135 derajat juga akan menghasilkan mobilitas yang
lebih baik, mudah bergerak di atas kursi, dan lebih mudah untuk naik turun kursi.

2. Traksi dalam Praktik Klinik


Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki

9
deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi skeletal
dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.

Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah
yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada
hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan
sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit
serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal
(Taylor, 1987 and Osmond, 1999).

Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu
menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka
diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak
karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang.

Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan


reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg.
Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi
vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.

Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat
kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan
untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi
pada traksi yang dilakukan di tungkai.

B. Pengertian Fisika Biolistrik

Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ
tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu: Kelistrikan
dan Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet
pada permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh
manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam
menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar

10
tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf
yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan keserasian kerja antara sistem organ.

Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan
oleh sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau
biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel
otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell
potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar
energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25%
digunakan untuk menjaga kehadiran tegangan pada sel.

C. Hukum dalam Biolistrik

Dalam biolistrik berlaku berbagai macam hukum. Berapa yang penting di


antaranya adalah:

1.   Hukum Ohm

Hukum Ohm disampaikan oleh George Simon Ohm (1826), yang isinya
menyatakan bahwa “beda potensial di antara dua ujung konduktor berbanding lurus
dengan arus listrik yang melewatinya.”

Rumusan hokum Ohm di atas melibatkan unsur beda potensial (tegangan), arus
listrik dan hambatan (tahanan) listrik.

Lalu bagaimanakah gambaran dari ketiga unsure tersebut dalam proses


kelistrikan? Coba perhatikan ilustrasi berikut supaya lebih jelas!

Arus listrik pada konduktor

Di dalam suatu penghantar listrik (konduktor), terdapat elektron-elektron (partikel


bermuatan negatif) bebas yang dapat bergerak. Gerakan ini berlawanan arah dengan
gerakan proton (partikel bermuatan positif). Dengan adanya gerakan electron dan proton
inilah maka timbul gerakan muatan listrik yang disebut sebagai “arus listrik”. Arus
listrik berjalan searah dengan gerakan proton (berlawanan arah dengan gerakan electron).

Lalu mengapa aliran listrik (arus listrik) bisa terjadi?

Aliran listrik bisa terjadi karena adanya beda potensial (tegangan) listrik di antara
dua ujung konduktor tersebut. Arus mengalir dari ujung berpotensial tinggi ke ujung
berpotensial rendah. Agar lebih jelas lagi coba bandingkan dengan proses mengalirnya
air. Anggaplah arus listrik sebagai arus air yang mengalir.

Analogi proses terjadinya arus listrik dg proses terjadinya arus air

11
1. Air mengalir dari tempat yang posisinya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah
sehingga terjadilah arus air. Bandingkan dengan muatan listrik yang mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah sehingga terjadilah arus listrik.

2. Pipa saluran air analog dengan konduktor. Kalau pipa adalah penghantar untuk
aliran air, maka konduktor listrik adalah penghantar untuk aliran aliran listrik.

3. Setiap saluran air atau setiap konduktor listrik memiliki nilai hambatan yang tetap
(konstan). Semakin besar penampang saluran air atau konduktor maka hambatan
terhadap perjalan arus semakin kecil (arus akan semakin lancar perjalanannya).
Sebuah konduktor listrik dari zat yang berbeda juga memiliki nilai hambatan yang
spesifik yang disebut sebagai hambatan jenis.

4.      Agar air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi, maka air yang sudah jatuh
di tempat yang lebih rendah dipompa kembali ke tempat yang lebih tinggi.
Demikian juga muatan listrik yang telah mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah dikembalikan lagi ke potansial tinggi (tentu saja memerlukan
energi)

2.   Hukum Joule

Hukum Jolule menyebutkan bahwa arus listrik (A) yang melalui suatu konduktor
dengan tegangan (V), dalam waktu tertentu (t) akan menghasilkan kalor (W atau H). Jadi
unsur yang terlibat dalam Hukum Joule adalah:

a.  tegangan listrik (V) dengan satuan Volt (V)


b. arus listrik (I) dengan satuan Ampere (A)
c. waktu (t) dengan satuan sekon atau detik (s atau dt.)
d. Energi (W) dengan satuan Joule (J)
e.  Energi panas (H) dengan satuan kalori(Kal)

Formula Hukum Joule:

W = VIt

H = 0,24. VIt  (karena 1 Joule=0,24 kalori)

D. Macam Gelombang Arus Biolistrik

Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud diantaranya :

1.      Arus bolak balik/sinosuidal

2.      Arus setengah gelombang

12
3.     Arus setengah penuh

4.      Arus searah murni

5.      Faradik

6.      Sentakan faradik

7.     Sentakan sinosuidal

8.      Galvanik yang interuptus

9.     Arus gigi gergaji

Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh Manusia

1.   Sistem Syaraf dan Neuron

Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
otonom.

a.    Sistem saraf pusat

Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat-serat
yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf
afferensedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak dan medulla
spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.

b.   Sistem saraf otonom

Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-
kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan langsung
dengan medulla spinalis; keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan dilindungi tulang
tengkorak serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat otak 1500 gram dan
hanya 50 gram yang efektif.

Struktur dasar dari sistem saraf  di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf mempunyai
fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.

2.   Kelistrikan Saraf

Dengan menggunakan mikroskop elektron serat saraf dibagi dalam dua tipe yaitu
serat saraf bermyelin dan tidak bermyelin. Serat saraf bermyelin banyak terdapat pada
manusia. Myelin merupakan insulator (isolasi) yang baik dan kemempuan mengaliri
listrik sangat rendah. Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang
bermyelin.

