Anda di halaman 1dari 9

A. No.

Praktikum : praktikum 5
B. Hari/tanggal : selasa, 14 juni 2016
C. Judul : pemeriksaan bilirubin total
D. Tujuan : untuk mengetahui kadar bilirubin total di dalam darah seseorang
E. Prinsip : bilirubin bereaksi dengan diazitized sulfanilic acid (DSA) untuk membentuk
warna diazo. Intensites warna dari dioza dalam cairan ini sebanding dengan
konsentrasi bilirubin dalam sampel.
F. Metode : modifikasi jendrassik Grof
G. Dasar teori
A. Hati
Hati adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan
beratnya ± 1 ½ kg. Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan
bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama :
1. Permukaan atas terbentuk cembung, terletak di bawah diafragma.
2. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus.
Permukaanya diliputi oleh peritoneum viserial, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum
yang merupakan lipatan peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang
dinamakan kapsula glisson, yang meliputi permukaan interior membentuk rangka
untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika dan saluran empedu. Selain
merupakan organ yang mempunyai ukuran terbesar, hati juga mempunyai fungsi
yang banyak dan paling komplek. Hati merupakan pertahanan hidup dan berperan
pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Hati mempunyai kapasitas cadangan
yang besar dan fungsi jaringan untuk mempertahankan tubuh, hati juga mempunyai
kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Kerusakan hati sebagian pada
kebanyakan kasus sel yang mati atau sakit, maka akan diganti dengan jaringan hati
yang baru.
Hati mempunyai multi fungsi yang berkaitan dengan metabolisme maka
gangguan faal hati dapat disebabkan oleh kelainan prahepatik, intra hepatik dan
post-hepatik. Kelainan prehepatik misalnya pada anemi hemolitik, kelainan
intrahepatik atau hepatoseluler misalnya pada hepatitis, cirrhosis dan karsinoma
hepatis. Sedangkan kelainan post hepatik karena adanya tumor ( Hardjono, 2003).

B. Bilirubin
Birirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemaglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.di samping itu
sekitar 20 % birirubin berasal dari perombakan zat-zat lain.sel retikuloendotel
membuat birirubin tidak larut dalam air,bilirubin yang disekresikan dalam darah terus
diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati.di dalam hati,hepatosit
melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga
bersifat larut air ,sehingga disebut bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi.proses
konjugasi melibatkan enzim glukoroniltnsferase,selain dalam bentuk diglukoronida
dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa,xylosa dan
sulfat.bilirubin terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi ke dalam sistem bilier.
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak maupun
air berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme protein
seluruh tubuh.sebagian besar (kira-kira 80%) terbentuk dari proses katabolik
hemaglobin,dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa,dan sumsum
tulang.disamping itu sekitar 20% dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non
heme porfirin,prekusor pirol dan lisis eritorost muda.dalam keaadaan fisiologis pada
manusia dewasa,eritrosit dihancurkan setiap jam.dengan demikian bila hemaglobin
di hancurkan dalam tubuh,bagian protein globin dapat dipakai kembali baik sebagai
protein globin maupun dalam asam-asam aminonya (E.N Kosasih,2008).
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan oleh enzim
hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilrubin
reduksitase.sel retikuloendotel bilirubin tak larut air,bilirubin yang disekresikan ke
dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma.hepatosit adalah sel yang
dapat melepaskan ikatan,dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat
menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam
saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus. Didalam usus oleh flora usus
bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang,keluar
lagi melalui empedu.ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi
sistemik,kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan dieksekresi bersama urine
(Widman F.K,1995)

Penyebab Kadar Tinggi Bilirubin

1. Penyumbatan saluran empedu dapat mempengaruhi tingkat bilirubin. Dalam beberapa


kasus, penyempitan saluran empedu juga memicu kenaikan moderat bilirubin.

2. Sirosis hati dapat mempengaruhi fungsi hati, yang mengarah ke tingkat bilirubin
abnormal.

3. Selain sirosis hati, fungsi hati bisa dipengaruhi oleh berbagai masalah lain seperti gagal
hati, kista hati, dll.

4. Kelainan genetik metabolisme bilirubin dapat menyebabkan kenaikan ringan level


bilirubin.
5. Virus hepatitis merupakan salah satu penyebab utama kenaikan level bilirubin.

6. Sindrom Crigler Najjar atau gangguan langka yang mempengaruhi metabolisme bilirubin
dapat pula menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

7. Choledocholithiasis atau adanya batu empedu dalam saluran empedu merupakan salah
satu penyebab utama kadar bilirubin tinggi.

8. Sindrom Dublin Johnson atau peningkatan bilirubin terkonjugasi tanpa peningkatan enzim
hati dapat menyebabkan kadar bilirubin melebihi normal.

9. ‘Penyakit kuning’ merupakan kondisi ketika seseorang memiliki bilirubin yang berlebihan
dalam darah.

10. Penyakit hati yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan dapat mempengaruhi
fungsi hati secara serius dan memicu peningkatan kadar bilirubin.

11. Hemolisis atau perusakan abnormal sel-sel darah merah bisa menjadi penyebab bilirubin
berlebih dalam darah.

12. Berbagai jenis kanker bisa menyebar ke hati dan mempengaruhi fungsi hati.

13. Hepatitis alkoholik adalah penyebab umum dari kadar bilirubin tinggi dalam darah.

C. Metabolisme Bilirubin

Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam


lemak maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari
berbagai heme protein seluruh tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk
dari proses katabolik hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di
limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar 20 % dari bilirubin berasal dari
sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis eritrosit muda.
Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap jam.
Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin
dapat dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam-
asam aminonya. (E. N. Kosasih, 2008).
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh
enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim
bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang
sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit
adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam
glukoronat menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke
dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora
usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang takberwarna dan larut air,
urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian
terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap
kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian
mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk
dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi
bersama urin (Widman F.K,1995).
D. faktor yang mempengaruhi stabilitas bilirubin total.
Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total sampel akan selalu berhubungan
langsung dengan faktor luar.hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel
yang akan diperiksa,sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum
diantaranya yaitu :

1. Sinar
Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi
kerusakan terutama oleh sinar,baik sinar lampu ataupun sinar matahari.serum
atau plasma heparin boleh digunakan,hindari sampel yang hemolisis dan sinar
matahari langsung.sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan
kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu jam,dan pengukuran bilirubin total
hendaknya dikerjkan dalam waktu dua hingga tiga jam setelah pengumpalan
darah.bila dilakukan penyimpanan serum hendaknya disimpan di tempat yang
gelap,dan tabung atau botol yang berisi serum dibungkus dengan kertas hitam
atau aluminium foil untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang
rendah atau lemari pendingin (Carl E.Speicher,dkk,1999)
2. Suhu Penyimpanan
Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap
sampel, baik saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar
bilirubin total sebaiknya diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu
pemeriksaan kadar bilirubin total bisa dilakukan penyimpanan. Dengan
penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu hari bila
disimpan pada suhu 15 ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC, dan tiga bulan
pada penyimpanan -20ºC . (DialineDiagnostik ).
H. Alat daN BAHAN
1. Alat-alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Mikropipet
 Blue type dan yellow type
 Spektrofotometer
 centrifuge
2. Bahan
Serum, plasma
3. Reagen
 Reagen 1 : Sulphanilic Acid, Ethylene Glycol, Dimenthylsulfoxide
(DMSO)
 Reagen 2 : Sodium nitrit
I. Cara kerja
Buat reagen kerja dengan perbandingan 150 bagian R1 dan 1 bagian reagen 2
Pipet kedalam tabung reaksi Blanko sampel Sample
Reagen 1 1000 µl ----
Working reagen ---- 1000 µl
Sample 100 µl 100 µl
Homogenkan tanpa di tunda, inkubasi pada suhu ruang 30 oC selama 3 menit atau 2
menit pada suhu 37oC. Baca absorbansi sampel terhadap blanko sample.
J. Hasil
Dari sampel :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Hari/tanggal pengambilan sample : selasa, 14 juni 2016
Didapatkan hasil pemeriksaan bilirubin total
Sesuaikan modul masing-masing

K. Pembahasan
Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang
menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami
reduksi dan menjadi bilirubin bebas. 2. Pembentukan Dalam keadaan fisiologis,masa
hidup erytrosit manusia sekitar 120 hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi
dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi
komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi
dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu
heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450.
Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena
membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi
reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir
reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang
berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Jenis Bilirubin Bilirubin terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Bilirubin terkonjugasi
(bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan
diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi
urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk
azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau
bilirubin langsung. Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan
bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein
atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau
bilirubin tidak langsung.
Patologi Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme
hemoglobin, fungsi hati dan kejadian-kejadian pada saluran empedu. Apabila
destruksi eritrosit bertambah, maka terbentuk lebih banyak bilirubin. Itu mungkin
menyebabkan bilirubin prehepatik naik sedikit, tetapi hati normal mempunyai daya
ekskresi yang cukup besar, sehingga peningkatan bilirubin dalam serum tidak terlalu
tinggi. Bilirubinemia tidak pernah lebih tinggi dari 4 atau 5 mg/dl kalau sebabnya
hanya hemolisis saja. Melemahnya fungsi hati mendatangkan kenaikan kadar
bilirubin dalam serum yang mengesankan (cukup tinggi). Berkurangnya daya uptake
atau konjugasi pada sel-sel hati mungkin menyebabkan kadar bilirubin indirek
meningkat ; melemahnya ekskresi bilirubin konjugat mendatangkan kadar bilirubin
post hepatik meningkat. Konjugat bilirubin bersifat larut air dan mudah menembus
filter glomeruli ; bilirubin berbalik arah kembali kealiran darah jika ada obstruksi
saluran empedu dimana saja : dalam jaringan hati, pada saluran hepatik, pada
kantong empedu dan pada ductus choledochus. Disfungsi hepatoseluler yang
sedang derajatnya, menghambat penyaluran bilirubin konjugat ke dalam ductus
colligentis ; kadar bilirubin direk dalam darah dapat meningkat pada penyakit
hepatoseluler, biarpun saluran-saluran empedu dapat dilalui dengan bebas. Bila
kadar bilirubin direk atau indirek sampai 2-4 mg/dl, maka pasien menderita ikterus,
yakni menguningnya kulit, selaput lendir dan sklera. Ikterus Ikterus adalah
perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang
menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi darah.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga
kulit (terutama) dan atau sklera tampak kekuningan. Pada orang dewasa, ikterus
akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 µmol/L), sedangkan pada
neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL (>86 µmol/L).

Kesalahan-kasalahan Dalam Pemeriksaan Laboratorium


1. Kesalahan Kasar
Merupakan kesalahan yang dapat timbul akibat kekeliruan pada penanganan
sampel, pipetasasi, reagensia, panjang gelombang dan lain -lain. Hasil yang
diukur biasanya tidak sesuai yang diharapkan maka kesalahan yang demikian
dapat segera diketahui.
2. Kesalahan Acak
Pengukuran suatu zat pada kondisi yang sama untuk beberapa kali pada
suatu sampel, kita mendapatkan hasil yang tidak sama, hasil-hasil yang didapat
pasti berdeviasi satu sama lain. Hasil nilai yang didapat pada kesalahan acak
tidak dapat dihindari tapi bisa diatasi dengan melakukan pemeriksaan yang
cermat dan teliti serta reagensia dan peralalatan yang baik.
3. Kesalahan Sistemik atau Sistematik
Biasanya disebabkan oleh pipet yang kurang akurat, penyimpanan serum
yang kurang baik, suhu yang tidak sesuai waktu pemeriksaan, reagensia yang
rusak dan photometer yang tidak terkalibrasi. (Marsetio Donosaputro,2000)

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Bilirubin dan Implikasi Klinik

Beberapa indikasi klinik dari hasil pemeriksaan bilirubin antara lain :

 Peningkatan bilirubin yang disertaipenyakit hati dapat terjadi pada gangguan


hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi saluran empedu atau hemolisis sel
darah merah
 Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia hemolitik,
trauma disertai dengan pembesaran hematoma dan infark pulmonal
 Bilirubi terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan penurunan fungsi hati
hingga 50%
 Peningkatan kadar pada pemeriksaan bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada
kanker pankreas dan kolelitiasis
 Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase hepatik, hepatitis, sirosis
dan kolestasis akibat obat-obatan.
 Pemecahan bilirubin dapat menyamarkan peningkatan bilirubin
 Obat-obat yang dapat meningkatkan bilirubin antara lain seperti : obat yang bersifat
hepatotoksik dan efek kolestatik, anti malaria (primakuin, sulfa, streptomisin,
rifampisin, teofilin, asam askorbat, epinefrin, dekstran, metildopa)
 Obat-obat yang meningkatkan serum bilirubin dan ALP antara lain : Allopurinol,
Karbamazepin, kaptrofil, klorpropamid, eritromisin, estrogen, TMP-SMZ)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium

1. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksan dapat


mempengaruhi kadar bilirubin

2. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin

3. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

4. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan
pigmen empedunya akan menurun

5. Obat-obat tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin

Gejala Kadar Tinggi Bilirubin

– Kehilangan nafsu makan


– Sering demam
– Mual, muntah
– Perut bengkak atau sakit
– Urin berwarna kuning atau kecoklatan
– Urin memiliki bau menyengat
– Tingkat energi rendah dan sering lelah
– Warna tinja pucat atau seperti tanah liat
– Sensasi gatal
– Kulit dan putih mata menjadi kuning

‘Kulit kekuningan’ adalah salah satu gejala utama peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru
lahir.

Tingkat bilirubin tinggi umum terjadi pada bayi prematur pada saat kelahiran.

Pada orang dewasa, gangguan ini bisa menjadi tanda dari penyakit hati serius dan
mengakibatkan kelelahan, pembengkakan pada pergelangan kaki, pengecilan otot, ascites
(penumpukan cairan dalam rongga perut), kebingungan mental, atau bahkan koma dan
perdarahan usus.

Pengobatan Kadar Tinggi Bilirubin

1. Tidak ada pengobatan medis diperlukan untuk hepatitis A. Penyakit ini biasanya sembuh
dengan sendirinya.

2. Batu empedu dan batu pada hati dapat diangkat melalui pembedahan. Dalam kasus
parah, transplantasi hati bisa menjadi pilihan untuk mengobati disfungsi hati.

3. Pengobatan untuk kanker atau kanker hati metastatik tergantung pada keparahan kondisi
dan kesehatan pasien secara keseluruhan.

4. Dokter perlu mempelajari sejarah pasien. Penyalahgunaan alkohol atau narkoba yang
mengarah pada gangguan hati perlu diperhatikan oleh dokter untuk merencanakan
perawatan yang sesuai.
5. Peningkatan kadar bilirubin dapat diobati dengan bantuan pengobatan rumah, jika kondisi
tidak terlalu serius. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan pengobatan rumah
yang tepat.

6. Bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia ringan tidak memerlukan perlakuan khusus.
Untuk kasus hiperbilirubinemia moderat, bayi yang baru lahir biasanya disinari dengan
lampu bilirubin untuk mengatasi kondisi tersebut.[]

L. KESIMPULAN
Sesuaikan modul masing-masing.
M. DAFRTAR PUSTAKA
Kosasih, E.N dan A.S Kosasih. 2008.Tafsiran Hasil pemeriksaan LaboratoriumKlinik
edisi kedua. Karisma Publishing Group : Tangerang.

Carl E Speicher,M.D, dkk.1999. pemilihan uji laboratorium yang efektif, EGC-


Jakarta, Edisi ke-1.
Widmann, Frances K. 1995.Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium.
Ed.9.Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda Soebrata, J.Latu. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai