Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ARMELIA YUNIATI

NPM : 14113811

KELAS :B

TUGAS 1 : PERENCANAAN PENGAJARAN

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN,

ALIRAN PSIKOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran


1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah suatu strategi yang dapat membuat kegiatan terlaksana


dengan baik, disertai dengan berbagai langkah taktis untuk mengurangi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan sehingga kegiatan tersebut mencapai
tujuan.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk


mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

3. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Pengertian Perencanaan pembelajaran adalah suatu dokumen rasional yang


disusun berdasarkan hasil analisis sistematis tentang perkembangan peserta didik
dengan tujuan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan
kebutuhan siswa-siswi dan masyarakat.

B. Ruang Lingkup Perencanaan Pembelajaran

Secara sistematik perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan


tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari,
merumuskan kegiatan belajar, dan merumuskan sumber belajar/media
pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi pembelajaran.
C. Aliran Psikologi Pembelajaran
1. Aliran Humanisme

Aliran Humanisme adalah aliran yang menekankan pentingnya kebebasan


peserta didik. Dalam proses pengajaran peserta didik harus bebas menentukan apa
yang perlu dipelajari, sebagaimana mempelajarinya, kapan dan dimanapun proses
belajar tersebut dilakukan.

2. Aliran Behaviorisme

Aliran Behaviorisme adalah aliran yang memandang manusia dari sisi


perilakunya (behavior). Belajar itu adalah proses perubahan prilaku yang harus
bisa diamati oleh orang lain, termasuk oleh pengajar.

3. Aliran Kognitivisme

Aliran Kognitivisme adalah aliran yang diterapkan dalam pengajaran yang


berorientasi pada perkembangan berpikir peserta didik proses pengajaran yang
didilamnya melibatkan lingkungan peserta didik.

4. Aliran Konstruktivisme

Aliran Konstruktivisme adalah pecahan kognitivisme yang memfokuskan


pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk membangun atau
mengonstruksi sendiri pengetahuan baru melalui proses berfikir mensintesis
pengetahuan dan pengalaman lama dan baru.

5. Aliran cybernetisme

Aliran cybernetisme memandang otak manusia aktif memproses informasi


seperti halnya teknologi informasi atau komputer, namun manusia aktif mencari
bukan hanya pasif menerima.

Kelima aliran itu walau tidak sepakat dalam banyak hal tetapi mereka
menerima suatu konsep yang menyatakan bahwa perkembangan peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor besar, yaitu bakat atau bawaan dan pengalaman
termasuk pengalaman pembelajaran dan peristiwa dalam hidupnya.
D. Prinsip-Prinsip Instruksional
1. Prinsip pertama

Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons


tersebut. Bila respons itu berakibat menyenagkan, peserta didik cenderung untuk
mengulang respons tersebut karena ingin memelihara akibat yang menyenagkan.
Bila akibat respons itu kurang menyenangkan, peserta didik cenderung mencari
jalan yang dapat mengurangi rasa tidak menyenangkan tersebut dengan cara
menghindari respons yang sama atau melakukan perilaku lain.

Implikasi prinsip pertama ini kepada kegiatan instruksional antara lain


adalah:

1. perlunya pemberian umpan balik positif atau pujian dengan segera atas
keberhasilan atau respons yang benar dari peserta didik.
2. peserta didik harus aktif membuat respons, bukan duduk diam dan
mendengarkan saja. Akibat yang menyenangkan atau kurang
menyenangkan hanya diberikan bila peserta didik aktif membuat
respons. Bagi yang tidak aktif merespons, pengajar perlu mengajak
interaksi tentang hal-hal paling menarik minat dan mudah sampai
peserta didik merespons dengan bebas dan benar sehingga pantas
mendapat pujian.
2. Prinsip kedua
Prilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di
bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam
lingkungan peserta didik. Kondisi atau tada-tanda tersebut berbentuk
tulisan, gambar, komunikasi verbal, keteladanan guru, atau perilaku
sesama peserta didik.

Implikasi prinsip kedua ini pada teknologi instruksional adalah perlunya


menyatakan tujuan instruksional secara jelas kepada peserta didik sebelum
pelajaran dimulai agar peserta didik bersedian belajar lebih giat.

3. Prinsip ketiga
Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat denga pemberian akibat yang menyenangkan.
Karena itu pengetahuan dan keterampilan baru yang telah dikuasai harus sering
dimunculkan dan diberi akibat yang menyenangkan agar keterampilan baru itu
selalu digunakan.