13
Panjang dan kecepatan aliran listrik pada serat saraf tergantung pada lapisan
myelin. Akson tanpa myelin dengan diameter 1 mm mempunyai kecepatan 20-50 m/s.
sedangkan dengan diameter 10 m mempunyai kecepatan 100 m/s. pada serat saraf
bermyelin aliran sinyal dapat meloncat dari satu simpul ke simpul lain.

Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel, didalam
sel ini terdapat ion Na, K, Cl, dan protein (A-). Sel mempunyai kemampuan
memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang lain, disebut aktifitas kelistrikan sel

Suatu saraf atau membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses
konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar sel dari pada di dalam
sel.

Potensial aksi merupakan tenomena keseluruhan atau tidak sama seklai (all or
none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan amplitudo
dari potendial aksi akan selalu sama, tidak perduli macam apapun intensitas dari
rangsangan. Segera setelah potensial aksi m encapai puncak mekanisme pengangkutan di
dalam sel membran dengan cepat mengembalikan ion Na ke luar sel sehingga mencapai
potensial membran istirahat (-90 Mv). Proses ini disebut polarisasi dan berakshir. Siklus
ini mencapai 3 m detik.

3.   Perambatan Potensial Aksi

Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan
untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai ambang. Dengan
demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran keadaan
ini disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.

Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses
repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter ada dua fase
yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.

a.    Periode refrekter absolut

Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk menghasilkan
potensial aksi yang lain.

b.    Periode refrekter relatif

Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode refrekter
absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada stimulasi/rangsangan yang
kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru. 

4.   Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction

14
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction.

Baik sinapsis maupun Neuromnyal junction mempunyai kemampuan meneruskan


gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya.
Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran sel otot, oleh karena pada waktu
terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/bergetar/berdenyut
menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana
otot akan mengalami relaksasi.

5.   Kelistrikan Otot Jantung

Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Pada
saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan
ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang akan
timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ berlahan-lahan akan masuk
kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara spontan sampai
mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.

6.   Konsentrasi ion di dalam dan di luar sel

Ini merupakan suatu model potensial istirahat pada waktu = 0 dimana ion K akan
melakukan difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga pada saat
tertentu akan terjadi membran dipole atau membran dua kutub di mana larutan dengan
konsentrasi yang tadinya rendah akan kelebihan ion positif, kebalikan dengan larutan
yang konsenrasi tinggi akan mengalam kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif.

Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh

Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi
rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik
dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”.
Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450
MHz untuk keperluan diathermi dan pemakain radar.

Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam
2 bentuk:

1.      Listrik Berfrekwensi Rendah

Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini


mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk
pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot,
maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan

15
merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang
intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi.

Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC


ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang
saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.

2.      Listrik Berfrekuensi Tinggi

Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000
siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan
dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi
digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian yaitu:

a.    Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)

b.   Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

Magnetic Blood Flow Meter

Elektromagnetik merupakan alat untuk mengukur aliran darah. Ada beberapa


jenis Blood Flowmeter, tetapi yang paling banyak digunakan disini ialah dari jenis
elektromagnetik. Prinsip dasar dari tipe elektromagnetik ini didasari pada Hukum
Faraday yang menyatakan bahwa dalam suatu kawat penghantar yang berada pada medan
magnet maka pada kawat penghantar tersebut akan terinduksi ggl. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 1.1

Besarnya tegangan induksi  yaitu  e = CHVd

Dimana   C = kontan

                H = Besarnya medan magnet

                V = Kecepatan aliran darah

                d  = Diameter pembuluh darah

Selanjutnya  flow rat Q dinyatakan dengan persamaan berikut  :

Q = VA sehingga V= Q/A 

dimana  A adalah area yang dilingkupi oleh tube sehingga

e = C1 x Q/A   = C2 x Q

1.     Desain dari Flow Transduser

16
Dalam prakteknya, bahan tranduser elektromagnetik (Wyatt,1984) terbuat dari
bahan nonmagnetik untuk memastikan agar fluksmagnetik tidak melewati aliran
dan jatuh ke dasar alat. Bahan transduser terbuat dari material yang dapat menjaga
dari short circuit dari induksi emf, misalnya dari bahan stainless stell atau
platinum. Penggunaan tranduser disesuaikan dengan ukuran dari pembuluh darah.

Menurut Wyatt (1966) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi
transduser, yaitu:

a.    Inti Magnet

b.   Isolasi berkualitas tinggi

c.    Platinization dari elektroda untuk meminimalkan inpedansi elektrode

d.   ketelitian dari elektrostatis yang dihasilkan oleh kumparan magnet dari


rangkaian elektroda.

e.    kontruksi dari kepala elektroda harus simetris dengan kumparan magnet.

2.   Tipe-tipe flowmeter elektromagnetik

Pada dasarnya semua flowmeter terdiri dari pembangkit arus AC, prope rakitan,
kapasitansi seri amplifier gandeng, penguat DC, dan perangkat perekam/pencatat.
Bentuk dari arus waveform yang dibangkitkan untuk elektromagnetik bisa
sinusoidal atau gelombang pulsa.

a.    Flowmeter gelombang sinus:

Magnet probe dibangkitkan oleh gelombang sinus, akibatnya tegangan


yang diinduksikan juga akan sinusoidal. Masalahnya adalah pada tipe ini
pembuluh darah dan mineral/fluida yang terdapat didalamnya bertindak sebagai
kumparan sekunder transformator pada saat magnet probe dibangkitkan.
Akibatnya, ada tegangan artefact induksi yang secara umum mengacu pada
‘tegangan transformator’.

‘Tegangan transformator ‘ lebih besar dibandingkan tegangan arus induksi


dan berbeda fasa 90o. Hal ini juga menyebabkan baseline drift yang menghasilkan
kestabilan fasa yang tinggi .Pada fersi terdahulu dari flowmeter gelombang sinus,
tegangan yang tidak digunakan ini dihilangkan dengan memasukkan ke dalam
sinyal tegangan dengan kekuatan (daya) yang sama tetapi berbeda fasa.
Sehinggan sinyal artefac digagalkan dan hanya aliran tegangan induksi yang
muncul.

17
Flowmeter gelombang sinus memerlukan rangkaian elektronik yang rumit
untuk memindahkan tegangan induksi transformator dari aliran tegangan induksi.
Karena kedua waveform tersebut memiliki tipe yang sama, Penghilangan secara
sempurna dari tegangan artefac menjadi sangat sulit. Sistem gelombang sinus tak
lagi diragukan dalam menghasilkan perbandingan sinyal to noise (SNR) akan
tetapi sangat mengganggu pada saat frekuensi bertambah.

b.     Flowmeter elektromagnetik gelombang pulsa:

Berbeda dengan flowmeter gelombang sinus dalam hal pembangkitan


tegangan yang diberikan pada magnet yaitu gelombang pulsa, sehingga tegangan
induksi juga merupakan gelombang pulsa. Flowmeter gelombang pulsa memiliki
kestabilan fasa yang kurang dibandingkan dengan tipe gelombang sinus yang
dapat menekan relatif lebih mudah tegangan quadrature. Selain itu, lebih mudah
mengendalikan ukuran magnitude dan gelombang arus pembangkitan dalam
sistem gelombang pulsa.

c.    Transduser:

Aliran transduser terdiri dari elektromagnetik yang memberikan medan


magnet yamg tegak lurus dengan arah aliran darah dan terletak antara medan dan
elektroda pick-up yang sumbunya tegak lurus pada kedua sumbu medan dan
aliran. Elektrodanya mungkin berhubungan dengan mengalirnya darah atau
permukaan luar pembuluh darah dimana darah mengalir. Bentuk ini disebut
‘cannulating flowmeter’ dan kemudian disebut ‘cuff lowmeter’.

d.   Preamplifier:

Tegangan yang diinduksikan diambil oleh elektroda kemudian diberikan


pada penguat diferensial noise rendah melalui capacitive coupling. Preamplifier
harus memiliki common mode ferection ratio (CMRR) tinggi dan impidansi
masukan yang tinggi pula. Preamplifier yang digunakan oleh Goodman (1969a)
memiliki CMRR 106dB(200,000:1) dengan impedansi masukan mode bersama
150MΩ. Penguatan preamplifier 1000. Preamplifier juga harus menggabungkan
fasilitas untuk ‘probe balance’ yang oleh sinyal sefasa da arus magnet dapat
dipilih pada tegangan backgound seimbang dalam fasa dengan aliran tegangan.
Sinyal kalibrasi dengan amplitudo 30μV dapat dihubungkan dengan preamplifier
dengan menambahkan saklar pemilih. Tegangan noise (derau) yang dibangkitkan
dalam preamplifier adalah faktor pentingdalam kinerja dari flowmeter
elektromagnetik. Tegangan derau terlihat sebagai pergerakan acak dari baseline
dari aliran darah yang dicatat. Ketika digambarkan dalam bentuk aliran,
khususnya 1-2% keluaran dalm skala penuhdari priode yag terpilih. Sebagai

18
contoh, probe 2,7 mm menberikan dfeksi skala penuh untuk 500ml/mm sehingga
derau ekivalen dengan 10 ml/mm.

e.    Rangkaian Gating:

Penguat gating membantu menghilangkan tegangan bayangan (semu)


yang muncul ketika arus magnet dibalik. Bagi flow meter untuk memperlihatkan
kestabilan baseline yang cukup adalah penting bahwa sinyal semu yang dihasilkan
selama pembalikan arus magnet dan sefasa dengan aliran tegangan diabaikan.
Aksi gating dikendalikan oleh rangkaian yang memberikan arus eksitasi pada
elektromagnet.

f.    Bandpass amplifier:

Seperti halnya gatting amplifier yang merupakan bandpass amplifier RC


aktif yang dengan selektif melewatkan amplitudo gelombang pulsa. Respon
puncak adalah 400Hz. Titik 3dB pada 300 Hz dan 500 Hz. Penguatan dari
penguat ini adalah 50. Bentuk dari gelombang setelah penguatan ini adalah
sinusoida yang terdistorsi.

g.   Detektor:

Detector fasa sensitif digunakan untuk memperbaiki sinyal analog dari


rata-rata aliran yang sedangdiukur.Tipe dari demodulator ini tidak hanya
menawarkan sinal-to-noise ratio maksimum tetapi juga membantu penolakan
tegangan interfensipada frekuensi dibawah frekuensi carrier.

h.   Low Pass Filter dan Tahapan keluaran:

Sinyal yang dimodulasikan diberikan pada LPF RC aktif yang


memberikan respon frekuensi yang tidak sama dan pergeseran fasa linier dari 0-
30 Hz. Hal ini diikuti oleh rangkaian integrator yang memberikan keluaran yang
sesuai dengan aliran rata-rata. Sinyal keluaran yang diperoleh dapat dicatat pada
sebuah perekam untuk dibaca aliran darah dari skala terkalibrasi.

i.     Magnet current drive:

Arus eksitasi yang dberikan pada elektromagnet adalah 1 amper puncak


arus gelombang pulsa. Hal tersebut diberikan oleh sumber dengan impedansi
tinggi untuk memastikan bahwa arus yang diberkan adalah konstan untuk
berbagai macam hambatan lilitan magnet hingga lebih dari 5Ω. Masukan
gelombang pulsa pada tahapan power amplifier yang memberikan arus
elektromagnetik diberikan dari multivibrator bebas yang bekerja pada frekuensi
400 Hz..

