Anda di halaman 1dari 78

PERENCANAAN JEMBATAN STANDAR DI INDONESIA

UNTUK KEAMANAN STRUKTUR JEMBATAN YANG


LEBIH BAIK

Robby Permata
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta – Padang
OUTLINE PRESENTASI
• PENDAHULUAN
• TIPE STRUKTUR JEMBATAN STANDAR DI INDONESIA
• ISU UTAMA TERKAIT KEAMANAN JEMBATAN
• Masalah aliran air
• Masalah beban berlebih/overload
• KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Kondisi jembatan di Indonesia
Data dari Subdit Teknik Jembatan, Direktorat Jembatan, Dirjen Bina Marga, KemenPU-PERA, 2016

b. Tahun dibangun
0.16%
0.19%
a. Panjang Bentang
0.53% 0.13% 1.83% c. Tipe Struktur Atas
7.03%
3.87% 0.58%
6.74% 4.92%
7.14% 2.17% 6.40% 4.67%
3.31%
13.31% 10.22%
64.32% 33.83
21.36%
22.55% % 50.18
34.55%
%

UNKNOWN 1900-1910
6 - 20 20 - 40 1911-1920 1921-1930
40 – 60 60 – 100 1931-1940 1941-1950
> 100 1951-1960 1961-1970
1971-1980 1981-1990 Culvert Plate Girder
1991-2000 2001-2010 Truss Others
2011-RECENT
Apa yang bisa dilihat dari data kondisi jembatan di Indonesia di atas?

1. Panjang bentang  sebagian besar adalah bentang pendek di bawah 40 m ( > 75%)
2. Usia jembatan  sebagian besar jembatan telah berusia lebih dari ‘paruh baya’: 34%
berusia 20-30 tahun, 22% berusia 30-40 tahun, 10% berusia 40-50 tahun dan 12%
bahkan telah melewati usia layan jembatan standar sesuai peraturan lama (50 tahun)
3. Tipe struktur atas  50% adalah tipe gelagar/girder dan 33% adalah tipe rangka baja
(truss)

Artinya:
 Sebagian besar jembatan di Indonesia adalah tipe standar dengan bentang relatif
pendek
 Sebagian besar jembatan di Indonesia sudah membutuhkan perhatian lebih pada
pemeliharaan
Apa itu jembatan standar?
Apa itu jembatan non-standar?
TIPE STRUKTUR
JEMBATAN STANDAR
DI INDONESIA
Box Culvert

 Pengerjaan box
culvert 10 x 4 m di
Proyek Tol Padang-
Sicincin
Corrugated Steel Plate
Corrugated Steel Plate

 CSP juga banyak


digunakan sebagai
tipe struktur lantai
kendaraan pada
berbagai tipe
jembatan
Voided Slab

 Kondisi jembatan voided slab di lapangan saat ini menunjukkan banyaknya kerusakan
pada sambungan antar panel. Saat ini PUPR sedang membuat kajian deatil sambungan
yang bisa tahan lama untuk voided slab.
Gelagar Beton Bertulang Tipe T
Gelagar Beton Bertulang Tipe T
 Salah satu tipikal
kesalahan konstruksi
gelagar beton
bertulang tipe T: tidak
memperhitungkan
camber
Gelagar Beton Pratekan Tipe I
Gelagar Beton Pratekan Tipe I
Gelagar Beton Pratekan Tipe I
Gelagar Beton Pratekan Tipe Tee
Gelagar Beton Pratekan Tipe Tee
Gelagar Beton Pratekan Tipe Tee
Gelagar Beton Pratekan Tipe Box
Gelagar Beton Pratekan Tipe Box
Gelagar Komposit Tipe I
Gelagar Komposit Tipe I
Gelagar Komposit Tipe I
Gelagar Komposit Tipe I
 Shear connector pada
sayap atas gelagar I baja
untuk membentuk aksi
komposit dengan pelat
beton

 Umumnya gelagar I baja


komposit menggunakan transverse
stiffener pada badan untuk
membentuk tension field action
Gelagar Komposit Tipe Box
Gelagar Komposit Tipe Box

 Fabrikasi steel box girder


 Steel box girder di Kunciran Junction,
Proyek Tol Kunciran-Cengkareng
Gelagar Komposit Tipe Box
 Steel box girder Proyek tol
Kunciran-Cengkareng di Kunciran
Junction. Panjang 65 m dan berat 1
girder 165 ton

 Steel box girder


Proyek Tol MTN, juga
di Kunciran Junction
Rangka Baja
Rangka Baja
Rangka Baja
APA ISU UTAMA
TERKAIT KEAMANAN
JEMBATAN?
 Penyebab kegagalan jembatan di
Amerika:
banjir dan gerusan (48%), kesalahan
konstruksi dan supervisi (12%),
tabrakan -biasanya dengan kapal-
(11.73%), beban berlebih (8.75%)

Vaza, 2016

 Penyebab kegagalan jembatan


di Indonesia:
banjir dan gerusan (47%), beban
berlebih (25%), kurangnya
pemeliharaan (6%) ,
Musuh Utama Jembatan: Air…

Beberapa kegagalan jembatan akibat aliran air di


Sumatera Barat (sekitar tahun 2016)
 Jembatan Cipamingkis (2017)

 Jembatan Ulee Raket (2019)


Perencanaan jembatan terhadap bahaya aliran banjir dan gerusan membutuhkan kajian
dan analisis yang secara umum sangat berbeda dengan analisis atau perencanaan
struktur atas jembatan.
Metode analisis struktur umumnya sudah ‘pasti’ dan mudah diikuti prosedurnya.
Sementara itu perencanaan perlindungan jembatan terhadap aliran air dan gerusan
membutuhkan pemahaman terhadap kondisi alam, perilaku sungai dan prediksi
pengaruh struktur bawah dan fondasi jembatan terhadap aliran yang mana tidak
semuanya bisa dimodelkan se-eksak analisis gaya dalam pada struktur.
Permasalahan lain adalah perlunya koordinasi lintas sektoral karena jembatan dan
sungai berada di bawah pengelolaan Direktorat yang berbeda.
Jembatan Batang Kalu, Provinsi Sumatera Barat
(2018 - 2019)
Sumber: BWS Sumatera V, Dirjen SDA, Kementerian PUPR
Sumber: BWS Sumatera V, Dirjen SDA, Kementerian PUPR

 Posisi tikungan sungai semakin mendekati posisi jembatan


Sumber: BWS Sumatera V, Dirjen SDA, Kementerian PUPR
Plan jembatan baru

Jembatan dan
pelindung lereng
oleh Bina Marga

Normalisasi sungai
dilakukan oleh BWS
Sumatera V
Potongan memanjang jembatan baru
Kondisi Jembatan Batang Kalu (2020)
Jembatan di Ruas Sanenrejo – Bts Banyuwangi

 Lebar saluran alam yang


terbentuk tidak terlalu besar,
hanya sekitar 8 m

 Terdapat banyak batu besar dan


sampah yang mengindikasikan terjadi
banjir di daerah ini
 Hasil konfirmasi dengan warga sekitar
memberikan informasi bahwa ketika
banjir besar aliran air melimpas ke kiri-
kanan saluran dan area tsb tergenang
Sejarah morfologi sungai

Posisi sungai pada Tahun 2011 Posisi sungai pada Tahun 2014

Posisi sungai pada Tahun 2016 Posisi sungai pada Tahun 2019
Tidak direkomendasikan untuk menggunakankan Box Culvert dan Jembatan dengan bentang kecil
karena:
 Debit sungai besar
 Sungai mengalami perpindahan dan berpotensi untuk mengalami perubahan jalur sungai
secara alami.
Perubahan sungai
pernah terjadi di
tahun 2011

Pada bagian hilir


rencana box sungai,
geometri sungai
berpotensi untuk
berubah menjadi
lurus. Ini akan
menyebabkan arus
sungai berubah
menjadi lebih kuat.
Usulan 1: PCI girder 16 m

Plan

Potongan Memanjang

 Persyaratan freeboard
1.5 m tidak tercapai
Usulan 2: PCI girder 25 m

Plan

Potongan Memanjang

 Persyaratan freeboard
1.5 m tidak tercapai
Usulan 3: Box culvert 8x5 m 2 cell

Potongan Melintang

Potongan Memanjang

 Persyaratan freeboard
1.5 m tidak tercapai
Usulan 4: Box culvert 8x5 m 3 cell

Potongan Melintang

Potongan Memanjang

 Persyaratan freeboard
1.5 m tidak tercapai
Hasil analisis hidrologi/hidraulika

[Permodelan hecras tanpa struktur jembatan] [Permodelan hecras dengan struktur jembatan]

1+400.prj Plan: Plan 28 2/21/2020 1+400.prj Plan: Plan 36 4/21/2020


.03 .02 .03
61
.03 .02 .03 63 Legend
Legend
EG PF 1
EG PF 1
WS PF 1
WS PF 1
62 Crit PF 1
Crit PF 1
60 Ground
Ground
Ineff
Bank Sta
61 Bank Sta

Elevation (m)
Elevation (m)

59 60

59
58

58

57
57

56 56
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100

Station (m) Station (m)

 Hasil analisis menunjukkan muka air banjir  Dilakukan analisis pengaruh struktur
melebihi bantaran saluran yang ada jembatan terhadap muka air banjir
 Harus dilakukan pelebaran penampang saluran
supaya tercapai persyaratan freeboard
Plan jembatan rencana
Proteksi lereng oprit

Bronjong untuk Galian untuk pelebaran


proteksi sungai
abutment
Beban Berlebih (Overload)

 Jembatan Cipunagara (2004)


 Jembatan Cincin Lama, Widang-Babat
(2018)
 Penilaian kelayakan suatu
jembatan untuk menahan suatu
beban dapat dianalisis dengan
menentukan load rating
jembatan tersebut
 Prosedur load rating sangat
terkait dengan pemeliharaan
karena didasarkan pada nilai
kondisi jembatan yang
didapatkan dari pemeriksaan
jembatan
 Bagan alir umum prosedur load rating untuk mendapatkan Rating Factor (RF)
 Metode analisis Rating Factor (RF)
dan perencanaan perkuatan
jembatan pada buku panduan ini
juga bisa diaplikasikan pada
jembatan yang diduga sudah
mengalami penurunan kapasitas.
 Buku panduan ini juga memberikan
penjelasan detail mulai dari tahap
pemeriksaan jembatan, penentuan
nilai kondisi jembatan, model
updating, penentuan rating factor
(RF) dan contoh analisis beserta
opsi perkuatan yang mungkin
dilakukan
 Beberapa metode penentuan load rating yang disarankan
 Metode yang umum digunakan: LRFR
 Pada buku panduan teknis evaluasi struktur jembatan …, juga diberikan
contoh analisis jembatan yang tidak memenuhi kelayakan terhadap beban (RF
< 1.0) beserta perkuatan yang dilakukan sehingga tercapai nilai RF > 1.0
Perkuatan dengan memperpendek bentang atau menambahkan
tumpuan
Perkuatan dengan menambah member atau pengaku
Perkuatan dengan memperbesar penampang
Perkuatan dengan menggunakan beton sebagai pembungkus
elemen baja
Perkuatan dengan menggunakan fiber reinforced polymer (FRP)
Perkuatan dengan menggunakan fly over bridge (FOB)
Perkuatan dengan menambahkan prategang eksternal
KESIMPULAN
Kesimpulan

1. Jembatan bentang pendek dengan tipe standar masih sangat dominan di Indonesia
2. Sebagian besar jembatan di Indonesia sudah membutuhkan pemeliharaan yang
berkelanjutan untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur
3. Penyebab kegagalan utama jembatan adalah masalah terkait aliran air: banjir dan
gerusan
4. Penanganan masalah terkait banjir dan gerusan ini membutuhkan pemahaman yang
baik terhadap sifat sungai, kondisi alam dan pengaruh struktur jembatan terhadap
perubahan pola aliran.
5. Permasalahan beban berlebih (overload) masih menjadi penyebab kegagalan utama
struktur jembatan di Indonesia
6. PU sudah mengeluarkan berbagai panduan teknis terkait pemeriksaan jembatan,
penentuan load rating, pemeliharaan dan perkuatan yang direkomendasikan untuk
mencegah kegagalan akibat beban berlebih.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai