Anda di halaman 1dari 8

Pembelajaran Volume Bangun Ruang Melalui

Pendekatan Konstruktivisme untuk Siswa


Sekolah Dasar
Deti Rostika

Abstrak
Dalam pembelajaran matematika, guru perlu menciptakan suatu proses pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada siswa mengembangkan segala potensinya, untuk membangun pengetahuannya sendiri, melakukan manipulasi
material secara langsung dalam memecahkan masalah matematika, agar siswa memperoleh hasil belajar yang
optimal. Kenyataan di lapangan guru melakukan proses pembelajarannya masih konvensional, sehingga siswa merasa
jenuh dan pembelajaran menjadi tidak menarik (membosankan). Salah satu upayanya adalah melalui pendekatan
konstruktivisme.
Berdasarkan itu, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk : 1) mengidentifikasi kecenderungan
adanya peningkatan minat belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang melalui pendekatan konstruktivisme, 2)
memperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa mengembangkan pengetahuannya dalam pembelajaran bangun
ruang melalui pendekatan konstruktivisme, 3) mengidentifikasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran volume bangun
ruang melalui pendekatan konstruktivisme.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa sekolah dasar kelas V yang berjumlah 19 orang, melalui belajar kelompok.
Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui observasi untuk mengamati minat dan aktivitas siswa, serta
kegiatan guru yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Wawancara dilaksanakan kepada guru dan
siswa setiap akhir tindakan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak terkafer pada lembar
observasi. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada setiap tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: siklus I, minat dan aktivitas belajar siswa pada umumnya masih kurang,
masih banyak siswa yang diam, mengungkapkan dugaan masih ragu,dan keliru. Masih ada beberapa siswa yang
kurang aktif dan mendominasi selama diskusi kelompok. Hasil belajar siswa masih kurang. Siklus II, minat dan aktivitas
belajar siswa meningkat dari kriteria kurang menjadi cukup baik, dalam mengungkapkan dugaan sudah mulai cukup
baik, siswa mulai merespon secara tanggap. Hasil belajar siswa meningkat dari kurang menjadi cukup. Siklus III, minat
dan aktivitas belajar siswa meningkat dari kriteria cukup menjadi baik, lebih dari 75 % siswa merespon secara tanggap
dan mengungkapkan dugaan dengan benar. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi lebih baik.

Kata Kunci: pendekatan konstruktivisme, pembelajaran bangun ruang

Pendahuluan untuk mengembangkan segala potensinya, membangun

M
ateri bangun ruang merupakan bagian sendiri pengetahuannya untuk memecahkan masalah
dari geometri yang menekankan pada matematika serta membuat pembelajaran lebih bermakna.
kemampuan siswa untuk mengidentifikasi Pernyataan tersebut didasarkan atas pendapat Piaget
sifat, unsur, dan menentukan volume dalam pemecahan (Dahar, 1996:159) yang menyatakan bahwa pengetahuan
masalah. Seperti halnya materi yang dipelajari di kelas itu dibangun dalam pikiran anak. Ausubel (Dahar,
V SD semester dua yang dimulai dari sifat-sifat bangun 1996:117) menyatakan hal senada, The most important
ruang, menentukan volume bangun ruang sederhana single factor influencing learning is what the learner
(kubus dan balok) sampai pada menentukan volume already knows. Ascertain this and teach him accordingly.
limas dan kerucut. Maksud dari pernyataan Ausubel tersebut adalah, bahwa
faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar
Mengingat tuntutan terhadap penguasaan
yaitu apa yang diketahui siswa, guru harus meyakininya
materi bangun ruang di kelas V SD semester dua,
dalam mengajar.
memerlukan penalaran yang cukup tinggi dan agar
tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai optimal, Kenyataan di lapangan, peneliti memperoleh temuan
maka dalam menyajikan materi bangun ruang, guru mengenai sikap siswa terhadap proses pembelajaran
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa matematika, siswa mengalami kejenuhan karena

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


pembelajaran kurang menarik, guru kurang memberikan pendekatan konstruktivisme.
kesempatan kepada siswa untuk aktif memanipulasi 2. Meningkatkan minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa
benda-benda secara langsung, sehingga sebagian besar dalam pembelajaran matematika, khususnya yang
siswa sukar memahami setiap konsep yang diajarkan, berhubungan dengan volume bangun ruang melalui
yang akhirnya prestasi belajar siswa dalam materi pendekatan konstruktivisme.
geometri khususnya menentukan volume bangun ruang
3. Memberikan masukan, sumbangan pemikiran tentang
menjadi rendah.
pembelajaran matematika khususnya pembelajaran
Temuan lain adalah bahwa konsep prasayarat volume bangun ruang melalui pendekatan
yang harus dikuasai siswa masih kurang, sehingga konstruktivisme.
siswa mengalami kesulitan dalam menunjukkan dan
menyebutkan unsur-unsur atau sifat-sifat bangun ruang
(sisi, sudut, rusuk), sehingga menyebabkan siswa Kajian Pustaka
kesulitan dalam mempelajari volume bangun ruang. Pendekatan konstruktivisme
Berdasarkan temuan di lapangan tersebut, peneliti Siswa merupakan individu aktif yang dapat
berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas membangun pengetahuan sendiri dengan potensi
(PTK) dalam pembelajaran volume bangun ruang di kelas yang ada dalam dirinya, melalui pengalaman yang
V SD melalui pendekatan konstruktivisme, yang bertujuan diperoleh sebelumnya. Salah satu pembelajaran yang
ingin memperbaiki proses pembelajaran dan mengurangi sesuai dengan pernyataan tersebut yaitu, pembelajaran
kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari volume yang berlandaskan filsafat konstruktivisme yang
bangun ruang, dengan harapan dapat meningkatkan pengembangan pembelajarannya didasarkan teori-teori
prestasi belajar siswa. belajar dari Piaget, Ausubel, dan Brunner. Von Glasersfeld
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan mengemukakan bahwa:
masalahnya adalah “Bagaimana pembelajaran volume Konstruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan
bangun ruang melalui pendekatan konstruktivisme untuk yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka
siswa sekolah dasar?” Permasalahan tersebut dijabarkan mereka menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari
seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil. Tidak
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
mungkinlah mentransfer pengetahuan karena setiap orang
1. Bagaimana cara meningkatkan minat belajar siswa membangun pengetahuan pada dirinya(Suparno,1997:20).
kelas V SD dalam pembelajaran volume bangun
Selain itu Dahar (1996:160) mengemukakan bahwa:
ruang melalui pendekatan konstruktivisme?
Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas V diturunkan dari konstruktivisme adalah bahwa anak-
SD mengembangkan pengetahuannya dalam anak memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah,
pembelajaran volume bangun ruang melalui pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu dan
pendekatan konstruktivisme? menunjang proses alamiah ini.
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD dalam Pengembangan pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran volume bangun ruang melalui filsafat konstruktivisme dilaksanakan oleh Piaget,
pendekatan konstruktivisme? sebagaimana diungkapkan Suparno (1997:30) bahwa
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan
filsafat konstrutivisme dalam proses belajar. Ia
1. Mengidentifikasi kecenderungan adanya peningkatan
menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang
minat belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran
dalam teori perkembangan intelektual. Lebih lanjut lagi
volume bangun ruang melalui pendekatan
Piaget mengemukakan bahwa belajar merupakan proses
konstruktivisme.
adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi,
2. Memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar yaitu proses bergabungnya stimulus kedalam struktur
siswa kelas V SD mengembangkan pengetahuannya, kognitif dan akomodasi, yaitu berubahnya pemahaman
dalam pembelajaran volume bangun ruang melalui sebagai hasil dari stimulus baru tersebut. Bila stimulus baru
pendekatan konstruktivisme. tersebut masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan,
3. Mengidentifikasi hasil belajar siswa kelas V SD kemudian diikuti akomodasi, maka akan terjadi proses
dalam pembelajaran volume bangun ruang melalui adaptasi yang disebut ekuilibrium (keseimbangan) dan
pendekatan konstruktivisme. struktur kognitif menjadi bertambah.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, Selain teori belajar Piaget, teori belajar lain yang
siswa dan sekolah sebagai berikut: berlandaskan filsafat konstrutivisme adalah teori belajar
1. Memperoleh wawasan dalam melakukan bermakna Ausubel. Ausubel, Novak, dan Hanesian
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang (Suparno, 1997:54) mengungkapkan bahwa:
membuat siswa lebih berminat, aktif, dan antusias Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana
dalam pembelajaran matematika, khususnya yang informasi baru, dihubungkan dengan struktur pengertian
berhubungan dengan volume bangun ruang melalui yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba penjelas konsep.