19
j.     Zero Flow Reference Line:

Sebelum pengukuran aliran darah oleh flowmeter elektromagnet dilakukan


penting untuk menyediakan secara tepat sinyal yang sesuai untuk zero flow.
Walaupun pembangkitan magnet harus menghasilkan zero reference line,
sayangnya line ini tidak selalu bertepatan dengan zero flow line secara psikologi,.
Hal ini memberikan efek pada elektrode vessel interface(wyatt,1961). Metode
alternatif dapat memacetkan pembuluh darah yang diukur. Beberapa pengaturan
telah dilakukan sebagai penghambat ((Beck et al,1965; Jacobson and Swan,1966).
Bagaimanapun ,ada beberpa pertimbangan serius dari penggunaannya dari
kelayakan untuk menghambat darah, agar memperoleh acuan zero flow,
memperhatikan kemungkinan yang dapat menghasilkan spasm dan perubahan
aliran darah. Lebih lanjut lagi, adalah mungkin untuk memperoleh zero flow
reference yang handal dalam hal flow probe yang diimplantasi secara kronik.

E. Pengertian Fluida
Fluida adalah zat yang mengalir termasuk gas dan zat cair. Zat cair meliputi
air,darah, asam H2SO4,dll. Zat gas meliputi udara, oksigen, nitrogen,CO2,dan
sebagainya. Selain itu Fluida adalah zat – zat yang berubah bentuk secara kontinyu atau
terus menerus bila terkena tegangan geser, berapapun kecilnya tegangan geser itu (Ł).

Tegangan Geser (Ł) = F /A

Dimana : F = Gaya geser

A = Luas Permukaan

Fluida terdiri dari 2 macam yaitu :

· Zat Cair (Liquid)

Zat cair tidak mudah dimampatkan ( Incompressible)

· Zat Gas

Gas mudah dimampatkan (Compressible)

Adapun sifat-sifat dari zat cair yaitu:

1.Molekul-molekul terikat secara longar namun tetap berdekatan.

2.Tekanan yang terjadi oleh karena ada gaya gratifitas bumi yang bekerja terhadapnya.

3.Tekanan terjadi secara tegak lurus pada bidang.

20
1. Viskositas
Viskositas adalah kekentalan, viskositas sangat mempengaruhi sifat – sifat fluida.
Contoh benda yang di viskos (kental) adalah madu, sirup, aspal cair. Sedangkan
fluida yang viskositasnya kecil adalah air, alcohol, udara. Fluida yang viskositasnya
kecil lebih mudah mengalir bila dibandingkan dengan fluida yang viskositasnya
besar.

Viskositas dengan gas meningkat dengan naik temperature, tetapi mudah cairan
sebaliknya viskositas menurun gas, naiknya temperature akan terjadi perpindahan
molekul – molekul yang padat, cair, naiknya temperature akan menutunkan kohesi.

2. Persamaan Bernoulli

Persamaan ini digunakan untuk menghitung beberapa besaran yang diperlukan


dalam analisa aliran fluida,seperti tekanan dan kecepatan aliran. Bernoulli telah
berhasil menurunkan rumus dengan persyaratan-persyaratan atau pendekatan khusus
yaitu :

a) Zat cair tanpa adanya geseran dalam (cairan tidak viscous)


b) Zat cair mengalir secara stasioner (tidak berubah) dalam hal kecepatan, arah
maupun besarnya (selalu konstan).
c) Zat cair mengalir secara steady yaitu mengalir melalui lintasan tertentu
d) Zat cair tidak termampatkan (incompressible) melalui sebuah pembuluh dan
mengalir sejumlah cairan yang sama besarnya (continuitas)

Berdasarkan persyaratan di atas dan berdasarkan hokum kinetik diperoleh rumus :

1/2ρ V2 + P + ρḡh = konstan

ρ = massa jenis zat cair

P = tekanan

V = volum

3. Hukum Poiseulle

Hukum poiseulle menyatakan bahwa cairan mengalir melalui suatu pipa akan
berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat empat
jari-jari pipa.

Jika suatu fluida mengalir mulus dalam suatu pembuluh sepanjang ( L) dan jari-
jari (r ). Maka debit alirannya adalah:

21
D=πr4(P1-P2)/8Ηl

D=debit aliran=volume aliran/waktu.

r =jari-jari pembuluh.

(P1-P2)= Selisih tekana fluida.

η= Viskositas(kekentalan) fluida

L= Panjang pembuluh

Satuan viskositas = n s/m2 =Pa.s=pas

Viskositas air = 1 mili pas

Vikositas darah = 1- 3 mili pas

Dari hukum poiseuille terlihat adanya hubungan sebagai berikut :

a. Debit berbanding lurus dengan pangkat empat jari-jari pembuluh.

b. Debit berbanding lurus dengan selisih tekanan fluida

c. Debit berbanding terbalik dengan vikositas fluida

d. Debit berbanding terbalik dengan panjang pembuluh

Dalam konteks medis, hukum ini dapat diterapkan untuk mengkaji hubungan
antara debit aliran darah dengan jari-jari pembuluh darah, tekanan darah dan vikositas
darah. Jari-jari pembuluh dapat di ubah-ubah dengan menganti pembuluh dari
berbagai ukuran. Selisih tekanan fluida merupakan selisih tekanan hidrostatik fluida
pada posisi lubang pancuran dan pada posisi permukaan fluida bejana berpancuran.
Jika selisih tinggi fluida pada kedua posisi itu adalah h, maka selisih tekanan
hidrostatis, P = ρgh dimana ρ adalah masa jenis fluida, g adalah percepatan gravitasi
dah h adalah tinggi fluida.

Viskositas fluida dapat di ubah-ubah dengan menggati kosentrasi larutan


fluida.untuk itu dalam percobaan ini, air akan ditambahkan sirup dengan berbagai
kosentrasi.

