Anda di halaman 1dari 23

PPM School of Management

080/RC-CCH/STM
22

TRIPUTRA ENERGI MEGATARA:


“Fighting the Conventional: Pursuing Growth in Biodiesel Industry”

PPM
RC-CCH COLLECTION

HANYA UNTUK KEPERLUAN DISKUSI

Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., Diana
Permata Sari, S.TP., M.M., dan direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M. dari
Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, sebagai bahan diskusi di dalam kelas, dan tidak
dirancang untuk menggambarkan penanganan dari situasi manajerial yang efektif atau tidak
efektif.

Dilarang menggandakan dan menyebarluaskan tanpa izin tertulis dari Sekolah Tinggi
Manajemen PPM. Untuk pemesanan dan izin penggandaan harap menghubungi Research
Center and Case Clearing House (RC-CCH) Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jl. Menteng
Raya 9 Jakarta 10340, Indonesia. Telp: +62 21 230 0313 Fax: +62
21 230 2151

Hak cipta ©2022 Sekolah Tinggi Manajemen PPM


TRIPUTRA ENERGI MEGATARA:
“Fighting the Conventional: Pursuing Growth in Biodiesel Industry”

Cahaya matahari bulan Juni yang ramah menerobos melalui dinding kaca ke dalam
kantor PT Triputra Energi Megatara (TEM). Jam telah menunjukkan pukul 10.00 pagi, saat
aktivitas kantor sedang sibuk-sibuknya menyambut aktivitas awal pekan yang bakal penuh
kegiatan. Ruangan-ruangan terasa dipenuhi kegairahan. Karyawan berlalu-lalang di selasar
kantor saling menyapa, hangat seperti sinar mentari pagi ini. Bapak Oktav Hermawan,
General Manager Commercial, sedang larut dalam berbagai dokumen dan grafik-grafik di
layar komputernya. Seluruh informasi tersebut menunggu dianalisa, untuk mendapatkan
gambaran utuh mengenai kondisi internal perusahaan, serta hal-hal penting berkaitan dengan
lingkungan bisnis. Sambil menyeruput secangkir kopi hangat, benak tajam Pak Oktav dipaksa
berpikir keras mencari strategi bisnis yang paling jitu sebagai pengungkit stratejik bagi
perkembangan TEM di masa depan.
Tiga hari lagi, akan diadakan meeting gabungan yang salah satu agendanya membahas
ide pengembangan bisnis untuk mencari peluang di industri biodiesel yang penuh tantangan
ini. Masih segar dalam bayangan Pak Oktav, arahan yang diberikan oleh Pak Jonathan Dinata,
salah satu Direktur TEM. “Jerih payah yang telah kita curahkan selama ini telah mampu
membangun keunggulan kompetitif perusahaan di industri biodiesel nasional. Hal ini
tercermin dalam kinerja keuangan kita. Namun tantangan di depan semakin berat. Kita harus
terus bergerak, berinovasi dari hal terkecil hingga ke level bisnis. Agar mampu
mempertahankan keunggulan tersebut”, demikian kata beliau berapi-api. Pak Jonathan juga
menambahkan, “Pertumbuhan yang menggembirakan bukan jaminan kita akan terus maju.
Skema pembelian pelanggan besar (strategic account) yang volatile menjadi isu penting.
Kita juga harus mempertimbangkan alternatif lain untuk mengembangkan bisnis di luar apa
yang biasa dilakukan. Berpikir out of the box, menemukan celah-celah pengembangan yang
tidak biasa namun potensial.”
Rasa penasaran dan tertantang campur aduk ketika Pak Oktav membaca berbagai fakta
dan angka terkait industri biodiesel nasional. Betapa tidak, pada kuartal III 2021, konsumsi
Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia naik 3,19% menjadi 48,59

1 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
kiloliter dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan geliat
ekonomi dan potensi besar bagi produk biodiesel yang menjadi fokus utama TEM.
Untuk itu secara ringkas Pak Oktav mulai fokus pada beberapa pertanyaan penting.
Pertama, bagaimana caranya kita dapat mengamankan volume penjualan terutama di segmen
strategic account? Secara jangka panjang pertanyaan ini berimplikasi pada beberapa hal
yaitu: bagaimana melakukan penetrasi pada pasar saat ini? Bagaimana caranya
mengembangkan pasar yang ada? Kemudian pertanyaan kedua yang perlu dijawab oleh
adalah bagaimana membangun diferensiasi TEM untuk dapat bersaing di industri yang
cenderung dianggap komoditas? Produk dan layanan seperti apa yang harus dikembangkan
agar dapat match dengan karakter pelanggan saat ini?
Tepat saat berbagai pertanyaan tersebut berkecamuk, pintu ruangan diketuk, dan
masuklah tiga orang yang membuat separuh pikiran Pak Oktav terangkat. Ia sadar bahwa
ketiga kolega ini dapat membantunya mengurai masalah pelik yang sedari kemarin
menggayuti pikirannya. Pak Fauzan, Management Development Manager, dengan
pembawaan tenang namun dapat diandalkan, Ibu Jihan, Marketing Specialist yang biasa
penuh energi, serta Pak Armand Jauhari, HRGA Manager datang bergegas, menarik kursi
dan ketiganya duduk mengitari meja meeting bundar.