menghubungkan fenomena baru kedalam struktur
Setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki
pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep
karakteristik dan prinsip tersendiri, begitu pula pendekatan
yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan
dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai si konstruktivisme yang memiliki karakteristik dan prinsip
pelajar. pembelajaran tersendiri. Confrey yang banyak berbicara
dalam konstruktivisme (Tim MKPBM Jurusan Pendidikan
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa teori
Mtematika UPI, 2001:72) mengidentifikasi 10 karakteristik
belajar bermakna Ausubel sesuai dengan inti pokok
dari powerful constructions berfikir siswa, yang ditanda
konstruktivisme, yaitu mengutamakan pentingnya
oleh :
asimilasi pengalaman baru kedalam konsep yang telah
dimiliki siswa.Dengan kata lain keduanya berorientasi 1. Sebuah struktur dengan kekonsistenan internal;
pada proses belajar siswa aktif. 2. Suatu keterpaduan antar bermacam-macam konsep;
Konstruktivisme sebagai salah satu pendekatan 3. Suatu kekonvergenan diantara aneka bentuk dan
yang memandang siswa sebagai individu aktif, lebih anjut konteks;
dikemukakan Choy (1999:5), bahwa : 4. Kemampuan untuk merefleksi dan menjelaskan;
Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan pendidikan 5. Sebuah kesinambungan sejarah;
dan pembelajaran yang berdasarkan anggapan bahwa
kognisi (pembelajaran) diakibatkan oleh pembinaan 6. Terikat kepada bermacam-macam sistem simbol;
mental. Dengan kata lain, pelajar mempelajari dengan 7. Suatu yang cocok dengan pendapat expert atau ahli;
memberikan pernyataan baru dengan pengetahuan 8. Suatu yang potensial untuk bertindak sebagai alat
yang telah tersedia. Ahli konstruktivis menegaskan
untuk konstruksi lebih lanjut;
bahwa pembelajaran di pengaruhi oleh konteks ide serta
kepercayaan dan sikap pelajar 9. Sebagai petunjuk untuk tindakan berikutnya; dan
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka 10. Suatu kemampuan untuk menjustifikasi dan
jelaslah, bahwa siswa SD berada di kelas tidak dalam mempertahankan.
pengetahuan yang kosong, mereka telah membawa
pengetahuan yang telah dibangun sendiri. Langkah Tahap Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan
pertama yang harus dilakukan ketika materi baru akan Konstruktivisme
diajarkan, adalah materi tersebut harus dikaitkan dengan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka penelitian
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognisi sisa
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
(konsepsi awal siswa), sebagai pengetahuan prasyarat.
konstruktivisme pada materi volume bangun ruang.
Pengetahuan awal ini bisa diperoleh siswa melalui
Proses dan tahapan pendekatan konstruktivisme yang
kehidupan sehari-hari, yaitu melihat secara langsung
digunakan pada penelitian ini merupakan perpaduan
benda-benda berbentuk bangun ruang tersebut. Oleh
dari beberapa teori yang telah diutarakan sebelumnya.
karena itu teori Piaget (Dahar, 1996:154) peru diterapkan
Tahap pendekatan konstruktivisme yang akan digunakan
dalam pembelajaran yaitu tahap perkembangan intelektual
merupakan 10 karakteristik dari powerfull constructions
pada usia 7 – 12 tahun berada pada tahap operasional
dari Confrey yang diadaptasi oleh Karli dan Yuliariningsinh
konkret, sehingga tahap berfikir anak harus dihubungkan
menjadi 4 (empat) tahap:
dengan hal-hal yang bersifat nyata, termasuk benda
nyata. 1. Tahap pertama adalah apersepsi pada tahap ini
dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal,
Pernyataan Piaget diperkuat pula oleh pakar
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi
perkembangan psikologi lainnya Jerome Bruner (Fontana,
sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat,
1982:70), yaitu :
misalnya mengenai sudut, rusuk, dan sisi.
Children go through three main stage on there way to
equiring the mature thought processess of the adult. This 2. Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa
are and active (in which thinking is based upon doing), mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep
econic (in which imagery comes increasingly to be used) yang akan dipelajari. Kemudian siswa menggali,
and symbolic (in which complex simbolism including menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai
language is employed). jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan
pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda
langsung.
Dengan demikian, jelas bahwa tahap berfikir anak
usia SD harus dikaitkan ddengan hal-hal nyata dan 3. Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep,
pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka pada tahap ini siswa mengkomkunikasikan hasil
dengan sendirinya. Untuk memudahkan siswa dalam penyelidikan dan temuannya, pada tahap ini pula
mempelajari volume bangun ruang, maka dalam proses guru menjadi fasilitator dalam menampung dan
pembelajaran diperlukan benda nyata sebagai penunjang membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu
dalam menghubungkan pengetahuan awal mereka, setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain
dengan materi yang akan dipelajari sekaligus sebagai serta memotivasi siswa mengungkapkan alasan dari

