Moderator :
dr. Melysa Fitriana, Sp.T.H.T.K.L
2
1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat berlandaskan kearifan lokal.
2. Mengembangkan sistem tata kelola Program Studi IK
THT-KL yang mandiri dan berkualitas (Good
Governance).
3. Membangun kemitraan dan kerjasama dengan rumah
sakit dan seluruh pihak yang berkepentingan dalam
rangka mendukung kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat.
3
Septum deviasi bentuk septum yang tidak lurus di
garis tengah
Dalam keadaan normal septum nasi berada lurus di
tengah
Pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak
sepenuhnya lurus sempurna di garis tengah
Hidung luar:
a.facialis c a b a n g a.carotis e k s t er na
a.oph thalmica c a b a n g a. carotis interna
C a ba ng a.carotis interna :
a.Ethmoidalis an terior e t p os terior (cabang a.
ophthalmica) : dinding medial & lateral
cavum n asi
( Ballenger, 20 03 )
(Arora, 2016)
24
Trauma langsung
Teori “birth moulding” posisi intrauterin yang
abnormal dapat menyebabkan tekanan pada hidung
dan rahang atas, sehingga dapat terjadi pergeseran
septum
Adanya ketidakseimbangan pertumbuhan di mana
tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun
batas superior dan inferior telah menetap
(Teixeira, 2016)
26
Tipe V terdapat tonjolan besar unilateral pada
dasar septum, sementara di sisi lain masih normal
Tipe VI tipe V ditambah sulkus unilateral dari
kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga yang
asimetri
Tipe VII kombinasi lebih dari satu tipe (tipe I -
tipe VI)
(Teixeira, 2016)
27
(Teixeira, 2016)
28
Area 1 area vestibulum nasi,
terletak antara tepi kaudal
septum nasi dan merupakan
pintu masuk udara inspirasi
Area II daerah limen nasi
yang merupakan daerah
tersempit kavitas nasi, terletak
antara kartilago septi nasi dan
tepi kaudal kartilago lateralis
superior
(Azis, 2014)
29
Area III area atik, terletak
antara septum nasi dengan tepi
bawah os nasale
Area IV daerah sekitar
pertemuan kartilago septi nasi,
os vomer dan lamina
perpendikularis os
ethmoidalis
Area V daerah posterior
septum nasi yang berdekatan
dengan koana atau os vomer
(Azis, 2014)
30
Obstruksi nasi selalu terjadi pada sisi yang deviasi,
tetapi sisi sebelahnya juga sering terjadi obstruksi
disebabkan oleh hipertropi konka
Perubahan mukosa udara inspirasi menjadi
terkonsentrasi pada daerah yang sempit, menyebabkan
efek kering sehingga terjadi pembentukan krusta
pengangkatan krusta dapat menyebabkan ulserasi
dan perdarahan
Hiposmia / anosmia disebabkan oleh obstruksi
Nyeri tekanan yang disebabkan oleh septum yang
deviasi terhadap saraf sensoris di sekitarnya
(Sriprakash, 2017)
31
Anamnesis gejala klinis
Pemeriksaan fisik rinoskopi anterior maupun
nasoendoskopi
Pemeriksaan penunjang Rontgen X-ray maupun
CT scan
(Bailey, 2014)
32
Septum deviasi yang tidak menyebabkan gejala
(asimptomatik) tidak perlu pembedahan
Septum deviasi yang menimbulkan gejala obstruksi
perlu dilakukan pembedahan
Pembedahan:
- Reseksi submukosa (submucous septum
resection, SMR)
- Septoplasti
Analgesik dan dekongestan terapi tambahan untuk
mengurangi gejala
35
Keluhan utama :
Hidung tersumbat
36
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat trauma pada hidung (+)
Riwayat alergi dan asthma disangkal
37
Resume Anamnesis
38
Status generalisata
Keadaan umum :
Baik, Compos Mentis, gizi cukup
Tanda vital:
T : 130/76 mmHg N : 73 x/menit
R : 20 x/menit t : 36ºC
Status lokalis
39
40
41
DEKSTRA SINISTRA
42
DEKSTRA SINISTRA
43
Dextra Sinistra
Pre Tampon 3 5
Post Tampon 3 5
44
MSCT-Scan
SPN
45
46
47
48
49
Diagnosis
Septum Deviasi
46
50
Septoplasti
51
Prognosis
52
Sebelum operasi (12/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+)
O : TD: 122/66 mmHg, N: 70 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,80C
Septum deviasi ke kanan
A : Septum Deviasi
P : Pro Septoplasti (13/12/2018)
53
H0 (13/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (+)
O : TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,70C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H0
P : Perawatan pasca operasi
Ganti kassa luar / 24 jam
54
Infus RL 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam
Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
Injeksi Asam Traneksamat 500 mg/8 jam
55
H1 (14/12/2018)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (+)
