(Kelompok 4) Makalah SUHU TUBUH PDF
(Kelompok 4) Makalah SUHU TUBUH PDF
Makalah
Keperawatan Dasar Dua
Dosen Pembimbing :
Suriana, STT,S.Kep.NS, M.Kes
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam
dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan
kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Suhu Tubuh ” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh
dari berbagai sumber serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama
islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan
Dasar Dua atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada pihak-
pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme
perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan
suhu tubuh, reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan
suhu suhu tubuh.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kebanyakan orang menganggap suhu tubuh normal manusia sudah pasti harus
berada di angka 37ºC. Namun, konsep ini agak menyesatkan dan telah dibantah oleh
banyak studi medis.
Sementara itu, suhu tubuh cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Satu
studi milik para periset di Rumah Sakit Universitas Winthrop di New York menemukan
bahwa orang lanjut usia memiliki suhu tubuh normal yang lebih rendah daripada
2
“standar” di atas. Dari 150 orang lanjut usia dengan usia rata-rata sekitar 81 tahun,
periset menemukan bahwa suhu rata-rata tubuh mereka tidak pernah mencapai 37°C.
Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan ketika lansia sakit sekalipun, suhu tubuh
mereka mungkin tidak naik hingga mencapai suhu yang dikenali orang sebagai demam
(lebih dari 37ºC). Di sisi lain, suhu tubuh yang terlalu rendah (di bawah 35ºC) pada
umumnya menjadi pertanda penyakit tertentu.
Dengan demikian, batasan suhu tubuh agar bisa dibilang demam juga akan
berbeda untuk setiap orang berdasarkan waktu di hari tersebut. Intinya adalah, untuk
bisa mengetahui suhu tubuh normal seseorang, setiap variasi faktornya harus ikut
diperhitungkan.
3
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi ephineprin dan norephineprin yang meningkatkan
metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
d. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3-0,6°C di atas suhu basal.
f. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
4
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktifitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
1. Pireksia
Suhu tubuh yang berada diatas rentang umum disebut sebagai pireksia, hipertermia
(demam). Demam yang sangat tinggi, seperti 41 derajat celcius, disebut sebagai
hiperpireksia. Klien yang mengalami demam biasanya disebut febril < 37,5; dan klien
yang tidak mengalami demam disebut afebril. Empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu:
a. Demam intermiten : suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur,
antara periode demam dan periode suhu normal serta subnormal.
b. Demam remiten : terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2O
C) dan berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada diatas normal.
c. Demam kambuhan : masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi
dengan periode suhu normal selama 1-2 hari.
5
d. Demam konstan : suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi tetap berada di suhu
normal.
2. Hipotermia
Adalah nilai suhu inti yang berada dibawah nilai normal. Tiga mekanisme hipotermia
antara lain pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas yang tidak adekuat
untuk mengimbangi kehilangan panas, dan kerusakan termoregulasi hipotalamus.
Hipotermia dapat terjadi secara alamiah. Hipotermia yang terjadi secara alamiah dapat
disebabkan oleh pajanan terhadap lingkungan yang dingin, kontak langsung dengan air
yang dingin, dan pakaian, tempat tinggal, atau panas yang tidak adekuat. Pada lansia,
masalah tersebut dapat diperburuk oleh penurunan laju metabolism dan penggunaan
obat sedatif. Penanganan hipotermia meliputi menjauhkan klien dari udara dingin dan
menghangatkan tubuh klien. Hipotermia yang disengaja adalah penurunan suhu tubuh
yang dilakukan secara sengaja untuk mengurangi kebutuhan oksigen jaringan tubuh.
Hipotermia yang disengaja dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau bagian tubuh
tertentu saja. Tindakan ini seringkali diindikasikan sebelum klien menjalani
pembedahan.
6
sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolism dan kontraksi otot. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rectal, dan aksila.
a. Oral
Pengukuran suhu tubuh secara oral (mulut) adalah dengan cara meletakkan
termomoter oral dibawah lidah dengan mengatupkan bibir selama 3-5 menit.
b. Rektal
Pengukuran suhu tubuh secara rectal (anus) adalah dengan cara memasukan
ujung termometer rectal ke dalam anus selama 2-3 menit.
c. Aksila
Pengukuran suhu tubuh secara aksila (ketiak) adalah dengan cara meletakan
termometer di ketiak selama 3-5 menit.
Bisa disebut sebagai hipotermia. Suhu tubuh yang terlalu rendah dapat mengancam
jiwa karena memperlambat sistem kerja saraf dan berujung pada kegagalan fungsi
organ jantung dan pernapasan, serta kematian.
Pahami pula gejala-gejala terjadinya hipotermia. Pada orang dewasa, gejala yang
akan dirasakan antara lain menggigil, bicara tidak jelas, pernapasan yang pendek dan
pelan, serta perlahan-lahan hilang kesadaran. Sementara gejala yang terjadi pada bayi
adalah kulit dingin dan berwarna merah.