4. Kaitan Fluida Dengan Tekanan Dan Aliran Darah Manusia

Sebelum membahas struktur dan fungsi pembuluh darah secara detail, perlu untuk
mempertimbangkan secara singkat beberapa sifat cairan dan prinsip-prinsip yang

22
mengatur aliran cairan melalui pembuluh. Semua cairan (bila dalam ruang tertutup)
mengerahkan tekanan. Tekanan hidrostatik merujuk pada gaya yang diberikan likuid
oleh seseorang terhadap dinding wadahnya. Tekanan darah yang diberikannya dalam
sistem vaskular dikenal sebagai tekanan darah.

Tekanan bervariasi dengan ketinggian kolom cairan dan ini dapat diamati dalam
pembuluh darah orang yang berdiri. Tekanan vena pada kaki yang jauh lebih besar
daripada di kepala (ini, tentu saja, berkaitan dengan efek gravitasi). Pengaruh
kerapatan terhadap tekanan hidrostatik ditunjukkan oleh fakta bahwa 1 mm air raksa
(mm Hg) exerts tekanan yang sama seperti 13 mm air (mm H 2 O) karena merkuri
lebih dari 13 kali berat seperti air yang setara volume.

Jika tekanan yang diberikan pada cairan yang terbatas, tekanan akan diteruskan
sama di semua arah - ini dikenal sebagai prinsip Pascal Jika ada titik lemah dalam
dinding wadah dan tekanan yang diberikan cukup besar, dinding kontainer bisa
meledak.. Inilah yang terjadi ketika sebuah ledakan aneurisma terjadi.

Ketika seorang individu hipertensi, pembuluh darah mengeras atau mengalami


perubahan sklerotik (arteriosclerosis) untuk mencegah pembuluh penuh dengan
tekanan darah tinggi. ketidaklenturan wadah juga mempengaruhi tekanan hidrostatik
yang berkembang, yakni jika wadah yang dapat dilembungkan, tekanan dalam cairan
kurang dari dalam wadah yang kaku.

5. Arus Fluida

Aliran fluida melalui pembuluh darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara
kedua ujung pembuluh dan juga resistensi terhadap aliran.

6. Perbedaan Tekanan

Untuk setiap cairan yang mengalir di sepanjang pembuluh harus ada perbedaan
tekanan fluida sehingga dinyatakan tidak akan bergerak. Dalam sistem kardiovaskular
tekanan darah atau gaya yang dihasilkan oleh pemompaan jantung ada penurunan
terus-menerus dalam tekanan dari ventrikel kiri jantung ke jaringan dan juga dari
jaringan kembali ke atrium kanan jantung. Tanpa penurunan tekanan darah ini, darah
tidak akan mengalir di sekitar sistem peredaran darah.

7. Kedap Atas Arus

Resistensi adalah ukuran kemudahan fluida yang akan mengalir melalui tabung,
yakni semakin mudah, semakin sedikit resistensi terhadap aliran, dan
sebaliknya.Dalam sistem peredaran darah perlawanan biasanya digambarkan sebagai
resistensi vaskular, seperti terutama berasal dari pembuluh darah perifer, sehingga
hanya dikenal sebagai resistensi perifer. Perlawanan ini tergantung pada viskositas

23
cairan, jari-jari dan, panjang tabung. Resistensi pada dasarnya adalah ukuran dari
gesekan antara molekul cairan, dan antara dinding tabung dan cairan

8. Radius Dari Tube (Pembuluh Darah)

Semakin kecil radius pembuluh, semakin besar perlawanan terhadap gerakan


partikel ini sehingga hasil resistensi meningkat dari kemungkinan yang lebih besar
pada partikel fluida yang bertabrakan dengan dinding pembuluh. Ketika sebuah
partikel bertabrakan dengan dinding, beberapa partikel energi kinetik (energi gerak)
hilang dampaknya, sehingga dapat memperlambat aliran partikel darah. Dengan
demikian, dalam sebuah diameter pembuluh darah yang lebih kecil, akan ada lebih
banyak tabrakan dan penurunan pada kadar energi dan kecepatan dari partikel-
partikel darah yang bergerak melalui pembuluh. Hal ini mengakibatkan penurunan
tekanan hidrostatik

9. Panjang Tube (Pembuluh)

Semakin panjang pembuluh, semakin besar perlawanan terhadap aliran cairan


darah. Sebuah pembuluh akan memerlukan tekanan yang lebih besar untuk memaksa
volume tertentu melalui cairan darah daripada sebuah pembuluh yang lebih pendek.
Namun, panjang pembuluh darah dalam tubuh tidak berubah secara signifikan dan
panjang keseluruhan adalah dijaga minimal karena sirkuit paralel dalam sirkulasi
sistemik.

10. Tentang Viskositas Fluida

Viskositas adalah ukuran atau internal antarmolekul gesekan dalam fluida atau,
dengan kata lain, dari kecenderungan cairan untuk melawan arus. Tingkat aliran
berbanding terbalik dengan viskositas, yaitu semakin besar viskositas fluida, semakin
besar gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan cairan itu. Dengan demikian,
perubahan viskositas darah mempengaruhi alirannya.

Biasanya viskositas darah cukup konstan, tetapi pada polisitemia, di mana ada sel
konten merah meningkat, viskositas darah bisa ditingkatkan dan berkurangnya aliran
darah. Dehidrasi yang parah, dimana ada kehilangan plasma, juga dapat
menyebabkan viskositas meningkat. Pendinginan darah juga bisa meningkatkan
viskositasnya.

Sifat lapisan pipa atau pembuluh juga mempengaruhi aliran cairan jalan. Jika
lapisan pembuluh darah halus, cairan akan mengalir merata. Hal ini dikenal sebagai
merampingkan atau aliran laminar. Namun, jika lapisan, kasar, tidak rata atau cairan
mengalir tidak teratur, aliran turbulennya sudah diatur. Laminar flow adalah ciri khas
sebagian besar dari sistem vaskular yang bersifat diam, sedangkan aliran turbulen

24
dapat didengar, misalnya selama pengukuran tekanan darah dengan
sphygmomanometer. Kadang-kadang diperlukan untuk mengukur aliran darah pada
pasien dan ini biasanya hanya untuk mengukur kuantitas darah yang melewati titik
tertentu dalam sirkulasi selama jangka waktu tertentu.