Tentang PT Triputra Energi Megatara (TEM)


TEM adalah perusahaan perdagangan di Indonesia yang beroperasi di bawah naungan
Triputra Group, yang menyediakan solusi energi dengan kualitas terbaik dan harga yang
kompetitif bagi pelanggan di industri. Sebagai perusahaan yang terus berkembang, TEM
berencana untuk memperluas cakupan layanan sehingga dapat memasuki semua bidang usaha
di seluruh pelosok Indonesia.
Sejak tahun 2018, TEM telah dipercaya oleh ExxonMobil untuk mendistribusikan
bahan bakar biodiesel untuk kendaraan ke Kalimantan dan wilayah timur Indonesia.
ExxonMobil adalah salah satu pemain utama yang menjadi pemasok bahan bakar ke
Indonesia dengan pengalaman operasi selama 150 tahun. ExxonMobil mengelola impor bahan
bakar dari kilang di Singapura. TEM menjadi distributor dari ExxonMobil, dengan
mengembangkan merek ‘Mobil’ ke pelanggan akhir. TEM menyediakan

2 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
layanan pemasaran dan value added services serta mengelola secondary terminal
dan rantai pasok pengiriman bahan bakar.
Secara umum, peran utama TEM adalah pada pengelolaan pemasaran yang meliputi
membangun permintaan pasar, menjual, mengelola penyimpanan serta pengiriman bahan
bakar ke pelanggan. Dalam menjalankan seluruh proses bisnisnya, TEM mengutamakan
empat prinsip utama yang menjadi titik pusat yaitu:
a. Ketersediaan pasokan (supply security)
b. Kualitas bahan bakar biodiesel (quality of biodiesel)
c. Metoda pencampuran yang homogen (blending method)
d. Service Excellent dan TEAM integrity
Alur suplai dimulai dari Singapore Refinery yang merupakan sentra pemrosesan
petrochemical terbesar berkelas dunia, yang merupakan bagian dari jejaring terintegrasi
infrastruktur ExxonMobil. Dari sentra tersebut bahan bakar dibawa ke Balikpapan, untuk
kemudian disalurkan ke pelanggan TEM yang berada di Kalimantan dan Indonesia Timur.
TEM juga mengelola 4 (empat) secondary terminal yang berada di daerah Palaran
Samarinda (3.000 kl), Kariangau Balikpapan (100.000 kl), Beringin Banjarmasin (12.000 kl),
dan Vopak Jakarta (60.000 kl).
Secara umum, proposisi nilai (value proposition) utama yang ditawarkan perusahaan
adalah ketersediaan suplai yang dapat diandalkan, kualitas bahan bakar serta model
pengiriman yang fleksibel. Supply security dapat dijamin dan diamankan oleh perusahaan
karena memiliki jejaring terintegrasi antara proses upstream dan downstream. Value lain
yaitu kualitas bahan bakar tidak diragukan lagi, telah dikenal bahwa bahan bakar produksi
Exxonmobil memiliki keunggulan kualitas dalam hal kadar sulfur, nilai cetane, dan
penampilan. Berikutnya salah satu yang juga diandalkan oleh TEM adalah fleksibilitas dalam
moda pengantaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pelanggan karena
memiliki fasilitas rekanan truk dan vessel yang memadai. Sebagai tambahan lainnya, TEM
juga memiliki fleksibilitas tinggi dalam menentukan skema harga. Harga setelah melalui
acuan MOPS disesuaikan dengan kompleksitas pengiriman, treatment, serta permintaan
spesifik pelanggan. Solusi atas permasalahan pelanggan selalu menjadi fokus kegiatan
penjualan dan negosiasi yang dilakukan. Kemudian perusahaan juga memiliki kemampuan
untuk melaksanakan kontrak dalam bentuk fasilitas pendukung lanjutan

3 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
seperti Vendor Managed Inventory (VMI), Fuel Management System (FMS), filtrasi
dan lainnya yang dapat memudahkan penggunaan dan penelusuran kegunaan fuel.
Untuk dapat memberikan value proposition di atas, perusahaan melakukan aktivitas
utama mengelola supply chain dan logistik bahan bakar minyak biodiesel dengan
bekerjasama dengan partner utamanya yaitu ExxonMobil sebagai prinsipal, terminal owner
untuk penyimpanan dan pengiriman, perusahaan logistik pihak ketiga untuk membantu
pengiriman, surveyor dan pihak-pihak lainnya.

Industri Biodiesel di Indonesia


Biodiesel merupakan energi alternatif pengganti BBM untuk jenis biodiesel. Biodiesel
dengan tingkat konsentrasi 100% minyak nabati disebut juga dengan B100, sedangkan
biodiesel dengan campuran minyak solar dengan tingkat konsentrasi tertentu disebut juga
dengan B20 (20% biodiesel), B30, atau B50. Penggunaan biodiesel di Indonesia telah
menjadi Program Mandatori yang diperhatikan oleh Kementerian ESDM. Implementasi
program ini dimulai sejak tahun 2008 yang memulai penggunaan kadar campuran biodiesel
sebesar 2,5%. Secara bertahap, kadar campuran ini terus meningkat hingga mencapai kadar
biodiesel 20% (B20).
Program B20 adalah program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 20%
biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis solar. Program Mandatori B20 ini diatur
berdasarkan landasan regulasi Permen ESDM No.12 tahun 2015 dan juga Permen ESDM
No.32 tahun 2008. Tujuan dari implementasi Program Mandatori ini merupakan komitmen
pemerintah untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari Business as
Usual (BAU) di tahun 2030 yang juga meliputi beberapa tujuan perhatian seperti
meningkatkan ketahanan energi, stabilisasi harga Crude Palm Oil (CPO), meningkatkan nilai
tambah industri kelapa sawit, mengurangi konsumsi BBM, dan memperbaiki defisit neraca
perdagangan.