Jika kedinginan, pakailah pakaian yang lebih tebal dan hangat. Usahakan agar tubuh
selalu kering. Konsumsi minuman hangat yang manis dan tidak mengandung alkohol
7
maupun kafein. Jika mencurigai seseorang mengalami hipotermia, segera bawa ke
rumah sakit terdekat karena ini merupakan kondisi darurat.
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh berada pada titik lebih dari 40 derajat
Celcius. Hipertermia terjadi ketika tubuh gagal mengatur suhu sehingga suhu tubuh pun
terus meningkat. Sengatan panas akan dirasakan oleh pengidap hipertemia.
8
b. Dapat digunakan untuk engukur suhu tinggi dan rendah.
c. Tidak membasahi dinding kaca
d. Mengkilap seperti perak sehingga mudah dilihat.
e. Mengembang dan memuai secara teratur.
a. Termometer laboratorium
b. Termometer ruang
c. Termometer klinis
d. Termometer Six-Bellani
9
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C
sampai 40°C.
a. Hipertermia
Hipertermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat drastis dari
suhu normal. Hipertermia umumnya terjadi ketika sistem yang mengatur suhu
tubuh tidak mampu lagi menahan suhu panas dari lingkungan sekitar. Bayi dan
anak-anak usia hingga 4 tahun merupakan kelompok yang rentan terkena
hipertermia. Risiko hipertermia juga cukup tinggi pada orang dengan obesitas,
pekerja di lapangan, orang lanjut usia (lansia) di atas 65 tahun, atau menderita
kondisi kesehatan tertentu.
Gejala Hipertermia
Penyebab Hipertermia
10
tubuh. Berikut adalah jenis-jenis hipertermia, mulai dari yang ringan hingga
berat:
1. Heat stress. Tubuh kita menyerap panas yang dihasilkan dari lingkungan
dengan cara meningkatkan aliran darah menuju ke permukaan kulit dan
berkeringat. Namun, saat kondisi udara lembap dan menggunakan
pakaian terlalu tebal, atau bekerja di tempat panas dalam waktu terlalu
lama, mekanisme tubuh tersebut tidak lagi mampu mengimbangi
paparan suhu dari luar, sehingga terjadi heat stress. Heat stress ditandai
dengan sejumlah gejala berupa badan lemas, haus, pusing, sakit kepala,
dan mual.
2. Heat fatigue. Heat fatigue bisa menimbulkan ketidaknyamanan fisik dan
stress. Kondisi ini biasanya timbul akibat seseorang terlalu lama berada
di tempat panas. Gejala heat fatigue bisa berupa kelelahan, haus,
kepanasan, kehilangan koordinasi gerak tubuh, serta sulit
berkonsentrasi.
3. Heat syncope. Heat syncope adalah keadaan pingsan (sinkop) atau
pusing yang disebabkan terlalu lama berdiri ataupun berdiri secara tiba-
tiba dari posisi berbaring atau duduk. Faktor risiko yang memicu heat
syncope adalah ketidakmampuan tubuh menyesuaikan dengan iklim
(aklimatisasi) dan dehidrasi.
4. Heat cramps. Heat cramps adalah kondisi kram otot yang menyakitkan.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat seseorang berolahraga atau bekerja
di lingkungan yang panas selama beberapa jam. Kram otot biasanya
menyerang bagian otot yang aktif digunakan dalam melakukan
pekerjaan berat seperti pundak, paha, dan betis.
5. Heat edema. Duduk atau berdiri terlalu lama di tempat panas dapat
menyebabkan heat edema. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan
pada tangan, pergelangan kaki, dan kaki akibat penumpukan cairan.
6. Heat rash. Kondisi ini seringkali menyerang bayi. Selain itu, beberapa
orang dewasa juga dapat mengalaminya karena cuaca lembap. Heat rash
ditandai dengan ruam berwarna merah atau merah muda yang ditemui
pada area tubuh yang tertutup pakaian. Heat rash muncul karena saluran
11
keringat tersumbat dan bengkak, yang mengakibatkan gatal serta rasa
tidak nyaman.
7. Heat exhaustion. Kondisi ini terjadi akibat kombinasi paparan suhu
tinggi dengan kegiatan fisik yang berat dan tingkat kelembapan yang
tinggi. Gejala heat exhaustion ditandai dengan denyut nadi yang cepat
dan keringat berlebih.
Diagnosis Hipertermia
Penanganan Hipertermia
Pencegahan Hipertermia
12
mengharuskan Anda untuk berada di luar ruangan, ambil waktu istirahat sejenak
di tempat teduh yang memiliki pendingin ruangan atau kipas angin. Namun
apabila harus beraktivitas di tempat yang panas atau terpapar langsung sinar
matahari, berikut adalah langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah
terjadinya hipertermia:
b. Hipotermia
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis
darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu
normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.
Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan
fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila tidak segera
ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan sistem
sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian.
