Anda di halaman 1dari 25

SUHU TUBUH

Makalah
Keperawatan Dasar Dua

Dosen Pembimbing :
Suriana, STT,S.Kep.NS, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. Siti Amalia (P27820318024)


2. Erliya Tri Restiyanti (P27820318025)
3. Marchel Febyo Putra (P27820318026)
4. Laily Millenia Rizki (P27820318027)
5. Rahma Dewi Anggraeni (P27820318028)
6. Musdalifatul Mukarromah (P27820318029)
7. Erik Susanti (P27820318030)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam
dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan
kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Suhu Tubuh ” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh
dari berbagai sumber serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama
islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan
Dasar Dua atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada pihak-
pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 16 November 2018

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................ 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Suhu Tubuh .................................................................................................................. 2
2.2 Nilai Batas Normal Suhu Tubuh..................................................................................................... 2
2.3 Fisiologi Pengaturan Suhu Tubuh .................................................................................................. 3
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh ....................................................................................... 3
2.5 Jenis-Jenis Perubahan Suhu Tubuh ................................................................................................ 5
2.6 Tempat Pengukuran Suhu Tubuh ................................................................................................... 6
2.7 Penanggulangan Jika Terjadi Perubahan Suhu Tubuh .................................................................... 7
2.8 Alat Pengukur Suhu Tubuh ............................................................................................................ 8
2.9 Macam – Macam Suhu Tubuh ........................................................................................................ 9
2.10 Gangguan Pada Suhu Tubuh ...................................................................................................... 10
BAB III………....………………………………………………………………………………………………………………………….…….21

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 21


3.2 Saran ............................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya,dikarenakan hal
tersebut dalam makalah ini kami akan membahas tentang mekanisme perubahan
suhu tubuh.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana perubahan suhu tubuh yag terjdi pada manusi?
2. Bagaimana sistem dan mekanisme purubahan suhu tubuh?

1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme
perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan
suhu tubuh, reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan
suhu suhu tubuh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suhu Tubuh


Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas / dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan.

2.2 Nilai Batas Normal Suhu Tubuh

Kebanyakan orang menganggap suhu tubuh normal manusia sudah pasti harus
berada di angka 37ºC. Namun, konsep ini agak menyesatkan dan telah dibantah oleh
banyak studi medis.

Sebuah studi yang diterbitkan bertahun-tahun yang lalu di Journal of American


Medical Association menemukan suhu normal rata-rata untuk orang dewasa adalah
36,7°C, bukannya pas 37°C. Secara umum, dunia medis menyepakati bahwa suhu
tubuh normal berkisar antara 36,1°C sampai 37,2°C. Meski standar tersebut juga akan
banyak bergantung pada:

STANDAR NILAI BATAS NORMAL SUHU TUBUH BERGANTUNG


PADA

 Kondisi fisik orang tersebut.


 Usia.
 Aktivitas apa saja yang telah mereka lakukan.
 Waktu di hari tersebut.
 Bagian mana dari tubuh Anda yang diukur suhunya — Misalnya,
pembacaan suhu dari ketiak biasanya menunjukkan 0.5°C lebih rendah dari
suhu inti tubuh.

Sementara itu, suhu tubuh cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Satu
studi milik para periset di Rumah Sakit Universitas Winthrop di New York menemukan
bahwa orang lanjut usia memiliki suhu tubuh normal yang lebih rendah daripada

2
“standar” di atas. Dari 150 orang lanjut usia dengan usia rata-rata sekitar 81 tahun,
periset menemukan bahwa suhu rata-rata tubuh mereka tidak pernah mencapai 37°C.
Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan ketika lansia sakit sekalipun, suhu tubuh
mereka mungkin tidak naik hingga mencapai suhu yang dikenali orang sebagai demam
(lebih dari 37ºC). Di sisi lain, suhu tubuh yang terlalu rendah (di bawah 35ºC) pada
umumnya menjadi pertanda penyakit tertentu.

