DI SUSUN OLEH :
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
Metoda ceramah dilakukan karena ini merupakan metode yang mudah
dilakukan untuk memberikan informasi untuk peserta yang banyak selain itu metode
ini juga dipilih agar peserta dapat fokus selama proses penyampaian informasi.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab dilakukan untuk mengali sejauh mana tingkat pemahaman
peserta terhadap informasi yang telah di sampaikan dan juga untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai informasi yang belum jelas
menurutnya sesuai dengan topik pembahasa.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir
E. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: LCD : Moderator
: Meja : Fasilitator
: Penyaji atau Pemateri : Fasilitator
: Audiens : Observer
F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
2 Penyajian 20 Menit Menjelaskan materi tentang : Ceramah Power Point 1. Mendengarkan dengan
1. Pengertian Obat Hipoglikemik Oral atau Poster penuh perhatian dan
(OHO) konsentrasi
2. Golongan dan Mekanisme Obat
Hipoglikemik Oral (OHO)
3. Terapi Kombinasi Obat Hipoglikemik
Oral (OHO)
4. Hal Yang Pelu Di Perhatikan Dalam
Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
3 Penutupan 5 Menit 1. Memberikan pertanyaan akhir sebagai Ceramah Leaflet 1. Menanyakan hal-hal
evaluasi dan Tanya yang belum jelas
2. Menutup penyuluhan dan Jawab 2. Memperhatikan
mengucapkan salam jawaban yang diberikan
H. EVALUASI HASIL
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir tepat waktu ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan di selenggarakan di Aula Puskesmas
Menteng
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
Peserta mengerti dan memahami Obat Hiperglikemik Oral (OHO),
pemberian insulin, mekanisme kerja insulin, dan cara penyimpanan insulin.
Lampiran Materi
A. Pengertian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah
yang diresepkan oleh dokter khusus bagi diabetesi. Obat Penurun Glukosa Darah
bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara
untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obatan ini dapat membantu penyandang
diabetes melitus untuk menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan
menurunkan pelepasan glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk
mengendalikan glukosa darah penyandang diabetes.
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien
DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi
pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu
jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes
(tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-
penyakit lain dan komplikasi yang ada.
(Generasi 2)
(Golongan 3)
3. Golongan biguanid
Biguanid meningkatkan kepekaan reseptor insulin, sehingga absorbsi glukosa di
jaringan perifer meningkat dan menghambat glukoneogenesis dalam hati dan
meningkatan penyerapan glukosa di jaringan perifer (Tjay dan Rahardja, 2016).
Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga biasa
digunakan, khususnya pada pasien dengan obesitas (Schteingart, 2015).
Metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 16%, LDL
kolesterol hingga 8% dan total kolesterol hingga 5%, dan juga dapat
meningkatkan HDL kolesterol hingga 2% (Soegondo, 2004). Pada pemakaian
tunggal, metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20% . Pada
pasien dengan berat lebih, dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
(Anonim, 2001). Kombinasi sulfonilurea dan metformin merupakan kombinasi yang
rasional karena cara kerja berbeda yang saling aditif (Waspadji,2015). Efek
samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare dan dapat
menyebabkan asidosis laktat . Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien
dengan kecenderungan hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
syok, gagal jantung .
Metformin
4. Thiazolidindione
Thiazolidindione bekerja dengan mengikat pada peroxisome proliferator
activator receptor-γ (PPAR-γ), yang terutama ada pada sel lemak dan sel vaskular.
Thiazolidindione secara tidak langsung meningkatkan sensitivitas insulin pada otot,
liver, dan jaringan lemak (Triplitt dkk, 2015). Thiazolidindione adalah obat
golongan baru yang mempunyai efek meningkatkan sensitivitas insulin,
sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemi.
Kegiatan farmakologisnya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan
insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan
lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan
otot meningkat. Kegiatan farmakologi lainnya antara lain dapat menurunkan kadar
trigliserida atau asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat
ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti
sulfonilurea (Tjay dan Raharja, 2016). Dua anggota dari golongan tersebut
tersedia secara komersial adalah rosiglitazon dan pioglitazon (Katzung, 2015). Efek
samping yang utama dari thiazolidindione adalah udem, terutama pada pasien
hipertensi dan congestive cardiac failure.
Thiazolidindione dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas
I- IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal
hati. Pasien yang menggunakan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati
secara berkala. Thiazolidindione tidak digunakan sebagai obat tunggal).
Thiazolidinidione
5. Golongan α-glukosidase-inhibitors
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α-glukosidase
di dalam saluran cerna. Sehingga reaksi penguraian di-/polisakarida menjadi
monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata,
sehingga memuncaknya kadar glukosa darah dihindarkan (Tjay dan Rahardja, 2016).
Obat ini bekerja di lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemia
dan tidak berpengaruh pada kadar insulin (Waspadji, 2015). Obat ini
umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikan secara bertahap
sampai 150-600 mg/hari. Efek sampingnya adalah perut kurang enak, lebih
banyak flatus dan kadang-kadang diare
Glukobose