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab. titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang.
4. Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada Menurut Travers et al. (http/www.p3gmatyo.go.id/
tahap ini guru memberikan penekanan terhadap pdownload/SD/Geometriruang.pdf) secara berturut-turut
konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat dikemukakan tentang unsur-unsur geometri ruang yaitu
kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan sisi, rusuk, dan titik sudut:
pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui sisi adalah sekat perbatasan bagian dalam dan bagian
pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas. luar, sedangkan rusuk merupakan perpotongan dua
Keempat tahapan pendekatan konstruktivisme bidang sisi pada bangun ruang, sehingga merupakan ruas
tersebut dilakukan pada setiap siklus yang terdiri dari garis dan titik sudut merupakan perpotongan tiga bidang
atau perpotongan tiga rusuk atau lebih.
tindakan 1, 2, dan3, yang ditunjang dengan teori Van Hiele
sebagai teori belajar geometri yang didalamnya terdapat
penggunaan model-model bangun. Lebih lanjut Leonard Euler (Nurdin et al. 1999:3)
menemukan formula yang menunjukkan hubungan antara
Pembelajaran Volume Bangun Ruang banyaknya sisi, titik sudut, dan rusuk untuk bangun-
bangun ruang tertentu, yaitu jika banyaknya bidang sisi
1. Konsep Volume Bangun Ruang bangun ruang adalah S buah, titik sudut T buah, dan
Volume bangun ruang merupakan bagian dari ruang rusuk R buah, maka formula Euler dapat ditulis sebagai :
lingkup geometri di kelas V SD semester 2. Penjabaran S + T = R + 2.
bahan pengajaran geometri dalam kurikulum matematika Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti membatasi
SD tahun 2006 (Depdiknas, 2006:110) adalah sebagai materi yang akan dijadikan sebagai fokus penelitian yaitu
berikut: materi mengenai limas segiempat, limas segitiga, dan
• mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar kerucut.
• mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
• menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang Kegiatan Belajar dalam Pembelajaran Bangun Ruang
sederhana Dalam menanamkan pengertian volume terhadap
• menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri siswa SD, dapat dilakukan dengan cara membandingkan
• menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume antara dua bangun ruang yang memiliki hubungan
bangun datar dan bangun ruang sederhana seperti volume prisma dengan limas dan volume tabung
dengan kerucut, dengan menuangkan air, beras, atau pasir
dengan penuh kedalam prisma kemudian memindahkan
Sebelum membelajarkan materi bangun ruang, isi air, beras atau pasir dalam prisma tersebut kedalam
hendaknya memahami definisi bangun ruang itu sendiri, limas sampai habis. Hal ini perlu dilaksanakan dalam
Ruseffendi (2005:78) menyatakan: rangka menghubungkan pengetahuan awal yang
Dalam mendiskusikan daerah bidang didefinisikan bahwa dimiliki siswa sebelumnya, baik mengenai bengun
daerah bidang itu merupakan gabungan lengkungan ruang (benda-benda kongkrit) yang sering ditemui
tertutup sederhana dengan daerah dalamnya. Begitu pula
siswa dalam kehidupan sehari-hari maupun melalui
mengenai benda ruang, daerah ruang adalah gabungan
pembelajaran sebelumnya, sebagai konsep prasyarat
antara permukaan tertutup sederhana dan bagian
dalamnya. untuk mempelajari konsep volume bangun ruang, karena
siswa telah mengetahui hukum kekekalan. Sebagaimana
dikemukakan Windayana et al. (2006:17):
Materi bangun ruang di kelas V SD, difokuskan Tahap operasional konkrit ditandai dengan telah dimilikinya
pada kubus, balok, tabung, prisma, limas, dan kerucut. kemampuan-kemampuan konservasi/hukum kekekalan
Pembahasan materi tersebut, sesuai dengan yang secara terurut seperti: kekekalan bilangan, panjang,
diutarakan Piaget (Windayana et al. 2006:17) bahwa: materi, luas. Sedangkan volume dikuasai siswa dimasa-
Siswa memiliki kemampuan konservasi/hukum kekekalan masa akhir tahap ini...
secara terurut, seperti: kekekalan bilangan, panjang,
materi, luas. Sedangkan kekekalan volume dikuasai siswa
Hal tersebut di atas didukung pernyataan Thisen &
di masa-masa akhir tahap ini, atau diawal tahap formal
(akhir usia SD/kelas tinggi). Wild (1982:284) yang mengungkapkan bahwa:
The formulas for cones, pyramids, and spheres can be
found by exploring the retionship between prism and
Pelajaran geometri erat kaitannya dengan himpunan pyramids, cylinders and cones, and cylinders and apheres.
titik yang memuat titik dan banyaknya tak terhingga. Hal
ini diungkapkan Travers et al. (http/www.p3gmatyo.go.id/
pdownload/SD/Geometriruang.pdf) bahwa geometry is Berdasarkan pernyataan Thiesen & Wild di atas,
the study of the relationships among points, lines, angels, maka siswa melakukan aktivitas dengan memanipulasi
surfaces, and solids. Hal ini menunjukkan bahwa geometri objek nyata untuk menemukan rumus volume limas
adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara segiempat melalui percobaan membandingkan volume

