Anda di halaman 1dari 14

PAKET PENYULUHAN

ATRESIA ANI
















PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
IRNA II RSUD Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN
ATRESIA ANI

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 17 Juli 2014





Oleh:
PKRS IRNA II




Mengetahui,



Ka IRNA II Ka SMF IKA



( ) ( )
NIP. NIP.
PAKET PERAWATAN ATRESIA ANIA

Pokok Bahasan : Atresia Ani
Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung
Tempat : Ruang 15 IRNA II
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Juli 2014
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Tim PKRS IRNA II RSUD dr. Saiful Anwar Malang


A. Latar Belakang
Atresia Ani adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk
Aedes. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan bahkan
makin merajalela dengan pemanasan global. Pusat Informasi Departemen
Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2009
mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes RI, 2009).
WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia
berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta
penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan
perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan
sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat
satu orang anak yang meninggal (Depkes RI, 2009). Karena banyaknya
korban penyakit DBD, maka penulis membuat suatu acara penyuluhan
tentang penyakit demam berdarah dengue dengan tujuan peserta dapat
mengetahui dan memahami tentang demam berdarah dengue.

B. Tujuan intruksional
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat mengetahui dan
memahami tentang Atresia Ani.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1) Menjelaskan pengertian Atresia Ani
2) Menjelaskan klasifikasi Atresia Ani
3) Menjelaskan penyebab Atresia Ani
4) Menjelaskan gejala Atresia Ani
5) Menjelaskan pemeriksaan Atresia Ani
6) Menjelaskan pengobatan Atresia Ani

C. Sub pokok bahasan
(terlampir)
1) Pengertian Atresia Ani
2) Klasifikasi Atresia Ani
3) Penyebab Atresia Ani
4) Gejala Atresia Ani
5) Pemeriksaan Atresia Ani
6) Pengobatan Atresia Ani

D. Sasaran
Sasaran penyuluhuan adalah pasien, keluarga pasien, dan pengunjung.

E. Metode
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah, tanya jawab dan
evaluasi posttest.

F. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet, laptop dan LCD

G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan 5 menit Membuka dengan
salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud
dan tujuan
penyuluhan
Kontrak waktu
Menggali
pengetahuan peserta
sebelum dilakukan
penyuluhan

Mendengarkan
Memperhatikan
Menjawab
pertanyaan
Ceramah -
Penyajian 15 menit Menjelaskan tentang:
1) Pengertian
Atresia Ani
2) Klasifikasi Atresia
Ani
3) Penyebab Atresia
Ani
4) Gejala Atresia Ani
5) Pemeriksaan
Atresia Ani
6) Pengobatan
Atresia Ani

Memberi kesempatan
untuk
bertanya/diskusi
tentang materi
penyuluhan
Mendengarkan
Memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
mengenai hal yang
kurang dimengerti
Ceramah
Tanya
jawab
Leaflet,
laptop,
LCD
Penutup 10 menit Menggali
pengetahuan peserta
setelah dilakukan
penyuluhan
Menyimpulkan hasil
kegiatan penyuluhan
Menutup dengan
salam
Menjawab
pertanyaan
Memberikan
tanggapan balik
Ceramah
Tanya
jawab
Leaflet

H. Evaluasi
a. Proses :
- Jumlah peserta penyuluhan
minimal 5 peserta
- Media yang digunakan
adalah leaflet, laptop, dan
LCD
- Waktu penyuluhan adalah 30
menit
- Persiapan penyuluhan
dilakukan beberapa hari
sebelum kegiatan
penyuluhan
- Pembicara diharapkan
menguasai materi dengan
baik
- Tidak ada peserta yang
meninggalkan ruangan saat
kegiatan penyuluhan
berlangsung
- Peserta aktif dan antusias
dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan

b. Hasil :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti dan
memahami tentang :
- Pengertian Atresia Ani
- Klasifikasi Atresia Ani
- Penyebab Atresia Ani
- Gejala Atresia Ani
- Pemeriksaan Atresia Ani
- Pengobatan Atresia Ani




Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Atresia Ani
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus
tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan
atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai
sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb)
(Faradilla, 2009).
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2001). Pada umumnya
gambaran atresia ani yang terjadi pada 1,5%-2% atresia ani adalah Atresia
rektum, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4:0 (M Kisra, 2005).

2. Klasifikasi Atresia Ani
1) Klasifikasi Atresia Ani secara umum :
a) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b) Membranosus Atresia adalah terdapat membrane pada anus.
c) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging di antara
rectum dengan anus.
d) Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
(Wong,Waley, 1985)
2) Klasifikasi berdasarkan bentuk anatomisnya:
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
a. perineal fistula rectourethral
fistula
Bulbar
Prostatic
b. Rectovesical fistula (bladder-
neck) Imperforate anus tanpa
fistula
c. Atresia rectal
d. Defek kompleks
a. Perineal fistula
b. Rectovestibular fistula
c. Persistent kloaka
d. Imperforate anus tanpa
fistula
e. Atresia rectal
f. Defek kompleks



Gambar 1. Klasifikasi Atresia Ani

3) Klasifikasi berdasarkan garis pubokoksigeus
Letak tinggi (supralevator) rectum berakhir di atas muskulus levator
ani (muskulus pubokoksigeus) dengan jarak antara ujung buntu rectum
dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai
dengan fistel ke saluran kencingatau saluran genital
Letak Intermediet akhiran rectum berada di muskulus levator ani tapi
tidak menembusnya.
Letak rendah akhiran rectum berakhir di bawah muskulus levator ani.
sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.

