Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ATRESIA ANI

Pokok Bahasan : Atresia Ani


Sasaran : Pasien Nifas di UPTD Puskesmas Watukumpul
Tempat : Ruang Nifas UPTD Puskesmas Watukumpul
Hari/Tanggal : Selasa, 16 April 2019
Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000 - 10.000 kelahiran,
sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan
dapat muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada
laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1.500 - 5.000 kelahiran hidup dengan
sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita atresia ani
juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus
imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan (Alpers, 2006).

B. Tujuan intruksional
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat mengetahui dan memahami
tentang Atresia Ani.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1) Menjelaskan pengertian Atresia Ani
2) Menjelaskan klasifikasi Atresia Ani
3) Menjelaskan penyebab Atresia Ani
4) Menjelaskan gejala Atresia Ani
5) Menjelaskan pemeriksaan Atresia Ani
6) Menjelaskan pengobatan Atresia Ani

1
C. Sub pokok bahasan
(terlampir)
1) Pengertian Atresia Ani
2) Klasifikasi Atresia Ani
3) Penyebab Atresia Ani
4) Gejala Atresia Ani
5) Pemeriksaan Atresia Ani
6) Pengobatan Atresia Ani

D. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah pasien, keluarga pasien, dan pengunjung.

E. Metode
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah, tanya jawab dan evaluasi
posttest.

F. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet

2
G. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan
Tahap Waktu Metode Media
Penyuluhan peserta
Pembukaan 5 menit • Membuka dengan • Mendengarkan Ceramah -
salam • Memperhatikan
• Memperkenalkan • Menjawab
diri pertanyaan
• Menjelaskan maksud
dan tujuan
penyuluhan
• Kontrak waktu
• Menggali
pengetahuan peserta
sebelum dilakukan
penyuluhan

Penyajian 15 menit • Menjelaskan • Mendengarkan Ceramah Leaflet


tentang: • Memberikan
Tanya
1) Pengertian tanggapan dan
Atresia Ani pertanyaan jawab
2) Klasifikasi mengenai hal
Atresia Ani yang kurang
3) Penyebab dimengerti
Atresia Ani
4) Gejala Atresia
Ani
5) Pemeriksaan
Atresia Ani
6) Pengobatan
Atresia Ani

• Memberi
kesempatan untuk
bertanya/diskusi
tentang materi
penyuluhan
Penutup 10 menit • Menggali • Menjawab Ceramah Leaflet
pengetahuan peserta
pertanyaan Tanya
setelah dilakukan
penyuluhan • Memberikan jawab
• Menyimpulkan hasil
tanggapan balik
kegiatan penyuluhan
• Menutup dengan
salam

3
H. Evaluasi
a. Proses :
- Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
- Media yang digunakan adalah leaflet
- Waktu penyuluhan adalah 30 menit
- Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
- Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
- Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
- Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

b. Hasil :
 Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti dan
memahami tentang :
- Pengertian Atresia Ani
- Klasifikasi Atresia Ani
- Penyebab Atresia Ani
- Gejala Atresia Ani
- Pemeriksaan Atresia Ani
- Pengobatan Atresia Ani

4
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Atresia Ani


Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak
sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia
rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma
VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla,
2009).
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum (Purwanto, 2001). Pada umumnya gambaran atresia ani yang
terjadi pada 1,5%-2% atresia ani adalah Atresia rektum, dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan 4:0 (M Kisra, 2005).

2. Klasifikasi Atresia Ani


1) Klasifikasi Atresia Ani secara umum :
a) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b) Membranosus Atresia adalah terdapat membrane pada anus.
c) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging di antara rectum
dengan anus.
d) Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
(Wong,Waley, 1985)
2) Klasifikasi berdasarkan bentuk anatomisnya:

LAKI-LAKI PEREMPUAN

a. perineal fistula rectourethral a. Perineal fistula


fistula b. Rectovestibular fistula
 Bulbar c. Persistent kloaka
 Prostatic d. Imperforate anus tanpa
fistula

5
b. Rectovesical fistula (bladder- e. Atresia rectal
neck) Imperforate anus tanpa f. Defek kompleks
fistula
c. Atresia rectal
d. Defek kompleks

Gambar 1. Klasifikasi Atresia Ani

3) Klasifikasi berdasarkan garis pubokoksigeus


 Letak tinggi (supralevator) rectum berakhir di atas muskulus levator
ani (muskulus pubokoksigeus) dengan jarak antara ujung buntu rectum
dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai
dengan fistel ke saluran kencingatau saluran genital
 Letak Intermediet akhiran rectum berada di muskulus levator ani tapi
tidak menembusnya.
 Letak rendah akhiran rectum berakhir di bawah muskulus levator ani.
sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.

6
3. Penyebab Atresia Ani
Atresia ani dapat disebabkan karena:
1) Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur.
2) Gangguan organogenesis dalam kandungan.
3) Berkaitan dengan sindrom down.
Atresia ani memiliki penyebab yang multifaktorial. Salah satunya
adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko
malformasi meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan
atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum
sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya
hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's
syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-
macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata
lain etiologi atresia ani bersifat multigenik (Levitt M, 2007).