Dengan demikian, batasan suhu tubuh agar bisa dibilang demam juga akan
berbeda untuk setiap orang berdasarkan waktu di hari tersebut. Intinya adalah, untuk
bisa mengetahui suhu tubuh normal seseorang, setiap variasi faktornya harus ikut
diperhitungkan.

2.3 Fisiologi Pengaturan Suhu Tubuh

Hipotalamus :Yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh.


Suhu yang nyaman adalah pada saat sistim panas beroperasi. Hipotalamus merasakan
perubahan ringan pada suhu tubuh, hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran
panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas. Bila sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point maka inpuls akan dikirim untuk
menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat,
fasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah
didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran
panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point
maka mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh
darah mengurangi aliran darah kekulit dan extremitas. Kompensasi produksi panas
distimulasi melalui kontraksi otot volunteer dan getaran atau menggigil pada otot. Bila
vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh
mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis yang
membawa pesan hipotalamus dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol
suhu.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


a. Kecepatan metabolisme basal

3
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi ephineprin dan norephineprin yang meningkatkan
metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
d. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3-0,6°C di atas suhu basal.
f. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena

4
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktifitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

2.5 Jenis-Jenis Perubahan Suhu Tubuh


Ada 2 jenis perubahan yang utama pada suhu tubuh, yaitu pireksia dan hipotermia.

1. Pireksia

Suhu tubuh yang berada diatas rentang umum disebut sebagai pireksia, hipertermia
(demam). Demam yang sangat tinggi, seperti 41 derajat celcius, disebut sebagai
hiperpireksia. Klien yang mengalami demam biasanya disebut febril < 37,5; dan klien
yang tidak mengalami demam disebut afebril. Empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu:

a. Demam intermiten : suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur,
antara periode demam dan periode suhu normal serta subnormal.

b. Demam remiten : terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2O
C) dan berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada diatas normal.

c. Demam kambuhan : masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi
dengan periode suhu normal selama 1-2 hari.

5
d. Demam konstan : suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi tetap berada di suhu
normal.

2. Hipotermia

Adalah nilai suhu inti yang berada dibawah nilai normal. Tiga mekanisme hipotermia
antara lain pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas yang tidak adekuat
untuk mengimbangi kehilangan panas, dan kerusakan termoregulasi hipotalamus.
Hipotermia dapat terjadi secara alamiah. Hipotermia yang terjadi secara alamiah dapat
disebabkan oleh pajanan terhadap lingkungan yang dingin, kontak langsung dengan air
yang dingin, dan pakaian, tempat tinggal, atau panas yang tidak adekuat. Pada lansia,
masalah tersebut dapat diperburuk oleh penurunan laju metabolism dan penggunaan
obat sedatif. Penanganan hipotermia meliputi menjauhkan klien dari udara dingin dan
menghangatkan tubuh klien. Hipotermia yang disengaja adalah penurunan suhu tubuh
yang dilakukan secara sengaja untuk mengurangi kebutuhan oksigen jaringan tubuh.
Hipotermia yang disengaja dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau bagian tubuh
tertentu saja. Tindakan ini seringkali diindikasikan sebelum klien menjalani
pembedahan.

 Pada gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit


menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah
menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan
panas.
 Pada penderita hipotermia moderat, detak jantungdan respirasi melemah
sehingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.
 Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat
kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasam sangat
lambat.

2.6 Tempat Pengukuran Suhu Tubuh

Adanya perubahan suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolism dalam


tubuh. Nilai hasil pemeriksaan suhu tubuh merupakan indicator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan
peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga
disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi, dan lain-lain. Demikian

6
sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolism dan kontraksi otot. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rectal, dan aksila.

a. Oral
Pengukuran suhu tubuh secara oral (mulut) adalah dengan cara meletakkan
termomoter oral dibawah lidah dengan mengatupkan bibir selama 3-5 menit.
b. Rektal
Pengukuran suhu tubuh secara rectal (anus) adalah dengan cara memasukan
ujung termometer rectal ke dalam anus selama 2-3 menit.
c. Aksila
Pengukuran suhu tubuh secara aksila (ketiak) adalah dengan cara meletakan
termometer di ketiak selama 3-5 menit.