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


prisma tegak dan limas segiempat, menemukan rumus segitiga. Siklus III terdiri dari empat tindakan, yaitu:
volume limas segitiga melalui percobaan membandingkan tindakan 1 melakukan pembelajaran dengan materi unsur-
volume prisma segitiga dan limas segitiga, dan unsur kerucut (banyak sisi, titik sudut, rusuk), tindakan 2
menemukan rumus volume kerucut melalui percobaan melakukan proses pembelajaran dengan materi jaring-
membandingkan volume tabung dan kerucut. jaring kerucut, tindakan 3 melakukan pembelajaran
Percobaan yang dilakukan siswa untuk menemukan dengan materi volume kerucut.
rumus volume limas segiempat, limas segitiga dan Setelah selesai melaksanakan setiap tindakan,
kerucut perlu dilaksanakan, karena siswa telah memiliki dilakukan wawancara dengan siswa. Selain itu, peneliti
pengetahuan awal menganai volume prisma tegak, juga melakukan triangulasi dengan observer untuk
prisma segitiga dan tabung. Sehingga melalui percobaan membahas hasil observasi pembelajaran yang telah
tersebut, siswa dapat menemukan konsep yang dipelajari. dilaksanakan. Selanjutnya, hasil wawancara dan
Oleh karena itu guru hendaknya dapat membimbing triangulasi tersebut dijadikan sebagai bahan analisis dan
kegiatan belajar siswa sehingga mereka mau belajar. Hal refleksi dari pelaksanaan pembelajaran.
ini senada dengan pernyataan William Burton (Usman, Penelitian tindakan kelas ini, akan dilaksanakan di
1995:21), yaitu : teaching is the guidance of learning kelas V SDN Bojong Emas II Kecamatan Solokanjeruk
activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn. Kabupaten Bandung. Subyek penelitian adalah siswa
Dengan demikian, aktivitas siswa sangat kelas V SD sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 12 orang
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.
merekalah yang seharusnya banyak aktif, karena siswa Instrumen penelitian yang digunakan adalah: lembar
sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan observasi digunakan untuk mengamati minat dan aktifitas
melaksanakan belajar tersebut. Apabila kondisi belajar belajar siswa, lembar wawancara digunakan untuk
seperti ini dapat terwujud, maka siswa akan lebih berminat mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dari sudut
dan perhatian dalam belajar. Hal ini senada dengan pandang yang lain, catatan lapangan digunakan untuk
pernyataan yang diungkapkan william James (Usman, mencatat hal-hal yang belum terekam dengan lembar
1995:27), bahwa: minat siswa merupakan faktor utama observasi, lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk
yang menentukan derajat keaktifan siswa. Oleh karena melihat hasil kerja siswa secara berkelompok tentang
itu setiap siswa akan berminat terhadap belajar, apabila soal-soal yang harus dikerjakan, lembar evaluasi atau tes
guru berusaha membangkitkan minat tersebut melalui digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setiap
pemberian kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. tindakan pada setiap siklus, handycam, tape recorder dan
kamera foto digunakan untuk merekam segala aktivitas
Metode Penelitian pembelajaran.
Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
tindakan kelas (classroom action research) yang mengacu mendeskripsikan data secara kualitatif melalui lembar
kepada tindakan guru, ketika melaksanakan pembelajaran observasi, lembar wawancara, dan lembar penilaian.
yang telah dilaksanakan. Untuk mendeskripsikan secara Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1) hasil
rinci penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, maka observasi dianalisis dan direfleksi pada setiap tindakan
digunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian setiap siklus, 2) hasil tes dianalisis secara kualitatif, 3)
yang menghasilkan data secara deskriptif. Prosedur hasil kerja kelompok berupa LKS dianalisis dan direfleksi
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus dan pada setiap tindakan.
masing-masing siklus terdiri dari 3 tindakan. Setiap
tindakan yang dilaksanakan merupakan hasil refleksi
Hasil dan Pembahasan
dari tindakan sebelumnya, dalam rangka mengadakan
perubahan kearah yang baik sesuai dengan faktor yang Temuan-temuan yang diperoleh pada pelaksanaan
diteliti dalam perencanaan. Secara rinci setiap siklusnya tindakan dapat diuraikan sebagai berikut:
adalah sebagai berikut: Siklus I terdiri dari tiga tindakan, Siklus I Tindakan 1
yaitu: tindakan 1 melakukan pembelajaran dengan materi Minat siswa pada tahap appersepsi kurang baik
unsur-unsur limas segiempat (banyak sisi, titik sudut, karena terlihat tegang dan kaku, hal ini terlihat dari ekpresi
dan rusuk), tindakan 2 melakukan pembelajaran dengan wajah yang serius dan duduk tegap, sehingga aktivitas
materi jaring-jaring limas segiempat, dan tindakan 3 siswa menjadi rendah.
melakukan pembelajaran dengan materi volume limas Pada pemberian dugaan dan definisi, minat siswa
segiempat. Siklus II terdiri dari empat tindakan, yaitu: hampir tidak ada karena 17 orang siswa hanya merespon
tindakan 1 melakukan pembelajaran dengan materi dengan diam, hal ini disebabkan konsep yang akan
tentang unsur-unsur limas segitiga (banyak sisi, titik dipelajari benar-benar baru, sehingga aktivitas siswa
sudut, rusuk), tindakan 2 melakukan proses pembelajaran pada tahap ini rendah.
dengan materi jaring-jaring limas segitiga, dan tindakan
3 melakukan pembelajaran dengan materi volume limas Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep,
penjelasan dari perwakilan setiap kelompok mengenai

