Anda di halaman 1dari 6

Pengertian dan Bagian-bagian Catur Asrama

on March 30, 2018

A.     Pengertian Catur Asrama


Kata Catur Asrama berasal dari bahasa Sansekerta. Catur Asrama terdiri atas dua kata

yakni “Catur”, yang berarti empat dan “Asrama”, berarti tempat atau lapangan. Kata “Asrama”

sering dikaitkan dengan tahapan atau jenjang kehidupan. Jadi Catur Asrama artinya empat

jenjang kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa. Atau catur asrama dapat pula

diartikan sebagai empat tingkatan hidup manusia atas dasar keharmonisan hidup dimana pada

tiap-tiap tingkat kehidupan manusia diwarnai oleh adanya ciri-ciri tugas kewajiban yang berbeda

antara satu masa (asrama) dengan masa lainnya, tetapi merupakan kesatuan yang tak dapat

dipisahkan.

B.     Bagian-Bagian Catur Asrama


1.      Brahmacari Asrama

Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan atau

pengetahuan suci, dan cari yang berarti tingkah laku dalam mencari atau menuntut ilmu

pengetahuan. Jadi Brahmacari berarti tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut

ilmu pengetahuan.

Brahmacari atau Brahmacarya, dikenal juga dengan istilah hidup aguron-guron atau

Asewaka guru.

Brahmacari merupakan pondasi atau dasar untuk menempuh tingkat dan jenjang

kehidupan lainnya seperti Grhasta, Wanaprastha, dan Biksuka. Menurut ajaran agama hindu,

dalam brahmacari asrama, para siswa dilarang melakukan perkawinan. Namun setelah tamat

masa Brahmacari, menurut pandangan sosiologi dalam masyarakat Hindu, maka dilanjutkan

dengan kehidupan jenjang yang kedua yaitu Grhastha hidup berumah tangga suami istri. Dengan
adanya hubungan sosiologis tersebut maka tingkat hidup Brahmacari itu dapat menjadi tiga

golongan yaitu    :

a.       Sukla Brahmacari

Sukla Brahmacari yaitu orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak

mampu, melainkan karena mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir

hayatnya.

b.      Sawala Brahmacari

Sawala Brahmacari yaitu orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya

c.       Trsna ( Krsna ) Brahmacari

Trsna brahamacari berarti kawin lebih dari satu kali sampai batas maksimal 4 kali. Trsna

brahmacari dapat dilakukan apabila    :

-             istri yang sebelumnya tidak dapat melahirkan keturunan,

-             istri tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, seperti misalnya istri sakit yang

tidak bisa disembuhkan

Adapun aturan atau syarat-syarat yang harus ditaati bagi yang mau menjalankan

kehidupan Trsna Brahmacari yaitu         :

a.       mendapatkan persetujuan dari istri-istrinya

b.      suami harus bersifat adil terhadap istri-istrimya secara lahir dan batin

c.       suami sebagai ayah harus dapat berlaku adil terhadap anak-anak yang dilahirkan

Kewajiban dalam Brahmacari

            Sebagai seorang siswa yang sedang menuntun ilmu pengetahuan harus taat terhadap

petunjuk dan nasehat yang diajarkan oleh Guru yang mengajar. Dalam Agama Hindu, kita

mengenal adanya 4 guru yang disebut Catur Guru.

a.       Kewajiban terhadap Guru Swadyaya

Guru Swadyaya ialah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hyang Widhi Wasa sebagai guru

dari alam semesta beserta isinya, digelari dengan sebutan Dewa Guru atau Sang Hyang Pramesti
Guru. Kita manusia adalah murid dari Sang Hyang Widhi yang disebut dengan Brahmacarin.

Brahman artinya Tuhan. Carin artinya berguru. Jadi berguru kepada Tuhan.

Kewajiban sebagai seorang siswa terhadap Guru Swadyaya adalah harus taat terhadap

segala petunjuk dan ajarannya, dan menjauhi larangannya.

Adapun amal baik atau perbuatan dosa yang dilakukan selama berguru kepada Guru

Swadyaya hasilnya berupa subha dan asubha karma, yang hasilnya dapat diterima berupa        :

  Sancita Karmaphala, yaitu hasil perbuatan pada waktu kehidupan yang lalu, baru dapat dinikmati

pada kehidupan sekarang.

  Prarabda Karmaphala, yaitu perbuatan pada waktu sekarang, langsung dinikmati sekarang.

  Kriymana Karmaphala, yaitu hasil perbuatan pada kehidupan sekarang, tetapi belum sempat

dinikmati dalam kehidupan sekarang, sehingga dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

b.      Kewajiban kepada Guru Rupaka

         Guru Rupaka ialah orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Seorang anak

memiliki 3 hutang terhadap orang tuanya yang patut dibayar untuk memenuhi dharma baktinya

terhadap orang tua sebagai guru rupaka yaitu :

  Sarisa Krta, yaitu hutang badan

  Annadatta, yaitu hutang budhi

  Pranadatta, yaitu hutang jiwa

         Dalam memperhatikan hutang tersebut, maka seorang anak dengan rela hati melayani

segala keperluan orang tuanya. Seorang anak juga berkewajiban memberikan atau

mengorbankan harta benta, tenaga, dan pikirannya untuk kebahagiaan orang tuanya. Bahkan

seorang anak ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi untuk berbakti pada orang tua. Selain

itu, kewajiban yang harus oleh seorang anak terhadap leluhurnya yaitu melakukan upacara Pitra

Yadnya.

         Pahala yang diperoleh oleh orang yang hormat pada orang tua yaitu         :
  Kerti, yaitu kemasyuran yang baik

  Yusa, yaitu panjang umur

  Bala, yaitu kekuatan

  Yasa, yaitu jasa atau penghargaan

c.       Kewajiban kepada Guru Pengajian

         Guru Pengajian ialah guru yang mengajar di sekolah. Seorang murid tidak boleh menjelek-

jelekkan atau menghina guru. Hal ini disebut dengan istilah alpakam guru. Siswa harus taat dan

menuruti nasehat serta ajaran-ajaran guru pengajian.

d.      Kewajiban kepada Guru Wisesa

         Guru Wisesa yang dimaksud adalah pemerintah. Sebagai seorang siswa, dan sekaligus juga

merupakan bagian dari anggota masyarakat maka kita harus menghormati dan menjunjung tinggi

martabat bangsa, Negara dan pemerintahannya.

2.      Grhastha

Grhastha terdiri dari kata “ Grha” yang berarti rumah atau rumah tangga, dan “ sta/stand”

yang berarti berdiri atau membina. Grhastha tingkat kehidupan pada waktu membina rumah

tangga yaitu sejak kawin.  Kehidupan Grhastha dapat dilaksanakan apabila keadaan fisik maupun

psikis dipandang sudah dewasa, dan bekal pengetahuan sudah cukup memadai.

Dalam masa Grhastha ada beberapa kewajiban yang perlu dilaksanakan yaitu         :

a.       melanjutkan keturunan

b.      membina rumah tangga

c.       bermasyarakat

d.      melaksanakan panca yajna


3.      Wanaprastha

Wanaprastha berasal dari bahasa Sansekerta. Terdiri dari kata wana yang artinya pohon

kayu atau semak belukar dan prastha yang artinya berjalan/berdoa paling depan dengan baik.

Wanaprastha dimaksudkan berada dalam hutan, mengasingkan diri dalam arti menjauhi dunia

ramai secara perlahan-lahan untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi. Wanaprastha adalah

jenjang kehidupan untuk mencari ketenangan batin, dan mulai melepaskan diri dari keterikatan

terhadap kemewahan duniawi.

Adapun manfaat menjalankan hidup Wanaprastha yaitu       :

a.       untuk mencapai ketenangan rohani

b.      memanfaatkan sisa kehidupan di dunia untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan kepada

masyarakat umum.

c.       melepaskan segala keterikatan terhadap duniawi.

Masa yang baik untuk memulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah

setelah berusia kurang lebih 60 tahun keatas.

4.      Bhiksuka/Sanyasin

Kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu sebutan untuk pendeta Budha. Bhiksu berarti

meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawiandan hanya

mengabdikan diri kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesusilaan.

Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka telah mampu menundukkan musuh-

musuh yang ada dalam dirinya seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala.

Sad Ripu adalah enam macam musuh yang ada dalam diri manusia, yaitu    :

a.       Kama, yaitu hawa nafsu

b.      Lobha, yaitu loba/tamak

c.       Krodha, yaitu kemarahan

d.      Moha, yaitu kebingungan

e.       Mada, yaitu kemabukkan


f.       Matsarya, yaitu iri hati

                       Sapta Timira artinya tujuh hal yang menyebabkan pikiran manusia menjadi gelap. Tujuh

kegelapan itu adalah  :

a.       Surupa, yaitu kecantikan/kebagusan

b.      Dana, yaitu kekayaan

c.       Guna, yaitu kepandaian

d.      Kulina, yaitu keturunan

e.       Yowana, yaitu masa muda

f.       Sura, yaitu minuman keras

g.      Kasuran, yaitu keberanian

     Sad Atatayi artinya enam macam pembunuh kejam, yaitu      :

a.    Agnida, yaitu membakar milik orang lain

b.   Wisada, yaitu meracun

c.    Atharwa, yaitu melakukan ilmu hitam

d.   Sastraghna, yaitu mengamuk

e.    Dratikrama, yaitu memperkosa

f.    Raja Pisuna, yaitu memfitnah

Tri Mala artinya tiga macam perbuatan kotor, yaitu   :

a.    Kasmala, yaitu perbuatan yang hina dan kotor

b.   Mada, yaitu perkataan, pembicaraan yang hina dan kotor

c.    Moha, yaitu pikiran perasaan yang curang dan angkuh.

Anda mungkin juga menyukai