Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMBERIAN TERAPI OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

DI SUSUN OLEH :

ANNISA WIDYA PARAMITHA PO.62.20.1.17.318


GRACE NAZAVIRA PO.62.20.1.17.326
GUSNADI PO.62.20.1.17.327
INDAH TRI KHOERUN NISA PO.62.20.1.17.329
TUTI HARIATI PO.62.20.1.17.348

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
T.A. 2020
SATUAN ACARA PENTULUHAN (SAP)

Nama Kegiatan : Penyuluhan Tentang Obat Diabetes Bagi Penderita DM


Tema Kegiatan : Pemberian Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Sasaran Kegiatan : Pasien Dengan DM dan Keluarga Pasien Dengan DM
Pelaksanaan :
Hari/Tanggal : Rabu , 05 Agustus 2020
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Tempat Kegiatan : Aula Puskesmas Menteng
Penyuluh : Grace Nazavira
Materi :
1. Pengertian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
2. Golongan dan Mekanisme Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
3. Terapi Kombinasi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
4. Hal Yang Pelu Di Perhatikan Dalam Penggunaan Obat
Hipoglikemik Oral (OHO)
Literatur :
1. E, Basuki. 2014. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam
Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds).
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta:
Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto
Mangunkusumo-FKUI
2. Wijaya,C., Tjendraputra. 2015. Metformin hidroklorida
dalam Penggunaan obat hipoglikemik oral(OHO) pada
NIDDM.
3. Muchid, Abdul, Fatimah Umar. 2015. Pharmaceutical
Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian.Dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
A. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 2x40 menit, peserta (klien) mampu
menjelaskan tentang penggunaan obat diabetes secara mandiri
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 2x40 menit diharapkan peserta (klien) dapat:
1. Pasien Diabetes Melitus dapat menjelaskan tentang Tujuan pemberian Obat
Hipoglikemik Oral (OHO)
2. Pasien Diabetes Melitus dapat menjelaskan tentang jenis dan mekanisme
kerja Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

B. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
Metoda ceramah dilakukan karena ini merupakan metode yang mudah
dilakukan untuk memberikan informasi untuk peserta yang banyak selain itu metode
ini juga dipilih agar peserta dapat fokus selama proses penyampaian informasi.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab dilakukan untuk mengali sejauh mana tingkat pemahaman
peserta terhadap informasi yang telah di sampaikan dan juga untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai informasi yang belum jelas
menurutnya sesuai dengan topik pembahasa.

C. ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Leaflet
2. Poster

D. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir
E. SETTING TEMPAT

Keterangan:
: LCD : Moderator
: Meja : Fasilitator
: Penyaji atau Pemateri : Fasilitator
: Audiens : Observer

F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK

a. Moderator : Annisa Widya Paramitha


b. Edukator : Grace Nazavira
c. Observer : Indah Tri Khoerun Nisa
d. Fasilitator : 1. Tuti Hariati
2. Gusnadi
G. STRATEGI PELAKSANAAN

N TAHAP WAKTU KEGIATAN PEMBELAJARAN METOD MEDIA RESPON PESERTA


O KEGIATAN E
1 Pembukaan 5 Menit 1. Mengucapkan salam Ceramah Power Point 1. Menjawab salam
2. Menanyakan perasaan peserta dan 2. Menyimak
3. Memperkenalkan diri Tanya
4. Menjelaskan kontrak topik, waktu, dan Jawab
tujuan penyuluhan.

2 Penyajian 20 Menit Menjelaskan materi tentang : Ceramah Power Point 1. Mendengarkan dengan
1. Pengertian Obat Hipoglikemik Oral atau Poster penuh perhatian dan
(OHO) konsentrasi
2. Golongan dan Mekanisme Obat
Hipoglikemik Oral (OHO)
3. Terapi Kombinasi Obat Hipoglikemik
Oral (OHO)
4. Hal Yang Pelu Di Perhatikan Dalam
Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
3 Penutupan 5 Menit 1. Memberikan pertanyaan akhir sebagai Ceramah Leaflet 1. Menanyakan hal-hal
evaluasi dan Tanya yang belum jelas
2. Menutup penyuluhan dan Jawab 2. Memperhatikan
mengucapkan salam jawaban yang diberikan
H. EVALUASI HASIL

1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir tepat waktu ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan di selenggarakan di Aula Puskesmas
Menteng
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
kegiatan

2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar

3. Evaluasi Hasil
Peserta mengerti dan memahami Obat Hiperglikemik Oral (OHO),
pemberian insulin, mekanisme kerja insulin, dan cara penyimpanan insulin.
Lampiran Materi
A. Pengertian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah
yang diresepkan oleh dokter khusus bagi diabetesi. Obat Penurun Glukosa Darah
bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara
untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obatan ini dapat membantu penyandang
diabetes melitus untuk menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan
menurunkan pelepasan glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk
mengendalikan glukosa darah penyandang diabetes.
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien
DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi
pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu
jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes
(tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-
penyakit lain dan komplikasi yang ada.

B. Golongan dan Mekanisme Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


OHO terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM, diantaranya :
1. Golongan sulfonilurea
OHO golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan untuk penderita diabetes
dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya.
Sulfonilurea bekerja dengan cara menstimulasi penglepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan meningkatkan sekresi
insulin sebagai akibat rangsangan glukosa . Contoh obat sulfonilurea generasi
pertama adalah asetoheksamida, klorpropamida, tolazamida, dan tolbutamida,
sedangkan generasi kedua antara lain gliburida (glibenklamida), glipizida,
glikasida, glimepirida, dan glikuidon.Obat golongan ini semuanya mempunyai
cara kerja yang serupa, berbeda dalam hal masa kerja, degradasi, dan aktivitas
metabolitnya. Pada pemakaian sulfonilurea, umumnya selalu dimulai dengan dosis
rendah untuk menghindari kemungkinan hipoglikemia (Waspadji, 2014). Untuk
menghindari resiko hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti
orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang . Efek
samping sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain
gangguan saluran cerna dan gangguan susunan saraf pusat .Klorpropamid kurang
dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua karena risiko hipoglikemia
yang berkepanjangan, demikian juga glibenkamid. Untuk orang tua dianjurkan
preparat dengan waktu kerja pendek. Glikuidon juga diberikan pada pasien DM
dengan gangguan fungsi ginjal atau hati ringan .
(Generasi 1)

Tolbutamide Chloropropamida Tolazamide

(Generasi 2)

Glipzid Glibenklamid Glucontrol Xl

(Golongan 3)

Amaryl Gliclazid Gliquidon

2. Short-acting insulin secretagogues


Short-Acting Insulin Secretagogues terdiri dari nateglinide dan
repaglinide bekerja seperti sulfonilurea dengan menstimulasi sekresi insulin dari sel
β-pankreas. Efek samping akibat penggunaan short-acting insulin secretagogues
adalah efek hipoglikemi dan peningkatan berat badan. Namun resiko hipoglikemi
yang muncul lebih rendah daripada akibat penggunaan sulfonilurea (gliburid dan
glipizid) (Triplitt dkk, 2005). Penggunaan nateglinid dikontraindikasikan bagi
pasien DM tipe 1, pasien yang mengalami ketoasidosis dan hipersensitif terhadap
obat ini (Evoy, 2002). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.

3. Golongan biguanid
Biguanid meningkatkan kepekaan reseptor insulin, sehingga absorbsi glukosa di
jaringan perifer meningkat dan menghambat glukoneogenesis dalam hati dan
meningkatan penyerapan glukosa di jaringan perifer (Tjay dan Rahardja, 2016).
Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga biasa
digunakan, khususnya pada pasien dengan obesitas (Schteingart, 2015).
Metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16%, LDL
kolesterol hingga 8% dan total kolesterol hingga 5%, dan juga dapat
meningkatkan HDL kolesterol hingga 2% (Soegondo, 2004). Pada pemakaian
tunggal, metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20% . Pada
pasien dengan berat lebih, dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
(Anonim, 2001). Kombinasi sulfonilurea dan metformin merupakan kombinasi yang
rasional karena cara kerja berbeda yang saling aditif (Waspadji,2015). Efek
samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare dan dapat
menyebabkan asidosis laktat . Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien
dengan kecenderungan hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
syok, gagal jantung .

Metformin

4. Thiazolidindione
Thiazolidindione bekerja dengan mengikat pada peroxisome proliferator
activator receptor-γ (PPAR-γ), yang terutama ada pada sel lemak dan sel vaskular.
Thiazolidindione secara tidak langsung meningkatkan sensitivitas insulin pada otot,
liver, dan jaringan lemak (Triplitt dkk, 2015). Thiazolidindione adalah obat
golongan baru yang mempunyai efek meningkatkan sensitivitas insulin,
sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemi.
Kegiatan farmakologisnya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan
insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan
lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan
otot meningkat. Kegiatan farmakologi lainnya antara lain dapat menurunkan kadar
trigliserida atau asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat
ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti
sulfonilurea (Tjay dan Raharja, 2016). Dua anggota dari golongan tersebut
tersedia secara komersial adalah rosiglitazon dan pioglitazon (Katzung, 2015). Efek
samping yang utama dari thiazolidindione adalah udem, terutama pada pasien
hipertensi dan congestive cardiac failure.
Thiazolidindione dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas
I- IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal
hati. Pasien yang menggunakan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati
secara berkala. Thiazolidindione tidak digunakan sebagai obat tunggal).

Thiazolidinidione

5. Golongan α-glukosidase-inhibitors
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α-glukosidase
di dalam saluran cerna. Sehingga reaksi penguraian di-/polisakarida menjadi
monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata,
sehingga memuncaknya kadar glukosa darah dihindarkan (Tjay dan Rahardja, 2016).
Obat ini bekerja di lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemia
dan tidak berpengaruh pada kadar insulin (Waspadji, 2015). Obat ini
umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikan secara bertahap
sampai 150-600 mg/hari. Efek sampingnya adalah perut kurang enak, lebih
banyak flatus dan kadang-kadang diare

Glukobose

Indikasi pengobatan diabetes dianjurkan dosis obat yang diberikan


dimulai dengan dosis rendah dan kenaikannya dilakukan secara lambat baik
mengenai dosis maupun waktu mengingat farmakokinetik dan farmakodinamik
obat pada usia lanjut mengalami perubahan, serta terjadinya perubahan
komposisi tubuh. Obat yang telah dipakai dan cocok dapat dilanjutkan, dosis
mungkin diturunkan mengingat protein binding drug pada usia lanjut sangat
menurun, agar tidak terjadi hipoglikemia (Rochmah, 2016).

Tabel 1. Obat Hipoglikemik Oral di Indonesia


Nama Nama Dagang Dosis Dosis Awal Dosis Lama Frekuensi
Generik harian untuk Maximal Kerja pemberian
(mg) Elderly (mg/day) (jam)
1. Sulfonilurea
Khlorpropam Diabinese 100-500 100 500 24-36 1
id
Tolbutamid Rastinon 500-2000 500-1000 3000 6-12 2-3
(500 mg)
Glibenklamid Daonil 2,5-5 - - 12-24 1-2
(2,5 mg- 5 Euglucon
mg) Renabetic
Glipizid Minidiab 5-20 2,5-5 40 10-16 1-2
(5 mg-10 mg) Glucotrol XL
Glikasid Diamicron MR 30-120 - - 10-20 1-3
(80 mg) (30 mg)
Pedab
80-240
Glikamel
Glikuidon (30 Glicab
Glurenorrn 30-120 - - - 1-3
Glimepirid Amaryl 6 0,5-1 8 24 1
(1 mg, 2 mg, Amadiab
3 mg, 4 mg) Gluvas
2. Short-Acting Insulin Secretagogues (Glinid)
Nateglinid Starlix 360 120 dengan 120 mg 4 3
(120 mg) makanan 3X/hari
Repaglinid Novonorm 6 0,5-1 dengan 16 4 1-3
(0,5 mg, 1 makanan
3. Biguanid
Metformin Glucopaghe 250-3000 Dinilai 2550 6-8 1-3
(500-850mg) Diabex fungsi
4. Thiazolindione/ Glitazon
Neodipar ginjalnya
Pioglitazon Actos 15-30 15 45 24 1
(15 mg- 30
5. Penghambat α-glukosidase
Acarbose Glucobay 50-300 25mg 1-3 25-100mg 1-3 1-3
(50-100 mg) /hari 3X/ hari
6. Kombinasi
Metformi Glucovance 250/1,25 1,25/250 2 20 mg 6-24 1-4
n dengan - X/ hari; gliburide,
Glibenkla 1000/5 dinilai fungsi 2000 mg
(Soegondo, 2004 dan Triplitt dkk, 2005)

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral (OHO) dibagi menjadi 4


golongan yaitu:
a. Pemicu sekresi insulin
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin
c. Penghambat glukoneogenesis
d. Penghambat glukosidase alfa

C. Terapi Kombinasi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO
dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan
biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat
hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga
kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan
bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang
sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri
Pemberian OHO dan insulin dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Terapi dengan OHO
kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien dengan alasan klinik dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. Bila kadar
glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali dapat, maka OHO dihentikan
dan diberikan insulin saja.

Tabel 2. Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral Menurut Pedoman PERKENI 2006

Golongan Generik Nama Dagang mg/tab Dosis Lama Frek/ Waktu


harian kerja hari
Sulfonilurea Klorpropamid Diabenese 100-250 100-500 24-36 1
Glibenklamid Daonil* 2,5-5 2,5-15 12-24 1-2
Glipizid Minidiab 5-10 5-20 10-16 1-2
Glukotrol-XL 5-10 5-20 12- 1
16***
Glikazid Diamicron 80 80-320 10-20 1-2
Diamikron-MR 30 30-120 24 1
Glikuidon Glurenorm 30 30-120 6-8 2-3
Glimepirid Amaryl* 1,2,3,4 0,5-6 24 1
Gluvas 1,2,3,4 1-6 24 1
Sebelum
Amadiab 1,2,3,4 1-6 24 1
Metrix 1,2,3,4 1-6 24 1 makan
Glinid Repaglinid NovoNorm 0,5 ,1,2 1,5-6 - 3
Nateglinid Starlix 120 360 - 3
Thiazolidindione Rosiglitazon Avandia 4 4-8 24 1 Tidak
Pioglitazon Actos* 15,30 15-45 24 1
tergantung
Deculin 15,30 15-45 24 1
jadwal makan
Penghambat Acarbose Glucobay 50-100 100-300 3 Bersama
Glukosidase α suapan
Biguanid Metformin Glucophage* 500-850 250-3000 6-8 1-3 Bersama
pertama
Glumin 500 500-3000 6-8 2-3
atau sesudah
Metformin XR Glucophage-XR* 500-750
Glumin-XR 500 500-2000 24 1 makan
Obat Kombinasi Metformin+ Glucovance* 250/1,25 Total 12-24 1-2
Tetap Glibenklamid 500/2,5 glibenklami
500/5 d 20mg/
Rosiglitazone+ Avandament 2mg/ 8mg/ 12 2
Metformin 500mg 2000mg
4mg/ (dosis max)
Glimepirid+ Amaryl-M** 1mg/ 2mg/ - 2
Metformin 250mg 500mg
2mg/ 4mg/
Bersama/
Rosiglitazone+ Avandaryl** 4mg/1mg 8mg/ 24 1 sesudah
Bersama/
Glimepirid 4mg/2mg 4mg sesudah makan
pagi
D. HAL-HAL YANG
Keterangan: * :Produk orisinal
** : Belum beredar di Indonesia PERLU
*** : Kadar plasma efektif terpelihara selama 24
D IPERHATIKAN
jam
DALAM PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara
bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat
tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk
beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu
sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada
penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penyandang diabetes.
7. Jangan mengubah dosis ataupun merk obat tanpa izin dokter
8. Mengikuti jadwal pemakaian obat secara tepat tiap hari
9. Jangan menambah obat ekstra bila kadar glukosa darah tinggi
10. OHO tetap diperlukan walaupun kadar glukosa darah sudah normal
11. Dapat terjadi hipoglikemia, penyandang diabetes harus mengetahui cara mengatasinya
12. Bila terjadi hipoglikemia, segera bertindak lalu kemudian hubungi dokter. Orang lanjut
usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia, terutama bila mereka tidak akan atau
bila fungsi hati dan fungsi ginjal teganggu, atau memakai obat lalin yang berinteraksi
dengan OHO
13. Menyampaikan kepada dokter mengenai obat lain yang diminum selain OHO.

Anda mungkin juga menyukai