Anda di halaman 1dari 106

Presentator :

Valentina Dian Juwitawati

Moderator :
dr. Melysa Fitriana, Sp.T.H.T.K.L

Departemen Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher


Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2019
1
Menjadi program studi berstandar global yang
inovatif dan unggul, serta mengabdi kepada
kepentingan bangsa dan kemanusiaan dengan
dukungan sumber daya manusia yang profesional dan
dijiwai nilai-nilai Pancasila pada tahun 2020

2
1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat berlandaskan kearifan lokal.
2. Mengembangkan sistem tata kelola Program Studi IK
THT-KL yang mandiri dan berkualitas (Good
Governance).
3. Membangun kemitraan dan kerjasama dengan rumah
sakit dan seluruh pihak yang berkepentingan dalam
rangka mendukung kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat.

3
 Septum deviasi  bentuk septum yang tidak lurus di
garis tengah
 Dalam keadaan normal  septum nasi berada lurus di
tengah
 Pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak
sepenuhnya lurus sempurna di garis tengah

(Bailey, 2014; Arora, 2016)


4
 Studi di Telangana India tahun 2017  dari 446
pasien THTKL 30,9% di antaranya memiliki septum
deviasi (laki-laki 52,1%, perempuan 47,9%)
 Studi di RS Rasoule Akram di Tehran tahun 2011 
dari 463 kasus THTKL dengan obstruksi nasi, 47% di
antaranya memiliki septum deviasi
 Di RS. Dr. M. Djamil Padang selama bulan April
2010 - April 2011  terdapat 51 kasus septum
deviasi dan 20 di antaranya menjalani septoplasti

(Sriprakash, 2017; Mohebbi et al., 2012; Budiman, 2014)


5
(Probst, 2006)
6
(Probst, 2006)
7
(Drake et al., 2015)
8
(Probst, 2006)
9
ARTERI :

 Hidung luar:
a.facialis c a b a n g a.carotis e k s t er na
a.oph thalmica c a b a n g a. carotis interna

(Drake et al., 2015)


10
11
12
13
 Hidung Dalam:
C a ba ng a.carotis e k s t er n a :
a . s phe no p al a t in a (cab. terminal a. maksilaris)
: cavum nasi
a.palatina mayo r : dinding medial & lantai
cavum n asi
a. labialis su perio r : bibir d a n cavu m nasi
a.nasalis lateralis : vestib ulum nasi

(Drake et al., 2015)


14
 Hidung Dalam:

C a ba ng a.carotis interna :
a.Ethmoidalis an terior e t p os terior (cabang a.
ophthalmica) : dinding medial & lateral
cavum n asi

(Drake et al., 2015)


15
Vena
 Vena yang berjalan men gik u ti a. maxillaris k e
ven a di p l ex u s p t ery g oid eu s di fos s a
infratemporalis.

 Ven a-v en a di cav um nasi b a g . anterior


ven a facialis.

(Drake et al., 2015)


16
(Drake et al., 2015)
17
Perdarahan u n t u k h i d u n g
bagian da la m berasal
dari tiga s u m b e r :
 Arteri ethmoidalis
anterior
 Arteri ethmoidalis
posterior c a b a n g dari
arteri oftalmika
 Arteri sfenopalatina
c a b a n g terminal arteri
maksilaris interna yang
berasal dari arteri
karotis eks tern a.

(Drake et al., 2015)


18
(Drake et al., 2015)
19
Persarafan Hidung
1) n. olfactorius : penghidu
2) n. nasosiliaris cabang nervus oftalmikus
(cab. n.trigeminus) : anterosuperior cavum
nasi
3) n.maksilaris (cab. n.trigeminus) melalui
ganglion sfenopalatinum : bag.lain cavum
nasi

(Drake et al., 2015)


20
(Drake et al., 2015)
21
 Pen ghidu N.olfaktorius
(1)
 N. Trigeminus  n .
Olftalmika  n.
Nasosiliaris  n .
Ethmoidalis
a n te rio r,p o s te rio r
d a n n. Infratroklearis.
 N. Trigeminus 
n. Maksilaris n.
Sphenopalatina  n.
Nasopalatina.