2.7 Penanggulangan Jika Terjadi Perubahan Suhu Tubuh


 Suhu tubuh rendah

Bisa disebut sebagai hipotermia. Suhu tubuh yang terlalu rendah dapat mengancam
jiwa karena memperlambat sistem kerja saraf dan berujung pada kegagalan fungsi
organ jantung dan pernapasan, serta kematian.

Seseorang dikatakan mengalami hipotermia jika suhu tubuh berada di bawah 35


derajat Celcius, ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat dari menghasilkannya.
Kondisi ini terjadi ketika seseorang terkena paparan cuaca dingin seperti terlalu lama
berada di tempat dingin, tidak memakai pakaian hangat saat di tempat dingin, atau
terjatuh ke dalam air yang sangat dingin.

Pahami pula gejala-gejala terjadinya hipotermia. Pada orang dewasa, gejala yang
akan dirasakan antara lain menggigil, bicara tidak jelas, pernapasan yang pendek dan
pelan, serta perlahan-lahan hilang kesadaran. Sementara gejala yang terjadi pada bayi
adalah kulit dingin dan berwarna merah.

Jika kedinginan, pakailah pakaian yang lebih tebal dan hangat. Usahakan agar tubuh
selalu kering. Konsumsi minuman hangat yang manis dan tidak mengandung alkohol

7
maupun kafein. Jika mencurigai seseorang mengalami hipotermia, segera bawa ke
rumah sakit terdekat karena ini merupakan kondisi darurat.

 Suhu tubuh tinggi

Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh berada pada titik lebih dari 40 derajat
Celcius. Hipertermia terjadi ketika tubuh gagal mengatur suhu sehingga suhu tubuh pun
terus meningkat. Sengatan panas akan dirasakan oleh pengidap hipertemia.

Demam berbeda dari hipertermia. Seseorang dikatakan mengalami demam ketika


suhu tubuhnya berada di atas 37,5 derajat Celcius dan bisa kembali ke titik suhu normal
ketika Anda mengonsumsi obat penurun panas, seperti aspirin atau paracetamol.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh dalam tingkat yang sepenuhnya terkendali oleh
sistem pengaturan suhu tubuh, sedangkan hipertermia adalah meningkatnya suhu tubuh
di luar kendali sistem tersebut.

Sengatan panas umumnya berkembang ketika seseorang berada di lingkungan yang


panas dan tubuh tidak mampu mendinginkan diri secara efektif.Suhu tubuh yang tinggi
dan berkelanjutan dapat menyebabkan dehidrasi parah dan merusak organ tubuh secara
permanen, seperti otak. Oleh karena itu, kondisi ini memerlukan penanganan medis
secepatnya.Orang dewasa dengan suhu tubuh 39,4 derajat Celcius dan anak-anak
dengan suhu tubuh 38 derajat Celcius disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.

2.8 Alat Pengukur Suhu Tubuh


Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau
hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita
dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini
diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya
mengukur.
Termometer adalah alat untuk pengukur suhu. Termometer memanfaatkan sifat
termometrik suatu zat, yaitu perubahan sifat-sifat zat karena perubahan suhu zat itu.
Termometer yang banyak digunakan saat ini adalah termometer raksa. Fungsi raksa
adalah untuk penunjuk suhu. Berikut beberapa keunggulan raksa.

a. Peka terhadap perubahan suhu

8
b. Dapat digunakan untuk engukur suhu tinggi dan rendah.
c. Tidak membasahi dinding kaca
d. Mengkilap seperti perak sehingga mudah dilihat.
e. Mengembang dan memuai secara teratur.