4 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Gambar 1. Realisasi Implementasi Program B20 Tahun 2009-2019
Sumber: ebtke.esdm.go.id

Realisasi dari program B20 terlihat positif yang diilustrasikan dengan peningkatan
konsumsi biodiesel dalam 10 tahun terakhir di tahun 2019. Melihat keberhasilan
implementasi program B20 ini, pemerintah mendorong untuk menerapkan B30 yang
diharapkan semakin mengurangi laju impor BBM. Manfaat ekonomi dari implementasi
program B30 di tahun 2020 terlihat lebih unggul daripada program B20 di tahun 2019.
Program B30 mengalami pertumbuhan peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel
sebesar 4,1 triliun, penghematan devisa sebesar 18,8 triliun, dan pengurangan emisi GRK
sebesar 4,26 juta ton CO2.
Industri biodiesel sangat dipengaruhi oleh kuota impor yang ditetapkan oleh
pemerintah. Kuota impor (import quota) merupakan kebijakan impor yang membatasi
kuantitas impor produk selama jangka waktu tertentu. Kebijakan ini diberlakukan untuk
melindungi industri dalam negeri yang rentan terhadap produk impor. Misalnya saja,
produsen asing menjual harga produk di bawah harga pasar domestik sehingga produsen
dalam negeri kalah bersaing. Selain itu, diberlakukannya kuota impor dapat membantu
mengurangi tekanan neraca pembayaran dan menghemat cadangan devisa negara. Komoditas
migas seperti minyak bumi dan gas merupakan salah satu komoditas impor yang memiliki
kuota impor.
Kementerian ESDM meningkatkan alokasi biodiesel di tahun 2022 sebesar 10,1 juta
dari 9,4 juta kiloliter. Peningkatan alokasi ini disebabkan oleh tren kebutuhan masyarakat
terhadap permintaan BBM sejak September 2021. Keberhasilan Program Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat aktivitas masyarakat berangsur

5 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
pulih menuju situasi normal. Akan tetapi, adanya konflik Rusia dan Ukraina yang merusak
pasokan ke Uni Eropa mengakibatkan kenaikan harga minyak di Indonesia menjadi
US$114,55 per barel di bulan Maret 2022. Volatilitas harga di industri biodiesel memang
salah satunya sangat dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dunia. Kondisi ketegangan antar
negara, atau lebih parah lagi menjadi perang, akan mengganggu produksi dan rantai pasok.
Hal ini dapat mendorong harga bahan bakar dunia bergejolak dan berimbas pada harga bahan
bakar di dalam negeri.
Salah satu industri pelanggan biodiesel terbesar adalah sektor pertambangan, khususnya
batu bara. Pada tahun 2020, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar di dunia setelah
Cina dan India. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, batu bara
merupakan salah satu potensi tambang terbesar di Indonesia. Cadangan batu bara Indonesia
mencapai 26,2 miliar ton dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, negara ini
juga masih memiliki sumber daya batu bara sebesar 143,7 miliar ton.
Kalimantan tercatat sebagai wilayah yang menyimpan cadangan batu bara terbesar,
yaitu sebanyak 62,1% dari total potensi cadangan sumber daya batu bara Indonesia, atau
sekitar 14,9 miliar ton. Cadangan batu bara terbanyak kemudian disusul oleh Pulau Sumatera,
yang memiliki 11,2 miliar ton sumber daya batu bara.

Tabel 1. Jumlah Sumber Daya Batu Bara di Indonesia


Wilayah Juta Ton
Sumatera Selatan 50,226
Kalimantan Timur 48,180
Kalimantan Barat 22,759
Kalimantan Selatan 16,477
Kalimantan Tengah 3,426
Jambi 2,224
Riau 1,800
Sumatera Barat 795
Kalimantan Utara 491
DI Aceh 450
Sulawesi Selatan 231
Bengkulu 192
Papua Barat 126
Lampung 107
Sumatera Utara 27

6 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Wilayah Juta Ton
Banten 18
Papua Barat 9
Maluku Utara 8
Sulawesi Tenggara 2
Jawa Tengah 1
Jawa Timur 0,1
Sumber: Kementerian ESDM, 30 Januari 2020

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, produksi batu bara
Indonesia mencapai 606,22 juta ton pada 2021. Jumlah itu meningkat 7,2% dibandingkan
pada 2020 yang sebesar 565,69 juta ton. Namun angka ini ternyata masih belum mencapai
target yang direncanakan. Target produksi batu bara direncanakan sebesar 625 juta ton pada
2021, produksi batu bara baru terealisasi sebesar 96,99%. Sejak 2014, produksi batu bara
menunjukkan tren yang meningkat. Namun, produksinya sempat menurun pada 2016 dan
2020. Pada 2016, produksi batu bara turun 1,1%, sementara pada 2020, produksinya turun
8,2%. Kementerian ESDM memperkirakan produksi batu bara Indonesia pada 2022 naik di
kisaran 637 juta ton hingga 664 juta ton. Kenaikan itu disebut sebagai upaya pemerintah

meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor batu bara.
Bagi perusahaan batu bara, harga komoditas yang semakin kompetitif digunakan
sebagai investasi dan investasi ke ekosistem kendaraan listrik. Hal ini juga berlaku pada
komoditas nikel yang memiliki potensi menjanjikan di dalam industri. Kementerian ESDM
memiliki target produk olahan nikel hingga tembus di angka 2,58 juta ton pada tahun 2022.
Target dari Kementerian ESDM selaras dengan permintaan Presiden Jokowi yang
memberikan perhatian besar pada olahan nikel di Indonesia. Pelarangan ekspor bijih nikel
mentah dilakukan untuk mengundang investor asing melakukan investasi langsung di
Indonesia dan mendorong adanya pengolahan bijih nikel menjadi produk olahan yang lebih
bernilai. Salah satu fondasi diberlakukannya kebijakan ini adalah karena besarnya potensi
negara Indonesia yang menguasai 52% cadangan nikel di dunia. Sebagai contohnya saja,
cadangan nikel di Sulawesi, Maluku, dan Papua dapat mencapai 2,6 miliar, 1,4 miliar, dan
0,06 miliar ton bijih nikel secara berurutan.

7 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Saat ini rujukan yang digunakan pemerintah Indonesia untuk menentukan harga bahan
bakar minyak adalah Mean of Platts Singapore (MOPS). Hal ini dinilai sudah tepat karena
saat ini memang belum ada harga pasar dalam negeri sehingga diperlukan acuan harga pasar
terdekat (border price). Namun demikian, penggunaan acuan ini menimbulkan masalah
tersendiri karena acuan tersebut tidak berbanding lurus dengan pricelist yang diterbitkan
pertamina dan diperbaharui dua mingguan. Pertamina sebagai pengelola volume tertinggi di
pasar memiliki efek besar, karena secara de facto mempengaruhi harga di industri. Dengan
demikian PT TEM perlu memperhatikan baik perubahan harga MOPS dan Pertamina. Oleh
karena itu, kemampuan penentuan harga yang pas dan dapat agile perlu dibangun di
perusahaan.

Persaingan di Industri Bahan Bakar Biodiesel Indonesia


Persaingan di dalam industri biodiesel sangat ketat, sehingga kesuksesan pemain dalam
industri ini ditentukan secara multi faktor dan dipertimbangkan pelanggan secara simultan.
Pelanggan akan mengevaluasi beberapa hal penting yaitu: paket harga yang kompetitif,
kualitas produk biodiesel, keamanan stok dan layanan. Di dalam dinamika
persaingannya, pelaku usaha akan membeli minyak ketika harga bahan bakar minyak dunia
sedang murah, kemudian akan menjual ketika harganya sedang tinggi. Akan tetapi, ketika
harga biodiesel sedang tinggi, maka pelaku usaha perlu mempertimbangkan jumlah bahan
bakar yang mereka perlu beli agar tidak mengalami kerugian apabila harga biodiesel dunia
mengalami penurunan.
Setelah harga, hal kedua yang akan diperhatikan oleh pelanggan adalah kualitas dari
produk biodiesel. Kualitas produk dapat dinilai dari dua faktor, yaitu dari kadar sulfur dan
cetane. Ketiga, pelanggan akan membandingkan pengiriman produk dengan biaya pengiriman
yang murah dan waktu yang efisien. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
mode transportasi, kapasitas transportasi, atau cuaca pengiriman. Semakin jauh lokasi
pengiriman, maka akan semakin mahal biaya pengirimannya. Oleh karena itu, pelaku usaha
biasanya kesulitan untuk melayani pelanggan yang jauh dari lokasi pengolahan dan tempat
penyimpanan biodiesel.

8 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Selain kualitas dan pelayanan faktor keempat yang diperhatikan oleh pelanggan adalah
keamanan stok biodiesel dari pelaku usaha. Khususnya untuk pelanggan dengan kebutuhan
biodiesel yang besar, mereka tidak ingin membeli dari pelaku usaha yang beresiko untuk
kehabisan stok biodiesel. Kelima, pelayanan dari pelaku usaha menjadi pertimbangan
pelanggan untuk membeli produk. Pelayanan tambahan (value added service) di dalam
industri ini dapat berbentuk beberapa hal. Sebagai contoh adalah end-to-end service yang
memastikan pengiriman produk dari tempat penyimpanan biodiesel hingga ke lokasi
pelanggan, dan VMI yang memastikan biodiesel di lokasi pelanggan dapat terjaga secara
konsisten.

Keunggulan dan Keunikan Produk TEM


Kualitas biodiesel yang didistribusikan TEM ditentukan oleh 3 (tiga) aspek penting,
yaitu: Kualitas dari bahan bakar biodiesel (quality of diesel oil), metode pencampuran
(blending method), spesifikasi dan penanganan di penyimpanan (storage specification &
handling). Untuk menjaga kualitas ini, ExxonMobil dan TEM membangun infrastruktur
penyimpanan (fuel storage) sehingga pelanggan merasa terjamin kesinambungan
pasokannya dan keamanannya. Dalam beroperasi, aspek Health, Safety, Environment
(HSE) merupakan aspek penting untuk TEM. Untuk menjaga performanya, TEM menerapkan
3 (tiga) HSE Golden Rules yang diadopsi dari induk usahanya dikenal dengan “YOU & I”,
yaitu:
● Comply; mematuhi hukum, standar dan prosedur yang berlaku.
● Intervene; menjadi penengah dalam situasi yang tidak aman atau
ketidakpatuhan.
● Respect; menghormati lingkungan sekitar.
Selain itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas operasional
perusahaan, TEM membangun sistem manajemen yang berbasiskan ISO 9001: 2015, ISO
45001:2018, dan ISO 14001:2015. Kualitas produk yang didistribusikan oleh TEM memiliki
kualitas diatas standar yang ditetapkan oleh pemerintah serta mendatangkan banyak manfaat
untuk penggunanya. Hal ini dapat dari aspek kandungan Sulfur dan Cetane Number, yang
dapat dilihat pada tabel berikut:

9 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Tabel 2. Kandungan Sulfur dan Cetane Number pada Produk TEM
Standar Standar
Aspek Manfaat
EM Pemerintah
Kandungan < 500 ppm 2500 ppm Biodiesel dengan kandungan sulfur yang
Sulfur rendah, mengurangi:
● keausan pada mesin biodiesel sebagai akibat
dari sifat korosif
● kerusakan lingkungan dan kesehatan karena
emisi sulfur
Cetane 50-56 48 Cetane number yang tinggi akan:
Number ● membantu cold starting yang baik dan
mengurangi asap
● mengurangi suara pembakaran
● mengurangi emisi knalpot
Sumber: Data Internal TEM

Dengan kualitas produk seperti ini, akan mendatangkan manfaat untuk pelanggan yaitu
peralatan yang lebih awet dan lebih ramah lingkungan. TEM juga memberikan nilai tambah
pada layanannya berupa VMI. Dengan VMI ini, TEM membantu penggunanya dalam hal
mengelola stok bahan bakar dari depot TEM hingga tempat penyimpanan pelanggan. Layanan
ini termasuk tenaga kerja yang mengelola stok bahan bakar ini.
Spesifikasi biodiesel yang dijaga sepanjang rantai pasok adalah:
● Cetane Number/CN51; menjaga kualitas pembakaran.
● Sulphur Content <500 ppm; mencegah korosi asam dan menurunkan emisi Sox.
● Supply Security; tidak ada kandungan air/sedimen yang merusak sistem bahan bakar
ataupun block filter.
● Lubricity; mencegah keausan suku cadang yang terlubrikasi.
● Lainnya, meliputi Viscosity, Flashpoint, dan Distillation Temp.

Bahan bakar yang dibuat dari sumber daya nabati, alias Bahan Bakar Nabati (BBN,
biofuels) dipandang sebagai bahan bakar cair alternatif paling tepat untuk mensubstitusi
BBM, karena selain bersifat terbarukan dan lebih ramah lingkungan juga seringkali dapat
diproduksi dengan memanfaatkan sumber daya local. Biodiesel adalah yang paling maju
pemanfaatannya di Indonesia. Biodiesel digunakan dalam bentuk campuran yang dikenal
dengan istilah bahan bakar campuran biodiesel. Pada tahun 2015, Kementerian ESDM
mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.12

10 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Tahun 2015 terkait penetapan penggunaan bahan bakar campuran biodiesel sebesar 30%
(B30) sebagai bahan bakar mesin diesel yang telah diimplementasikan mulai tanggal 1
Januari 2020. Dengan peraturan ini, Indonesia menjadi pionir pelanggan campuran biodiesel
tertinggi di dunia.
Dalam rangka percepatan peningkatan pemanfaatan biodiesel di dalam negeri,
pemerintah secara aktif mendorong peningkatan kualitas biodiesel dari sisi produsen biodiesel
melalui peningkatan standar mutu pada beberapa parameter penting seperti kadar air, kadar
monogliserida, CFPP, stabilitas oksidasi, kadar kontaminan, dan kadar logam alkali. Untuk
menjamin mutu dari bahan bakar biodiesel ini sampai pelanggan akhir (end customer),
Kementerian ESDM sudah menerbitkan pedoman umum penanganan dan penyimpanan bahan
bakar biodiesel (B100) dan campuran biodiesel (B30) sebagai acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan.
Prosedur penanganan dan penyimpanan biodiesel dan campuran biodiesel yang sesuai
dengan sifat dan karakteristik biodiesel dan campuran biodiesel. Terdapat 5 (lima) hal penting
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Memilih material penyimpanan dan penyaluran yang sesuai dengan karakteristik
biodiesel dan campuran biodiesel,
2. Memastikan manajemen penanganan dan penyimpanan biodiesel dan campuran
biodiesel dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur, termasuk memastikan moda
pengangkutan maupun sarana penyimpanan dan penyaluran bebas dari kontaminasi.
3. Melakukan pengawasan (monitoring) kualitas biodiesel dan campuran biodiesel
secara rutin dan berkala, mulai dari produsen hingga diterima oleh pelanggan.
4. Mengoptimalkan teknik pencampuran (blending) biodiesel dan minyak solar agar
diperoleh campuran biodiesel yang sesuai dengan target persentase pencampuran dan
homogen.
5. Melengkapi fasilitas penyimpanan dan penyaluran dengan beberapa instrumen
tambahan untuk menjaga konsisten mutu biodiesel dan campuran biodiesel seperti
Automatic Tank Gauge (ATG), N2 blanketing system, draining valve, dan
lainnya.

11 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Di dalam distribusi produknya, TEM memiliki proses distribusi yang

menggunakan
produk ke daerahbeberapa metode
Kalimantan, transportasi.
proses Sebagai
distribusinya contoh, dari
akan bermulai untuk pengiriman
tempat tempat

penyimpanan utama yang berlokasi di Balikpapan. Lalu, dari tempat penyimpanan


dikirimkan ke custody point, tempat untuk menerima dan mengukur pemesanan, yang
tersebut, biodiesel akan dikirimkan menggunakan kapal tanker melalui jalur laut ke
disepakati dengan pembeli.
tempat penyimpanan Semakin
sekunder jauh Banjarmasin.
di daerah custody pointSetelah
yang ada,
itu, maka
produksemakin
akan
menggunakan truk tangki menuju custody point terakhir.
banyak metode transportasi yang digunakan. Misalnya saja, untuk melakukan
Salah satu
pengiriman hal yangjauh,
berjarak juga pengiriman
menjadi keunggulan khas TEM secara
bisa dilakukan adalah kualitas
bertahap
pelayanan
penggunaan yang prima
kapal (serviceterlebih
tongkang excellent). Kualitas
dahulu, layanan ini
kemudian menjadi sangat
diantarkan lebih penting
jauh
Selain itu juga kecepatan dan kehandalan tim dalam merespons permintaan kontak,
dan bahkan dapat dikatakan sebagai suatu order winner di industri ini. Pelayanan yang
proposal,
dimaksud atau
pelanggan. antarakomunikasi
lain adalahuntuk masalah-masalah
kemampuan lapangan lainnya.
untuk mengidentifikasi Kehandalan
kebutuhan spesifik
yang konsisten
pelanggan,
Kemampuan iniuntuk
kemudian padameresponsnya
akhirnya memberikan
memberikan rasa aman
dengan terbaik
layanan rangkaian dan ketenangan
itu solusi
tidak di hati
yangdihasilkan
lain berkualitas.
oleh

kerjasama tim yang solid dan kompak. Kerjasama tim ini dapat terwujud karena
adanya kesamaan frekuensi antar insan TEM yang dibentuk dari satunya nilai-nilai
inovasi baru dalam rangka memenuhi harapan pelanggan.
kerja (work values). Sebagai bagian dari Triputra Group, TEM merujuk pada Triputra
DNA yaitu Integrity & Ethics, Excellence, Compassion, dan Humility. Selain itu, insan
TEM juga memiliki nilai dasar yang disebut TEM Values yang terdiri dari Enjoy,
Accountable, dan Teamwork. Melalui kesamaan values ini, komunikasi antar bagian
tercipta dengan harmonis, saling mendukung, sekaligus membuka peluang untuk