F. BIO OPTIK

Optik Geometri Dan Optik Fisika

1. Optik Geometri
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus,
berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan
cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk
matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa :
f = focus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
2. Optik Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di
jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan
dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut.
Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa
cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan
dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya
itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip dengan teori
Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan
mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat menjelaskan
bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell (1831-1879)
berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat menjelaskan bahwa
cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya
adalah gelombang elektromagnetik.
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah
sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan.

Hubungan Antara Endeks Bias Dan Kecepatan Rambat

25
Indeks bias dari suatu benda didefinisikan sebagai :
i = sudut datang
r = sudut bias
ini dapat pula didefinisikan sebagai berikut : kecepatan rambat cahaya dalam ruang
hampa dibandingkan dengan kecepatan rambat cahaya dalam medium. Dengan demikian
bila cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa C dan di dalam medium C maka :

Lensa
Berdasarkan bentuk permukaan lensa maka lensa dapat dibagi menjadi dua :
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis.
a. Lensa konvergen / konveks
Yaitu sinar sejajar yang menembus lensa akan berkumpul menjadi bayangan
nyata, juga di sebut lensa positif atau lensa cembung.
b. Lensa divergen / konkaf
Yaitu sinar yang sejajar yang menembus lensa akan menyebar , lensa ini disebut
lensa negatif atau lensa cekung.
2. Lensa yang mempunyai permukaan silindris
Lensa yang mempunyai permukaan silindris disebut lensa silindris. Lensa ini mempunyai
focus yang positif dan ada pula mempunyai focus negatif.

Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan ,
jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan
kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada bermacam-macam :
a. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).
Sinar-sinar paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’.
aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di
depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis
kacanya berlainan.
b. Koma
Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar
di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah
titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat
diperbaiki dengan diafragma.
c. Astigmatisma
Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda membentuk
sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan
sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan
besar akan berbentuk koma.
d. Kelengkungan medan

26
Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya tidak dalam satu bidang
datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau
lengkungan bidang bayangan.
e. Distorsi
Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu ini
oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela. Benda
berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala
distorsi ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
f. Aberasi kromatis
Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus lensa berbeda-beda
untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak
dari lensa.

Ada dua macam aberasi kromatis yaitu :


1. Aberasi kromatis aksial/longitudinal : perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks
bias.
2. Aberasi kromatis lateral : perubahan aberasi dalam ukuran bayangan.
Untuk menghilangkan terjadinya aberasi kromatis dipakai lensa flinta dan kaca krown;
lensa kembar ini disebut “ Achromatic double lens”.

Mata
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk
membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.
Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan :
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. System syaraf mata yang memberi informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut

1) Alat Optik Mata


Bagian-bagian pada mata terdiri dari :
a. Retina
Terdapat ros batang dank ones/kerucut, fungsi rod untuk melihat pada malam hari
sedangkan kone untuk melihat siang hari. Dari retina ini akan dilanjutkan ke saraf
optikus.
b. Fovea sentralis
Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat macula
lutea (bintik kuning).
c. Kornea dan lensa
Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi memfokuskan benda
dengan cara refraksi, tebalnya 0,5 mm sedangkan lensa terdiri dari kristal mempunyai

27
dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 m fungsinya adalah memfokuskan
objek pada berbagai jarak.
d. Pupil
Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur cahaya yang masuk.
Apabila cahaya terang pupil menguncup demikian sebaliknya.
Sistem optic mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal oleh karena :
a. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
b. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
c. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
d. Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10 : 1
e. Diafragma mata di atur secara otomatis oleh iris
f. Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi
g. Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg
h. Tiap mata dilindungi oleh tulang
i. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak
j. Bola mata dilengkapi dengan otot-otot mata yang mengatur gerakan bola mata
(m=muskulus = otot).
1. M. rektus medialis = menarik bola mata ke dalam
2. M. rektus lateralis = menarik bola mata ke samping
3. M. rektus superior = menarik bola mata ke atas
4. M. rektus inferior = menarik bola mata ke bawah
5. M. obligus inferior = memutar ke samping atas
6. M. obligus superior = memutar ke samping dalam.
Kelumpuhan salah satu otot mata akan timbul gejala yang disebut strabismus
(mata juling). Ada tiga macam strabismus yaitu strabismus horizontal, vertical dan
torsional.
2) Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula
bola mata (diameter bola mata 20 – 23 mm). kemampuan lensa mata untuk
memfokuskan objek di sebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi
akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata / lensa berakomodasi.
Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua daya akomodasi
semakin menurun. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin
berkurang.
Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda
terletak pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap
mata dinyatakan P (dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini
mata berakomodasi sekuat-kuatnya (mata berakomodasi maksimum). Jarak terjauh
bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik

28
jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam
meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak
berakomodasi/lepas akomodasi.
Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan :
A = lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas
akomodasi maksimal.
Secara empiris A = 0,0028 (80 th – L) dioptri
L = umur dalam tahun
Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata presbiop. Presbyop ini
bukan merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak
mempunyai lensa mata . Mata demikian disebut mata afasia.
3) Penyimpangan Penglihatan
Mata yang mempunyai titik jauh/punktum remotum terhingga akan memberi
bayangan benda secara tajam pada selaput retina. Dikatakan mata emetropia.
Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga , mata
demikian disebut mata ametropia.
Mata emetropia mempunyai punktum proksimum sekitar 25 cm, disebut mata normal.
Sedangkan mata emetropia yang mempunyai punktum proksimum lebih dari 25 cm di
sebut mata presbiopia.