13
Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah situasi
yang berpotensi menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:
a. Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.
b. Berada terlalu lama di tempat dingin.
c. Jatuh ke kolam.
d. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.
e. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula
dan bayi).
Jenis-jenis Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, namun ada sejumlah faktor yang
berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Faktor-
faktor tersebut meliputi:
14
atau teler dapat membuat seseorang tidak menyadari situasi dan cuaca
dingin di sekitarnya.
c) Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer.
Pengidap penyakit ini biasanya tidak sadar bahwa mereka sedang
kedinginan atau tidak paham apa yang harus dilakukan.
d) Pengaruh penyakit tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat
memengaruhi mekanisme pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia
nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
e) Obat-obatan tertentu, misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat.
Obat-obatan ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk
mengendalikan temperatur.
f) Orang yang menghabiskan waktu lama di tempat yang dingin, misalnya
pendaki gunung atau tunawisma.
Gejala-gejala Hipotermia
Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang
muncul tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.
Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa
dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas,
dan tidak mau menyusu atau makan.
Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap
hipotermia biasanya tidak bisa memicu respons menggigil lagi. Ini
mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap
menengah hingga parah
15
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28-32°C) akan
mengalami gejala-gejala berupa:
Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan berpotensi
memicu hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah. Kondisi ini ditandai
dengan gejala-gejala berikut:
a) Pingsan.
b) Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut
nadi.
c) Pupil mata yang melebar.
d) Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.
Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala tersebut,
bawalah secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.
16
c) Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika
memungkinkan. Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air
hangat.
d) Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
e) Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut atau
pakaian agar hangat.
f) Apabila Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan
selimut sebelum membaringkan pengidap.
g) Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya secara
hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
h) Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan. Tetapi
jangan memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
i) Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat untuk
mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, dada, atau
selangkangan. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat
mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.
Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti
radang beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat terhambatnya
aliran darah), atau bahkan kematian.
17
Hipotermia bisa dicegah. Langkah-langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk
menghindari hipotermia adalah:
a) Menjaga agar tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian Anda yang basah karena
akan menyerap panas tubuh Anda.
b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi Anda
yang gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Gunakanlah
pakaian dari bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh sekaligus menyerap
keringat, misalnya wol. Hindari pakaian berbahan katun. Gunakan jaket yang
tahan angin dan air.
c) Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta
sepatu bot.
d) Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai
berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat
dapat menurunkan panas tubuh.
e) Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang
mengandung alkohol atau kafein.
Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang
dewasa. Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka
terhindar dari hipotermia. Di antaranya adalah:
a) Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka lebih
tebal.
b) Jangan biarkan bayi Anda tidur di ruangan dengan suhu terlalu dingin.
c) Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin. Segera
bawa anak Anda masuk ketika mulai menggigil.
Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk
mencegah serangan hipotermia yang berpotensi fatal.
c. Heatstroke
Heat stroke merupakan suatu kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai lebih dari 40 derajat atau lebih. Hal ini biasanya disebabkan :
18
c) Memakai pakaian yang terlalu tebal dan berlebihan sehingga menganggu
pengeluaran keringat
Heat stroke terjadi jika dehidrasi tidak diatas dengan cepat. Namun sebelum terjadi heat
stroke terdapat dua kondisi penyakit. Berikut penjelasannya:
Heat stroke terjadi jika dehidrasi tidak diatas dengan cepat. Namun sebelum terjadi heat
stroke terdapat dua kondisi penyakit:
a) Heat cramp yaitu kram akibat kenaikan suhu tubuh, biasanya ditandai dengan
kram otot keringat berlebihan dan dehidrasi.
b) Heat exhaustion yaitu kelelahan akibat kenaikan suhu tubuh. Jika heat cramp
tidak diatasi dengan cepat maka bisa terjadi keadaan heat exhaustion ini.
a) Syok, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan adanya gangguan sistem
peredaran darah yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
ke organ vital di tubuh (otak, jantung,paru).
b) Kerusakaan pada otak dan organ tubuh lainnya
c) Kematian
19
b) Turunkan suhu inti tubuh dengan cara membungkus pasien dengan
menggunakan bahan atau handuk yang telah direndam air dingin.
c) Pijat pasien untuk meningkatkan sirkulasi tubuh
d) Memberikan oksigen dan memasang infus untuk menjaga cairan tubuh pasien.
e) Pantau tanda-tanda vital pasien, jika suhu tubuh sudah mencapai 38 derajat
celcius, ganti dengan selimut basah dengan kering.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss)
dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan
tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan
alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,
hormone, system saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas
otot, stress.
3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat
dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam
keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita
21
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.
https://www.alodokter.com/memahami-suhu-tubuh
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition. Houghton
Mefflin Company. Boston.
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2001-2002. Philadelphia.
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/berapa-suhu-
tubuh-normal/amp/
https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/399/alat-ukur-suhu
https://www.alodokter.com/hipertermia
https://www.alodokter.com/hipotermia
https://www.google.com/amp/s/m.klikdokter.com/amp/2860066/penanganan-heat-
stroke
22