O : TD: 120/70 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,80C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H1
P : Perawatan pasca operasi
Ganti kassa luar / 24 jam
Injeksi stop
BLPL, kontrol Senin, 17/12/2018
56
Obat pulang
Cefixime 2 x 200 mg
Kalium Diclofenac 2 x 50 mg
Kombinasi Pseudoephedrine Sulfate 120 mg dan
57
17/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (-),
rasa menelan darah (-)
O : TD: 137/86 mmHg, N: 76 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,60C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H4
P : Ganti kassa luar
Evaluasi tampon H7
Cefixime 2 x 200 mg
Kontrol Kamis, 20/12/2018
58
20/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : hidung kanan tersumbat (+), nyeri post op (-)
O : TD: 135/91 mmHg, N: 83 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,00C
Terpasang tampon pada cavum nasi dekstra, rembes (-),
perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H7
P : Aff tampon hari ini
Kontrol Rabu, 26/12/2018
59
26/12/2018 (Poliklinik THTKL)
S : batuk (+), hidung tersumbat (-), meler (-), mimisan (-)
O : TD: 135/86 mmHg, N: 84 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37,00C
Cavum nasi dekstra: krusta (+), perdarahan (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H13
P : Cuci hidung dengan NaCl 0,9%
Nasoendoskopi
N-acetylcysteine 2 x I tab
Kontrol 1 minggu lagi
60
DEKSTRA SINISTRA
61
3/1/2019 (Poliklinik THTKL)
S : hidung tersumbat (-), meler (-), mimisan (-), batuk (-)
O : TD: 110/67 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 36,60C
Cavum nasi dekstra: discharge (-)
A : Septum Deviasi Post Septoplasti H21 (13/12/2018)
P : Cuci hidung dengan NaCl 0,9%
Kontrol 2 minggu lagi (17/1/2019)
62
63
Anamnesis: Anamnesis
Hidung tersumbat Hidung tersumbat (+)
Hiposmia/anosmia Riwayat trauma (+)
Nyeri pada hidung
Riwayat trauma
(Sriprakash, 2017)
64
Rinoskopi anterior: Rinoskopi anterior: septum
septum deviasi deviasi ke kanan (+)
Nasoendoskopi: septum Nasoendoskopi: septum
(Sriprakash, 2017)
65
Trauma langsung
Teori “birth moulding”
posisi intrauterin yang
abnormal Pasien memiliki riwayat
Adanya ketidakseimbangan trauma pada hidung
pertumbuhan di mana tulang trauma langsung
rawan septum nasi terus
tumbuh, meskipun batas
superior dan inferior telah
menetap
(Seyhan, 2014)
69
(Seyhan, 2014)
70
Tulangrawan yang bengkok direposisi
Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan
Dapat meminimalkan komplikasi saddle nose
(Watson, 2017)
71
(Modul Utama Rinologi, 2015)
72
(Modul Utama Rinologi, 2015)
73
(Modul Utama Rinologi, 2015)
74
(Modul Utama Rinologi, 2015)
75
(Modul Utama Rinologi, 2015)
76
(Modul Utama Rinologi, 2015)
77
(Watson, 2017)
78
Suatu studi di Amerika Serikat yang dilakukan
terhadap 69 pasien yang melakukan septoplasty
6% menyatakan ketidakpuasan terhadap prosedur ini
Sisanya mengalami perbaikan gejala obstruksi nasi
yang dialami stabil selama 6 bulan pasca operasi
Studi lain 89,5% dari 86 pasien yang melakukan
septoplasti juga menunjukkan perbaikan gejala
obstruksi nasi
(Alotaibi, 2017)
79
Prognosis dikhawatirkan menjadi masalah pada pasien
ini karena walaupun septoplasti merupakan salah
satu operasi yang sering dilakukan oleh dokter THT
septoplasti memiliki beberapa risiko yang mungkin
timbul
(Alotaibi, 2017)
80
Perdarahan
Infeksi
Sinekia
Kebocoran cairan serebrospinal
Perforasi septum nasi
Hidung pelana (saddle nose)
(Alotaibi, 2017)
81
Insidensi rata-rata dari masalah estetika yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah septoplasti
dilaporkan sekitar 1-8%
Manifestasi klinis awal faktor prognostik yang
penting untuk menentukan kepuasan pasien setelah
menjalani septoplasti
Perbaikan gejala yang signifikan dapat diperoleh pasien
setelah tiga bulan
Pemulihan maksimum dari gejala obstruksi nasi dapat
dicapai setelah satu tahun pasca septoplasti
(Alotaibi, 2017)
82
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 41 tahun dengan
keluhan hidung sebelah kanan tersumbat sejak tiga bulan
yang lalu. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan
septum deviasi dan dilakukan tindakan septoplasti. Satu
hari setelah menjalani septoplasti, pasien diizinkan pulang
dan selanjutnya kontrol ke Poliklinik THTKL dengan
perbaikan gejala klinis.