Mata ametropia mempunyai dua bentuk :


a. Miopia (penglihatan dekat)
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu kecil di sebut mata myopia. Mata
myopia ini bentuk mata terlalu lonjong maka benda berjauhan tak terhingga akan
tergambar tajam di depan retina. Mata seperti ini dapat melihat tajam benda pada titik
dekat tanpa akomodasi. Dengan akomodasi kuat akan terlihat benda yang lebih dekat
lagi.
b. Hipermetropia (penglihatan jauh)
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar dikatakan hipermetropia.
Kalau diperhatikan bola mata hipermetropia maka akan terlihat bola mata yang agak
gepeng dari normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga
akan terletak di belakang retina, tetapi kadang kala dengan akomodasi akan terlihat
benda-benda yang jauh tak terhingga secara tajam bahkan dapat melihat benda-benda
berada dekat di depan mata.
Baik myopia maupun hipermetropia kelainannya terletak pada poros yang di sebut
ametropia poros.
4) Tehnik Koreksi
Setelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka ditentukan
apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia, astigmatisma atau
campuran (presbiopia dan myopia).
a. Mata presbiopia
29
Pada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi
masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai kacamata
positif.
b. Mata hipermetropia
Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu dimana punktum
proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai
kacamata positif.
c. Mata myopia
Pada mata myopia , kemampuan melihat dekat dan jauh tergganggu oleh karena
letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga
dianjurkan memakai kacamata negatif.
d. Mata astigmatisma
Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya
tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kacamata
silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan
melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan.
e. Campuan
Ada penderita yang matanya sekaligus mangalami presbipoi dan myopia, maka
mempunyai punktum proksimum yang letaknya terlalu jauh dan punktum remotum
terlalu kecil, penderita demikian memakai kacamata rangkap yaitu kacamata bifocal
(negatif diatas, positif di bawah)
Ada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau hipermetropia tanpa
astigmatisma hanya memakai kacamata berlensa sferis.

Contoh 1:
Dokter dalam memeriksa penderita yang titik dekat matanya 0,5 meter dan penderita
ingin membaca pada jarak 0,25 meter.
Pertanyaan :
a. Berapakah daya akomodasinya ?
b. Berapakah kekuatan lensa agar pemderita dapat membaca pada jarak 0,25 m ?

Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diketahui bahwa objek yang terjadi pada
retina dibentuk oleh kornea dan lensa mata yang merupakan lensa gabung dan jarak
kornea retina secara pendekatan adalah 2 cm = 0,02 meter. Daya akomodasi mata
dihitung dalam dioptri (D) dimana selisih antara kekuatan lensa mata untuk melihat
pada titik/jarak tertentu dengan daya kekuatan lensa mata pada waktu melihat benda
pada jarak jauh tak terduga. Maka penyelesaian soal di atas sebagai berikut :
a. Kekuatan focus mata normal :
Kalau mata orang tersebut difokuskan pada jarak 0,5 meter maka focus matanya
Daya akomodasi sebesar

30
b. Untuk melihat benda pada jarak 0,25 meter maka kekuatan matanya :
Penderita tersebut harus memakai kacamata dengan kekuatan :
54 D – 52 D = 2 D
5) Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata ,
di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ajli fisika ketajaman
penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata)
tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik
buruknya fungsi mata keseluruhannya. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai
kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih kelihatan dan
dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai
ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu
diperiksa diperoleh 20/40 berarti penderita dapat membaca hurup pada 20 ft
sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft (20 ft = 4 meter).
Dengan demikian dapat di tulis dengan rumus :
Keterangan :
d = Jarak yang di lihat oleh penderita
D = Jarak yang dapat di lihat oleh mata normal.
6) Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan
“alat perimeter”.
Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertical ± 130°; sedangkan medan
penglihatan horizontal ± 155°.
7) Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada
retina yaitu Rod (batang) dan Cone(kerucut).
Rod dan Kone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di
belakang jaringan syaraf.
Distribusi Rod dan Kone pada retina
a. Kone (kerucut)
Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari
disebut “fotopik”.
Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna, tetapi kone tidak sensitive
terhadap semua warna, ia hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang
gelombang 550 nm). Kone terdapat terutama pada fovea sentralis.
b. Rod (batang).
Dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan Skotopik. Dan
merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping.
Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20°
31
terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru,
hijau (510 nm).
Tetapi Rod dan Kone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650 – 700 nm), tetapi
penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan Rod.
8) Penyesuaian Terhadap Terang Dan Gelap
Dari ruangan gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang mengalami kesulitan
dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap
akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu tertentu agar
memperoleh penyesuaian. Pendapat ini telah lama diketahui orang.
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod
secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang
putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan
gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak
ada suatu objekpun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara automatis ini
dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.

a. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)


Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar yang
disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk
ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah
pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H (=DNA) dan
terjadi proses timbal balik (visa versa)
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia,
ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod.
Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus
konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina
terhadap cahaya akan menurun.

b. Mekanisme penyesuaian gelap


Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya beradadi ruangan terang,
jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak
dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan gelap,
pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin
akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya
rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.
Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000
hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai 100.000
waktu yang diperlukan 1 jam.
Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang
dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunanan kepekaan retina hanya
diperlukan waktu 1 sampai 10 menit.
32
Penyesuaian gelap ini ternyata kone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-
kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan
penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 – 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit
pertama. Sebelum masuk ke kamar gelap (misalnya ruang Rontgen) biasanya
dianjurkan memakai kacamata merah atau salah satu mata dipejamkan dalam
beberapa saat (± 15 menit).
9) Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap
warna tersebut belum diketahui secara jelas. Denganvmenggunakan pengamatan
skotopik pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna. Tetapi
dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihata warna namun tidak bisa
membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.

a. Teori tanggap warna


Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberi jawaban yang
selektif terhadap warna, kurang sensitive terhadap cahaya dan mempunyai hubungan
dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal
Lamonov, Young Helmholpz berpendapat ada 3 tipe kone yang tanggap terhadap tiga
warna pokok yaitu biru, hijau dan merah.
1. Kone biru
Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 400 dan 5
00 milimikron. Berarti konne biru dapat menerima cahaya , ungu, biru dan hijau.
2. Kone hijau
Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekwensi antara 450 dan
675 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning,
orange dan merah.
3. Kone merah
Dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap
cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.