12 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Gambaran Pelanggan TEM
Di dalam perjalanan bisnisnya, TEM tengah melayani beberapa segmen pelanggan
dengan karakteristik yang berbeda. Secara umum, segmen yang dilayani TEM dapat dibagi
berdasarkan dua karakteristik, yaitu berdasarkan industri dan juga geografi. Industri
pertambangan merupakan segmen pelanggan terbesar yang dilayani oleh TEM dengan
proporsi sebesar 54,17%, diikuti oleh pelanggan dari industri minyak (16,67%), agribisnis
(8,33%), pengiriman (8,33%), konstruksi (4,17%), peralatan berat (4,17%), dan kehutanan
(4,17%). Segmen dari industri ini memiliki kebutuhan biodiesel yang tinggi di dalam
operasionalnya. Sebagai contohnya, industri pertambangan membutuhkan biodiesel untuk
memberikan tenaga kepada mesin dan peralatan berat yang mereka gunakan untuk
menambang.
Secara geografis, 90,63% pelanggan TEM terpusat di daerah Kalimantan, khususnya
daerah Kalimantan Timur yang memiliki proporsi terbesar sebesar 78,13%. Berdasarkan data
dari BPS (2018), Kalimantan Timur memiliki sumber pendapatan terbesar dengan proporsi
sebesar 46,81% yang berasal dari industri pertambangan dan penggalian, diikuti oleh industri
pengolahan, konstruksi, dan kehutanan. Selain di daerah Kalimantan, TEM juga melayani
sebagian kecil pelanggan di daerah Sulawesi, Sumatera, dan Timur Indonesia dengan proporsi
masing-masing sebesar 3,13%.
Melihat proporsi dan portofolio klien yang dilayani, TEM dapat memperluas pasar
secara industri atau geografis. Di dalam pengalamannya, TEM dapat membuktikan kualitas
biodiesel yang digunakan untuk industri pertambangan dan penggalian. Oleh karena itu,
memperkenalkan biodiesel TEM lebih jauh pada industri yang sama namun di luar
Kalimantan Timur dapat menjadi opsi untuk pertumbuhan TEM.

Segmentasi Pelanggan TEM


TEM memiliki dua segmen utama, yaitu segmen strategic account (STA) dan segmen
Small Medium Enterprise (SME). Pelanggan yang masuk kategori strategic account
adalah pelanggan yang melakukan pemesanan secara nasional, dengan potential volume
pemesanan yang tinggi dengan pemesanan >2000 kl untuk direct shipment dan >4000 kl
trucking. Saat ini komposisi volume penjualan akun-akun besar ini dapat mencapai hingga
80% dari seluruh penjualan TEM. Segmen tersebut didominasi oleh perusahaan di sektor
tambang terutama batu bara, minyak, dan nikel.

13 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Selain itu sektor lain adalah agribisnis, dan pengolahan.
Karakter utama dari pelanggan STA adalah proses untuk mendapatkan order yang lebih
panjang. Dokumen-dokumen yang perlu disiapkan mesti comply dengan standar ISO, perlu
menyiapkan QHSE Report, dan tata administrasi yang rapi. Proses tender dilakukan secara
adil berdasarkan paket penawaran yang bisa dinegosiasikan. Disebabkan pentingnya bahan
bakar sebagai penentu jalannya operasi pelanggan, maka karakter utama pelanggan di segmen
ini mengutamakan supply security dan kualitas produk. Pelanggan menginginkan kepastian
jumlah dan harga sehingga dapat melakukan perencanaan operasi dengan optimal. Deviasi
pada operasi bisa menyebabkan gangguan produksi yang berujung pada opportunity loss
yang tidak kecil jumlahnya. Oleh karenanya, kepastian akan ketersediaan dan layanan perlu
dibangun dan dikomunikasikan secara terus menerus.
Untuk mengkompensasi kesulitan perusahaan, pricing yang ditetapkan dapat
menggunakan apa yang disebut biaya plus alpha. Setelah terjadi kesepahaman acuan harga,
pelanggan bersedia membayar biaya sesuai acuan MOPS, dan kemudian menambahkan unsur
alpha sebagai unsur pengelolaan dan keuntungan buat perusahaan pemasok. Dengan
demikian, semakin banyak service yang diberikan, terpercaya dan handal, maka nilai alpha
yang didapat bisa lebih besar.
Terkait dengan besarnya volume pembelian, pelanggan di segmen ini juga bisa meminta
treatment khusus sebagai sarana kustomisasi produk dan layanan. Sebagai contoh ada
pelanggan dengan proses pengiriman yang sederhana seperti membeli bahan bakar diantar
langsung, dan disimpan di tangki yang dimiliki pelanggan. Namun ada juga pelanggan yang
proses pengirimannya lebih rumit seperti skema VMI, dimana bahan bakar di stok di tangki
yang dikelola oleh vendor kemudian akan dibayar sesuai dengan bahan bakar yang
digunakan, sementara pengelolaan diserahkan kepada vendor.
Berbeda dengan segmen yang pertama, segmen SME adalah segmen yang biasanya
berlokasi secara regional sesuai dengan daerahnya. Pemesanan di segmen ini dikategorikan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan segmen STA. Sesuai dengan Keppres No.89 tahun
1998, perusahaan yang dimaksud menengah adalah yang omzet per tahunnya maksimal 50
miliar. Walaupun dianggap sangat potensial, namun hingga saat ini, pelanggan di segmen
ini baru berkontribusi sekitar 45% dari total

14 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
volume penjualan TEM (STA: 55%, SME 45%) Secara sektoral, pelanggan SME bergerak di
industri pengolahan, agribisnis, pengiriman, dan lain sebagainya.
Dalam melakukan pembelian, segmen ini cenderung memandang bahan bakar sebagai
komoditas yang tidak terlalu banyak berbeda antara satu pemasok dengan pemasok lainnya.
Demikian pula karena tuntutan untuk memelihara cashflow perusahaan yang masih terbatas,
maka kriteria utama pembelian bahan bakar dan pemilihan pemasok adalah harga. Pola-pola
kerjasama yang memberikan keuntungan secara finansial sangat menarik bagi perusahaan di
tipe ini.
Selain itu, seringkali ditemui kondisi pelanggan yang memiliki kekurangan di berbagai
sisi misalnya, fasilitas penyimpanan yang kurang memadai, atau manajemen pengelolaan
bahan bakar yang masih sangat minim. Dalam hal ini, TEM terbiasa melakukan pendekatan
dan konsultansi untuk memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penggunaan bahan bakar tersebut. Solusi itu juga dapat menjadi nilai tambah layanan
yang diberikan kepada pelanggan di segmen SME.