( Ballenger, 20 03 )

(Drake et al., 2015)


22
(Drake et al., 2015)
23
 Septum deviasi  bentuk septum yang tidak lurus
di garis tengah

(Arora, 2016)
24
 Trauma langsung
 Teori “birth moulding”  posisi intrauterin yang
abnormal dapat menyebabkan tekanan pada hidung
dan rahang atas, sehingga dapat terjadi pergeseran
septum
 Adanya ketidakseimbangan pertumbuhan di mana
tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun
batas superior dan inferior telah menetap

(Bailey, 2014; Nizar, 2016)


25
 Tipe I  benjolan unilateral yang belum
mengganggu aliran udara
 Tipe II  benjolan unilateral yang sudah
mengganggu aliran udara, namun
masih belum menunjukkan gejala klinis yang
bermakna
 Tipe III  deviasi pada konka media (area
osteomeatal dan konka media)
 Tipe IV  septum berbentuk “S” (bagian posterior
ke satu sisi dan bagian anterior ke sisi lainnya)

(Teixeira, 2016)
26
 Tipe V  terdapat tonjolan besar unilateral pada
dasar septum, sementara di sisi lain masih normal
 Tipe VI  tipe V ditambah sulkus unilateral dari
kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga yang
asimetri
 Tipe VII  kombinasi lebih dari satu tipe (tipe I -
tipe VI)

(Teixeira, 2016)
27
(Teixeira, 2016)
28
 Area 1  area vestibulum nasi,
terletak antara tepi kaudal
septum nasi dan merupakan
pintu masuk udara inspirasi
 Area II  daerah limen nasi
yang merupakan daerah
tersempit kavitas nasi, terletak
antara kartilago septi nasi dan
tepi kaudal kartilago lateralis
superior

(Azis, 2014)
29
 Area III  area atik, terletak
antara septum nasi dengan tepi
bawah os nasale
 Area IV  daerah sekitar
pertemuan kartilago septi nasi,
os vomer dan lamina
perpendikularis os
ethmoidalis
 Area V  daerah posterior
septum nasi yang berdekatan
dengan koana atau os vomer

(Azis, 2014)
30
 Obstruksi nasi  selalu terjadi pada sisi yang deviasi,
tetapi sisi sebelahnya juga sering terjadi obstruksi
disebabkan oleh hipertropi konka
 Perubahan mukosa  udara inspirasi menjadi
terkonsentrasi pada daerah yang sempit, menyebabkan
efek kering sehingga terjadi pembentukan krusta
 pengangkatan krusta dapat menyebabkan ulserasi
dan perdarahan
 Hiposmia / anosmia  disebabkan oleh obstruksi
 Nyeri  tekanan yang disebabkan oleh septum yang
deviasi terhadap saraf sensoris di sekitarnya

(Sriprakash, 2017)
31
 Anamnesis  gejala klinis
 Pemeriksaan fisik  rinoskopi anterior maupun
nasoendoskopi
 Pemeriksaan penunjang  Rontgen X-ray maupun
CT scan

(Bailey, 2014)
32
 Septum deviasi yang tidak menyebabkan gejala
(asimptomatik)  tidak perlu pembedahan
 Septum deviasi yang menimbulkan gejala obstruksi
 perlu dilakukan pembedahan
 Pembedahan:
- Reseksi submukosa (submucous septum
resection, SMR)
- Septoplasti
 Analgesik dan dekongestan  terapi tambahan untuk
mengurangi gejala

(Bailey, 2014; Budiman, 2014)


33
34
Nama : Tn.AH
Umur : 41 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
No RM : 01.86.71.11

35
Keluhan utama :
Hidung tersumbat

Riwayat penyakit sekarang :


Hidung sebelah kanan tersumbat sejak 3 bulan yang
lalu. Keluhan hidung meler, lendir mengalir di
tenggorokan, penurunan penghidu, nyeri hidung, dan
nyeri wajah disangkal. Keluhan telinga dan tenggorok
disangkal.

