Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN
RANTAI
PASOK
Jaringan Rantai Pasok Dan
Pelaksanaan Operasi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis Manajemen P31174003 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.

04
Abstract Kompetensi
7 Tool’s dalam manajemen proyek Mahasiswa diminta untuk memahami
dapat digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan Jaringan Rantai Pasok
dimensi kapabilitas, kapasitas, waktu, dan Pelaksanaan Operasi.
dan biaya, sehingga dapat dijadikan
sebagai sebuah strategi dalam
menjaga koordinasi aktivitas yang
terkait dengan aliran material/produk
dalam rantai pasok.
Pembahasan
Indikator Pembelajaran
menjelaskan dan membuat:
1.jaringan rantai pasok secara sederhana dari pemasok – produksi- output- distribusi
– pasar- end user – feedback
2. Perencanaan Operasi :
Activity network (AOA/AON)dan Critical Path Method.

Kriteria & Bentuk


Ceramah dan diskusi,
pembelajaran kolaboratif,
studi kasus

Desain Rantai Pasok

Keputusan desain jaringan rantai pasokan meliputi penugasan peran fasilitas, lokasi
pemrosesan (manufacturing), penyimpanan, dan transportasi yang berhubungan
dengan fasilitas, dan alokasi kapasitas dan pasar pada masing-masing fasilitas.
Keputusan desain jaringan rantai pasokan dikelompokkan menjadi:

Peran fasilitas

Lokasi fasilitas

Alokasi kapasitas

Alokasi pasar dan penawaran

Keputusan desain jaringan memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja karena
keputusan ini menentukan susunan dari rantai pasokan dan seperangkat hambatan
yang menyertainya dalam pemicu rantai pasokan lainnya juga dapat digunakan untuk
mengurangi biaya rantai pasokan atau untuk meningkatkan daya merespon. Seluruh
keputusan desain jaringan ini berdampak pada masing-masing lainnya dan harus
menjadi pertimbangan.

Keputusan-keputusan mengenai peran fasilitas itu penting karena keputusan tersebut


menentukan kefleksibelan rantai pasokan dalam perubahannya untuk mempertemukan
penawaran.

Keputusan lokasi fasilitas memiliki dampak jangka panjang dalam kinerja rantai
pasokan karena sangatlah mahal dalam menghentikan fasilitas atau memindahkan ke
lokasi yang berbeda. Keputusan lokasi yang tepat dapat membantu rantai pasokan
untuk lebih merespon agar berbiaya rendah.

2016 Manajemen Proyek


2 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keputusan alokasi kapasitas juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja
rantai pasokan. Mengingat alokasi kapasitas dapat dirubah dengan lebih mudah
dibanding lokasi, keputusan kapasitas cenderung tetap pada beberapa tahun.
Mengalokasikan terlalu banyak fasilitas tidak menghasilkan banyak kegunaan, hal ini
memyebabkan berbiaya tinggi.

Alokasi sumber permintaan dan pasar pada fasilitas juga memiliki dampak yang
signifikan terhadap kinerja rantai pasokan karena berdampak pada total produksi,
persediaan, dan biaya transportasi yang terjadi pada rantai pasokan untuk kepuasan
permintaan pelanggan. Keputusan ini seharusnya dipertimbangkan sehingga alokasi
dapat dirubah seperti keadaan pasar atau perubahan kapasitas pabrik.

Faktor yang mempengaruhi keputusan desain jaringan

Berikut ini merupakan macam-macam faktor yang mempengaruhi keputusan desain


jaringan dalam rantai pasokan.

1. Faktor strategik

Sebuah strategi bersaing perusahaan memiliki dampak yang signifikan pada


keputusan jaringan desain dalam rantai pasokan. Perusahaan yang berfokus pada cost
leadership akan berusaha untuk menemukan atau menciptakan biaya yang paling
rendah untuk fasilitas-fasilitas manufakturingnya. Perusahaan yang berfokus pada
tingkat kecepatan merespon cenderung untuk menempatkan fasilitas yang tertutup
pada pasar dan mungkin memilih lokasi yang berbiaya tinggi jika pilihan tersebut
memenuhi perusahaan untuk memberi reaksi secara cepat pada perubahan pasar yang
diperlukan. Jaringan rantai pasokan global dapat mendukung tujuan strategik
perusahaan dengan peranan fasilitas yang berbeda di tempat yang berbeda pula.

