yakni “Catur”, yang berarti empat dan “Asrama”, berarti tempat atau lapangan. Kata “Asrama”
sering dikaitkan dengan tahapan atau jenjang kehidupan. Jadi Catur Asrama artinya empat
jenjang kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa. Atau catur asrama dapat pula
diartikan sebagai empat tingkatan hidup manusia atas dasar keharmonisan hidup dimana pada
tiap-tiap tingkat kehidupan manusia diwarnai oleh adanya ciri-ciri tugas kewajiban yang berbeda
antara satu masa (asrama) dengan masa lainnya, tetapi merupakan kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.
Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan atau
pengetahuan suci, dan cari yang berarti tingkah laku dalam mencari atau menuntut ilmu
pengetahuan. Jadi Brahmacari berarti tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut
ilmu pengetahuan.
Brahmacari atau Brahmacarya, dikenal juga dengan istilah hidup aguron-guron atau
Asewaka guru.
Brahmacari merupakan pondasi atau dasar untuk menempuh tingkat dan jenjang
kehidupan lainnya seperti Grhasta, Wanaprastha, dan Biksuka. Menurut ajaran agama hindu,
dalam brahmacari asrama, para siswa dilarang melakukan perkawinan. Namun setelah tamat
masa Brahmacari, menurut pandangan sosiologi dalam masyarakat Hindu, maka dilanjutkan
dengan kehidupan jenjang yang kedua yaitu Grhastha hidup berumah tangga suami istri. Dengan
adanya hubungan sosiologis tersebut maka tingkat hidup Brahmacari itu dapat menjadi tiga
golongan yaitu :
a. Sukla Brahmacari
Sukla Brahmacari yaitu orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak
mampu, melainkan karena mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir
hayatnya.
b. Sawala Brahmacari
Sawala Brahmacari yaitu orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya
Trsna brahamacari berarti kawin lebih dari satu kali sampai batas maksimal 4 kali. Trsna
- istri tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, seperti misalnya istri sakit yang
Adapun aturan atau syarat-syarat yang harus ditaati bagi yang mau menjalankan
b. suami harus bersifat adil terhadap istri-istrimya secara lahir dan batin
c. suami sebagai ayah harus dapat berlaku adil terhadap anak-anak yang dilahirkan
Sebagai seorang siswa yang sedang menuntun ilmu pengetahuan harus taat terhadap
petunjuk dan nasehat yang diajarkan oleh Guru yang mengajar. Dalam Agama Hindu, kita
Guru Swadyaya ialah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hyang Widhi Wasa sebagai guru
dari alam semesta beserta isinya, digelari dengan sebutan Dewa Guru atau Sang Hyang Pramesti
Guru. Kita manusia adalah murid dari Sang Hyang Widhi yang disebut dengan Brahmacarin.
Brahman artinya Tuhan. Carin artinya berguru. Jadi berguru kepada Tuhan.
Kewajiban sebagai seorang siswa terhadap Guru Swadyaya adalah harus taat terhadap
Adapun amal baik atau perbuatan dosa yang dilakukan selama berguru kepada Guru
Swadyaya hasilnya berupa subha dan asubha karma, yang hasilnya dapat diterima berupa :
Sancita Karmaphala, yaitu hasil perbuatan pada waktu kehidupan yang lalu, baru dapat dinikmati
Prarabda Karmaphala, yaitu perbuatan pada waktu sekarang, langsung dinikmati sekarang.
Kriymana Karmaphala, yaitu hasil perbuatan pada kehidupan sekarang, tetapi belum sempat
dinikmati dalam kehidupan sekarang, sehingga dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
Guru Rupaka ialah orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Seorang anak
memiliki 3 hutang terhadap orang tuanya yang patut dibayar untuk memenuhi dharma baktinya
Dalam memperhatikan hutang tersebut, maka seorang anak dengan rela hati melayani
segala keperluan orang tuanya. Seorang anak juga berkewajiban memberikan atau
mengorbankan harta benta, tenaga, dan pikirannya untuk kebahagiaan orang tuanya. Bahkan
seorang anak ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi untuk berbakti pada orang tua. Selain
itu, kewajiban yang harus oleh seorang anak terhadap leluhurnya yaitu melakukan upacara Pitra
Yadnya.
Pahala yang diperoleh oleh orang yang hormat pada orang tua yaitu :
Kerti, yaitu kemasyuran yang baik
Guru Pengajian ialah guru yang mengajar di sekolah. Seorang murid tidak boleh menjelek-
jelekkan atau menghina guru. Hal ini disebut dengan istilah alpakam guru. Siswa harus taat dan
Guru Wisesa yang dimaksud adalah pemerintah. Sebagai seorang siswa, dan sekaligus juga
merupakan bagian dari anggota masyarakat maka kita harus menghormati dan menjunjung tinggi
2. Grhastha
Grhastha terdiri dari kata “ Grha” yang berarti rumah atau rumah tangga, dan “ sta/stand”
yang berarti berdiri atau membina. Grhastha tingkat kehidupan pada waktu membina rumah
tangga yaitu sejak kawin. Kehidupan Grhastha dapat dilaksanakan apabila keadaan fisik maupun
psikis dipandang sudah dewasa, dan bekal pengetahuan sudah cukup memadai.
Dalam masa Grhastha ada beberapa kewajiban yang perlu dilaksanakan yaitu :
a. melanjutkan keturunan
c. bermasyarakat
Wanaprastha berasal dari bahasa Sansekerta. Terdiri dari kata wana yang artinya pohon
kayu atau semak belukar dan prastha yang artinya berjalan/berdoa paling depan dengan baik.
Wanaprastha dimaksudkan berada dalam hutan, mengasingkan diri dalam arti menjauhi dunia
ramai secara perlahan-lahan untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi. Wanaprastha adalah
jenjang kehidupan untuk mencari ketenangan batin, dan mulai melepaskan diri dari keterikatan
b. memanfaatkan sisa kehidupan di dunia untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan kepada
masyarakat umum.
Masa yang baik untuk memulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah
4. Bhiksuka/Sanyasin
Kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu sebutan untuk pendeta Budha. Bhiksu berarti
meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawiandan hanya
mengabdikan diri kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesusilaan.
Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka telah mampu menundukkan musuh-
musuh yang ada dalam dirinya seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala.
Sad Ripu adalah enam macam musuh yang ada dalam diri manusia, yaitu :
Sapta Timira artinya tujuh hal yang menyebabkan pikiran manusia menjadi gelap. Tujuh