36
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat trauma pada hidung (+)
Riwayat alergi dan asthma disangkal

Riwayat penyakit keluarga


Penyakit serupa (-)
Riwayat alergi dan asthma disangkal

37
Resume Anamnesis

 Obstruksi nasi (+)


 Riwayat trauma (+)

38
Status generalisata
Keadaan umum :
Baik, Compos Mentis, gizi cukup
Tanda vital:
T : 130/76 mmHg N : 73 x/menit
R : 20 x/menit t : 36ºC

Status lokalis

39
40
41
DEKSTRA SINISTRA

42
DEKSTRA SINISTRA

43
Dextra Sinistra

Pre Tampon 3 5

Post Tampon 3 5

44
MSCT-Scan
SPN

45
46
47
48
49
Diagnosis

Septum Deviasi

46

50
Septoplasti

51
Prognosis

52
Sebelum operasi (12/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+)
O : TD: 122/66 mmHg, N: 70 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,80C
Septum deviasi ke kanan
A : Septum Deviasi
P : Pro Septoplasti (13/12/2018)

53
H0 (13/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (+)
O : TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,70C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H0
P : Perawatan pasca operasi
Ganti kassa luar / 24 jam

54
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam
 Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
 Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
 Injeksi Asam Traneksamat 500 mg/8 jam

55
H1 (14/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (+)
O : TD: 120/70 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,80C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H1
P : Perawatan pasca operasi
Ganti kassa luar / 24 jam
Injeksi stop
BLPL, kontrol Senin, 17/12/2018

56
Obat pulang
 Cefixime 2 x 200 mg
 Kalium Diclofenac 2 x 50 mg
 Kombinasi Pseudoephedrine Sulfate 120 mg dan

Loratadine 5 mg (slow release) 2 x I kap

57
17/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (-),
rasa menelan darah (-)
O : TD: 137/86 mmHg, N: 76 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,60C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H4
P : Ganti kassa luar
Evaluasi tampon H7
Cefixime 2 x 200 mg
Kontrol Kamis, 20/12/2018

58
20/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (-)
O : TD: 135/91 mmHg, N: 83 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,00C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H7
P : Aff tampon hari ini
Kontrol Rabu, 26/12/2018

59
26/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : batuk (+), hidung tersumbat (-), meler (-), mimisan (-)
O : TD: 135/86 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37,00C
Cavum nasi dekstra: krusta (+), perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H13
P : Cuci hidung dengan NaCl 0,9%
Nasoendoskopi
N-acetylcysteine 2 x I tab
Kontrol 1 minggu lagi

60
DEKSTRA SINISTRA

61
3/1/2019 (Poliklinik THTKL)
S : hidung tersumbat (-), meler (-), mimisan (-), batuk (-)
O : TD: 110/67 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,60C
Cavum nasi dekstra: discharge (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H21 (13/12/2018)
P : Cuci hidung dengan NaCl 0,9%
Kontrol 2 minggu lagi (17/1/2019)

62
63
Anamnesis: Anamnesis
 Hidung tersumbat  Hidung tersumbat (+)
 Hiposmia/anosmia  Riwayat trauma (+)
 Nyeri pada hidung
 Riwayat trauma

(Sriprakash, 2017)
64
 Rinoskopi anterior:  Rinoskopi anterior: septum
septum deviasi deviasi ke kanan (+)
 Nasoendoskopi: septum  Nasoendoskopi: septum

deviasi deviasi ke kanan (+)


 CT scan: septum deviasi ke
 CT scan: septum deviasi
kanan (+)

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang  pasien didiagnosis dengan septum deviasi

(Sriprakash, 2017)
65
 Trauma langsung
 Teori “birth moulding” 
posisi intrauterin yang
abnormal Pasien memiliki riwayat
 Adanya ketidakseimbangan trauma pada hidung 
pertumbuhan di mana tulang trauma langsung
rawan septum nasi terus
tumbuh, meskipun batas
superior dan inferior telah
menetap

(Bailey, 2014; Nizar, 2016)


