Anda di halaman 1dari 6

Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas

batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di


Wilayah Kerja Puskesmas Batua Raya
Nuraeni Azizah Amalia*, Darmawansyih**,Henny Fauziah***
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Alauddin Makassar
(70600116046@uin-alauddin.ac.id)

Abstrak
Perkembangan adalah perubahan kecapakan, kematangan, dan emosi secara bertahap dalam waktu tertentu,
dimulai dari kemampuan sederhana menuju kemampuan yang lebih sulit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja Puskesmas
Batua. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study dengan banyaknya sampel 196 responden.
Data dihasilkan dari mengukur antropometri berat badan dan mengambil penilaian KPSP (kuesioner
praskrinning perkembangan). Uji chi square digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian didapat anak
dengan perkembangan sesuai pada status gizi baik (74%) lebih tinggi dibandingkan status gizi kurang (5,6%).
Dari analisis hubungan antara dua variabel didapatkan nilai P=0.00. Secara statistik diperoleh hubungan
bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah Puskesmas Batua
Raya. Orang tua sangat diperlukan guna untuk menjaga kebutuhan gizi dan tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan gizi.

Kata kunci : status gizi, perkembangan, KPSP, BB

Pendahuluan
Negara-negara berkembang memiliki 200 juta anak di bawah umur 5 tahun, tetapi
lebih dari sepertiga dari jumlah itu tidak terpenuhi potensi perkembangannya. Tidak
terpenuhinya potensi perkembangan anak diperkirakan akan menyebabkan kemampuan anak
dalam menerima informasi menjadi lambat sehingga akan berpengaruh dalam bersosialisasi
dalam masyarakat. Perkembangan anak di negara-negara berkembang dipengaruhi beberapa
faktor yaitu stimulasi dini yang tidak adekuat, malnutrisi kronis berat, anemia defisiensi besi
dan defisiensi yodium. Salah satu faktor penting dalam perkembangan yaitu status gizi pada
anak. Status gizi adalah tolak ukur penilaian tercukupinya kebutuhan nutrisi kepada anak.
Asupan gizi yang tepat dan seimbang akan berpengaruh pada perkembangan, pertumbuhan,
dan kecerdasan anak.1
Informasi dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 melaporkan prevelensi antara
gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013 dari status gizi anak
Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas
batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

balita berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U) diperoleh.2
Beberapa wilayah kerja puskesmas di kota Makassar memiliki angka kejadian status
gizi kurang, dimana tiga puskesmas yang memiliki presentasi terendah adalah Puskesmas
Sudiang Raya 9,1%, Puskesmas Batua Raya 7,5%, dan Puskesmas Minasaupa 6,9%(8). Hal ini
berdasarkan beberapa pertimbangan salah satunya keadaan ekonomi masyarakat di wilayah
batua raya lebih dari 50% berada pada tingkat yang rendah, sudiang raya sebanyak 35%
berada pada tingkat ekonomi rendah, dan minasaupa 45% pada tingkat ekonomi rendah.
Ekonomi yang rendah menyebabkan pemberian asupan gizi kepada anak usia prasekolah juga
tidak optimal. Selain itu, kurangnya pendidikan tentang pentingnya gizi yang baik untuk
perkembangan anak menjadi salah satu hambatan yang terdapat pada wilayah tersebut.3
Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap
perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas Batua Raya. Sedangkan
secara khusus penelitian ini mengacu untuk mengetahui tingkat status gizi anak, untuk
mengetahui perkembangan anak usia prasekolah, dan Untuk mengetahui hubungan status gizi
terhadap perkembangan anak usia prasekolah.
Bahan dan Metode
Dalam penelitian ini digunakan metode analitik dengan rancangan cross sectional.
Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengeahui hubungan variabel dependen yaitu
status gizi dengan variabel independen yaitu perkembangan anak. Penelitian dilakukan bulan
Januari 2020 di wilayah kerja puskesmas batua raya. Populasi pada penelitian ini yaitu
seluruh anak usia prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Batua. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu purposive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 196 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi..
Data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer
didapat dari observasi dan pengukuran langsung antropometri anak usia prasekolah dan
penilaian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data anak usia prasekolah di wilayah kerja
puskesmas batua.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan software IBM SPSS 23.
Analisis menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dan independen.
Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas
batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