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


laporan hasil diskusi khususnya dalam menjelaskan Siklus II tindakan 1
jawaban dari soal tentang sifat-sifat limas segiempat. Pada tahap appersepsi, minat siswa sangat tinggi,
Pada dasarnya jawaban setiap kelompok itu benar, akan hal ini ditunjukkan oleh adanya semangat dan tanggap
tetapi dikarenakan kalimat dalam LKS tidak fokus, maka dalam merespon pertanyaan guru, sehingga terdapat
jawaban siswa pun beragam. 94,74 % siswa yang terlibat aktif menjawab dengan benar.
Pada tahap pengembangan dan aplikasi, siswa Pada tahap eksplorasi, yaitu tahap pemberian
mengalami kesulitan untuk memberi contoh limas dugaan dan definisi, minat dan aktivitas siswa sangat
segiempat dalam kehidupan nyata, setelah guru tinggi karena seluruh siswa tanggap dan semangat dalam
memberikan petunjuk baru satu orang siswa dapat merespon pertanyaan guru.
memberi contoh.
Pada tahap diskusi kelompok, minat dan aktivitas
Berdasarkan perolehan nilai siswa secara individu, siswa yang ditunjukkan dengan rasa ingin tahu,
ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerjasama, gembira dalam memanipulasi model-model
menjawab soal mengenai nama-nama segitiga, rusuk dan bangun ruang serta keseriusan dalam berdiskusi cukup
sudut. tinggi.
Tindakan 2 Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep, siswa
Pada tahap appersepsi, minat siswa cukup tinggi mengemukakan alasan setiap memberikan jawaban yang
terlihat dari cara merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh guru, maupun oleh kelompok lainnya.
diajukan guru mengenai sifat-sifat dan langkah-langkah Pada tahap pengembangan dan aplikasi, minat
menggambar limas segiempat. dan aktivitas siswa sangat tinggi karena seluruh siswa
Pada tahap eksplorasi, yaitu pada tahap dugaan dan berebutan ingin ke depan kelas untuk menganalisis contoh
definisi minat siswa cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh dan bukan contoh, serta menunjukkan limas segitiga yang
terdapat 78,94 % siswa terlibat aktif dalam kegiatan tanya terdapat di atara bangun ruang lainnya.
jawab. Perolehan nilai siswa secara individu, masih ada
Pada tahap kegiatan diskusi kelompok, minat siswa siswa yang mengalami kekeliruan dalam menjawab
sangat tinggi hampir semua siswa terlihat antusias, nama-nama segitiga, rusuk, dan sudut, tetapi nilainya
gembira, serius, hanya satu orang siswa yang kurang tetap mengalami peningkatan dari tindakan sebelumnya.
aktif. Setiap kelompok menggambar jaring-jaring limas Tindakan 2
segiempat yang berbeda.
Pada tahap appersepsi, minat siswa sangat tinggi,
Pada tahap pengembangan dan aplikasi, minat hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka dalam merespon
siswa sangat tinggi, seluruh siswa berkeinginan untuk pertanyaan yang diajukan guru, dan semua siswa terlibat
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru mengenai contoh aktif serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
dan bukan contoh gambar jaring-jaring limas segiempat,
Pada tahap pemberian dugaan dan definisi, minat
serta jawabannya relevan dengan yang diinginkan guru.
siswa cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh terdapat 94,73
Perolehan nilai rata-rata siswa secara individu % siswa yang mengemukakan dugaan tentang cara untuk
mencapai kenaikan 64 % dari tindakan sebelumnya. mengetahui jaring-jaring limas segitiga adalah dengan
Tindakan 3 membuka bangun ruangnya.
Pada tahap appersepsi, minat dan aktivitas siswa Pada kegiatan diskusi kelompok, minat siswa sangat
cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka dalam tinggi, semua siswa terlihat antusias, gembira dan serius
merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. dalam melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-
Pada tahap eksplorasi, yaitu pada tahap pemberian masing.
dugaan dan definisi, minat dan aktivitas siswa cukup Pada tahap melaporkan hasil diskusi siswa sangat
tinggi, hal ini ditunjukkan oleh sikap tanggapnya dalam tinggi minat dan aktivitasnya, perwakilan kelompok
menjawab pertanyaan guru tentang perbandingan volume maju ke depan secara bergiliran dengan serius. Setiap
gelas yang berisi air berbeda dan dalam mengungkapkan kelompok menggambar jaring-jaring limas segitiga yang
dugaan volume limas segiempatlebih kecil dari volume berbeda, jawaban setiap kelompok mengenai langkah-
balok. langkah menggambar jaring-jaring limas segitiga memiliki
Pada tahap pengembangan dan aplikasi, semua maksud yang sama.
siswa cukup tanggap dalam menjawab pertanyaan guru Pada tahap pengembangan dan aplikasi, minat
mengenai contoh dan bukan contoh limas segiempat. siswa sangat tinggi, semua siswa aktif menjawab secara
Penekanan konsep-konsep penting, selain menekankan tanggap dan mengungkapkan alasan mengenai jaring-
cara menuangkan beras dari balok kedalam limas jaring limas segitiga yang terdapat diantara jaring-jaring
segiempat dan sebaliknya harus pas sesuai ukuran bangun ruang lain secara benar.
bangun ruangnya harus sama. Perolehan nilai siswa secara individu, nilai rata-rata
Perolehan nilai siswa secara individu, rata-rata kelas adalah 36 % mengalami penurunan dari tindakan
nilainya adalah meningkat 14 % dari tindakan sebelumnya. sebelumnya.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