Termoneter dibedakan menjadi empat jenis menurut bahan yang digunakan


dalam termometer tersebut yaitu
Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat termometer adalah zat cair.
Termometer jenis ini diantaranya:

a. Termometer laboratorium
b. Termometer ruang
c. Termometer klinis
d. Termometer Six-Bellani

 Termometer Bimetal : Menggunakan logam untuk menunjukan adanya


perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika dipanaskan dan
menyusut jika didinginkan.
 Termometer Hambatan : Merupakan termometer yang paling tepat digunakan
dalam induatri untuk mengukur suhu lebih dari 100°C. Termometer ini dibuat
berdasarkan perubahan hambatan logam seperti termometer hambatan platina.
 Termokopel : Pengukuran suhu denga ketepatan tinggi dapat dilakukan dengan
menggunakan termokopel, dimana suatu tegangan listrik dihasilkan saat dua
kawat berbahan logam yang berbeda disambungkan untuk membentuk sebuah
loop. Termometer gas adalah jenis termometer yang memanfaatkan sifat-sifat
termal gas.
 Pirometer : Termometer inframerah

2.9 Macam – Macam Suhu Tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C


Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

9
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C
sampai 40°C.

2.10 Gangguan Pada Suhu Tubuh


Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas, tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan
yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

a. Hipertermia
Hipertermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat drastis dari
suhu normal. Hipertermia umumnya terjadi ketika sistem yang mengatur suhu
tubuh tidak mampu lagi menahan suhu panas dari lingkungan sekitar. Bayi dan
anak-anak usia hingga 4 tahun merupakan kelompok yang rentan terkena
hipertermia. Risiko hipertermia juga cukup tinggi pada orang dengan obesitas,
pekerja di lapangan, orang lanjut usia (lansia) di atas 65 tahun, atau menderita
kondisi kesehatan tertentu.

 Gejala Hipertermia

Terjadinya hipertermia ditandai oleh suhu tubuh yang tinggi, biasanya


melampaui 40 derajat Celcius, disertai dengan gejala seperti gangguan
koordinasi tubuh, sulit berkeringat, denyut jantung yang lemah dan cepat, kram
otot, kejang-kejang, kulit memerah, mudah marah, merasa bingung, atau bahkan
koma.

 Penyebab Hipertermia

Hipertermia biasanya terjadi akibat paparan suhu panas yang berlebihan


dari luar tubuh, dan kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan

10
tubuh. Berikut adalah jenis-jenis hipertermia, mulai dari yang ringan hingga
berat:

1. Heat stress. Tubuh kita menyerap panas yang dihasilkan dari lingkungan
dengan cara meningkatkan aliran darah menuju ke permukaan kulit dan
berkeringat. Namun, saat kondisi udara lembap dan menggunakan
pakaian terlalu tebal, atau bekerja di tempat panas dalam waktu terlalu
lama, mekanisme tubuh tersebut tidak lagi mampu mengimbangi
paparan suhu dari luar, sehingga terjadi heat stress. Heat stress ditandai
dengan sejumlah gejala berupa badan lemas, haus, pusing, sakit kepala,
dan mual.
2. Heat fatigue. Heat fatigue bisa menimbulkan ketidaknyamanan fisik dan
stress. Kondisi ini biasanya timbul akibat seseorang terlalu lama berada
di tempat panas. Gejala heat fatigue bisa berupa kelelahan, haus,
kepanasan, kehilangan koordinasi gerak tubuh, serta sulit
berkonsentrasi.
3. Heat syncope. Heat syncope adalah keadaan pingsan (sinkop) atau
pusing yang disebabkan terlalu lama berdiri ataupun berdiri secara tiba-
tiba dari posisi berbaring atau duduk. Faktor risiko yang memicu heat
syncope adalah ketidakmampuan tubuh menyesuaikan dengan iklim
(aklimatisasi) dan dehidrasi.
4. Heat cramps. Heat cramps adalah kondisi kram otot yang menyakitkan.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat seseorang berolahraga atau bekerja
di lingkungan yang panas selama beberapa jam. Kram otot biasanya
menyerang bagian otot yang aktif digunakan dalam melakukan
pekerjaan berat seperti pundak, paha, dan betis.
5. Heat edema. Duduk atau berdiri terlalu lama di tempat panas dapat
menyebabkan heat edema. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan
pada tangan, pergelangan kaki, dan kaki akibat penumpukan cairan.
6. Heat rash. Kondisi ini seringkali menyerang bayi. Selain itu, beberapa
orang dewasa juga dapat mengalaminya karena cuaca lembap. Heat rash
ditandai dengan ruam berwarna merah atau merah muda yang ditemui
pada area tubuh yang tertutup pakaian. Heat rash muncul karena saluran