Implikasi prinsip ketiga ini terhadap teknologi intruksional adalah


pemberian isi pelajaran yang berguna pada peserta didik dalam dunia kehiduoan
serta pemberian umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap
keberhasilan peserta didik.

4. Prinsip keempat

Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan


ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.

Implikasi prinsip keempat ini kepada teknologi intruksional adalah


pemberian kegiatan belajar yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip
dengan kondisi dunia nyata, yaitu lingkungan hidup peserta didik diluar ruangan
kelas.

5. Prinsip kelima

Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar


sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran perlu digunakan contoh secara luas, bukan saja contoh-
contoh positif,melainkan juga negatif. Uraian materi pelajaran perlu diperjelas
dengan contoh yang positif dan yang negatif.

6. Prinsip keenam

Status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan memengaruhi


perhatian dan ketekunanya selama proses belajar.

Implikasi prinsip keenam ini dalam teknologi intruksional adalah pentingnya


menarik perhatian peserta didik agar dapat mempelajari isi pelajaran dengan baik.
7. Prinsip Ketujuh

Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan
balik untuk menyelesaikan setiap langkah akan membantu sebagian besar peserta
didik.

Implikasinya dalam teknologi instruksional adalah :

1. Penggunaan buku teks terprogram (programmed texts atau


programmed instuctions)
2. Pengajar harus menganalisis pengalaman belajar peserta didik menjadi
kegiatan-kegiatan kecil dan setiap kegiatan kecil tersebut disertai
latihan dan umpan balik terhadap hasilnya.
8. Prinsip kedelapan

Kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan- kegiatan


kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar dapat diwujudkan dalam suatu
model.

Implikasinya dalam teknologi instruksional adalah penggunaan media dan


metode instruksional yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada
peserta didik seperti : model, realia (benda sebenarnya), film, program televisi,
program video, drama, demonstrasi.

9. Prinsip Kesembilan

Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan masalah adalah


perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yangb lebih
sederhana.

Implikasinya dalam teknologi instruksional adalah :

1. Tujuan instruksional umum harus dirumuskan dalam bentuk hasil


belajar yang operasional agar dapat dianalisis menjadi tujuan-tujuan
yang lebih khusus.
2. Demonstrasi atau model yang digunakan harus di desain sejalan
dengan hasil analisis tersebut di atas agar dapat menggambarkan secara
jelas komponen – komponen yang termasuk dalam perilaku yang
kompleks tersebut.
10. Prinsip Kesepuluh

Belajar cenderung menjadi cepat dan efesien serta menyenangkan bila peserta
didik diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan
memecahkan masalah. Ia cenderung belajar lebih cepat bila diberi informasi
tentang kualitas penampilannya dan bagaimana cara meningkatkannya lebih
baik.

Implikasi dalam teknologi instruksional adalah :

1. Urutan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana dan secara


bertahan menuju kepada yang lebih kompleks agar keberhasilan
peserta didik dalam pelajaran yang lalu yang lebih sederhana dapat
mendorongnya lebih kuat untuk menguasai pelajaran yang akan
datang, yang lebih kompleks.
2. Kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan pelajaran harus
diinformasikan kepadanya agar keyakinan kepada kemampuan drinya
lebih besar untuk memecahkan maslah yang lebih kompleks dalam
waktu yang akan datang.
11. Prinsip ke sebelas

Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi, ada yang maju
dengan cepat, ada yang lebih lambat. Disamping itu, perkembangan dan
kecepatan belajar seorang peserta didik tidak stabil dari suatu hari ke hari yang
lain dan tidak sama dari suatu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain.
Variasi dalam kecepatan belajar itu tidak selalu dapat diramalkan. Hasil tes
intelegensi, gaya kognitif, dan minat atau sikap untuk belajar tidak mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap variasi tersebut. Namun, variasi penguasaan
terhadap pelajaran yang terdahulu mempunyai hubungan yang lebih berarti
terhadap variasi tersebut.

Implikasi prinsip ini terhadap teknologi instruksional adalah :


1. Pentingnya penguasaan peserta didik dalam materi pelajaran prasyarat
sebelum mempelajari materi pelajaran selanjutnya. Penggunaan cara
belajar tuntas (mastery learning) sangat penting bagi materi pelajaran
terutama yang tersusun secara hirarkikal.
2. Peserta didik mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-
masing.
12. Prinsip Keduabelas

Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan


mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulakan umpan balik
bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.

Implikasinya dalam teknologi instruksional adalah pemberian


kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, caram dan sumber-sumber
lain, disamping yang telah ditetapkan dalam sistem instruksional agar dapat
membuat dirinya mencapai tujuan instruksional.

Anda mungkin juga menyukai