4. Gejala Atresia Ani


Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48
jam.
Gejala itu dapat berupa :
1) Perut kembung.
2) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48jam.
3) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
4) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
5) Distensi bertahap dan adanya tanda tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
6) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
7) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membrane anal.
8) Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat
dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan (FK UII, 2009).
Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah dimana
rectum berada pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi

7
tidak dapat melaluinya, malformasi anorektal intermedia dimana ujung dari
rektum dekat ke uretra dan malformasi anorektal letak tinggi dimana anus
sama sekali tidak ada (Departement of Surgery University of Michigan,
2009).
Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih
abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% -
60%. Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang
lebih sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan
tetapi beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan
kardiovaskuler (Grosfeld J, 2006).
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan
malformasi anorektal adalah
a. Kelainan kardiovaskuler.
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan atresia ani. Jenis kelainan yang
paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus,
diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.
b. Kelainan gastrointestinal.
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi
duodenum (1%-2%).
c. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan
lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan
hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah
myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.
d. Kelainan traktus genitourinarius.
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada
atresia ani. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital
dengan atresia ani letak tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan atresia ani
letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri
ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae, Anorectal,
Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL (Vertebrae,

8
Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb
abnormality) ( Oldham K, 2005).
5. Pemeriksaan Atresia Ani
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.
Pada anamnesis dapat ditemukan :
- Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
- Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula
- Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan
kelainan adalah letak rendah

Pemeriksaan yang umum dilakukan pada gangguan ini adalah


1) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
2) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
3) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
4) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan
jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek
tingkat tinggi.
5) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
 Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut.
 Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir
dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus
impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-
tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
 Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan
kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,
sehingga pada foto daerah antarabenda radio-opak dengan dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.

6. Penatalaksanaan Atresia Ani


 Penanganan awal pasien dengan atresia ani :
Penanganan Bayi dengan atresia ani harus dihentikan masukan makanan
unuk mencegah mual muntah dan dehidrasi lebih lanjut. Dekompresi

9
dilakukan dengan Pemasangan NGT Sebelum dilakukan tindakan operatif
diberikan antibiotik sebagai prefilaksi terhadap infeksi sebelum dilakukan
tindakan operatif.
 Penanganan lanjut :
a. Tahap pertama ( masa neonatus).
Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh
melewati 3 hari setelah lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi
tersebut. Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses sementara
dan untuk mengoreksi deformitas rectal. Ada 2 tempat colostomy yang
dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversum colostomy
(colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi (colostomy di
colon sigmoid).
b. Tahap ke dua ( usia 6-12 bulan )
Dilakukan tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip
pengobatan operatif posterior sagital anorektoplasi (PSARP). Posisi
anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus
pada penyangga puborektal. Jadi ini tindakan PSARP tindakan
membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus dan rektum
supaya dapat berfungsi sebagaimana layaknya.
c. Tahap ke tiga
Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah
PSARP. Tindakan pada tahap ini adalah untuk menutup colostomy
tahap pertama (operasi penutupan colostomy).
 Pencegahan :
1) Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk
berhati- hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang
dapat menyebabkan atresia ani.
2) Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam
jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal
ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak
paru-parunya.

10
3) Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk
menghindari konstipasi.

11
Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net.

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatrik”.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Bulecheck, Glori M.dkk.2009. Nursing Intervention Classification (NIC).
Langford Lane:United Kingdom

Doengoes Merillynn. 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan, Nursing care plans,


Guidelines for planing and documenting patient care”. Alih bahasa : I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC

Faradilla,Nova dkk.2009.Anestesi pada Tindakan Posterosagital Anorektoplasti


pada Kasus Malforasi Anorektal.Medical Faculty of Riau : Riau
FK UII. 2006. Atresia Ani. Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia.

http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-anak/askep-
atresia-ani/

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-atresia-ani/

http://www.kapukonline.com/2010/03/askepatresiaani.html

Wiey,Blackwell.2009.NANDA International Nursing Diagnoses.United Kingdom

Wong, Donna L. 2003. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Sri


Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta :
EGC..

12
Lampiran 3

Evaluasi Pre/Post Paket Penyuluhan Atresia Ani

Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar.


1. Apa pengertian Atresia Ani?
a. Demam akibat virus Dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti
b. Suatu kelainan anus tidak sempurna atau tanpa anus
2. Apa penyebab Atresia Ani?
a. Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur
b. Makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil
3. Klasifikasi Atresia Ani?
a. Letak tinggi, letak intermediet, letak rendah.
b. Atresia Ani sebagian dan keseluruhan
4. Sebutkan gejala Atresia Ani?
a. Dalam waktu 24-48 jam perut bayi kembung, muntah-muntah, tidak BAB
atau BAB melalui fistel
b. Demam tinggi yang naik turun, mual muntah, muncul bercak-bercak
merah.
5. Bagaimana pemeriksaan Atresia Ani?
a. Pemeriksaan secara fisik tidak ada anus, radiologis, USG
b. Hanya dengan melihat ada tidaknya anus
6. Bagaimana cara mengobati Atresia Ani?
a. Pada bayi baru lahir dilakukan operasi kolostomi, pada bayi usia 6-12
bulan dilakukan operasi posterior sagital anorektoplasi (PSARP), setelah
itu dilakukan penutupan kolostomi.
b. Dengan memberikan obat saja sudah cukup

13

Anda mungkin juga menyukai