2. Faktor tehnologi

Karakteristik yang terdapat pada tehnologi produksi memiliki dampak yang signifikan
terhadap keputusan jaringan desain. Jika tehnologi produksi menampilkan economies
of scale yang signifikan, sedikit lokasi yang berkapasitas tinggi akan lebih efektif.
Berbeda halnya dengan fasilitas yang berbiaya tetap yang lebih rendah, banyak
fasilitas-fasilitas local yang dipersiapkan karena ini akan membantu biaya transportasi
yang lebih rendah. Fleksibilitas dalam tehnologi produksi berdampak pad tingkat
konsolidasi yang dapat dicapai oleh jaringan.

3. Faktor makroekonomi

2016 Manajemen Proyek


3 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-faktor ini meliputi pajak, bea cukai, tingkat kurs, dan faktor ekonomi lainnya
yang tidak ada dalam diri perusahaan tersebut. Faktor ini memiliki dampak yang
signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan dari jaringan rantai pasokan.

4. Faktor politik

Stabilitas politik dalam suatu negara merupakan hal yang sangat dipertimbangkan
karena memiliki dampak yang signifikan terhadap peranan dalam pilihan lokasi.
Perusahaan lebih memilih untuk menempatkan fasilitas pada lokasi atau Negara yang
memiliki tingkat stabilitas yang memberikan kejelasan dalam hal aturan-aturan
perdagangan dan kepemilikan.

5. Faktor infrastruktur

Keberadaan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat yang penting dalam


mengalokasikan fasilitas pada area tertentu. Infrastruktur yang jelek akan semakin
menambah biaya bisnis.

6. Faktor kompetitif

Perusahaan harus mempertimbangkan strategi, ukuran, dan lokasi pesaing saat


merancang jaringan rantai pasokannya. Pembuatan keputusan penting perusahaan
adalah saat menetapkan fasilitas perusahaan tersebut agar tidak dapat diakses oleh
pesaing atau dengan kata lain jauh dari pesaing.

7. Waktu respon pelanggan dan kehadiran lokal

Perusahaan yang memiliki target pelanggan yang dapat merespon dalam waktu yang
cepat harus menempatkan fasilitas yang tertutup bagi pelanggan tersebut. Jika
perusahaan mengirimkan produknya kepada pelanggan, itu berarti bahwa transportasi
haruslah sedikit dibangun dan tetap meningkatkan waktu respon yang singkat. Pilihan
ini berakibat meningkatnya atau bertambahnya biaya transportasi. Lebih lanjut,
banyak situasi yang menghendaki fasilitas-fasilitas tersebut bagi para pelanggan.

8. Biaya logistik dan fasilitas

Biaya logistik dan fasilitas yang terjadi dalam rantai pasokan dapat mengalami
perubahan seperti jumlah fasilitas, lokasi dan alokasi kapasitas. Perusahaan harus
mempertimbangkan, persediaan, transportasi dan biaya fasilitas saat perusahaan

2016 Manajemen Proyek


4 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersebut merancang jaringan rantai pasokan. Semakin meningkatnya biaya persediaan
dan fasilitas, maka semakin besar pula jumlah fasilitas yang digunakan dalam rantai
pasokan. Semakin kecil biaya transportasi, maka jumlah fasilitas semakin besar. Jika
jumlah fasilitas bertambah pada suatu titik dimana dalam perjalanan economis of
scale hilang, maka biaya transportasi bertambah. Jumlah total logistik adalah seluruh
persediaan, transportasi dan biaya fasilitas.

Kerangka dalam keputusan desain jaringan

Keberhasilan dalam merancang jaringan rantai pasokan akan memaksimumkan


keuntungan perusahaan saat permintaan kebutuhan pelanggan terpuaskan dan
memiliki daya respon. Keputusan desain jaringan dibuat dalam empat tahap:

Menetapkan rancangan atau strategi rantai pasokan. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menetapkan rancangan rantai pasokan yang besar. Ini termasuk pula
menentukan tahap-tahap dalam rantai pasokan dan tiap-tiap fungsi rantai pasokan
yang akan digunakan.

Menetapkan susunan fasilitas regional. Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi
wilayah dimana akan diletakkan, aturan-aturan yang berlaku, dan kapasitasnya.

Memilih seperangkat tempat potensial yang diinginkan. Tujuan dari tahap tiga adalah
memilih seperangkat tempat potensial yang diinginkan dalam tiap-tiap wilayah
dimana fasilitas tersebut akan diletakkan. Tempat harus dipilih berdasarkan pada
analisis yang tersedia dalam infrastuktur untuk mendukung metodologi produksi yang
diinginkan.

Pemilihan lokasi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memilih lokasi yang tepat dan
lokasi kapasitas untuk masing-masing fasilitas. Perhatian dibatasi pada tempat
potensial yang diinginkan yang telah dipilih pada tahap tiga.

Model lokasi fasilitas dan alokasi kapasitas

Keberhasilan manajer dalam menetapkan fasilitas dan mengalokasikan kapasitas


seharusnya dioptimalkan pada sseluruh profitabilitas dari hasil jaringan rantai pasokan
saat meningkatkan daya merespon yang tepat pada pelanggan. Manajer harus
mempertimbangkan banyak trade-off selama perancangan jaringan. Manajer
menggunakan model desain jaringan dalam dua keadaan yang berbeda, yaitu:

Model yang digunakan untuk memutuskan lokasi dimana fasilitas akan didirikan dan
kapasitas yang ada pada tiap-tiap fasilitas. Manajer harus membuat keputusan
berdasarkan waktu yang akan datang dimana lokasi dan kapasitas tidak dapat dirubah.

2016 Manajemen Proyek


5 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Model yang digunakan untuk menentukan permintaan langsung atas ketersediaan
fasilitas dan mengidentifikasi jalan sepanjang produk akan dilewatkan. Manajer harus
mempertimbangkan keputusannya pada dasar seperti permintaan harga, perubahan
kurs dan perubahan bea cukai.

Tools Manajemen Proyek dalam Rantai Pasok

Dalam perangkat manajemen proyek, kita mengenal sebuah diagram yang disebut
network diagram (diagram jaringan kerja). Network diagram merupakan salah satu
dari tujuh alat perencanaan manajemen (7 management and planning tools) atau 7
New Quality Tools yang merupakan salah satu alat manajemen kualitas. Dengan
network diagram dapat dilakukan analisis terhadap jadwal waktu penyelesaian proyek,
masalah yang mungkin timbul jika terjadi kelambatan, probability selesainya proyek,
biaya yang diperlukan dalam rangka mempercepat penyelesaian proyek, dan
sebagainya.

Terdapat beberapa versi network diagram, namun yang luas pemakaiannya adalah :

• CPM (critical path method), merupakan teknik pertama network diagram yang
diperkenalkan pertama kali tahun 1957 oleh M.R. Walker dari DuPont Company dan
J.E. Kelley, Jr. dari Remington Rand Univac.

• PERT (program evaluation and review technique), yang diperkenalkan tahun 1958
oleh U.S. Navy Special Projects Office.

• PDM (precedence diagram method), yang dikembangkan oleh J. W. Fondahl dari


Stanford University pada awal dekade 1960-an.