66
 Septum deviasi yang tidak menyebabkan gejala
(asimptomatik)  tidak perlu pembedahan
 Septum deviasi yang menimbulkan gejala obstruksi
 perlu dilakukan pembedahan

Pada pasien terdapat gejala obstruksi nasi (hidung


tersumbat)  pembedahan (septoplasti)

(Bailey, 2014; Budiman, 2014)


67
 Septum deviasi yang tidak menyebabkan gejala
(asimptomatik)  tidak perlu pembedahan
 Septum deviasi yang menimbulkan gejala obstruksi
 perlu dilakukan pembedahan
 Pembedahan:
- Reseksi submukosa
- Septoplasti

Pada pasien terdapat gejala obstruksi nasi (hidung


tersumbat)  pembedahan (septoplasti)

(Bailey, 2014; Budiman, 2014)


68
 Mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum
 Bagian tulang atau tulang rawan dari septum diangkat
 Mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan
kanan akan langsung bertemu di garis tengah
 Dapat menyebabkan komplikasi hidung pelana
(saddle nose)  akibat turunnya puncak hidung oleh
karena bagian atas tulang rawan septum terlalu
banyak diangkat

(Seyhan, 2014)
69
(Seyhan, 2014)
70
 Tulangrawan yang bengkok direposisi
 Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan
 Dapat meminimalkan komplikasi saddle nose

(Watson, 2017)
71
(Modul Utama Rinologi, 2015)
72
(Modul Utama Rinologi, 2015)
73
(Modul Utama Rinologi, 2015)
74
(Modul Utama Rinologi, 2015)
75
(Modul Utama Rinologi, 2015)
76
(Modul Utama Rinologi, 2015)
77
(Watson, 2017)
78
 Suatu studi di Amerika Serikat yang dilakukan
terhadap 69 pasien yang melakukan septoplasty 
6% menyatakan ketidakpuasan terhadap prosedur ini
 Sisanya mengalami perbaikan gejala obstruksi nasi
yang dialami  stabil selama 6 bulan pasca operasi
 Studi lain  89,5% dari 86 pasien yang melakukan
septoplasti juga menunjukkan perbaikan gejala
obstruksi nasi

(Alotaibi, 2017)
79
 Prognosis dikhawatirkan menjadi masalah pada pasien
ini  karena walaupun septoplasti merupakan salah
satu operasi yang sering dilakukan oleh dokter THT 
septoplasti memiliki beberapa risiko yang mungkin
timbul

(Alotaibi, 2017)
80
 Perdarahan
 Infeksi
 Sinekia
 Kebocoran cairan serebrospinal
 Perforasi septum nasi
 Hidung pelana (saddle nose)

(Alotaibi, 2017)
81
 Insidensi rata-rata dari masalah estetika yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah septoplasti 
dilaporkan sekitar 1-8%
 Manifestasi klinis awal  faktor prognostik yang
penting untuk menentukan kepuasan pasien setelah
menjalani septoplasti
 Perbaikan gejala yang signifikan dapat diperoleh pasien
setelah tiga bulan
 Pemulihan maksimum dari gejala obstruksi nasi dapat
dicapai setelah satu tahun pasca septoplasti

(Alotaibi, 2017)
82
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 41 tahun dengan
keluhan hidung sebelah kanan tersumbat sejak tiga bulan
yang lalu. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan
septum deviasi dan dilakukan tindakan septoplasti. Satu
hari setelah menjalani septoplasti, pasien diizinkan pulang
dan selanjutnya kontrol ke Poliklinik THTKL dengan
perbaikan gejala klinis.

