Penilaian Acuan Patokan Dan Penilaian Ac
Penilaian Acuan Patokan Dan Penilaian Ac
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau
ujian yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya
setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai
tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku rapor), surat tanda
tamat belajar (STTB), ijazah, atau daftar nilai lainnya.
1
Ngalim Puwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1984), Hlm. 76.
1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patoka (PAP)
a. Pengertian PAN (Penilaian Acuan Normatif)
Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau
prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah
semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang
dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan
propinsi atau wilayah.2
2
Ibid., Ngalim Puwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Hlm. 77.
3
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Hlm. 23.
2
Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang siswa
dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang siswa yang apabila terjun ke
kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lain hanya
menduduki kualitas “sedang” saja. Ukurannya adalah relatif. Oleh sebab itu maka
dikatakan pula diukur dengan standar relatif. Ukuran demikian juga disebut
menggunakan norma referenced, atau norma kelompok.4
4
Ibid., Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Hlm. 233.
5
Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, (Jakarta, Erlangga, 2012), Hlm. 214.
3
dengan hasil penampilan siswa lain. Dengan kata lain, dalam acuan patokan, apa
yang dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilannya dalam
mengerjakan tes.6
Contoh lain, misalnya dalam suatu modul dinyatakan bahwa untuk dapat
dinyatakan lulus, seorang siswa harus memperoleh nilai 80% dari tes akhir modul
(post-test). Jika ternyata seorang siswa setelah mempelajari modul tersebut dan
mengerjakan tes akhir modul mendapat nilai 60, yang berarti 60%, maka siswa
tersebut masih harus mempelajari kembali bagian-bagian dari modul yang belum
dikuasainya, kemudian dites lagi sampai akhirnya ia dapat memperoleh nilai 80
atau lebih.
6
Ibid., Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Hlm. 23.
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta, BINA AKSARA,
1987), Hlm. 233.
8
Alex Shirran, Evaluating Students, (Jakarta, PT Gramedia, 2006), Hlm. 107.
4
penerbang. Contoh kedua menggunakan kriteria tingkat kemampuan penggunaan
pengetahuan sesuai dengan tujuan kurikulum sehingga nilai yang diperoleh siswa
sekaligus mencerminkan sejauh mana kemampuan atau penguasaan siswa akan
materi pengajaran yang diteskan.
9
Alex Shirran, Evaluating Students, (Jakarta, PT Gramedia, 2006), Hlm. 108
5
dibuat mempunyai hasil yang konsistensi dalam mengukur apa yang
hendak diukur (Sukardi 2003).
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data
siswa yang dievaluasi.
6
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar
(mastery learning).
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria
tertentu atau domain pencapaian belajar.
3. Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
7
dikemukakan bahwa pengajar perlu memahami, bilamana dan untuk apa suatu
pendekatan itu digunakan. Misalnya apabila pengajar harus menetapkan peringkat
hasil belajar di dalam kelompok, maka sebagusnya digunakan PAN. Namun
apabila pengajar berkehendak untuk menetapkan nilai akhir (skor akhir)
sebagusnya menggunakan PAP.
1. Dengan PAP itu dapat diketahui hasil belajar yang sebenarnya, oleh
karena normanya adalah norma ideal.
2. Dengan PAP itu tidak diperlukan perhitungan-perhitungan statistik,
sehingga memudahkan pengajar (guru-guru) yang tidak menguasai
metode-metode statistik.
3. Dengan PAP hanya ada satu makna bagi satu nilai yang sama, oleh
karena normanya tidak bersifat nisbi.10
10
Mudijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: BUMI AKSARA, 1995), Hlm. 99.
11
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1996),
Hlm. 87.
8
kedudukan seorang peserta tes dalam kelompoknya, sedangkan acuan kriteria
memberikan informasi penting tentang bagaimana seorang peserta tes menguasai
pengetahuan atau materi tertentu. Sementara itu, acuan norma dapat diaplikasikan
pada jenis tes yang memiliki jangkauan materi lebih luas dibandingkan dengan
acuan kriteria.12 Semua tes standar didesain untuk menilai siswa di bawah kondisi
yang benar-benar terkontrol. Ini berarti bahwa semua siswa yang mengikuti tes itu
akan mengalami kondisi penulisan tes yang persis sama.13
13
Ibid., Alex Shirran, Evaluating Students, Hlm. 108
9
1. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan
kriteria minimal;
2. Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa serta fokus
pada pembelajaran;
3. Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam
proses pembelajaran.
14
http://nanaplb11.blogspot.com/2014/01/penilaian-acuan-patokan-dan-acuan-norma.html
15
Ibid., Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Hlm. 60.
10
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
11
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, BINA
AKSARA, 1987
Aksara, 2008
1996.
http://nanaplb11.blogspot.com/2014/01/penilaian-acuan-patokan-dan-acuan-
norma.html
12