PERBEDAAN

Perbedaan mendasar antara CPM dan PERT adalah terletak pada perkiraan waktu,
CPM menaksir waktu dengan cara pasti (deterministic), sedangkan PERT dengan cara
kemungkinan (probabilistic). Metode ketiga, PDM, memiliki jaringan kerja yang lebih
sederhana karena kegiatan atau tugas-tugas digambarkan pada node (simpul atau
sambungan jalur), bukan pada garis panah seperti pada CPM dan PERT

2016 Manajemen Proyek


6 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan demikian :

• Perbedaan utama metode jalur kritis dengan PERT adl bahwa CPM lbh menekankan
pada faktor biaya dlm perencanaan

• Apabila waktu pengerjaan dapat ditaksir/diperkirakan sebelumnya dengan cukup


tepat,maka CPM akan lebih baik drpd PERT

• Sebaliknya apabila ada ketidakpastian yg cukup besar dlm menaksir waktu, maka
PERT lebih digunakan drpd CPM
• Metode menggambarkan kegiatan pada node disebut metode diagram AON (activity
on node), sedangkan metode menggambarkan kegiatan pada garis panah disebut
metode diagram AOA (activity on arrow) atau arrow diagramming method (ADM).

DIAGRAM AOA DAN AON

Ada dua metode untuk menggambarkan activity network


diagram yaitu :
1. AOA (Activity on Arrow), yang mana kegiatan digambarkan pada garis panah
(arrow) dalam hal ini simpul (node) merupakan suatu peristiwa (event).
2. AON (Activity on Node), yang mana kegiatan digambarkan pada simpul (node)
dalam hal ini garis panah (arrow) merupakan hubungan logis antar peristiwa (event).

2016 Manajemen Proyek


7 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pembuatan diagram AOA sedikit lebih sulit dari diagram AON, begitupun bagi yang
belum berpengalaman akan lebih mudah memahami diagram AON ketimbang
diagram AOA, karena jaringan diagram AON memfokuskan pada kegiatan atau tugas-
tugas (tasks) sementara diagram AOA pada peristiwa (event). Untuk menggambarkan
hubungan antar kegiatan dalam diagram AOA didasarkan pada hubungan kegiatan
yang mendahului (predecessor) atau hubungan kegiatan yang mengikuti(successor)
atau keduanya sekaligus sebagai kontrol.

DUMMY PADA AOA

Dalam diagram AOA dibuat, mungkin akan menemukan masalah penting yang terkait
dengan fungsi garis panah.

• Garis panah dalam diagram AOA selain berfungsi untuk menunjukkan urutan juga
berfungsi sebagai simbol kegiatan dan durasinya.

• Dalam beberapa kasus jaringan, garis panah ini sering menimbulkan ketidakjelasan
urutan dan kerancuan penyebutan suatu kegiatan.

• Untuk menghindari masalah tersebut, para pengembang

diagram AOA membuat konsep kegiatan ‘dummy’ yang disimbolkan dengan garis
panah putus-putus (----->).

2016 Manajemen Proyek


8 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
GRAMMATICAL DUMMY

Dummy yang digunakan untuk menghindari kerancuan penyebutan suatu kegiatan


jika

ditemukan dua atau lebih kegiatan yang berasal dari peristiwa yang sama dan berakhir
pada peristiwa yang sama pula, contoh:

tiga kegiatan A, B, dan C pada Gambar 2.a, yang mana A dan B dimulai dan berakhir
pada waktu yang sama, dan C tidak dapat dimulai setelah A dan B selesai. Kondisi A
dan B dimulai dan berakhir pada waktu yang sama ini sulit dibedakan oleh algoritma
penjadwalan pada komputer karena yang dibaca oleh komputer adalah peristiwa/node.

Diagram AOA dan AON populer digunakan dalam paket software, seperti Microsoft
Project atau Primavera, menggunakan diagram AON karena kesederhanaannya.
Komputer mengidentifikasi setiap kegiatan pada diagram AOA sesuai dengan
sepasang angka yang tercantum dalam node di awal garis panah dan node di ujung
garis panah. Oleh karena itu perlu bantuan dummy, seperti ditunjukkan Gambar 2.b
dan Gambar 2.c, sehingga jelas dapat dibedakan penyebutan dari masing-masing
kegiatan. Untuk analisis manual tanpa komputer,

penggunaan grammatical dummy dapat diabaikan sehingga contoh seperti Gambar 2.a
bisa saja digunakan.