Tindakan 3 Tindakan 2
Pada tahap appersepsi, minat dan aktivitas siswa Pada tahap appersepsi minat siswa sangat tinggi,
cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh sikap mereka dalam hal ini ditunjukkan oleh semangat dan tanggapnya siswa
merespon pertanyaan yang diajukan guru, semua siswa dalam merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru,
terlibat aktif untuk menjawab pertanyaan dengan benar. sehingga aktivitas belajar siswa juga menjadi tinggi.
Pada tahap eksplorasi, yaitu pada tahap pemberian Pada tahan pemberian dugaan dan definisi, minat
dugaan dan definisi minat dan aktivitas siswa cukup dan aktivitas belajar siswa masih tinggi, karena hanya
tinggi. Siswa yang memberikan dugaan tentang volume satu orang saja yang belum bisa menjawab secara benar
limas segitiga lebih kecil dari volume prisma segitiga ada tentang cara mengetahui jaring-jaring limas segitiga
58,82 %. dengan membukanya tanpa terpisah-pisah, yaitu dengan
Pada kegiatan diskusi kelompok, minat siswa sangat membuka bangun ruangnya.
tinggi, semua siswa terlihat bersemangat dan gembira, Pada kegiatan diskusi kelompok, minat dan aktivitas
serius melaksanakan diskusi kelompoknya, juga dalam belajar siswa cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh rasa
melaporkan hasil diskusi kelompoknya sangat baik, siswa ingin tahu, rasa gembira, kerjasama dan keseriusan yang
kelompok lain menanggapinya dengan serius dan penuh baik dalam melaporkan hasil diskusi kelompoknya.
semangat. Pada tahap pengembangan konsep dan aplikasi,
Pada tahap pengembangan dan aplikasi, seluruh semua siswa merespon pertanyaan guru yaitu tentang
siswa ingin menjawab pertanyaan guru mengenai contoh jaring-jaring kerucut yang terdapat diantara jaring-jaring
dan bukan contoh limas segitiga dan jawabannya juga bangun ruang lain dengan benar serta mengemukakan
sesuai denga yang diinginkan oleh guru. alasannya.
Perolehan nilai siswa secara individu, rata-rata Perolehan nilai siswa secara individu, semua siswa
kelas yang diperoleh tidak mengalami perubahan atau menjawab dengan benar tentang cara menggambar
peningkatan. jaring-jaring kerucut, hanya masih ada siswa yang kurang
Siklus III tindakan 1 rapih dalam menggambarkannya. Perolehan nilai rata-
rata kelas mengalami peningkatan 9 %.
Pada tahap appersepsi minat siswa sangat tinggi,
hal ini ditunjukkan oleh semangat dan tanggapnya siswa Tindakan 3
dalam merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru, Pada tahap appersepsi minat siswa sangat tinggi,
sehingga aktivitas belajar siswa juga menjadi tinggi. hal ini ditunjukkan oleh semangat dan tanggapnya siswa
Pada tahap eksplorasi yaitu tahap pemberian dugaan dalam merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru,
dan definisi, minat dan aktivitas belajar siswa sangat sehingga aktivitas belajar siswa juga menjadi tinggi.
tinggi, karena seluruh siswa semangat dan tanggap Pada tahap eksplorasi yaitu tahap pemberian dugaan
dalam merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru. dan definisi, minat dan aktivitas belajar siswa sangat
Dalam diskusi kelompok, siswa memiliki rasa ingin tahu tinggi, hal ini ditunjukkan oleh semua siswa merespon
dan kerjasama, menunjukkan rasa gembira, keseriusan pertanyaan guru tentang cara menemukan rumus volume
yang baik. limas segitiga, melalui percobaan dan memanipulasi
Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep, terdapat benda.
perbedaan penjelasan konsep bangun yang membentuk Pada kegiatan diskusi kelompok, semua kelompok
kerucut, tetapi guru menampung dulu dari masing- siswa menunjukkan rasa ingin tahu, rasa gembira,
masing perbedaan konsep tersebut, sampai akhirnya kerjasama, dan keseriusan yang baik dalam melaporkan
menyimpulkan bahwa pendapat kelompok 4 lah yang hasil diskusi kelompok kecilnya dengan benar.
paling benar yaitu bahwa bangun yang membentuk Perolehan nilai siswa secara individu, rata-rata kelas
kerucut adalah lingkaran dan selimut kerucut yang mengalami peningkatan 29 % dengan nilai rata-rata 9,24.
berbentuk setengah lingkaran.
Pembahasan
Pada tahap pengembangan dan aplikasi, minat
Pada siklus I, terutama pada tahap eskplorasi, minat
dan aktivitas belajar siswa sangat tinggi, semua siswa
siswa pada umumnya masih kurang yaitu pada waktu
ingin menganalisis contoh dan bukan contoh, serta
mengungkapkan dugaan belum ditempuh dengan baik,
menunjukkan kerucut yang terdapat di antara bangun
masih banyak siswa yang diam, kurang merespon masih
ruang lainnya. Kemudian memberikan contoh bangun
ragu dan keliru. Sedangkan aktivitas belajar siswa dalam
kerucut dalam kehidupan sehari-hari.
kegiatan kelompok, masih terdapat beberapa siswa yang
Perolehan nilai siswa secara individu, masih ada kurang aktif dan mendominasi. Perolehan nilai rata-rata
siswa yang mengalami kekeliruan dalam cara menulis kelas adalah 8,85 dan variansinya 1,89. Beberapa siswa
nama rusuk, nama diameter, nama jari-jari. Sehingga mengalami kekeliruan sistematik pada setiap tindakan,
perolehan nilai siswa secara individu rata-rata kelasnya yaitu tindakan 1 pada saat menuliskan nama sisi, rusuk,
adalah 8,9. dan sudut limas segiempat, dan nama-nama segitiga.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008