11
keringat tersumbat dan bengkak, yang mengakibatkan gatal serta rasa
tidak nyaman.
7. Heat exhaustion. Kondisi ini terjadi akibat kombinasi paparan suhu
tinggi dengan kegiatan fisik yang berat dan tingkat kelembapan yang
tinggi. Gejala heat exhaustion ditandai dengan denyut nadi yang cepat
dan keringat berlebih.
 Diagnosis Hipertermia

Dokter dapat mengenali terjadinya hipertermia dengan mudah melalui


gejala-gejala fisik yang dialami oleh pasien, ditunjang oleh pengukuran suhu
tubuh menggunakan termometer. Jika suhu tubuh melebihi 40 derajat Celcius,
maka bisa dipastikan pasien tersebut mengalami hipertermia.

 Penanganan Hipertermia

Hipertermia bisa berkembang menjadi kondisi yang mematikan jika tidak


ditangani dengan baik. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk
menangani hipertermia adalah:

1. Mendinginkan suhu tubuh. Dinginkan suhu tubuh dengan berpindah dari


tempat yang panas ke lokasi yang teduh. Salah satu cara lain yang efektif
untuk mendinginkan tubuh adalah dengan mandi air dingin. Cara lain untuk
menurunkan suhu tubuh adalah dengan bantuan embusan angin sejuk dari
kipas angin atau pendingin ruangan, atau meletakkan kantung es di pundak,
ketiak, dan pangkal paha.
2. Rehidrasi. Minum air putih atau minuman dengan elektrolit, untuk
menggantikan cairan yang hilang dan mengatasi dehidrasi.
3. Cek suhu tubuh. Lakukan pengecekan suhu tubuh sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pendinginan badan.
4. Menemui dokter. Bila kondisi tidak kunjung membaik, segera bawa
penderita hipertermia ke unit darurat rumah sakit.

 Pencegahan Hipertermia

Pencegahan terbaik adalah dengan menghindari diri terpapar sinar matahari


atau cuaca panas dalam jangka waktu cukup lama. Dalam kondisi yang tidak

12
mengharuskan Anda untuk berada di luar ruangan, ambil waktu istirahat sejenak
di tempat teduh yang memiliki pendingin ruangan atau kipas angin. Namun
apabila harus beraktivitas di tempat yang panas atau terpapar langsung sinar
matahari, berikut adalah langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah
terjadinya hipertermia:

1. Jangan menggunakan pakaian tebal. Gunakanlah pakaian yang tidak


terlalu tebal ketika berada di luar ruangan. Pilih pakaian yang tidak
terlalu ketat dan ringan di tubuh. Jangan lupa untuk memakai topi dan
tabir surya yang dapat melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
2. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Konsumsilah air dalam jumlah
yang cukup. Saat melakukan kegiatan berat di luar ruangan setidaknya
konsumsi 2-4 gelas air setiap jam. Hindari mengonsumsi minuman
terlalu dingin karena dapat menimbulkan kram perut. Hindari pula
minuman mengandung kafein dan alkohol yang mengakibatkan cairan
tubuh makin berkurang. Selain itu, Anda bisa mengganti asupan garam
dan mineral yang hilang dengan mengonsumsi cairan khusus yang
mengandung elektrolit, setelah berolahraga. Hindari mengonsumsi
tablet garam, kecuali dianjurkan dokter.