Ketiga warna pokok disebut trikhromatik. Teori yang diajukan oleh


Lamonov, Young Helmholpz mengenai trikhromatik sukar untuk dimengerti
bagaimana kone dapat mendeteksi warna menengah (warna intermediate)
dari tiga warna pokok. Oleh sebab itu timbul teori tiga tipe dikromat yaitu suatu
warna menengah terpraoduksi oleh karena dua tipe kone yang terangsang.
Sebagai contoh, kone hijau dan merah terangsang bersamaan tetapi kone hijau
terangsang lebih kuat daripada kone merah maka warna yang terproduksi adalah
kuning kehijauan. Apabila kone hijau dank one biru terangsang, warna yang
ditampilkan sebagai warna biru hijau. Jika intensitas rangsangan terhadap kone
hijau lebih besar daripada kone biru, warna yang ditampilkan lebih hijau dan biru.

33
b. Buta warna
Jika seseorang tidak mempunyai kone merah ia masih dapat melihat warna hijau,
kuning, orange dan warna merah dengan menggunakan kone hijau tetapi tidak dapat
membedakan secra tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak
mempunyai kone merah untuk kontras / membandingkan dengan kone hijau.
Demikian pula jika seseorang kekurangan kone hijau, ia masih dapat melihata seluruh
warna tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, orange dan merah.
Hal ini disebabkan kone hijau yang sedikit itdak mampu mengkontraskan dengan
kone merah. Jadi tidak adanya kone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau
ketidakmampuan untuk membedakan warna antara keadaan ini di sebut buta warna
merah hijau kasus yang jarang sekali, tetapi bisa terjadi seseorang kekurangan kone
biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta
warna ini disebut kelemahan biru ( blue weakness). Pada suatu penelitian diperoleh
8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5 % terdapat pada wanita dan dikatakan buta
warna ini diturunkan oleh wanita. Adapula orang buta terhadap warna merah disebut
protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deuteranopia dan buta terhadap warna
biru disebut tritanopia.

10) Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata


Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas
dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu :
pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus mata, penmgukuran
kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam
yaitu :
1. Opthalmoskop
2. Retinoskop
3. Keratometer
4. Tonometer dari schiotz
5. Pupilometer
6. Lensometer

1. Opthalmoskop
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan
opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh
darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
a. Pencerminan mata secara langsung
Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia
dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar
dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam
pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada

34
jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus
penderita.
b. Pencerminan mata secara tak langsung
Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan
bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan
difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop
dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak.

2. Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa
aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi
nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana
mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina
dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik
jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan
menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu
pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif
diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya)
yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif
atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan
bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak
pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.

3. Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan
pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara
menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa
kontak yaitu :
a. Hard contact lens
Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif
bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi
astigmatisma.

b. Soft contact lens


Adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat
mengoreksi astigmatisma.

Dasar kerja keratometer :


Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak
diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r.
35
dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung.
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer
,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa
mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut
prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan
dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri
dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan
astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan
horizontal.

4. Tonometer
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan
intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.
Tehnik dasar :
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata
dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu
tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala
sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat
pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular
dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 gmaka berat total tonometer =
= Berat plug + alat pemberat
= 11 gram + 5,5 gram
= 16,5 gram.
16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan
tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita
menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai
80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg
dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari.
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan
secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955)
mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ;
pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk.

5. Pupilometer Dari Eindhoven


Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven.
Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu.
Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa
akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :
Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan
2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui
36
pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan
besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.

6. Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita
atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar :
Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara :
1. Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)
2. Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya.

Tehnik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat
dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa
positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus
sebagai berikut :
Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh
bayangan tajam melalui pengamatan lensa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

37
 Biomekanika adalah disiplin ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika,
matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa besaran-
besaran fisis tubuh dan gaya yang terjadi pada tubuh.
 Untuk menyatakan seseorang sakit atau tidak, perlu dilakukan pengukuran
terhadap besaran fisis tubuh seperti suhu badan, tekanan darah, frekuensi detak jantung
dan sebagainya.
 Hubungan fundamental antara gaya dan gerak pada mekanika klasik tercakup
dalam hukum tentang gerak yang dikemukakan oleh Isaac Newton..   Jenis-jenis Gaya
terdiri atas: gaya berat, gaya normal, gaya gesek dan lain-lain. Pergerakan pada tubuh
terjadi karena adanya gaya yang bekerja. Ada gaya yang bekerja pada tubuh dan gaya
yang bekerja di dalam tubuh.. . Gaya  berat,   tulang  dan  otot  tubuh  manusia berfungsi 
sebagai sistem pengumpil

Optikageometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu optik
sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang
cahaya. Optika fisika adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak
terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat lebih
sempurna dan menjadi pedoman unuk kita semua,

DAFTAR PUSTAKA

J.F. Gabriel,2003,Fisika Kedokteran, EGC,Jakarta

38
Ganong, W.F,1999,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17,EGC,Jakarta

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,EGC,Jakarta

http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalamkeperawatan.html

39

Anda mungkin juga menyukai