83
MOHON ASUPAN

84
Septum deformities :
Spina septum  fusion of os vomer, septal cartilage and
perpendicular plate of ethmoid
Crest septum  fusion of perpendicular plate of ethmoid and
septal cartilage or vomer bone
Deviation (C or S)  result from enlargement of septal
cartilage(s)
Dislocation  frequently occurs between septum cartilage and
maxillary crest

(Bhargava, 2012)
(Alper, 2015)
86
(Alper, 2015)
 Deviation of t h e nasal s e p t u m , with partial or
compl et e unilateral/bilateral obst ru cti o n of
airflow
 Persistent or recurrent epistaxis
 Evidence of sinusitis s econdary t o s ept al
deviation a n d contact poi nt
 Headache secondary t o s ept al deviation a n d
cont act point
 Anatomic ob s truct ion t ha t m a k e s indicated s i nu s
p ro c e du re s difficult t o perform efficiently
 Obstructive s leep a p n e a / h y p o p n e a s y n d r o m e
 As a n a p pr o a ch t o t rans s ept al trans s p h en o i d al
a pp r oa c h t o pituitary foss a

(Bailey, 2014)
88
 Failure t o res ect a d e q u a t e cartilage or b o n e
a n d h e n c e p ers i s te n t nasal ob st ruction
 He mo rr ha g e
 Septal h e m a t o m a / a b c e s s
 Synechia
 Septal perforation
 Anosmia
 Saddle deformity
 Toxic syok s y n d r o m e
 Aspiration p n eu m o n i t i s  rare

(Bailey, 2014)
89
 Acute u p p e r respiratory tract infection
 Bleeding d i s o rd ers

 Diabetes (should b e controlled)

 Hypertension

 Tuberculosis (mu s t b e t re a t ed first)

(Bhargava, 2012)
90
(Bhargava, 2012)
91
Nasal congestion

Nasal congestion is caused by the dilation of large veins


in the nasal epithelium (venous sinuses)
Inresponse to the generation of vasodilator mediators
inflammation such as bradykinin.
congestion of the sinuses in the narrow nasal valve
region causes obstruction of the nasal airway.

92
MUKOSA RESPIRATORIK

Adapted from:
httpwww.fess.com.auimportance_of_nasal_healt
h.php

(Bhargava, 2012)
93
MUCOCILLIARY CLEARANCE
Mucociliary
clearance serves to
transport trapped
particles including
pathogens out of the
sinuses and nose.

Ecdes, 2015
94
NSAID

Menghambat biosintesis prostaglandin


( menghambat enzim siklooksigenase konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu)
Efektif untuk nyeri dengan intensitas ringan-
sedang

95
Diclofenac
Diclofenac is a non-steroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) taken to reduce inflammation and as an analgesic
reducing pain in certain conditions
The exact mechanism of action is not entirely known,
but it is thought that the primary mechanism responsible
for its anti-inflammatory, antipyretic, and analgesic action
is inhibition of prostaglandin synthesis by inhibition of
cyclooxygenase (COX). It also appears to exhibit
bacteriostatic activity by inhibiting bacterial DNA
synthesis

Katzung, 2016

96
Diclofenac may also be a unique member of the
NSAIDs. There is some evidence that diclofenac
inhibits the lipoxygenase pathways,thus reducing
formation of the leukotrienes
Inhibition of COX also decreases prostaglandins
in the epithelium of the stomach, making it more
sensitive to corrosion by gastric acid

Katzung, 2016

97
Innervation • Olfactory nerve dendrits exit into
mucous membrane and forms cillia
which is called as Olfactory hairs
• Olfactory center area cortex
cerebri:
Lateral olfactory
centertemporal lobes cortex
Medial olfactory centerfrontal
lobes cortex

(Drake et al., 2015)


98
(Drake et al., 2015)
99
Bailey, 2014
100
101
Bailey, 2014
Bailey, 2014
102
103
Shiryaeva, 2017

104
Klasifikasi/ pembagian deviasi
septum
Dibagi 3 kelompok :
1. Deviasi Ringan
bila sudut kurang atau sama 100
2. Deviasi Sedang
bial sudut > 10 0 dan kurang dari 20
0
3. Deviasi Berat
bila > 20 0 Yasan et al, 2015
Cara pengukuran derajat deviasi septum dengan
menggunakan kertas milimeter dan busur derajat

Garis septum dibuat dari krista galli ke


spina anterior. Garis deviasi dibuat dari
krista galli ke titik paling prominen dari
deviasi septum deviasi. Sudut antara garis
septi dan garis deviasi merupakan sudut
derajat septum deviasi
Yasan et al, 2015

Anda mungkin juga menyukai