Hasil Survei Kepuasan Pelanggan


Dalam penggunaan bahan bakar, pelanggan TEM menganut sistem multi- supplier,
dimana TEM harus berkompetisi dengan Pertamina, AKR dan Shell serta beberapa pemain
lainnya. Untuk menjaga loyalitas pelanggan, TEM rutin menyelenggarakan survei kepuasan
dengan melihat beberapa aspek penting. Hasil dari survei terakhir yang dilakukan TEM dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Survei Kepuasan Pelanggan TEM


Kriteria Skor (Skor Maks.:5)
Offering 4,42
Negotiation & Order 4,37
Supply Security 4,33
Billing & Payment 4,17
Overall Service Helpfulness 4,42
Overall Product Satisfaction 4,29
Sumber: Data Internal TEM

15 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Dari hasil survei kepuasan ini, terlihat proses billing & payment merupakan aspek
dengan skor kepuasan terendah, sehingga masih memiliki peluang untuk ditingkatkan kualitas
prosesnya.
Dalam survei ini, TEM juga mengukur terkait pemahaman pelanggan terkait
keunggulan produk biodiesel ‘Mobil’ (Product) dan keuntungan jika produk biodiesel
memiliki aspek tertentu (Advantage). Hasil dari pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Survei terkait Pemahaman Keunggulan Produk &


Keuntungannya
Aspek Product*) Advantage**)
Sulphur Content 54% 83%
Clarity Appearance 79% 83%
Cetane Number 58% 87%
Keterangan:
*) Persentase pelanggan yang mengetahui keunggulan dari biodiesel ‘Mobil’
**) Persentase pelanggan yang mengetahui keuntungan dari biodiesel yang memiliki aspek tercantum

Sumber: Data Internal TEM

Dari survei ini, terlihat bahwa sebagian besar pelanggan sudah mengetahui keuntungan
dari produk biodiesel yang memiliki cetane number yang tinggi, kejernihan bahan bakar
(clear fuel appearance) dan kandungan sulfur yang rendah. Namun pemahaman pelanggan
terkait keberadaan aspek tersebut pada produk ‘Mobil’ masih perlu ditingkatkan lagi.

Kontrak Kerja TEM


Salah satu model hubungan pelanggan yang menguntungkan bagi TEM adalah cara
berbisnis menggunakan sistem kontrak. Pelanggan dapat mengikat kontrak pembelian dengan
volume tertentu pada suatu rentang waktu tertentu. Kontrak yang umum dijalankan adalah
setahun dengan komitmen volume tertentu. Secara umum praktek kontrak di industri ini
tidaklah statis, namun memiliki fleksibilitas tertentu yang mengakomodasi perubahan
lingkungan seperti kebutuhan, harga, dan jumlah suplai yang bisa diberikan.
Keuntungan sistem kontrak bagi TEM adalah adanya prediksi volume penjualan yang
lebih pasti. Dengan demikian perencanaan operasi dapat dibuat lebih efektif dan

16 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
efisien sehingga kualitas pengiriman pun menjadi lebih baik. Kemudian sistem kontrak juga
dapat menjadi pintu bagi TEM untuk menunjukkan kualitas unggul yang dimiliki, baik dari sisi
produk, layanan, maupun hubungan pelanggan yang erat. Melalui kontrak perusahaan juga
mampu lebih baik memahami keinginan pelanggan, kebiasaan pelanggan, kebutuhan spesifik,
dan budaya perusahaan. Melalui pemahaman ini, dimungkinkan untuk meningkatkan
customer share, secara organik dan berkelanjutan. Namun demikian, hingga saat ini, kinerja
kontrak belum bisa dianggap istimewa.
Menurut data yang ada, baru sekitar 5% pelanggan atau lebih kurang 20% dalam volume
penjualan yang bersedia menggunakan sistem kontrak. Dari jumlah tersebut, sebagian besar
merupakan pelanggan dari segmen strategic account (pelanggan besar), sementara
pelanggan dari segmen SME masih sangat kecil. Hal ini menunjukkan potensi dan peluang
emas yang menjanjikan.
Untuk mendapatkan kontrak ini, diperlukan proses yang panjang. Pertama, perusahaan
melakukan pendekatan kepada pelanggan melalui berbagai cara. Pendekatan itu dapat berupa
informatif, persuasif bahkan hingga ke konsultatif. Kemudian dari pendekatan itu dibuat
kesepakatan bersama suplai dalam jangka waktu tertentu, harga tertentu dan service level
tertentu. Berikutnya, pelanggan akan membuka tender dan meminta seluruh supplier
memasukkan quotation yang berisi harga dan kemampuan suplai. setelah melalui proses
negosiasi, barulah kontrak bisa didapatkan. Siklus mendapatkan kontrak dapat lebih dari satu
tahun untuk perusahaan besar, dan lebih singkat untuk perusahaan dalam kategori SME.

Rencana Business Expansion


Setelah mendiskusikan berbagai fakta di atas, Pak Oktav sampai pada kesimpulan
bahwa tantangan bisnis TEM dapat dirangkum menjadi tiga alternatif yaitu business
expansion, crafting differentiation, dan educate market. Salah satu strategi itu dipercaya
bisa menjadi salah satu pengungkit bagi kinerja baik TEM di masa depan.

Business Expansion
Alternatif strategi ini diarahkan untuk meningkatkan bisnis melalui pengembangan
pasar maupun pengembangan produk. Tujuan utama strategi pengembangan bisnis adalah
meningkatkan cakupan, dan kontinuitas penjualan.