Hasil Penelitian
Karakteristik sampel dimuat dalam tabel dibawah ini
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Usia Prasekolah
(3-5 tahun) di wilayah kerja puskesmas Batua Raya tahun 2020 (N=196)
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 100 51,1
Perempuan 96 48,9
Usia Gestasi
Normal (37 - 42 minggu) 196 100
Berat badan lahir
Berat badan lahir normal (2500-4000 gram) 196 100
Status Gizi
Gizi Buruk 8 4,1
Gizi kurang 39 19,9
Gizi Baik 146 74,5
Gizi Lebih 3 1,5
Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Sesuai 160 81,6
Meragukan 30 15,3
Menyimpang 6 3,1

Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian responden memiliki jenis kelamin perempuan


sebanyak 96 anak (48,9%), dan laki-laki sebanyak 100 anak (51,1%). Responden yang
memiliki usia gestasi berat badan normal sebanyak 196 anak (100%). Anak yang mengalami
gizi baik sebanyak 148 anak (74,5%), gizi buruk 8 anak (4,1%), gizi kurang 39 anak (19,9%),
dan gizi lebih sebanyak 3 anak (1,5%). anak usia prasekolah yang berada pada perkembangan
sesuai sebanyak 144 anak (73,5%) dari total 196 anak. sedangkan pada kategori meragukan
sebanyak 46 anak (23,5%), dan pada kategori menyimpang sebanyak 6 anak (3,0%).

Tabel 2. hubungan status gizi dan perkembangan anak

Status Perkembangan
Total value
Status Gizi Sesuai Meragukan Menyimpang

n % n % n % n %
Lebih 3 1,5 - - - - 3 1,5 0,000
Baik 145 74 - - 1 0,5 146 74,5
Kurang 11 5,6 26 13,3 2 1 39 19,9
Buruk 1 0,51 4 2,04 3 1,53 8 4,1
Jumlah 160 81,6 30 15,3 6 3,1 196 100
Berdasarkan tabel diatas, anak yang memiliki status gizi lebih memiliki status
perkembangan anak sesuai 1,5% (3 responden). Status gizi baik memiliki status
perkembangan sesuai sebanyak 74% (145 responden), dan menyimpang 0,5% (1 responden).
Pada status gizi kurang terdapat 5,6 % (11 responden) berada pada status perkembangan
Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas
batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

sesuai, 13,3% (26 responden) meragukan, dan 1% (2 responden) pada status perkembangan
menyimpang. Sedangkan pada gizi buruk mempunyai status perkembangan sesuai sebanyak
0,5% (1 responden), 2,04% (4 responden) meragukan, dan 0,51% (1 reponden) menyimpang.
Pembahasan
Data dari hasil penelitian anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Batua Raya
ditemukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia
prasekolah. Sejalan dengan penelitian oleh Wauran, dkk tahun 2016 dengan judul penelitian
“Hubungan Antara Status Gizi dengan perkembangan Motorik Kasar Anak usia 1-3 tahun di
Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa dengan hasil penelitian yang
menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Kusuma, dkk pada tahun 2019 didapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak. Berdasarkan
penelitian status gizi memiliki beberapa faktor yang berpengaruh pada perkembangan anak
seperti pekerjaan ibu, masih banyak balita yang kurang perhatian orang tua untuk
menstimulasi perkembangan anak karena ditinggal orang tua untuk bekerja
Beberapa alasan yang dapat mempengaruhi status gizi anak diantaranya pola
pengasuhan anak, asupan makanan, dan penyakit infeksi. Ketika anak mendapat asupan
makanan yang cukup baik namun sering terserang penyakit infeksi dapat mempengaruhi
status gizi. Begitupun sebaliknya anak yang mendapatkan makanan tidak cukup baik, maka
akan memiliki daya tahan tubuh lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Pola
pengasuhan anak, berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, kasih sayang dan sebagainya.
Status gizi dalam penelitian ini diukur menggunakan berat badan menurut umur.
Parameter yang digunakan untuk memberikan gambaran massa tubuh dilakukan dengan
mengukur berat badan.. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan mendadak, misalnya
terkena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, dan menurunnya makanan yang
dikomsumsi. Pada keadaan normal ketika terjadi keseimbangan antara kosumsi dan
kebutuhan zat gizi, maka berat badan dapat berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya, dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan,
yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari keadaan normal. Hal ini juga berpengaruh
pada perkembangan. Ketika anak kekurangan zat gizi yang terjadi pada pembelahan sel akan
mengakibatkan berkurangnya sel otak secara maksimal yang dapat mengakibatkan
Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas
batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

keterlambatan perkembangan. Pemberian gizi yang optimal, maka akan menyebabkan


perkembangan juga akan sesuai
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh menjadi lebih
kompleks dengan waktu tertentu, dapat diperoleh hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. Perkembangan anak terdiri dari
perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan
adaptif. Menurut Frankerburg (1961) terdapat empat aspek perkembangan anak balita yakni
kepribadian, motorik halus, motorik kasar dan bahasa. Untuk menilai perkembangan anak
dilakukan penilaian menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) meliputi
perkembangan kepribadian, motorik halus, motorik kasar dan bahasa yang disesuaikan
dengan umur anak yang bersangkutan.. Pada sampel perkembangan anak usia prasekolah
yang diukur menggunakan metode KPSP.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Hal ini dikarenakan dalam meneliti status
gizi berdasarkan berat badan menurut usia, masih terdapat beberapa teknik lainnya yang
berhubungan namun tidak diteliti seperti: antrometri, klinis, biokimia, dan biofisika. Oleh
karena itu untuk mengoptimalkan hasil penelitian teknik penelitian tersebut juga dapat
digunakan. Selain itu, anak dari responden juga sulit untuk melakukan arahan yang diberikan.
tapi orang tua sangat membantu dalam penelitian ini. Peneliti tidak mengkaji beberapa faktor
yang berhubungan dengan perkembangan anak usia prasekolah seperti stimulus yang
diberikan orang tua, pendapatan ekonomi keluarga, dan pendidikan orang tua yang
membatasi pembahasan dari penelitian.
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah
kerja Puskesmas Batua.
Saran
Peran orang tua sangat diperlukan khususnya mengenai kebutuhan gizi agar dapat
meningkatkan pengetahuan tentang status gizi
Peran peneliti agar dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variable peneltian
yaitu tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan.
Peran tenaga kesehatan diharapkan dapat selalu memantau gizi anak dan menerapkan deteksi
dini secara periodic sehingga antisipasi jika ditemukan perkembangan anak yang abnormal.
Judul hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia prasekolah di wilayah kerja puskesmas
batua raya, Nuraeni Azizah Amalia, Darmawansyih, Henny fauziah

Daftar Pustaka

1. Christiari Ayu Yuniko. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Dini
Dengan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan
Mayang Kabupaten Jember. [internet] 2019 [diakses pada tanggal 22 juli 2019]
[]avaliable from https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/500]
2. Wauran, Chindy Gabriella. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan
Motorik Kasar pada Anak Usia 1-3 Tahun di Kelurahan Bitung Kecamatan Amorang
Kabupaten Minahasa Selatan. 4 (2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12914
3. Supariasa, IND (2016). Penilaian status gizi pada anak. Jakarta : EGC
4. Mawadah, elidatul. 2018. Perkembangan Anak Usia Dini. [internet]2019[diakses pada
tanggal 21 agustus 2019][valiable from
https://www.academia.edu/37587598/Jurnal_Perkembangan_Anak_Usia_Dini
5. Mustagfirah, lailatul. 2018. Survey perkembangan balita menggunakan kuisioner
praskrinning perkembangan (KPSP). [internet]2019[diakses pada tanggal 8 agustus
2019][avaliable from download.garuda.ristekdikti.go.id/article]
6. Kemenkes, 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian
Republik Indonesia.
7. Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. 2018. [internet] 2019 [diakses pada tanggal
24 Desember 2019][available from https://disnaker.makassar.go.id/profil-dinas-
ketenagakerjaan-kota-makassar/]

Anda mungkin juga menyukai