Pencegahan terbaik adalah dengan menghindari diri terpapar


sinar matahari atau cuaca panas dalam jangka waktu cukup lama. Dalam
kondisi yang tidak mengharuskan Anda untuk berada di luar ruangan,
ambil waktu istirahat sejenak di tempat teduh yang memiliki pendingin
ruangan atau kipas angin.

b. Hipotermia
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis
darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu
normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.
Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan
fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila tidak segera
ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan sistem
sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian.

13
 Penyebab utama hipotermia adalah pajanan udara dingin. Sejumlah situasi
yang berpotensi menyebabkan kondisi ini di antaranya adalah:
a. Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.
b. Berada terlalu lama di tempat dingin.
c. Jatuh ke kolam.
d. Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.
e. Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah (khususnya bagi manula
dan bayi).
 Jenis-jenis Hipotermia

Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia


dapat dibedakan menjadi:

1. Hipotermia akut atau imersi. Kondisi ini terjadi apabila seseorang


kehilangan panas tubuh secara mendadak dan sangat cepat, contohnya saat
seseorang jatuh ke kolam yang dingin.
2. Hipotermia akibat kelelahan. Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak
akan mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada
kondisi hipotermia.
3. Hipotermia kronis. Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara
perlahan. Kondisi ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan
dengan kehangatan yang kurang, atau pada tunawisma yang tidur di luar
ruangan.
 Faktor Risiko Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, namun ada sejumlah faktor yang
berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Faktor-
faktor tersebut meliputi:

a) Usia – bayi dan manula. Kemampuan untuk mengendalikan temperatur


tubuh yang belum berkembang dengan sempurna pada bayi dan yang
menurun pada manula. Anak-anak juga terkadang mengabaikan udara
dingin karena terlalu asyik bermain.
b) Minuman keras dan obat-obatan terlarang. Alkohol dan obat-obatan
terlarang dapat melebarkan pembuluh darah sehingga mempercepat dan
meningkatkan pelepasan panas tubuh dari permukaan kulit. Kondisi mabuk

14
atau teler dapat membuat seseorang tidak menyadari situasi dan cuaca
dingin di sekitarnya.
c) Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer.
Pengidap penyakit ini biasanya tidak sadar bahwa mereka sedang
kedinginan atau tidak paham apa yang harus dilakukan.
d) Pengaruh penyakit tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat
memengaruhi mekanisme pengendali suhu tubuh, misalnya anoreksia
nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.
e) Obat-obatan tertentu, misalnya antidepresan, sedatif, serta analgesik opiat.
Obat-obatan ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk
mengendalikan temperatur.
f) Orang yang menghabiskan waktu lama di tempat yang dingin, misalnya
pendaki gunung atau tunawisma.

 Gejala-gejala Hipotermia

Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang
muncul tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya.

Bayi yang mengalami hipotermia bisa terlihat sehat, tapi kulitnya akan terasa
dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga cenderung sangat diam, terlihat lemas,
dan tidak mau menyusu atau makan.

Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan-lahan


sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami
hipotermia ringan akan menunjukkan gejala yang meliputi menggigil yang
disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan
napas yang cepat.

Jika suhu tubuh terus menurun hingga di bawah 32°C, tubuh pengidap
hipotermia biasanya tidak bisa memicu respons menggigil lagi. Ini
mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap
menengah hingga parah

15
Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah (suhu tubuh 28-32°C) akan
mengalami gejala-gejala berupa:

a) Mengantuk atau lemas.


b) Bicara tidak jelas atau bergumam.
c) Linglung dan bingung.
d) Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang kedinginan.
e) Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
f) Napas yang pelan dan pendek.
g) Tingkat kesadaran yang terus menurun.

Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan berpotensi
memicu hiportemia yang parah dengan suhu tubuh 28°C ke bawah. Kondisi ini ditandai
dengan gejala-gejala berikut:

a) Pingsan.
b) Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut
nadi.
c) Pupil mata yang melebar.
d) Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.

Jika anak atau ada anggota keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala tersebut,
bawalah secepatnya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat.

Metode Pengobatan Hipotermia

Langkah utama dalam menangani hipotermia adalah dengan mencegah proses


pelepasan panas tubuh dan menghangatkan tubuh pengidap secara perlahan-lahan.

Sebelum pengidap hipotermia menerima penanganan dari petugas medis profesional,


ada sejumlah metode pertolongan darurat yang dapat Anda lakukan untuk membantu.
Metode-metode tersebut meliputi:

a) Memantau pernapasan pengidap. Segera berikan napas buatan jika pengidap


berhenti bernapas.
b) Perlakukan pengidap dengan hati-hati. Gerakan yang kasar atau berlebihan
dapat memicu serangan jantung. Menggosok tangan atau kaki pengidap juga
sebaiknya dihindari.

16
c) Pindahkan pengidap ke dalam ruangan atau tempat yang hangat jika
memungkinkan. Tetapi jangan langsung memandikan pengidap dengan air
hangat.
d) Lepaskan pakaian pengidap jika basah dan ganti dengan yang kering.
e) Tutupi tubuh pengidap (terutama bagian perut dan kepala) dengan selimut atau
pakaian agar hangat.
f) Apabila Anda berada di luar ruangan atau di alam terbuka, lapisi tanah dengan
selimut sebelum membaringkan pengidap.
g) Berbagi panas tubuh dengan pengidap, misalnya dengan memeluknya secara
hati-hati. Kontak langsung dari kulit ke kulit akan lebih efektif.
h) Berikan minuman hangat jika pengidap masih sadar dan bisa menelan. Tetapi
jangan memberi minuman yang mengandung alkohol atau kafein.
i) Gunakan handuk kering yang dihangatkan atau botol berisi air hangat untuk
mengompres pengidap. Kompres ini sebaiknya diletakkan di leher, dada, atau
selangkangan. Jangan meletakkannya di bagian kaki atau tangan karena dapat
mendorong darah yang dingin untuk mengalir ke jantung, paru-paru, dan otak.

Setelah sampai di rumah sakit, pengidap hipotermia akan menerima serangkaian


langkah penanganan medis. Pemilihan jenis penanganan akan tergantung pada tingkat
keparahan hipotermia yang diderita pengidap. Beberapa jenis perawatan intensif yang
biasanya dilakukan meliputi:

a) Mengeluarkan dan menghangatkan darah pasien, lalu kembali mengalirkannya


ke dalam tubuh pasien. Proses ini dilakukan dengan mesin pintas jantung dan
paru (CPB) atau mesin hemodialisis.
b) Menghangatkan saluran pernapasan dengan memberikan oksigen yang sudah
dilembapkan dan dihangatkan melalui masker dan selang.
c) Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.
d) Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa
organ tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.

Hipotermia yang tidak diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti
radang beku atau frosbite serta gangren (jaringan yang membusuk akibat terhambatnya
aliran darah), atau bahkan kematian.

Langkah Pencegahan Hipotermia

17
Hipotermia bisa dicegah. Langkah-langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk
menghindari hipotermia adalah:

a) Menjaga agar tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian Anda yang basah karena
akan menyerap panas tubuh Anda.
b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca dan kegiatan, terutama bagi Anda
yang gemar mendaki gunung atau berkemah di tempat yang dingin. Gunakanlah
pakaian dari bahan yang dapat menjaga kehangatan tubuh sekaligus menyerap
keringat, misalnya wol. Hindari pakaian berbahan katun. Gunakan jaket yang
tahan angin dan air.
c) Jangan lupa untuk menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, serta
sepatu bot.
d) Lakukan gerakan sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai
berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat
dapat menurunkan panas tubuh.
e) Sediakan minuman dan makanan hangat, tetapi hindari minuman yang
mengandung alkohol atau kafein.

Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang
dewasa. Karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka
terhindar dari hipotermia. Di antaranya adalah:

a) Berikan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungan mereka lebih
tebal.
b) Jangan biarkan bayi Anda tidur di ruangan dengan suhu terlalu dingin.
c) Jangan biarkan anak Anda bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin. Segera
bawa anak Anda masuk ketika mulai menggigil.

Menghindari dan membentengi diri dari udara dingin akan membantu kita untuk
mencegah serangan hipotermia yang berpotensi fatal.

c. Heatstroke
Heat stroke merupakan suatu kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai lebih dari 40 derajat atau lebih. Hal ini biasanya disebabkan :

a) Kenaikan suhu lingkungan


b) Aktivitas yang berlebihan sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh.

18
c) Memakai pakaian yang terlalu tebal dan berlebihan sehingga menganggu
pengeluaran keringat

Bagaimana tanda dan gejala heat stroke:

a) Kenaikan suhu tubuh diatas 40 derajat atau lebih


b) Nafas menjadi cepat dan terasa berat
c) Denyut jantung menjadi lebih cepat
d) Sakit kepala
e) Kejang
f) Halusinasi
g) Tidak sadar
h) Otot kram
i) Tidak berkeringat karena tubuh kehilangan kemampuan pengeluaran panas

Heat stroke terjadi jika dehidrasi tidak diatas dengan cepat. Namun sebelum terjadi heat
stroke terdapat dua kondisi penyakit. Berikut penjelasannya:

Heat stroke terjadi jika dehidrasi tidak diatas dengan cepat. Namun sebelum terjadi heat
stroke terdapat dua kondisi penyakit:

a) Heat cramp yaitu kram akibat kenaikan suhu tubuh, biasanya ditandai dengan
kram otot keringat berlebihan dan dehidrasi.
b) Heat exhaustion yaitu kelelahan akibat kenaikan suhu tubuh. Jika heat cramp
tidak diatasi dengan cepat maka bisa terjadi keadaan heat exhaustion ini.

Apa komplikasi terjadi heat stroke:

a) Syok, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan adanya gangguan sistem
peredaran darah yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
ke organ vital di tubuh (otak, jantung,paru).
b) Kerusakaan pada otak dan organ tubuh lainnya
c) Kematian

Bagaimana cara penanganan heat stroke:

a) Lepaskan pakaian penderita

19
b) Turunkan suhu inti tubuh dengan cara membungkus pasien dengan
menggunakan bahan atau handuk yang telah direndam air dingin.
c) Pijat pasien untuk meningkatkan sirkulasi tubuh
d) Memberikan oksigen dan memasang infus untuk menjaga cairan tubuh pasien.
e) Pantau tanda-tanda vital pasien, jika suhu tubuh sudah mencapai 38 derajat
celcius, ganti dengan selimut basah dengan kering.

 CARA PERPINDAHAN PANAS


a) Konduksi, perpindahan panas melalui zat perantara yang disertai dengan
perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
b) Konveksi, perpindahan panas melalui zat perantara tanpa disertai dengan
perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
c) Radiasi, perpindahan panas tanpa zat perantara.
d) Evaporasi, perpindahan energy panas dengan penguapan.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heat loss)
dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan
tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan
alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,
hormone, system saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas
otot, stress.

3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat
dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam
keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita

21
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.

https://www.alodokter.com/memahami-suhu-tubuh

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition. Houghton
Mefflin Company. Boston.
NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2001-2002. Philadelphia.
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/berapa-suhu-
tubuh-normal/amp/

https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/399/alat-ukur-suhu

https://www.alodokter.com/hipertermia

https://www.alodokter.com/hipotermia

https://www.google.com/amp/s/m.klikdokter.com/amp/2860066/penanganan-heat-
stroke

22

Anda mungkin juga menyukai