17 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Pengembangan pasar dapat dilakukan baik secara geografis, atau berbasis

sektoral.
Pulau Pengembangan
Kalimantan geografis
yang telah digarapdiarahkan pada pembukaan
saat ini. Potensi pasar di luarpasar
Pulaubaru di luar
Kalimantan

memang perlu pasar


pengembangan ditentukan
di luarterlebih
wilayahdahulu. Namun
Kalimantan melalui
dapat perhitungan
sangat yang cermat,
menguntungkan.
Selain pengembangan berbasis geografis, pasar juga bisa dikembangkan

melalui pendekatan sektoral. Dalam hal ini, sektor industri baru perlu dieksplorasi
sebagainya.
untuk mendapatkan peluang pasar. Jika saat ini sektor yang banyak menggunakan
Tantangan TEM
produk-produk lain dalam kategoripada
masih berkisar business expansion adalah
sektor pertambangan pengembangan
dan manufaktur, maka
produk.
penelitianProduk yang sesuai
yangpeluang
dapat dibuka untukdengan
konsisten. masukkebutuhan industri
ke industri perlu dikembangkan
kelautan, melalui
perkebunan, dan lain

Crafting Differentiation
Dalam industri yang dianggap sebagai komoditas, unsur diferensiasi sangat

minim. Hal ini membuat dalam perilaku pembelian perusahaan


mempertimbangkan harga secara berlebihan. Untuk itu, TEM diharapkan memiliki set
dilakukan, pertanyaan
keunikan sendiri yangini terngiang-ngiang
dapat di telinga
membedakan dengan para punggawa
pesaing. KeunikanTEM.
tersebut dapat
berupa keunikan dalam hal produk, layanan, keeratan membangun hubungan dengan
Educate Market
perusahaan, dan atau hal-hal lain yang dapat meningkatkan nilai penawaran
PerilakuTantangan
perusahaan. pelanggan saat ini masihdiferensiasi
membangun belum menyadari secara penuh
ini merupakan bagaimana
kombinasi dari
proses kreatif
perbedaan dan proses
kualitas kinerjaanalisis pelanggan.
biodiesel Tidak
antara satu mudahdengan
penyedia untuk menemukan unsur
penyedia lainnya.
kreatif tersebut,
Dengan demikiannamun
sulit komitmen
bagi TEMuntuk
yang inovasi yang
memiliki diiringi
kualitas usahaunggul
produk berkelanjutan tentu
untuk dapat
akan membawa hasil yang memuaskan. Bagaimana diferensiasi yang dapat

18 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
memanfaatkan keunggulan produk tersebut. Dengan demikian, salah satu strategi yang dapat
diambil adalah melakukan peningkatan awareness dan pengetahuan pelanggan terhadap
produk yang baik. dengan demikian, proposisi nilai dari perusahaan dapat diserap dan
membangun preferensi pelanggan. Bagaimana strategi untuk meningkatkan pemahaman
pelanggan ini, menjadi pertanyaan besar.

Penutup
Di akhir pertemuan tersebut, Pak Oktav beserta manajer lainnya mempertimbangkan
dengan saksama strategi mana yang kiranya paling efektif bagi TEM dengan kondisi saat ini?
Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa strategi lain juga dapat muncul seiring dengan
analisis mendalam yang dapat dilakukan. Mereka sepakat bahwa paparan yang akan dibawa
kepada Pak Jonathan Dinata mestilah sangat argumentatif, didukung oleh data yang akurat,
serta feasible untuk dijalankan. Pertemuan ditutup dengan kesepakatan untuk mengeksplorasi
strategi dan kembali esok dengan jawaban yang lebih mendetail.

19 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Lampiran

16 250%

14
Y2021; 200%
12

10 Y2020;
Y2022; 124% 150%

6 Y2019; 100% 100%

4
50%
2

0 0%
Y2019Y2020Y2021Y2022
Lampiran 1. Pertumbuhan
Vol CAGR
Kinerja TEM
Sumber: Data Internal TEM

Lampiran 2. Segmentasi Industri TEM


data sales by area jadi yg ini ya
Sumber: Data Internal TEM

20 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
100%
6%
12%
90% 16% 14%
0% 11% 6%
13% 10%
80% 5%
4% 15%
70%

60%
44%
50% 50%
54%
40% 55%

30%

20%
31%
10% 19% 22%
13%
0%
JAN FEB MAR 1Q 2022

South & Central Kalimantan East Kalimantan


North Kalimantan Sulawesi Maluku

Lampiran 3. Proporsi Konsumen Berdasarkan Wilayah


Sumber: Data Internal TEM

Lampiran 4. Business Model Canvas TEM

Sumber: Data Internal TEM

21 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata Sari,
S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Jakarta
Lampiran 5. Pengeluaran Pemasaran TEM
Sumber: Data Internal TEM

Price $/mt Change High Low Spread


June 24, 2022 1077 2.5 1115 1032 83
June 23, 2022 1074.5 0 1130.5 1030 100.5
June 22, 2022 1074.5 -25.5 1130.5 1030 100.5
June 21, 2022 1100 42 1153.5 1045 108.5
June 20, 2022 1058 -29 1115 1018.5 96.5
June 17, 2022 1087 -16.5 1124 1050.5 73.5
June 16, 2022 1103.5 4 1131 1068 63
June 15, 2022 1099.5 -42.5 1125 1085 40
June 14, 2022 1142 12 1174.5 1103 71.5
June 13, 2022 1130 -19 1165 1092.5 72.5
June 10, 2022 1149 12.5 1172 1108.5 63.5

Lampiran 6. Harga Bahan Bakar Minyak dari MOPS


Sumber: Data Internal TEM

22 | Kasus ini ditulis oleh Dr. Wahyu Tri Setyobudi, M.M., Dr. Dimas Maulana, M.M., dan Diana Permata
Sari, S.TP., M.M., serta direview oleh Dr. Aprihatiningrum Hidayati, M.M., dari Sekolah Tinggi
Manajemen PPM Jakarta

Anda mungkin juga menyukai