3. Penyebab Atresia Ani
Atresia ani dapat disebabkan karena:
1) Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
2) Gangguan organogenesis dalam kandungan.
3) Berkaitan dengan sindrom down.
Atresia ani memiliki penyebab yang multifaktorial. Salah satunya
adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko
malformasi meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan
atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi
umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya
hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's
syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-
macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata
lain etiologi atresia ani bersifat multigenik (Levitt M, 2007).

4. Gejala Atresia Ani
Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48
jam.
Gejala itu dapat berupa :
1) Perut kembung.
2) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48jam.
3) Mekonium tidak keluar dalam 24jam pertama setelah kelahiran.
4) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya.
5) Distensi bertahap dan adanya tanda tanda obstruksi usus (bila tidak
ada fistula).
6) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
7) Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membrane anal.
8) Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat
dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan (FK UII, 2009).
Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah dimana
rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses
bayi tidak dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia dimana ujung
dari rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak tinggi dimana
anus sama sekali tidak ada (Departement of Surgery University of Michigan,
2009).
Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih
abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% -
60%. Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang
lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan
tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan
kardiovaskuler (Grosfeld J, 2006).
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan
malformasi anorektal adalah
a. Kelainan kardiovaskuler.
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan atresia ani. Jenis kelainan yang
paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus
arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.
b. Kelainan gastrointestinal.
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi
duodenum (1%-2%).
c. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan
lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan
hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah
myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.
d. Kelainan traktus genitourinarius.
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada
atresia ani. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital
dengan atresia ani letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan atresia ani
letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri
ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae, Anorectal,
Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL (Vertebrae,
Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb
abnormality) ( Oldham K, 2005).

5. Pemeriksaan Atresia Ani
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.
Pada anamnesis dapat ditemukan :
- Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
- Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula
- Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan
kelainan adalah letak rendah
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada gangguan ini adalah
1) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
2) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
3) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
4) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan
jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek
tingkat tinggi.
5) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut.
Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru
lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia
reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara
berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan
kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,
sehingga pada foto daerah antarabenda radio-opak dengan dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.

6. Penatalaksanaan Atresia Ani
Penanganan awal pasien dengan atresia ani :
Penanganan Bayi dengan atresia ani harus dihentikan masukan makanan
unuk mencegah mual muntah dan dehidrasi lebih lanjut. Dekompresi
dilakukan dengan Pemasangan NGT Sebelum dilakukan tindakan operatif
diberikan antibiotik sebagai prefilaksi terhadap infeksi sebelum dilakukan
tindakan operatif.
Penanganan lanjut :
a. Tahap pertama ( masa neonatus).
Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati
3 hari setelah lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut.
Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses sementara dan
untuk mengoreksi deformitas rectal. Ada 2 tempat colostomy yang
dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversum
colostomy (colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi
(colostomy di colon sigmoid).
b. Tahap ke dua ( usia 6-12 bulan )
Dilakukan tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip
pengobatan operatif posterior sagital anorektoplasi (PSARP). Posisi
anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus
pada penyangga puborektal. Jadi ini tindakan PSARP tindakan
membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum
supaya dapat berfungsi sebagaimana layaknya.
c. Tahap ke tiga
Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah
PSARP. Tindakan pada tahap ini adalah untuk menutup colostomy
tahap pertama (operasi penutupan colostomy).
Pencegahan :
1) Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk
berhati- hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol
yang dapat menyebabkan atresi ani.
2) Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam
jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal
ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga
mendesak paru-parunya.
3) Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk
menghindari konstipasi.












Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Wiey,Blackwell.2009.NANDA International Nursing Diagnoses.United Kingdom
Bulecheck, Glori M.dkk.2009. Nursing Intervention Classification ( NIC ).Langford
Lane:United Kingdom
Faradilla,Nova dkk.2009.Anestesi pada Tindakan Posterosagital Anorektoplasti
pada Kasus Malforasi Anorektal.Medical Faculty of Riau : Riau
Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net. [diakses tanggal 12 Juli
2014].
FK UII. 2006. Atresia Ani. Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia.
[diakses 12 Juli 2014]






















Lampiran 3

Evaluasi Pre/Post Paket Penyuluhan Atresia Ani

Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar.
1. Apa pengertian Atresia Ani?
a. Demam akibat virus Dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti
b. Suatu kelainan anus tidak sempurna atau tanpa anus
2. Apa penyebab Atresia Ani?
a. Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur
b. Makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil
3. Klasifikasi Atresia Ani?
a. Letak tinggi, letak intermediet, letak rendah.
b. Atresia Ani sebagian dan keseluruhan
4. Sebutkan gejala Atresia Ani?
a. Dalam waktu 24-48 jam perut bayi kembung, muntah-muntah, tidak BAB
atau BAB melalui fistel
b. Demam tinggi yang naik turun, mual muntah, muncul bercak-bercak
merah.
5. Bagaimana pemeriksaan Atresia Ani?
a. Pemeriksaan secara fisik tidak ada anus, radiologis, USG
b. Hanya dengan melihat ada tidaknya anus
6. Bagaimana cara mengobati Atresia Ani?
a. Pada bayi baru lahir dilakukan operasi kolostomi, pada bayi usia 6-12
bulan dilakukan operasi posterior sagital anorektoplasi (PSARP), setelah
itu dilakukan penutupan kolostomi.
b. Dengan memberikan obat saja sudah cukup

Anda mungkin juga menyukai