Sedangkan pada tindakan 2 jaring-jaring limas segiempat. konstruktivisme, setiap tindakan dalam satu siklus
Pada tindakan 3 kekeliruan beberapa siswa terjadi ketika pada umumnya mengalami peningkatan.
siswa menghitung hasil akhir volume limas segiempat. Saran-saran
Pada siklus II, pada tahap eksplorasi, pada waktu 1. Bagi peneliti khususnya, studi tentang pembelajaran
mengungkapkan dugaan dapat ditempuh dengan baik, volume bangun ruang dengan menggunakan
siswa merespon pertanyaan guru dengan tanggap, tetapi pendekatan konstruktivisme di sekolah dasar, dapat
masih ada sebagian siswa yang mengungkapkan dugaan melakukan penelitian lebih lanjut yang dikembangkan
dengan keliru. Aktivitas belajar siswa memiliki kriteria baik, dalam topik dan tempat yang berbeda.
meningkat sedikit dari siklus sebelumnya. Perolehan nilai
2. Bagi sejawat pengembang pendidikan matematika
rata-rata kelas 9,3 dengan variansi 0,93. Beberapa siswa
sekolah dasar, proses dan hasil studi ini menjadi
mengalami kekeliruan sistematik pada setiap tindakan,
bahan diskusi untuk memperluas wacana model
yaitu tindakan 1 pada saat menuliskan nama sisi, rusuk
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan
dan sudut limas segitiga dan nama-nama segitiga. Pada
dan karakteristik siswa sekolah dasar.
tindakan 2 jaring-jaring limas segitiga. Sedangkan pada
tindakan 3 kekeliruan beberapa siswa terjadi ketika siswa 3. Bagi para guru sekolah dasar, proses dan hasil
menghitung hasil akhir volume limas segitiga. studi tentang pembelajaran volume bangun ruang
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
Pada siklus III, terutama pada tahap eksplorasi yaitu
ini, dapat mengembangkan kemampuan meneliti dan
pada waktu mengungkapkan dugaan dapat ditempuh
melakukan tindakan perbaikan dalam meningkatkan
dengan baik, karena siswa merespon pertanyaan guru
proses dan hasil belajar siswa.
secara tanggap, dan sebagian siswa mengungkapkan
dugaan dengan benar. Aktivitas kegiatan belajar siswa
dalam kelompok memiliki kriteria baik, lebih dari 75 DAFTAR PUSTAKA
% mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya,
karena pada siklus ini sudah tidak ada lagi siswa yang Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
kurang aktif. Bahkan pada tahap penjelasan dan diskusi Bumi Aksara.
kelompok, interaksi tampak hidup (komunikatif) yaitu Choy, N.K. (1990). Teori Konstruktivisme. (Online).
Tersedia: http:/www.teachersrock.net(16
mengenai selimut kerucut yang ditemukan kelompok 4. Desember 2006).
Perolehan nilai rata-rata kelas adalah 9,32 dengan variansi Cinta, I. (2003). Penggunaan Cooperative Learning Model
0,76. Beberapa siswa mengelami kekeliruan sistematik STAD dalam Pembelajaran Konsep Volume di Kelas
pada setiap tindakan, yaitu pada tindakan 1 pada saat V SD. Skripsi Sarjana Pendidikan Pada Program
PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
menuliskan nama sisi, rusuk, diameter, jari-jari dan sudut Julias, B.M. (2007). Pendekatan Konstruktivisme dalam
kerucut. Pada tindakan 2 jaring-jaring kerucut. Sedangkan Pembelajaran Volume Bangun Ruang Untuk Siswa
pada tindakan 3 kekeliruan beberapa siswa terjadi, ketika Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana Pendidikan Pada
siswa menghitung hasil akhir volume kerucut. Program PGSD UPI Kampus Cibiru Bandung: tidak
diterbitkan.
Lie, A. (1992). Cooperative Learning. Jakarta: Pakar
Kesimpulan dan Saran Raya.
Nurdin, M. et al. (1999) Matematika Untuk SLTP Kelas
Kesimpulan 3 Caturwulan I, II, dan III. Bandung: Remaja
1. Pembelajaran volume bangun ruang dengan Rosdakarya.
menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat Ruseffendi, E.T. (1993). Materi Pokok Pendidikan
Matematika 3. Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu
meningkatkan minat belajar siswa, hal ini ditunjukkan Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependidikan.
dengan hampir setiap tindakan dalan satu siklus Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Matematika Modern
respon siswa terhadap pembelajaran positif, antusias, dan Komputer Untuk Guru. Bandung: tarsito.
gembira, semangat, bekerjasama dan serius dalam Soewito, et al. (1991). Pendidikan Matematika I.
melakukan aktivitas. Setiap tindakan dalam satu Depdikbud Direktorat Jenderal PendidikanTinggi
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
siklus mengalami peningkatan minat belajarnya. Sumirat, A. (2003). Pembelajaran Konsep Volume Bangun
2. Pembelajaran volume bangun ruang dengan Ruang dengan Menggunakan Media Kubus
menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat di Kelas V SD. Skripsi Sarjana Pendidikan Pada
Program PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
memungkinkan siswa untuk terlibat aktif, khususnya Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam
pada tahap eksplorasi yaitu pada kegiatan kelompok Pendidikan. Yogjakarta: Kanisius.
dalam menemukan konsep yang dipelajari. Hal Thiessen, D. And Wild, M. (1982). The Elementary Math
ini menunjukkan bahwa pembelajaran volume Teacher’s Handbook. New York Chichester Brisbane
Toronto Singapore: John Wiley and Sons.
bangun ruang dengan menggunakan pendekatan
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar Kontemporer. Bandung: FPMIPA UPI.
siswa. Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung:
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran volume Remaja Rosdakarya.
bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Windayana, H. Et al. (2006). Modul Pendidikan Matematika
I. UPI PGSD Kampus Cibiru.

“JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9 - April 2008

Anda mungkin juga menyukai