2016 Manajemen Proyek


9 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dua panduan yang perlu diingat agar tidak lupa menambahkan

grammatical dummy dalam diagram AOA :

1. Setiap kegiatan harus mempunyai identitas tersendiri yang dinyatakan oleh nomor
node awal dan nomor node akhir. Jika lebih dari satu kegiatan dengan nomor
pasangan node

yang sama, maka grammatical dummy harus ditambahkan.

2. Tidak boleh ada arus berbalik arah atau loop dalam diagram AOA. Pastikan node di
ujung garis panah selalu memiliki nomor node lebih besar dari node di awal garis
panah.

LOGICAL DUMMY

Dipergunakan untuk memperjelas hubungan antar kegiatan. Perhatikan penggambaran


diagram yang salah dalam kolom 3 pada Tabel 2, diagram tersebut dapat dibaca C
dan D dapat dimulai setelah A dan B selesai. Padahal maksud sesungguhnya adalah D
dapat dimulai setelah A dan B selesai, sedangkan C hanya membutuhkan A sebagai

2016 Manajemen Proyek


10 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
predecessor. Untuk menggambarkan logika ini, diperlukan dummy untuk memperjelas
maksud tersebut, seperti ditunjukkan pada kolom 4 pada Tabel 2.

Contoh lain diperlihatkan Gambar 3. Kegiatan Q dan R berakhir pada node yang sama
dan keduanya punya predecessor yang sama yaitu P, namun Q punya predecessor lain
yaitu O (yang bukan predecessor R), sementara R punya predecessor lain yaitu N
(yang bukan predecessor Q). Artinya Q dan R tidak berbagi semua set predecessor
yang sama. Jika digambarkan tanpa kegiatan dummy seperti pada Gambar 3.a, maka
diagram akan

terlihat tidak logis karena P memiliki identitas rangkap. Oleh karena itu, dua kegiatan
dummy perlu disisipkan agar menunjukkan urutan kegiatan dengan benar seperti
diperlihatkan

Gambar 3.b

2016 Manajemen Proyek


11 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PERBANDINGAN AOA DAN AON

1. Kegiatan dummy tidak diperlukan dalam diagram AON, dan siapapun akan bilang
diagram AON nampak lebih rapih dan mudah ketimbang diagram AOA.
2. Hal ini juga mungkin menjadi alasan mengapa semua paket software manajemen
proyek menggunakan diagram AON.
3. Diagram AOA jarang digunakan di luar bidang akademik karena tingkat kesulitan
AOA lebih tinggi di banding AON, seperti pada pembangunan jaringan AOA
memerlukan lebih banyak waktu dan usaha karena memerlukan wawasan dan
kreativitas agar kegiatan dummy secara tepat digunakan dalam jaringan.
4. Jika dibandingkan dengan diagram AON, diagram AOA lebih mudah dan cepat
digambarkan dalam bentuk sketsa tangan sehingga cocok dengan prinsip 7 New
Quality Tools yang menggunakan mekanisme brainstorming.
5. Diagram AOA sangat berguna selama sesi brainstorming atau perencanaan team di
awal suatu proyek karena dapat menghemat waktu berharga pada meeting
perencanaan awalyang biasa dihadiri oleh karyawan-karyawan yang sibuk.
6. Selain bermanfaat dalam sesi brainstorming, diagram AOA masih sangat umum
digunakan dalam manajemen proyek.
7. Dari perspektif akademik diagram AOA masih berguna, terutama untuk tujuan
optimasi, karena sebagian besar formula-formula linear programming untuk mencari
jalur kritis (critical path) didasarkan pada diagram AOA.