83
MOHON ASUPAN
84
Septum deformities :
Spina septum fusion of os vomer, septal cartilage and
perpendicular plate of ethmoid
Crest septum fusion of perpendicular plate of ethmoid and
septal cartilage or vomer bone
Deviation (C or S) result from enlargement of septal
cartilage(s)
Dislocation frequently occurs between septum cartilage and
maxillary crest
(Bhargava, 2012)
(Alper, 2015)
86
(Alper, 2015)
Deviation of t h e nasal s e p t u m , with partial or
compl et e unilateral/bilateral obst ru cti o n of
airflow
Persistent or recurrent epistaxis
Evidence of sinusitis s econdary t o s ept al
deviation a n d contact poi nt
Headache secondary t o s ept al deviation a n d
cont act point
Anatomic ob s truct ion t ha t m a k e s indicated s i nu s
p ro c e du re s difficult t o perform efficiently
Obstructive s leep a p n e a / h y p o p n e a s y n d r o m e
As a n a p pr o a ch t o t rans s ept al trans s p h en o i d al
a pp r oa c h t o pituitary foss a
(Bailey, 2014)
88
Failure t o res ect a d e q u a t e cartilage or b o n e
a n d h e n c e p ers i s te n t nasal ob st ruction
He mo rr ha g e
Septal h e m a t o m a / a b c e s s
Synechia
Septal perforation
Anosmia
Saddle deformity
Toxic syok s y n d r o m e
Aspiration p n eu m o n i t i s rare
(Bailey, 2014)
89
Acute u p p e r respiratory tract infection
Bleeding d i s o rd ers
Hypertension
(Bhargava, 2012)
90
(Bhargava, 2012)
91
Nasal congestion
92
MUKOSA RESPIRATORIK
Adapted from:
httpwww.fess.com.auimportance_of_nasal_healt
h.php
(Bhargava, 2012)
93
MUCOCILLIARY CLEARANCE
Mucociliary
clearance serves to
transport trapped
particles including
pathogens out of the
sinuses and nose.
Ecdes, 2015
94
NSAID
95
Diclofenac
Diclofenac is a non-steroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) taken to reduce inflammation and as an analgesic
reducing pain in certain conditions
The exact mechanism of action is not entirely known,
but it is thought that the primary mechanism responsible
for its anti-inflammatory, antipyretic, and analgesic action
is inhibition of prostaglandin synthesis by inhibition of
cyclooxygenase (COX). It also appears to exhibit
bacteriostatic activity by inhibiting bacterial DNA
synthesis
Katzung, 2016
96
Diclofenac may also be a unique member of the
NSAIDs. There is some evidence that diclofenac
inhibits the lipoxygenase pathways,thus reducing
formation of the leukotrienes
Inhibition of COX also decreases prostaglandins
in the epithelium of the stomach, making it more
sensitive to corrosion by gastric acid
Katzung, 2016
97
Innervation • Olfactory nerve dendrits exit into
mucous membrane and forms cillia
which is called as Olfactory hairs
• Olfactory center area cortex
cerebri:
Lateral olfactory
centertemporal lobes cortex
Medial olfactory centerfrontal
lobes cortex
104
Klasifikasi/ pembagian deviasi
septum
Dibagi 3 kelompok :
1. Deviasi Ringan
bila sudut kurang atau sama 100
2. Deviasi Sedang
bial sudut > 10 0 dan kurang dari 20
0
3. Deviasi Berat
bila > 20 0 Yasan et al, 2015
Cara pengukuran derajat deviasi septum dengan
menggunakan kertas milimeter dan busur derajat