2016 Manajemen Proyek


12 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Kasus

Perusahaan Baterai ABC

Sejarah Singkat Perusahaan

Produk ini diproduksi oleh PT. Internasional Chemical Industry yang merupakan
perusahaan manufaktur berstandar mutu internasional. Pabrik ini awalnya diproduksi
di Medan sejak tahun 1959 lalu dikembangkan di Jakarta pada tahun 1968 dan
kemudian berkembang pula di Surabaya pada tahun 1982. Hal tersebut terjadi karena
permintaan pasar yang meningkat dan agar dapat memenuhi permintaan pelanggan
dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi distribusi produk.

Produk pertama yang dihasilkan adalah jenis Carbon Zink dengan teknologi paste
type dan bahan baku Natural Manganese Dioxide (NMD) sebagai bahan baku utama
yang sekarang berkembangnya teknologi membuat PT. Internastional Chemical
Industri beralih Electrolytic Manganese Dioxide sebagai bahan baku utama.
Perusahaan ini tidak hanya mampu melakukan proses produksi baterai namun juga
mampu mengembangkan teknologi dalam pembuatan sebagian besar mesin
pemroduksi batu baterai sendiri.

Sejak tahun 1980-an baterai ABC telah menguasai 70% pasar domestik. Perusahaan
ini memiliki kekuatan dalam bidang distribusi yang dipegang oleh PT. Artha Boga
Cemerlang dan memiliki 72 titik jaringan distribusi dalam negeri dan mengekspor ke
lebih dari 50 negara dengan 70 brands berbeda.

Business Philosophy

Sebagai produk massal yang digunakan oleh konsumen, baterai adalah perangkat yang
dapat mengubah energi kimia yang terkandung dalam bahan aktif langsung menjadi
energi listrik melalui reaksi elektrokimia. Agar berhasil diterima oleh konsumen,
baterai harus dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut.

Visi :

Menjadi produsen dry cell yang berstandar kualitas tingkat internasional dengan
mengelola atau manajemen secara efektif dan efisien.

2016 Manajemen Proyek


13 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses produksi yang ramah lingkungan untuk tetap maju dalam persaingan pasar
lokal dan global.

Misi :

Melaksanakan, mengembangkan, dan mempertahankan kualitas efisien dan efektif


dan Sistem Manajemen Lingkungan sesuai dengan ISO9001:2000 dan
ISO14001:2004.

Mengembangkan dan menerapkan proses perbaikan yang berkesinambungan dengan


menetapkan sasaran mutu yang terukur dan program lingkungan dimasing-masing
departemen.

Memenuhi persyaratan dan harapan pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan
dalam hal kualitas, pengiriman harga & layanan.

Mematuhi persyaratan hukum dan lainnya yang relevan.

Mencegah polusi.

Memanfaatkan sumber daya secara efisien dalam pekerjaan, listrik, air dan bahan
bakar.

Tujuan Perusahaan :

Menyediakan baterai berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

Lokasi Perusahaan :

Jl. Daan Mogot KM 11, Cengkareng, Jakarta 11710 Indonesia

Phone : (62-21) 6190708

Fax :

(62-21) 54393332, 6191227, 6192132 – Export Dept.

(62-21) 54394957 – Domestic Marketing Dept.

Email :

export@abc-battery.com (Export Dept.)

marketing@abc-battery.com (Domestic Marketing Dept.)

Produk Perusahaan Baterai ABC

2016 Manajemen Proyek


14 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penerapan Teknologi

Bahan Baku

2016 Manajemen Proyek


15 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan ini adalah :

1. Serbuk Arang
2. Serbuk Karbon
3. Lapisan kertas
4. Lapisan plastic
5. Minyak pelumas
6. Lapisan plat seng

Penutup ujung (+) positif dan penutup ujung (-) negatif yang terbuat dari lapisan
kertas dan plat seng

Proses Produksi

Proses pembuatan baterai ABC adalah sebagai berikut diuraikan secara singkat :

Pembuatan larutan elektrolit

1. Pembuatan E.S
2. Pembuatan Black Mix
3. Pembuatan Zink Can
4. Pembuatan Body Metal Jaket
5. Pembuatan Bottom Plate
6. Assembling

Gambaran Jaringan Rantai Pasok Perusahaan Baterai ABC

Dari gambar di atas, kita dapat mengetahui jaringan rantai pasok perusahaan Baterai
ABC. Dimulai dari supplier hingga berakhir pada pelanggan.

Perusahaan Baterai ABC memiliki beberapa supplier, seperti CV.Baratech Jaya yang
menyuplai karbon aktif, PT.Richguard International penyuplai bahan kimia, dan

2016 Manajemen Proyek


16 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
CV.Andalan Prima Sejahtera penyuplai peralatan-peralatan laboratorium. Perusahaan
tentu harus memiliki hubungan yang baik terhadap supplier. Dengan adanya para
supplier ini, perusahaan mendapat bahan baku, baik bahan baku produksi maupun
peralatan penunjang produksi.

Setelah penyuplaian adalah proses produksi. Di proses produksi sendiri terdiri dari
beberapa proses atau tahapan. Tahapan pertama dalam proses produksi dimulai dari
pembuatan larutan elektrolit kemudian dilanjutkan dengan pembuatan E.S.
Selanjutnya adalah tahapan pembuatan black mix, pembuatan zink can, pembuatan
body metal jacket, dan pembuatan bottom plate. Maka tahap selanjutnya adalah
assembling. Tahap assembling adalah tahapan perakitan untuk membentuk barang
jadi. Sehingga output atau keluaran dari proses produksi adalah barang jadi, yakni
baterai ABC.

Kemudian mulailah proses distribusi. Baterai ABC yang sudah siap pakai mulai
distribusikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu yang bertindak sebagai distributor.
Pendistribusian baterai ABC ini dilakukan oleh PT. Everbright Battery Factory dan
PT. Arga Boga Cemerlang. Kemudian perusahaan-perusahaan tersebut
mendistribusikan ke bagian yang lebih kecil yaitu retailer.

Retailer adalah berbagai aktivitas yang mengikutsertakan pemasaran barang maupun


jasa secara langsung kepada pelanggan. Sehingga retailer inilah yang menyampaikan
produk dari pendistribusi ke para pelanggan (end user).

Baterai ABC termasuk barang yang sudah ‘go internasional’ sehingga selain ada di
domestic market, baterai ABC juga masuk ke export market. Retailer untuk domestic
market yang ikut memasarkan baterai ABC adalah Hypermart, Electronic Store,
Music & Book Store, Toy store, Sport Store dan masih banyak lagi.

Jika baterai ABC telah sampai di bagian toko-toko kecil seperti itu maka baterai ABC
siap digunakan oleh end user, yaitu pelanggan.

2016 Manajemen Proyek


17 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Sun Sunil Chopra and Peter Meindl (2013), Supply Chain Management,fifth edition, pearson,
New Jersey
I Nyoman Pujawan dan Mahendrawathi ER (2017), Supply Chain Management, Edisi
Ketiga , Guna Widya, Surabaya
Heizer, J and Render, B, (2014), Manajemen operasi, edisi 12, Salemba Empat,
Jakarta2015
Saaty, Thomas L. (2005). Theory and Applications of the Analytic Network Process:
Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs and Risks. RWS Publications,
Pittsburgh, Pennsylvania
Algifari. (2016). Mengukur Kualitas Layanan dengan Indeks Kepuasan, Metode Importance-
Performance Analysis (IPA), dan Model Kano. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Operations and Supply Chain Management (2011) Front Cover. F. Robert Jacobs, Richard
B. Chase
Gentisya Tri Mardiani, M.Kom (2013) Presentasi manajemen Proyek
Gustav Bernuar2009, Tesis , Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek
Jaringan Akses
Modul Dosen Pengampu Peminatan Manajemen Operasional UMB dan studi internet
Zaroni Transportasi dalam Rantai Pasok dan Logistik
https://supplychainindonesia.com

2016 Manajemen Proyek


18 Ignatius Prasetya Aji Wibowo, SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai