Anda di halaman 1dari 88

Politeknik Automatic Fire Program Studi

Perkapalan Extingusher Laboratory


Negeri Teknik Keselamatan &
Praktek 1
Surabaya Kesehatan Kerja
Pemadam Tradisional
PRAKTEK

PEMADAM API BAHAN TRADISINONAL

I. TUJUAN
TIU: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadam
kebakaran
TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian bahan
tradisional dan dapat memadamkan kebakaran dengan media tradisonal.

II. TEORI
Kebakaran merupakan suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
mencaapi temperature kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen
sehingga menghasilkan panas, nyala api, karbon monoksida dan produk
lain. Proses pemdaman api atau menanggulangi bahaya kebakaran cara
tradisinonal yaitu proses pemadaman api dengan menggunakan alat
pemadam yang bersifat tradisional atau sederhana yang biasa digunakan
oleh masyarakat.
Alat pemadam api tradisinoal merupakan lata pemdam api bukan buatan
pabrik, bisasnya memanfaatkan benda/barang yang dapat digunakan sebagai
alat pemadam yang mudah dibawa, seperti karung goni sebagai selimut api
(fire blanket), handuk, pasir, lumpur dan sejenisnya pemukul, cambuk api,
ember yang diisi oleh air.
Prinsip tehnik pemadaman adalah dengan merusak keseimbangan
percampuran ketiga unsur penyebab kebakaran (bahan bakar, oksigen, gas,
panas) atau merusak/menghentikan proses pembakaran (memutus rantai
reaksinya).

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Api Tradisional Mohammad Hakam, : 1
ST. MT
1
Politeknik
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Pemadaman tradisional
Surabaya Kesehatan Kerja

1. Mengehentikan/mengambil bahan bakar yang terbakar (starvation). Sebagai


contoh, pemindahan bahan bakar yaitu dengan menutup / membuka kerangan,
memompa minyak ke tempat lain, memindahkan bahan yg mudah terbakar dll.
2. Penyelimutan (smothering) atau mengurangi/menipiskan kadar oksigen
(dilution) di udara. Dengan membatasi oksigen dalam proses kebakaran, api
dapat padam. Proses ini biasanya dengan menutup sumber api dengan karug
goni basah (pemadaman tradisional) ataupun dengan penyemprotan karbon
dioksida yg dapat mengurangi oksigen dalam kebakaran tersebut.
3. Pendinginan (cooling) samapi dibawah tiitk nyala dari bahan yang terbakar atau
megurangi penguraian (dekomposisi) bahan bakar padat. Air adalah salah satu
bahan pemadam yang baik dalam menyerap panas. Pendinginan biasanya tidak
efektif pada produk gas dan cairan mudah terbakar yang memiliki flash poin
dibawah suhu air. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan. Membasahi
bahan – bahan yg mudah terbakar merupakan cara efektifdalam mencegah
terjadinya kebakaran pada bahan yg belum terbakar. Akan memerlukan waktu
cukup lama untuk bisa terbakar karena air harus diuapkan terlebih dahulu.
4. Memutuskan rantai reaksi (Breaking Chain Teaction Inhibiting) dari proses
pembakaran. Pertama kali, para ahli menemukan bahwa reaki rantai bisa
menghasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah
sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom – atom yang dibutuhkan oleh nyala api
untuk tetap terbakar. Dengan tidak terjadinya reaksi atom – atom ini, maka
nyala api lama kelamaan padam.
5. Melemahkan (Dillution). Cara ini sama halnya dengan smothering, hanya saja
pada cara ini seperti mengurangi konsentrasi dari setiap unsur pembentuk api
(Heat, fuel, oxygen) dengan memadukan keempat teori diatas.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Pemadaman Mohammad 2
tradisional Hakam, ST. MT
2
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Praktek 1
Surabaya Kesehatan Kerja
Pemadam Tradisional

Penggunaan Alat Pemadam Api Tradisional

Cara pemadaman tradisional:

1. Pasir
Kelebihan dari Pasir diantaranya
a. Sangat baik untuk kebakaran di lantai/tanah datar (posisinya)
b. Dapat dipakai untuk membendung tumpahan minyak
c. Dapat dipakai untuk pemadaman awal ( semua jenis kebakaran)

Cara Pemakaian:
Pasir/Tanah ditaburkan mulai dari tepi hingga seluruh permukaan yang terbakar
tertutup rata.

2. Selimut Api/ Karung Goni


Kelebihan dari sarung api:
a. Cocok untuk kebakaran kompor (kebakaran minyak) dan semua jenis
kebakaran , kecuali kebakaran listrik
b. Bahan Mudah didapat

Cara Pemakaian:
Basahi karung goni dengan air kemudian tutup rata pada bagian yang terbakar, jika
satu karung goni tidak cukup tambahlah lagi

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Api Tradisional Mohammad Hakam, oleh : 3
ST. MT

3
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Praktek 1
Surabaya Kesehatan Kerja
Pemadam Tradisional
Yang perlu diperhatikan sebelum pemadaman kebakaran:

1. Arah angin (factor keselmataan dan keberhasilan kebaran)


2. Jenis bahan yang terbakar (klasifikasi kebakaran)
3. Volume dan porensi bahan yang terbakar (fire load)
4. Letak dan situasi lingkungan (lay out)
5. Lamanya telah terbakar
6. Alat pemadam yang tersedia atau yang harus diadakan berdasarkan kebutuhan

Klasifikasi kebakaran menurut NFPA

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Api Tradisional Mohammad Hakam, : 4
ST. MT

4
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Praktek 1
Surabaya Kesehatan Kerja
Pemadam Tradisional
Teori segitiga api

1. Bahan/benda mudah terbakar (Fuel) Sifat-sifat benda/bahan untuk mudah atau


tidaknya untuk menyala/terbakar sangat dipengaruhi oleh titik nyala dan bentuk
fisik, suhu penyalaan sendiri, daerah bisa terbakar. Ada tiga wujud bahan bakar,
yaitu padat, cair dan gas.
a. Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau
arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula,
lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
b. Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine,
lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
c. Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida,
butan, dan lain-lainnya.
2. Sumber Panas
Panas adalah kenaikan suhu bahan bakar tertentu hingga mencapai suhu
pembakaran. Sumber-sumber panas yang dapat menimbulkan api, yaitu api
trebuka, sinar matahari, energi mekanik.
3. Oksigen (O2)

Tetahedron of Fire

Teori hampir sama dengan teor segiiga api, hanya terdapat reaksi rantai.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Api Tradisional Mohammad Hakam, : 5
ST. MT

5
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Praktek 1
Surabaya Kesehatan Kerja
Pemadam Tradisional
III. PERALATAN
1. Tong tempat pembakaran.
2. Karung goni

IV. RANGKAIAN PRAKTEK

Gambar 1.1 Karung Goni

Gambar 1.2 Tempat Pembakaran

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Api Tradisional Mohammad Hakam, : 6
ST. MT

6
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Pemadaman tradisional
Surabaya Kesehatan Kerja

VII. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN


1. Ambil karung dari tempatnya (karung sudah dalam keadaan basah)
2. Pegang karung pada ujungnya.
3. Berlari kearah api/terjadinya kebakarn
4. Hempaskan karug kearah api dengan posisi membungkuk
5. Biarkan sampai api padam
Lakukan kegiatan tersebut sampai benar-benar mahir menggunakan
media pemadam kebakaran ini.

VIII. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Dari kegiatan yang telah saudara kerjakan selama praktek, hal-hal apa
yang harus saudara perhatikan selama proses pemadaman kebakaran.
2. Ambilah dokumentasi dari kegiatan yangs uadara lakukan dan analisa
kelebihan dan kekurangan dari aktifitas yang saudara lakukan.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Pemadaman Mohammad 7
tradisional Hakam, ST. MT

7
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Pemadaman tradisional
Surabaya Kesehatan Kerja

IX. PUSTAKA

Wahyudi, S (1988), Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran,


Petrokimia Gresik.

Wahyudi, S (1988), Alat Pemadam Api Ringan (1988), petrokimia Gersik.


http://uchilusiamagda.blogspot.com/2013/07/penggunaan-alat-pemadam-api-
tradisional.html, diakses pada tanggal 23 Maret 2015

https://noviakhurunin.wordpress.com/2012/03/27/teori-pemadaman-api-sistem-
pencegahan-penanggulangan-kebakaran/, dikases pada tanggal 23 Maret 2015

X. TUGAS PENDAHULUAN
Sebutkan media pemadam kebakaran tradisional yang anda ketahui dan
bagaimana cara pemadaman kebakarannya sertai dengan gambar ilustrasi.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Pemadaman Mohammad 9
tradisional Hakam, ST. MT

8
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

PRAKTEK

ALAT PEMADAM API RINGAN

I. Tujuan
TIU: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran
TIK: mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian APAR
dan dapat memadamkan kebakaran dengan APAR

II. TEORI
APAR adalah peralatan yang dirancang sebagai pertolongan pertama pada
awal terjadinya kebakaran Alat Pemadam Api ringan (berat max 16kg) yang
mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula
terjadinya kebakaran.
Kebakaran dapat ditanggulangi dengan 3 cara:
1. Cara pendinginan yaitu pendinginan pada bahan bakar yang terbakar
hingga berada dibawha titiknyalanya api.
2. Cara isolasi dengan menurunkan kadar oksigen sampai dibawah 12%
sehingga pembakaran tidak berlanjut
3. Cara penguraian, pisahkan bahan bakar. Misalnya gas atau bahan bakar
cair dapat dilakukan dengan menutup kerangan (valves) atau dengan
mengosongkan tangki bahan bakar.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 1
Hakam, ST. MT

9
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Jenis-jenis media pemadam kebakaran


Mengenal berbagai jenis media pemadam api dimaksudkan agar dapat
menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat dicapai pemadaman
yang efektif, efisien dan aman.
Media pemadaman api yang umum dipakai untuk alat pemadam api
ringan adalah :
1. Air
2. Busa
3. Serbuk kimia kering
4. Karbon dioksida (CO2)
5. Halon
1. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran telah digunakan dari zaman
dahulu sampai sekarang. Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik
mengambil panas (coling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (klas A)
karena dapat menembus sampai bagian dalam.
Ada 3 (tiga) macam APAR air yaitu:
a. Air dengan pompa tangan
b. Air bertekanan
c. Asam soda/soda acid
Air tidak dapat digunakan untuk :
a. Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan (klas C)
b. Kebakaran minyak (klas B)
c. Kebaran bahan yang reaktif terhadap air (klas B)
d. Kebakaran logam (klas D)

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 2
Hakam, ST. MT
10
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

2. Busa

Ada 2 (dua) macam busa, busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari
gelembung yang berisi antara lain zat arang dan karbondioksida, sedangkan busa
mekanik dibuat dari campuran zat arang udara.
Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu
menutupi, melemahkan dan mendinginkan.
1. Menutupi yaitu membuat selimut busa di atas bahan yang terbakar, sehingga
kontak dengan oksigen (udara) terputus
2. Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar
3. Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga
suhunya turun
APAR jenis ini dapat digunakan memadamkan api untuk class A dan B, namun
sangat efektif untuk pemadaman kebakaran class B. Sangat tidak dianjurkan untuk
dipakai pada pemadaman kebakaran class C. APAR ini dapat disimpan selama
maksimal 1 tahun . Untuk jenis kulit tertentu dapat menimbulkan efek gatal dan dapat
ditanggulangi dengan mencuci menggunakan air dan sabun

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 3
Hakam, ST. MT
11
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

3. Serbuk kimia kering


Jenis pemadam api ringan ini dapat digunakan memadamkan api untuk class A,
B dan C serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi dan cocok juga untuk kebakaran
kendaraan. Serbuk kimi kering ini bersifat menyerap panas, tidak menghantarkan
listrik, mempunyai daya lekat yang baik dan menghalangi terjadinya oksidasi pada
bahan bakar.

APAR jenis ini dapat disimpan selama 2 tahun. Pemadam kebakaran ini tidak
boleh digunakan dalam ruang sempit dan tertutup, karena bila terhirup akan
mempengaruhi sistem pernafasan, apabila ada sesorang yang terhirup maka tindakan
pertolongan pertama adalah dengan meminumkan susu panas pada korban.

4. Karbon dioksida (CO2)

Media pemadam api CO2 didalam tabung harus dalam keadaan fase cair
bertekanan tinggi. Prinsip kerja CO2 dalam memadamkan api ialah reaksi dengan
oxygen (O2) sehingga konsentrasinya di dalam udara berkurang dari 21% menjadi
sama dengan atau lebih kecil dari 14%, sehingga api akan padam. Hal ini disebut
pemadaman dengan cara menutup.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 4
Hakam, ST. MT

12
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Untuk mencairkan gas CO2 terlebih dahuu suhunya harus diturunkan di bawah
titik kritis baru kemudian diberi tekanan tinggi. Media pemadam api CO2 tidak beracun
tetapi dapat membuat orang pingsan atau meninggal karena kekurangan oxygen. CO2
dapat juga dipergunakan sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu kelemahan CO2
ialah bahwa media pemadam api tersebut tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat
mengikat oksigen (O2) secara terus menerus tetapi dalat mengikat O2 sebanding dengan
jumlah CO2 yang tersedia sedang supply oxygen di sekitar tempat kebakaran terus
berlangsung.
Pemadam api ini dapat digunakan memadamkan api untuk class A,B dan C dan
dapat disimpan selama 4-5 tahun dan sangat efektif untuk digunakan diruangan
tertutup dan sempit.
5. Halon
Pemadam kebakaran jenis halon ini dapat digunakan memadamkan api untuk
class A,B dan C. Gas halon ini berfungsi mendesak udara dan memutus hubungan
dengan benda dan panas. Umumnya beroperasi secara otomatis dengan adanya sensor
pada tabung pemadam.

Pemadam jenis api ini berbahaya karena mengandung gas chlor (COCl2) yang
beracun dan dampak karat pada benda logam yang terkena cairannya dan apabila
terdapat seseorang yang terhirup gas ini maka tindakan pertolongan adalah dengan
secepatnya membawa ke rumah sakit dengan fasilitas pertolongan keracunan gas chlor.
Jenis pemadam api ini dapat disimpan selama 4-6 tahun.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 5
Hakam, ST. MT
13
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Beberapa jenis halon diantara adalah :

 Halon 1301 (BTM) bromotriflucromethan CBrF3


 Halon 1211 (BCF) bromokhlorodifluoromethan CBrCIF2
 Halon 1201 (DBF) dibromodifluoromethan CBr2F2
 Halon 1011 (CBM) khlorobromomethan CH2BrCI
 Halon 1040 (CTC) karbontetrakhlorida CCI4
 Halon 1001 methylbromide CH3Br
Tipe konstruksi apar
Tipe konstruksi adalah :
1. Tipe tabung gas (gas container type) adalah suatu pemadam yang bahan
pemadamnya di dorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung
gas.
2. Tipe tabung bertekanan tetap (stored preasure type) adalah suatu pemadam
yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas tanpa bahan kimia aktif atau
udara kering yang disimpan bersama dengan tepung pemadamnya dalam
keadaan bertekanan

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Pemadaman Mohammad 6
tradisional Hakam, ST. MT
14
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Bagian-bagian APAR

Cara Penggunaan APAR


1. Memastikan APAR berisi dan dapat digunakan
2. Menarik pin atau pengunci APAR
3. Mengetes APAR sebelum masuk kelokasi kebakara dengan menekan sedikit
pompanya
4. Berdiri sesuai dengan arah mata angin untuk menghindari panasnya api
5. Memegang selang APAR, jangan nozzlenya, menekan tuas, menyapukan isi
APAR dair kir dan kekanan secara berulang hingga api padam.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 7
Hakam, ST. MT
15
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad 8
Hakam, ST. MT
16
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Pemasangan APAR menurut PERMENAKERTRANS RI NO.4/MEN/1980


1. Mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi tanda
pemasang
2. Tinggi tanda pemasangan 125cm dari dasar lantai
3. Pemasnagan antar APAR adalah 15cm. sehingga radius perlindungan untuk
satu APAR adalah 176,625 cm2
4. Jumlah APAR
Untuk menentukan jumlah APAR dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
Jumlah APAR =

5. Tabung sebaiknya tidak berlubang atau cacat dan berkarat


6. Ditempatkan menggantung atau diletakkan pad apeti yang tidak terkunci
7. Pemasangan APAR terletak pada ketinggian 1.2 m kecuali karbondioksida dan
DCP dapat lebih rendah (minimal 15tcm dari permukaan lantai)
8. Suhu ruangan pemasangan APAR dibawah 49 C dan diatas -44 C, APAR pada
tempat terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 9
ST. MT

17
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

IV. RANGKAIAN PRAKTEK


1. Water Extinguisher

Gambar 6.1 Soda Water Acid Extinguisher

Gambar 6.2 Cartridge-Operated Water Extinguisher

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, : 10
ST. MT
18
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

Gambar 6.3 Using the Cartridge-Operated Extinguisher

Gambar 6.4 Stored-Presusre Water Extinguisher

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, : 11
ST. MT

19
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

2. Foam Extinguisher

Gambar 6.5 Foam Fire Extinguisher

Gambar 6.6 Operating a Foam Extinguisher on a Flammable Liquid Fire

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 12
ST. MT
20
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

1. Carbon Dioxide Extinguisher

Gambar 6.7 Carbon Dioxide Extinguisher

Gambar 6.8 Procedure for Using the CO2 Extinguisher

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 13
ST. MT

21
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

3. DCP extinguisher

Gambar 6.9 DCP fire Extinguisher

Gambar 6.10 Procedure for Operating the Dry Powder Extinguisher

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 14
ST. MT
22
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

4. Halon extinguisher

Gambar 6.11 Halon Fire Extinguisher

6.12 Operation of Halon Extinguisher

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 15
ST. MT

23
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

5. Purple-k extinguisher

Gambar 6.13 Purple-k Extinguisher

Gambar 6.14 Operation of the PKP Extinguisher

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 16
ST. MT

24
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

III. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARN


 Water Extingusiher dan foam Extinguisher Cartridge Type
a. Ambil APAR dari tempatnya dengan tangan kanan memegang
bagian bahwa APAR
b. Balik APAR agar tercampur anatara bahan pendorong dan
media pemadam
c. Tarik pin/putus degel pengaman pada pin operating lever
d. Berdiri pada jarak 30-40 feet dari api
e. Coba keandalan APAR sebelum diarahkan ke sasarn
f. Letakkan APAR dengan keadan terbalik pada lantai
g. Arahkan kebawah/dasar api
h. Semprotkan dari sisi kesisi/kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga Oxygen tidak dapat ikut reaksi
NB. Lihat pada Gmbar 6.2, Gambar 6.3 dan Gambar 6.6

 Stored-Pressure Water Extinguisher, Carbon dioxide (CO2)


Extingusisher, DCP Extingusisher, Halon/Pasca Halon extinguisher dan
Purple-K Extinguisher.
a. Ambil APAR pada tempatnya
b. Berdiri pada jarak 2-2.5 M dari api
c. Tair Pin/putus segel pengaman pada pin operating level
d. Coba keandalan APAR sebelum diarahkan ke sasaran
e. Arahkan kebawah/dasar api
f. Semprotkan dari sisi kesisi/kibaskan media pemadam api pada
dasar nyala api sehingga oksigen tidak dapat ikut rekasi

Nb. Lihat gambar 6.8, gambar 6.10, Gambar 6.12, Gambar 6.14

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 17
ST. MT

25
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
APAR
Surabaya Kesehatan Kerja

IV. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Uraikan masing masing metode/cara yang digunakan utnuk
memadamkan api dilihat dair media pemadam yang digunakna.
2. Amnilah dokumnetasi untuk maisng-maisng aktifitas yang saudara
lakukan
V. PUSTAKA
Wahyudi, S.1989. Pencegaham dan Penanggulanagn bahaya kebakaran,
Petrokimia Gresik
Wahyudi, S. 1989. Alat Pemadam Api ringan, Petrokimia Gresik
Global Security.org
http://www.satpam-gaul.blogspot.com/2011/05/materi-training-pengenalan-
apar-dan.html, diakses pada tanggal 23 Maret 2015
http://www.alatpemadam.net/ diakses pada tanggal 23 Maret 2015

VI. TUGAS PENDAHULUAN


1. Sebutkan media pemadam kebakaran jenis APAR beserta penjelasan
maisng-maisn gjenis
2. Sebutkan dan jelaskan tipe APAR beserta cara kerja dair masing-masing
tipe yang ada.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


APAR Mohammad Hakam, oleh : 18
ST. MT
26
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :
Negeri Teknik Keselamatan &
Api Tradisional Lukman Handoko, oleh
Self Contain :
Breathing 4/4
Surabaya Kesehatan Kerja
S.KM,MT. Apparatus

PRAKTEK
BREATHING APPARATUS

I. TUJUAN
TIU: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori Pengunaan
Breathing Apparatus.
TIK: Mahasiawa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Breathing
Apparatus dan dapat memkai Bretahing Apparatus

II. TEORI
SCBA (Self Conbtained Breathing Apparatus) adalah Breathing Apparatus
dimana suplai udara atau oksigen diperoleh dari cylinder atau tabung lain
yang merupakan bagian dari peralatan tersebut.
Bagian-bagian SCBA sebagai mana gambar 2.1 dan gambar 2.2 dibawah ini

Gambar 2.1 Bagian-bagian Breathing Apparatus

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 1
Apparatus ST. MT 27
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Self Contain Breathing
Surabaya Apparatus Kesehatan Kerja

Gambar 2.2 Bagian-bagian Breathing Apparatus

CALA (Compressed Air Line Apparatus)

A positive pressure of clean air is supplied to the wearer via a compressed airline.

FULL DURATION, the time the BA set is expected to last from the moment it is
started up until the cylinder is empty.

WORKING DURATION, the time a BA Set is expected to last from the time it is
started until the cylinder pressure is reached the acoustic warning whistle

SAFETY MARGIN, the time from the moment that the acoustic warning whistle is
sounds until the cylinder is exhausted.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 2
Apparatus ST. MT
28
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Self Contain Breathing
Surabaya Apparatus Kesehatan Kerja

1.1 Jenis – jenis SCBA


Jenis – jenis SCBA yang berdasarkan fungsinya adalah :
1. SCBA Rescue Unit
Jenis SCBA Rescue Unit adalah SCBA yang digunakan sebagai alat
bantu pernapasan pada waktu melakukan proses pertolongan / penyelamatan
atau digunakan pada waktu melakukan pekerjaan di lingkungan yang
terpapar gas berbahaya. SCBA ini dapat digunakan secara optimal sekitar 30
menit.
2. SCBA Work Unit
Jenis SCBA ini pada prinsipnya hanya dapat digunakan selama
sekitar 10 menit, tetapi SCBA ini dilengkapi dengan peralatan sambunga
khusus (quick coupling) yang dapat disambungkan dengan cadangan udara
dalam botol-botol yang berkapasitas besar, sehingga dapat membantu
pernapasan lebih dari 30 menit.
3. SCBA Escape Unit
Sesuai dengan jenisnya, maka SCBA ini berfungsi untuk membantu
pernapasan pada waktu meninggalkan lokasi paparan menuju tempat aman
dengan waktu penggunaan sekitar 10 menit. SCBA ini dapat digunakan
secara cepat, karena model maskernya mudah digunakan.

Sedangkan apabila dilihat dari cara kerjanya, maka SCBA


digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Rangkaian Terbuka (Open Circuit)
Tipe ini memiliki volume udara pernafasan tertentu dalam sebuah
cylinder sehingga durasi pemakaian tipe ini tidak kurang lebih dari 1jam.
2. Rangkaian Tertutup (Closed Circuit)
Tipe ini digunakan untuk durasi udara pernafasan yang lama seperti
penyelamatan didaerah tambang dan terowongan panjang dan sempit. Tipe
ini dapat menyerapp CO2 untuk didaur menjadi oksigen.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 3
Apparatus.doc ST. MT
29
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Surabaya Kesehatan Kerja

Aliran pernapasan disimpan didalam respirator untuk selanjutnya


ditangkap CO2 dan moisture yang ada kemudian direkondisi dengan
oksigen segar.
Pengisian Ulang SCBA
1. Apabila kandungan udara dalam SCBA telah habis, pengisian dapat
dilakukan dengan pengisian air breathing compressor bertekanan tinggi
dengan filter khusus untuk menyaring udara dan mengurangi kandungan air.
2. Udara yang dihasilkan kompresor secara berkala harus dilakukan uji
kandungan, untuk memastikan kondisi dan kandungan udara yang
dihasilkan.
3. Botol SCBA juga harus dilakukan hidro test untuk memastikan kondisi dan
kekuatan botol terhadap tekanan.
Rumus Waktu Penggunaan SCBA

( ) ( )
Waktu penggunaan =

40 liter / menit adalah kebutuhan udara rata – rata seseorang pada saat bekerja
berat.

Waktu penggunaan SCBA secara optimum adalah hasil perhitungan dikurangi 10


menit sebagai waktu sebelum pemakaian masker dan 10 menit waktu cadangan,
sehingga dari contoh di atas, maka waktu optimumnya adalah 31 menit.
SCBA akan mengeluarkan bunyi seperti peluit sebagai tanda bahwa tekanan
udara dari dalam botol sudah hampir habis.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 4
Apparatus.doc ST. MT 30
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Berhubungan dengan SCBA


1. Pastikan SCBA selalu dalam kondisi siap digunakan
2. Pastikan tekanan udara dalam kondisi penuh / sesuai dengan kapasitasnya
3. Tempatkan SCBA dalam posisi :
 Mudah dijangkau
 Terhindar dari suhu udara yang panas, karena akan suhu udara
yang panas akan mengakibatkan pemuaian pada botol sehingga
tekanan udara akan naik
 Terhindar dari kotoran
4. Pakailah SCBA dengan benar dan cepat. Mengingat fungsi SCBA sebagai
peralatan bantu pernapasan pada kondisi darurat karena paparan gas
berbahaya.
5. Lakukan perawatan rutin jika terdapat kebocoran atau kerusakan segera
laporkan untuk diperbaiki dan dilakukan pengisian ulang.
6. Proses pengisian ulang SCBA akan mengakibatkan botol menjadi panas
karena perubahan tekanan pada ruang tertutup akan berbanding lurus
dengan perubahan suhu, sehingga lakukan peredaman panas dengan
merendam botol selama proses pengisian. Tujuannya adalah untuk
keselamatan kerja dan mempertahankan kondisi botol tetap dalam suhu
stabil.
7. Semua SCBA facepiece lensa diperiksa sebelum dan sesudah digunakan.
Setiap SCBA facepiece lensa yang ditemukan memiliki retakan, crushing,
deformasi, discoloring, celah atau lubang harus segera dihapus dan diganti.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 5
Apparatus.doc ST. MT 31
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

Tabel jumlah dara yang dibutuhkan seseorang seusai aktifitasnya

Pemeriksaan SCBA
1. Pemeriksaan tekanan tinggi (tekanan tabung)
2. Pemeriksaan tekanan rendah
Pemeriksaan tekanan tinggi (tekanan tabung)
1. Buka valve utama pelan-pelan, dan periksa manometer. Apabila tekanannya
kurang dari 5/6 dari tekanan kerja, maka isi botol tidak boleh digunakan untuk
operasi.
2. Periksa jarum manometer, jika sudah menunjukkan angka maksimum tutup
kembali valve utama.
3. Perhatikan manometer, bila tekanannya turun lebih kuran 12 atam permenitnya,
berarti ada kebocoran pada system saluran. Perlu diperiksa kembali
4. Buka bypass pelan-pelan pada deman regulator dan perhatikan suling (warning
wishtle) akan berbunyi pada tekanan antara 40-50 atm.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Breathing Mohammad Hakam, oleh : 6
Apparatus.doc ST. MT
32
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

Pemeriksaan tekanan rendah.


1. Buka valve utama dan pakailah face mask dengan benar.
2. Bernafaslah seperti biasa.
3. Tutup kembali valve utama dengan tangan kanan, tangan kanan masih tetap
memegang valve
4. Bernafaslah, apabila anada tidak bisa bernafas, berarti tidak ada kebocoran pada
sistem tekanan rendah, tetapi apabila anda masih bisa bernafas, berarti ada
kebocoran pada face mask.
5. Apabila anda tidak bisa bernafas, buka segera valve utama pada botol.

Merakit atau memasang SCBA


1. Atur sebaik mungkin hardness dan plat penggendong
2. Longgarkan sabuk penggendong sebaik mungkin.
3. Pasang botol udara ke pelat penggendong dan ikat yang sebaiknya.
4. Sambung selang pada botol dengan menggunakan jari tangan (jangan
menggunakan kekuatan penuh).

III. PERALATAN:
1. Self Contain Breathing Apparatus
2. Stop Watch

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad 7
Hakam, ST.MT

33
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

IV. RANGKAIAN PRAKTEK/PROSEDUR PENGGUNANAN

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad 8
Hakam, ST.MT
34
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, oleh : 9
ST. MT
35
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, : 10
ST.MT

36
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, : 11
T.MT
37
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

Tahap pelaksanaan pada gambar 6

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 12
ST. MT
38
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

V. PROSEDUR CARA MENGGUNAKAN BREATHING APPARATUS


1. Sambungkan/hubungkan selang penyalur udara yang ada pada topeng
pelingung muka dengan yang ada pada harnest dengan cara memasukan
serta menekan sambungan yang ada, kemudian angkat tali pundak ke
pundak kiri dan kanan dengna hati-hati untuk melindungi muka.
2. Tali pundak tarik kebawah kearah pinggul apar silinder/tabung
dibelakang keliahatan menojnol keatas.
3. Hubungkan ikat pinggang dengan menekan/memasukkan pengunci
kemudaian pada posisi menugnci ataur/seimbangkan tali ikat pinggang
disebelah kanan untuk mendpaatkkab tehgangan secaran benar dan enak
pemakaiannya.
4. Turunkan pelindung muka/face mask dengan mengalungkan tali keleher
selnajutnya periksa kerangan pengatur pernafasan dan atur pada posisi
minus.
5. Untuk menjamin udara yang ada pada silinder/tabung sebelum
memasang ke face mask/topeng pelindung. Ambil petunjuk tekanan
dengan tangan kiri dan waktu bersamaan taruhlah tangan kanan pada
kerangan silinder serta putarlah kerangan silinder dengan jari dan ibu
jari. Putaran harus penuh sehingga terasa putaran terasa tertahan.
Silinder tidak boleh digunakan apabila isinya kurang dari 80% yang
mana kira-kira pada posisi petunjuk menunjukkan posisi jam12. Periksa
dan atur tali kepala apar seimbang serta mebentuk lingkaran. Rambut
harus disisi/diatur kebelakang kemudian pasang topeng peindung.face
mask kemuka anda. Tarik tali kepala belakang apar kencang. Yakinkan
bahwa tali tersebut sudah ditarik kebelakang dan tidak kendor.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam oleh : 13

39
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

6. Periksa apakah seal/perapat sudah tepat dan memuaskan dan apakah peluit
sebagai peringatan tekanan udara bekerja dengan benar. Cara melakukan
tindakan: pegang petunjuk dengan tangan kiri dan letakkan tangan kanan anda
pada kerangan silinder, selanjtunya matikan silinder dengan memutar kerangan
searah dengan diri anda kemudian bernafasalah p[erlahan lahan. Peluit akan
berbunyi pada tekanan udara 45-50 bar terus menerus sampai angka petunjuk
tekanan pada angka nol dan bernafsalah sekali lagi. Bila seal/ perapat
memuaskan dan dalam kondisi baik, maka topeng akan melekat pada muka
anda.
7. Periksa system saluran pernafasan pada posisi positif, buka silinder dengan
penuh bersamaan dengan itu putar pengatur pernafsan keposisi positif
kemudian hembuskan pernafasan kedalam dan keluarsebanyak 3 kali/
bernafasalah dan dengarkan kebocoran, apabila tidak bocor serta tidak dapat
didngar “pekerjaan anda dapat dimulai”
8. Apabila anda belum mendapatkan udara segar, maka anda dapat meutar
kembali pengaturan saluran pernafasan keposisi negatif agar mendapatkan
udara udara segar dari slinder dan kembalikan keposisi positif saat anda akan
memulai pekerjaan.
9. Cara melepas kembali perangkat breathing apparatus. Putar kerangan pengatur
pernafasan keposisi tanda minus pada posisi stop. Pindahkan pelindung muka.
Face mask dengan melepas dari muka adna, lepaskan tali-tali kepala dengan
jari-jari dan ibu jari dari masing-masing buckle/gasper dari pangkal tali
kemudian ke ujung tali.
10. Tutup kerangan pengatur pada silinder, ambil penunjuk dengan tangan kiri.
Putar pengatur pernafasan dan posisi positif untuk memeriksa penunjuk tekanan
secara benar dan menjamin petunjuk padaa posisi stop kemudian kemalikan ke
posisi negative.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, oleh : 14
ST. MT
40
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

11. Lepaskan ikat pinggang dengan melepas pengunvi dan lepaskan seta ulir tali
pundak dengan jari dna ibu jari untuk menekan pengencang tali pundak keatas.
Selanjtunya lepas dan turunkan perangklat silinder kemudian taruhlah doilantai
dengan posisi terlentang.
Note: dalam melepas breathing apparatus berhatri hatilah agar tidak mebentur
muka anda.

VI. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Apa komponen utama dari SCBA dan sebutkan masing-masing
fungsinya
2. Sebutkna meotde penggunaan Breathing Apparatus dan jelaskan
langlkah-;angkah penggunaannya.
VII. PUSTAKA
Wahyudi, S (1988), Alat Bantu Pernafasan, Petrokimi Gresik
Lutron (2010), Manual Breathing Apparatus
http://tirtasafety.blogspot.com/2011/08/alat-bantu-pernapasan-self-
containt.html, diakses pad atanggal 24 Maret 2015
http://solutions.3m.com/wps/portal/3M/pt_PT/OccupationalSafety/Home/Pr
oducts_and_Services/Glossary/?PC_Z7_RJH9U5230GE3E02LECIE208S6
5000000_assetId=1046791711483, diakses pada tanggal 24 Maret 2015
http://www.rigsafegear.com/docs/resource/Training%20handouts/SCBA%2
0Course.pdf, diakses pada tanggal 24 Maret 2015

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, oleh : 16
ST. MT
41
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
SCBA
Surabaya Kesehatan Kerja

VIII. TUGAS PENDAHULUAN


Apa yang dimaksud dengan:
1. Self Contained Close Circuit
2. Self Contained Open Circuit
3. Compressed Air Line Apparatus (CALA)
4. Full duration, work duration, safety margin dalam berathing
apparatus.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


SCBA Mohammad Hakam, oleh : 17
ST. MT

42
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

PRAKTIKUM

HYDRANT SYSTEM

I. TUJUAN
TIU: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman kemabakran
TIK: Mahasiswa nmampu memahami tentang prosedur pemakaian hydrant system dan
dapat memadamkan kebakaran dengna hydrant system.

II. TEORI
Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran yang
tetap yang menggunakan media pemadam api bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran. System ini terdiri dari sitem persediaan air, pompa,
perpipaan, kopling outlet dan inloet serta selang dan nozzle. Dioperasikan oleh
beberapa orang (regu) dan dilengkapi dengan :
1. Pemancar
2. Selang yang dilengkapi kopling (couple)
3. Kunci Hydrant
4. Kepala Hydrant
5. Box Hydrant

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad 1
Hakam, ST. MT
43
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Komponen-komponen Hydrant
1. Hydrant pilar

Bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak di luar bangunan yang
dapat dihubungkan dgn slang kebakaran
2. Hydrant box

Bagian peralatan dari sistem hydrant yang berisi kran, slang dan nozle.
3. Siamese connection

Bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak diluar bangunan dan
digunakan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad 2
Hakam, ST. MT
44
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

4. Nozzle

Suatu alat pemancar yangg terletak pada bagian ujung dari slang yang
digunakan untuk pengaturan pengeluaran air.
5. Slang hydrant

Alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang bersifat flexible


6. Hose reel

Slang yang digunakan untuk mengalirkan air yang pada bagian ujungnya selalu
terpasang nozle secara tetap dihubungkan secara permanen dengan sumber air
bertekanan.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 3
ST. MT
45
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Klasifikasi Hydrant berdasarakan jenis pipa:


1. Sistem instalasi hydrant kering ialah suatu sistem hydrant yang pipa-pipanya
tidak berisi air, dan akan berisi air manakala hydrant tersebut digunakan.
2. Sistem instalasi hydrant basah adalah suatu sistem hydrant yg pipa-pipa nya
selalu berisi air.

Berdasarkan jenis dan penempatan hydrant

a. Hydrant gedung
Hydrant yang terletak didalam suatu bangunan/gedung dam system
serta peralatannya disediakan sera dipasang dalam banguna tersebut.
Hydrant Gedung dibagi menjadi :
1. Hydrant Luar
Hydrant Luar mempunyai spesifikasi sama dengan Hydrant Kota.
Hanya saja Hydrant Luar dilengkapi dengan Box Hydrant.
2. Hydrant Dalam
Spesifikasi :
 Selang langsung terhubung dengan kran air yang berhubungan
dengan pompa hydrant
 Ukuran selang 1½ inchi
 Tekanan air maksimal 6,8 kg/cm2 dan minimal 4,4 kg/cm2
 Debit air 380 liter/menit
b. Hydrant halaman
Hydrant yang terletak diluar bangunan, sedang instalasi peralatannya
disediakan serta dipasang dilingkungan bangunan tersebut.
c. Hydrant Kota
Hydrant yang disiapkan untuk mendapatkan supply air bagi mobil unit
pada lokasi yang terdekat dengan area kebakaran. Hydrant ini disiapkan
oleh pemda setempat atau pengelola kawasan

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, : 4
ST. MT

46
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Hydrant ini hanya boleh dioperasikan oleh orang yang berpengalaman atau regu
pemadam kebakaran. Dengan ukuran selang adalah 2½ inchi dengan tekanan
minimal adalah 4,4 kg/cm2 (65 psi) dan Debit air 1900 liter/menit.

Berdasarkan besar ukuran pipa hydrant yg dipakai:

1. Hydrant kelas I ialah suatu hydrant yg menggunakan ukuran slang 6,25 cm (2,5
inch)
2. Hydrant kelas II ialah suatu hydrant yg menggunakan ukuran slang 3,75 cm
(1,5 inch)
3. Hydrant kelas III ialah suatu hydrant yg menggunakan ukuran sistem gabungan
kelas I dan kelas II.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, : 5
ST. MT

47
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Bagian-bagian dari System Hydrant


1. Sistem persediaan air
Sumber air untuk persediaan hydrant dapat berasal dari PDAM, sumur artesis
(bor), sumur gali dengan sistem penampungan, tangki gravitasi, tangki bertekanan,
reservoir air dengan sistem pemompaan. Persediaan air setiap saat yg dapat
dipergunakan minimum selama 30 menit pada kapasitas pompa 1800 liter/menit.
Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka banyaknya dapat digunakan untuk lama
waktu seperti ditentukan sebagai berikut :
a. Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Ringan : 45 menit
b. Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Sedang : 60 menit
c. Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Berat : 90 menit
2. Sistem pompa
a. Pompa jockey
b. Pompa utama
c. Pompa cadangan
Spesifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant yaitu :
1. Kemampuan pompa dalam liter per menit
2. Temperatur dan berat jenis zat cair
3. Panjang pemipaan, banyaknya belokan dan banyaknya penutupan/kran
4. Tekanan air pada titik tertinggi/terjauh tidak kurang dari 4-5 kg/cm
5. Bekerja secara otomatis dan stop secara manual
6. Sumber tenaga listrik harus ada dari generator darurat dapat bekerja secara
otomatis dalam waktu kurang dari 10 detik bila sumber utama padam.
3. Sistem perpipaan
Dalam merencanakan sistim perpipaan harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Diameter pipa induk minimum 15 cm dan diameter pipa cabang minimum
10 cm atau dihitung secara hidrolis

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 6
ST. MT

48
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

2. Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya.


3. Pipa berdiameter sampai 6,25 cm (2,5 inch) harus menggunakan
sambungan ulir.
4. Pipa berdiameter lebih besar dari 6,25 cm (2,5 inch) harus menggunakan
sambungan las.
5. Memasang pipa horizontal:
a. Diberi penggantung dengan kemampuan 5 kali berat pipa berisi air
b. harus terpisah dengan penggantung lain
c. jarak antar penggantung maximum 3,5 m
6. Pipa yg menembus beton bangunan harus disediakan selongsong dari besi
tuang/pipa baja dengan kelonggaran minimum 25 mm diluar pipa
7. Pipa yg dipasang didalam tanah harus memenuhi persaratan:
a. kedalaman minimal 75 cm dari permukaan tanah
b. pipa harus diberi tumpuan pada jarak setiap 3 meter
c. dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata
d. pipa harus dicat (flincote) minimum 3 lapis
e. pemasangan pipa didaerah korosi perlu dilindungi dengan cara yang
tepat
4. Slang dan nozzle
a. Slang air
 Harus kuat menahan tekanan air yang tinggi
 Tahan gesekan
 Tahan pengaruh zat kimia
 Mempunyai sifat yang kuat, ringan dan elastis
 Panjang slang air 30 meter dengan 1,5 inch sampai dengan 2,5
inch.
 Dilengkapi dengan Kopling dan Nozzle sesuai ukuran.
b. Nozzle
 Nozzle dengan semprotan jet (semprotan lurus) untuk tujuan
semprotan jarak jauh.
 Nozzle kombinasi yang dapat diatur dengan bentuk pancaran
spray. Pancaran spray bertujuan sebagai perisai untuk mendekat
ke daerah kebakaran.
File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :
Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 7
ST. MT
49
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA PEMADAM KEBAKARAN


Media Pemadam Air
1. Pancaran Jet
a. Pancaran jet utuh (solid stream) pancaran berasal dari nosel-nosel yang
dari masukan samapi moncongnya tak ada penghalang kecuali
penyempitan diameter (play-pipe nozzle)
b. Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang berasal dari
nozzle yang antara lubang masukan dengan keluarannya terdapat
penghalang, umumnya pancaran ini berasal dari nozzle yang bisa diatur
dari spray sampai dengan jet.

Ciri-ciri semprotan jet

a. Jumlah air besar


b. Jangkauan semprotan jauh
c. Untuk kebakaran kelas A, seperti pada pemadam kebakaran,
rumah, hutan atau padang rumput dan lain-lain
d. Untuk kebaran kelas B, secara tidak langsung untuk pendinginan
tangki.
e. Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih banyak
dibanding pancaran lurus.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 8
ST. MT
50
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

2. Pancaran Tirai (spray)


a. Jumlah air besar
b. Jangkauan semprotan dekat/pendek
c. Untuk kebakarn kelasA (seperti untuk sptriknle)
d. Kelas B untuk pendinginan wadahnya dan diulusi
e. Juga dipakai sebagai perisan air untuk menahan radiasi panas dari api
dalam usaha menutup kerangan, menutup bocoran maupun tugas-tugas
penyelamataan.

3. Pancaran kabut (fog)


a. Jumlah air relative sedikit
b. Jangkaun semprotan dekat/pendek
c. Untuk kebakaran klas A, B dan C (dengan teknik khusus). Juga bisa
dipakai sebagai perisai air pecahan. Pengurang radiasi panas dari api
walaupun tidak sebaik pancaran tirai.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 9
ST. MT
51
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

III. PERALATAN

1. Intalasi hydrant kebakaran


2. Selang pemadam kebakaran
3. Nozzle
4. Kunci pass

IV. RANGKAIAN PRAKTEK

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 10
ST. MT
52
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

V. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRAN T


SYSTEM
1. langkah pesiapan
a. setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil
dilapangan pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan
pemadamn kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai aba-aba pada
lampiran 1
b. setelah selesai penghormatan kepada instruktur (lampiran1) maka
kepala regu segera laporan sebagai berikut: “lapor, regu…(dengan
menyebutkan nama atau nomor regu), jumlah 6 orang dengan peralatan
lengkap siap melaksanakan pemadaman kebakaran.
c. kemudian instrukutru meberikan aba-baba “kerjakan”
d. begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara
serempak mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung
bertindak
2. Langkah pemadaman
a. susunan dan tugas anggota regu tertera pada lampiran 2 dan 3
b. setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan
peralatan
c. setelah pembenahan, regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti
semula dan kepala regu pasukan penaggulangan kebakaran segera lapor
sebagai berikut: “ regu…..(dengan menyeburt nama atau momer regu)
telah sesuai memadamkan kebakaran, anggota selamat, api padam,
perlatan lengkap, laporan selesai.”
d. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab
“bubarkan: ditemskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan
selesai isntruktur membalas, maka regu pasukan pemadam
kebakaranbbisa dibubarkan.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 11
ST. MT
53
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

ABA-ABA DALAM PELAKSANAAN PMK


No. Aba-aba peringatan Aba-aba Tindakan
pelaksanaan
1 Satu bans bersap Kumpul Semua berkumpul
membentuk satu baris
bersap
2 Siap Gerak Bersikap tegak (sikap
sempurna)
3 Setengah lencang kanan Gerak Dengan tangan kanan
disikukan kekakan
dan tengok ke kanan
guna meluruskan
barisan
4 Tegak Gerak Semua kembali
berikap siap
5 Hitung Mulai Berhitung dari nomor
satu sampai habis
6 Kepada instukrtur hormat Gerak Semua anggota
hormat

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 12
ST. MT
54
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Pembaian regu dan tugas


No Jabatan Tugas
Persiapan Pemadaman Pembenahan
pemadaman kebakaran
1 Kepala regu Membawa nozzle Memimpin regunya Membawa/mengump
dan connection mengecek persiapan ulkan nozzle dan
cabang pemadaman, connection cabang,
Memerintahkan Membantu
membuka dan membenahi peralatan
menutup hydrant

2 Operator Membawa kunci Memasang selang Melepaskan selang


pompa/hydrant hydrant ke hydrant/pomp dari hydrant/pompa
Membuka tutup Membuka/ menutup Mengumpulkan kunci
hydrant kerangan hydrant dan
hydrant/fire pump menutupkembali
tuutp hydrant
3 Nozzle man Membawa selang Menggelar selang Melepas nozzle
1.5 in 1,5m Mengosongkan
Memawsang nozzle selang
Melaksanakan Menggulung selang
pemadaman
4 Helper Membawa selang Menggelar selang Melepas sambungan
2.5 in 2.5 in 2.5kn
Menyambung Mengosongkan
selang dengan selang 3.5 in
selang berikutnya Menggulung selang
2.5 in

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 13
55
ST. MT
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Keterangan
1-orang pertama/komandan
2-orang kedua/mekanik
3-orang ketiga/nozzle man
4-orang ke empat/pembantu

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 14
ST. MT

56
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Keterangan
1-orang pertama/komandan
2-orang kedua/mekanik
3-orang ketiga/nozzle man
4-orang ke empat/pembantu
File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :
Hydrant Mohammad 15
Hakam, ST. MT

57
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad 16
Hakam, ST. MT

58
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

POSISI PEMADAMAN

1. Posisi memegang selang, pada saat muali memegamg noxxle bertekanan, kuda-
kuda dan cara memegang nozzle harus mantao
2. Membuka dna menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-kuda baik
3. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatokan dahulu kuda-kudanya
(harus mantap)
4. Jika tidak kuat menahan tarikan selang (jet effect, jangamlah nozzle itu
dilepaskan, tetapi rendahkan badan (untuk megurangi tarikan tersebut)
5. Jika waktu memegang nozzle bertekana, ternyata tidak kuat dan jatuh, jatuhkan
bersama-sama nozzle tersebut (nozzle jangan dilepaskan)

Diperhatikan untuk pemegang nozzle

1. Posisi kaki selalu kuda-kuda


2. Buka/tutup pancaran air harus diarahkan keatas
3. Saat pancara jet (utuh), sebaiknya nozzleman dalam posisi ditempat (berhenti,
tak bergerak) dan ingat bahaya tekanan bali dari pemancaran api.
4. Kalau bergerak harus denganpancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi
bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda
5. Pandangan selalu ke depankearah api dan selalu memperhatikan kerjasama
(team work)
6. Cara memegang nozzle sesuai prinsip ergonomic yang aman dan disesuaikan
tekni pemadaman yang diinginkan.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, oleh : 17
ST. MT
59
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

Make Up (Penggulungan)

Sebelum membuka ikatan-ikatan kopling, tutup seluruh induk yang ada dipompa
(hydrant0 dna menghilangkan (release) tekanan yang ada dlaam selang dengan cara
membuka nozzle. Melepas koplng sewaktu selang masih bertekanan dapat
mengakibatkan selang lepas dna terputar dengan cepat dan akan melukai tangan kita.

Prinsip cara meringkas selang

1. Luruskan selang sehingga tidka terdapat lekukan dan buang air dalam selang
dari arah air kearah api
2. Gulung selang dari arah ke sumber air
3. Letakkan kopling dalam gulungan tunggal/ganda, kopling draad=laki-laki
didalam, betina disebelah luar. Dankopling instantaneous=betina didalam, laki-
laki disebelah luar; kopling storz& Hemaphrodite =sembarang
4. laki-laki disebelah luar; kopling storz& Hemaphrodite =sembarang

VI. PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Dari pelaksaan kegiatan yang telah saudara lakukan baik pengemasan maupun
penggelaran selang mana yang paing mudah diaplikasikan dihubungkan dengan
kecepatan dalam penanggulangan kebakaran
2. Ambilah dokumentasi untuk masing-masing peran dari petugas pemadam
kebakaran dari masing-masing anggota yang terlibat sebagai bahan pelengkap
laporan saudara.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, : 18
ST. MT

60
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Hydrant
Surabaya Kesehatan Kerja

VII. Pustaka

Wahyudi,S.1988. Selang PemadamKebakaran, Oetrokimia Gresik

Wahyudi, S.1988. Hydrant System, Petrokimia Gresik

VIII. Tugas Pendahuluan


1. Sebutkan jenis-jenis selang pemadam kebakaran
2. Apa yang dimaksud dengan Hoserell
3. Sebutkan komponen-komponen system yang membentuk system
hydrant danjelaskan masing-masing komponen system tersebut

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Hydrant Mohammad Hakam, : 19
ST. MT
61
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire hose
Surabaya Kesehatan Kerja

PRAKTEK

PENGEMASAN SELANG PEMADAM KEBAKARAN

I. TUJUAN

TIU: Mahasiswa diharapkan mapu mengaplikasikan teori perawatan peralatan


pemadam kebakaan

TIK: mahasiswa mapu memahami tentang prosedur penggulungan selang pemadam


kebakaran.

II. TEORI

Pengertian

Fire Hose adalah selang tekanan tinggi yang membawa air atau tahan api lainnya
(seperti busa ) ke api untuk memadamkannya. Fire Hose terdiridari 2 jenis, yaitu Fire
Hose yang dipasang indoor dan Fire hose yang dipasang outdoor. Fire hose indoor
dipasang permanen pada pipa tegak atau pipa system bangunan sedangkan Fire hose
outdoor dipasang pada mobil pemadam kebakaran atau fire hydrant.

Kerusakan selang

Titik berat dari metode pembuatan selang adalah agar tanggung jawab kerusakan
selang dapat perhatian sepenuhnya. Hal ini penting bahwa semua fireman dapat
mengetahui cara memelihara selang dan bagaimana memenuhi panggilan bila terjadi
kebakaran. Kerusakan selang dapat dihindari dengan personil agar hati-hati dalam
menggunakan selang. Kemampuan yang tinggi dan banyaknya pengalaman diperlukan
perusahaan untuk mengji dan memelihara selang. Hal ini dapat memacu sikap hati-hati
dan menambah pengetahuna tentang selang.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Fire hose Mohammad 1
Hakam, ST. MT
62
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

Kerusakan selang

Penyebab kerusakan selang antara lkain:

1. Abrasi (gesekan)
2. Mildew ( lapuk)
3. Shock ( kejutan)
4. Asam, minyak, pekumas dan bahan bakar

Abrasi (gesekan)

Orang harus selalu ingat cara meletakkan selang tanpa harus menyeretnya.
Pertanyaan mengenai abrasi adalah berkaitan dengan cara pembenahan selang. Banyak
cara untuk mengemas selang, anatar lain:

1. The roll (or Coil)  digulung tunggal


2. Futch Roll (or Roll On the Bright)  Digulung ganda
3. Flaking (melipat)
4. Figyre of Eight  Model angka 8

Prinsip cara Menggelar Selang

1. Arah lemparan dari sumber air kearah api


2. Gelaran sleang tidak boleh terpuntir
3. Selang tidak boleh ditarik/diseret sepanjang permukaan tanah

Untuk selang gulungan:

1. Dengan dilemparkan mendatar kebawah


2. Dengan dibawa berjalan (khusus komping instantaneous)
3. Untuk lipatan, unjungnya langsung dibawah kearah api

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad 2
Hakam, ST. MT
63
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire hose
Surabaya Kesehatan Kerja

Standar yang digunakan:

 NFPA 1961, Standard on Fire Hose, list specifications for fire


hose
 NFPA 1963, Standard for Fire Hose Connections, lists
specifications for fire hose couplings and screw threads
 NFPA 1901, Standard for Automotive Fire Apparatus, requires
pumpers to carry varying sizes/amounts of hose.

Jenis-Jenis fire hose

Berdasarkan fungsinya selang pemadam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Selang Isap (Suctin Hose)


Selang isap yaitu selang yang digunakan mulai dari sumber air sampai bagian
isapan pompa, karena digunakan pad abagian isapan pompa maka diperlukan
selang yang mempunyai kosntruksi yang kokh, kuat, fleksibel namun ringan.
Selang ini memiliki panjang 6-15 ft dengan diameter 3”-6”
2. Selang Tekan (Discharge Hose)
Selang tekan yaitu selang yang digunakan mulai dari discharge pompa sampai
ke ujung penyemprot (nozzle). Dengan diameter ¾”-3” dengan panjang 50ft-
100ft.
Jenis-jenis Discharge Hose:
1. Selang Karet (Rubber Hose)
2. Selang Rembes (Percolated Hose)
3. Selang Tak Rembes (Non Percolated Hose)

Penyambung Selang (Hose Fitting)

Adalah perlatan yang digunakan untuk menyambung antara dua buah selang atau
dengan peralatan lain. Secara garis besar dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Coupling
Alat yang digunakan untuk menyambung antara dua buah selang yang
mempunyai diameter sama, terbuat dari logam campuran antara kuningan,
aluminium dan magnesium.
File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :
Fire Hose Mohammad 2
Hakam, ST. MT
64
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose Fireoleh :
Hose 3
Surabaya Kesehatan Kerja

Jenis-jenis Coupling

Ditinjau dari bentuk dan standrnya maka coupling dibagi mnejadi2, yaitu:

a. Screw/ Ulir
b. Interlock
 Instantenous
 Machine
 Storz
 Hemaprodite
 Symmetric

2. Adaptor

Adalah alat yang digunakan untuk menyambung antara dua buah selag yang berbeda
ukuran atau berbeda jenis coulingnya. Nama suatu adaptor didasarkan pada tata letak
coupling dan bahwa selang pemadam selalu digelar mulai dari sumber ke arah api.

3. Cabang (Breeching)

Pada sisten operasi pemadaman alat ini berfungsi untuk membuat percabangan baik
pada isapan pompa maupun discharge pompa. Ditinjau dari kegunaannya cabang
dibagi 2 yaitu:

a. Cabang pembagi

b. Cabang pengumpul

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, : 4
ST. MT
65
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

Cara Merawat Fire Hose:

Selang pemadam kebakaran setelah digunakan tentunya akan basah bagian luar
maupun dalam. Hal ini jika tidak segera dikeringkan akan mengakibatkan selang
pemadam lengket dan berjamur. Pada kondisi tersebut, selang tidak dapat digunakan
karena air tersumbat. Hal ini akan berdampak negatif pada waktu tindakan karena
petugas harus membuat selang dapat mengalirkan air terlebih dahulu. bisa dengan
memberikan tekanan lebih pada selang. namun hal ini perlu diwaspadai karena bisa
berpotensi fire hose pecah saat diberi tekanan yang tidak mampu diantisipasi oleh
komponen selang pemadam.

Jenis Selang Pemadam Api

1. Selang Kanvas

(Sumber: http://www.indonetwork.co.id/abadi_teknik18/5498682)

Selang pemadam api ini menggunakan bahan kanvas berkualitas tinggi agar tidak
mudah rusak dan bocor saat digunakan. Selang kanvas memiliki ketahanan air hingga
mencapai tekanan 13bar, sangat memungkinkan digunakan untuk hydrant pillar yang
secara umum hanya berada di tekanan 10 bar atau kurang. Selang pemadam api
kanvas juga sangat cocok untuk kondisi siklus cuaca yang tidak menentu seperti di
Indonesia. Ukuran panjang selang kanvas antara 20 – 30 meter dengan berbagai ukuran
1,5 2,5 dan 3 inch.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, : 5
ST. MT
66
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

2. Selang Polyester

(Sumber: http://203.21.74.29/pdimage/63/3802663_elbrus-poly-copy22.gif)

Selang tipe polyester ini sering juga digunakan oleh petugas pemadam kebakaran
Indonesia. Dengan menggunakan bahan utama polyester staple dan polyester filaments
akan membuat selang ini tahan lama dan handal saat digunakan. Ketahanan dari selang
jenis polyester sama dengan selang kanvas yaitu mencapai tekanan 13bar. Selang
polyester dapat dipasang dengan coupling yang sesuai kebutuhan seperti machino,
instantaneous, dan storz coupling.

3. Selang Red Rubber

(sumber: Bromindo)

Selang pemadam api red rubber memiliki ciri unik yaitu berwarna merah cerah berbeda
dengan selang kanvas dan polyester yang berwarna putih. Material yang digunakan
untukmembuat selang red rubber adalah karet berkualitas tinggi sehingga cocok
digunakan untuk pemadam api dalam lingkungan proyek dalam sebuah perusahaan.
Ukuran umum dari selang pemadam api red rubber yaitu 1,5 2,5 3 dan 4 sementara
panjangnya 20 dan 30 m.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 6
ST. MT
67
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

III. PERALATAN

1. Selang pemadam kebakaran


2. Nozzle

VI. RANGKAIAN PRAKTEK

1. The roll or coil/ donut rol (digulung tunggal)

2. Dutch roll or roll on the bright (digulung ganda)

3. Twin donut rol

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 7
ST. MT

68
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

4. Self-locking twin donut rol

5. Flaking (dilipat)

6. Model angka 8 (figure of eight)

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 8
ST. MT
69
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

V. PROSEDUR KERJA PENGGULUNGAN SELANG

1. The Roll or Coil (digulung tunggal)


Metode ini adalah selang diletakkan dilantai dan mulai digulung dari kompling
female (perempuan). Koplong male(laik-laki) berada diluar gulungan, cara ini
hanya dipakai untuk instantaneous coupling. Untuk coupling yang di Indonesia
sebagian besar tidak menggunakan soupling tersebut.
2. Dutch Roll or Roll on The Bright (digulung ganda)
Selang digelar diatas tanah dan coupling perempuan diletakan dibagian dalam
tekukan kurang lebih 60cm. kemudian digulung bersana-sama, sehingga pada
akhir gulungan, kopling perempuuan tetap berada didalam. Cara memasangnya
kopling laki-laki dipasang pada hydrant dan kopling peremuan dilarikan
kaeraha sumber api. Cara ini hanya dipakai untuk instantaneous coupling,
untuk coupling yang di Indonesia sebagian besar tidak menggunakan coupling
tersebut.
1. Flaking (dilipat)
Pada system ini selang dilipat bagian belakang dan depannya, sehingga kopling
laki-laki dan perempuan saling terpisah dibagian luar dan melindungi bagian
tengah dari lipatan. Cara ini sangat menguntungkan karena kecepatan waktu
menarik selang tergantung dari kecepatan gesekan orang
2. Model angka 8 (figure pf eight)
Variasi dari bentuk lipatan ini dimaksudkan untuk menghindari bentuk
pinggiran yang tajam. Sesuai dengan namanya, bentuknya seperti angka 8, hal
ini sangat menguntungkan untuk menghindari lekukan pada lipatan sehingga
selang dapat bergerak leluasa. Lakukan kegiatan diatas sampaoi benar-benar
mahir melaksanakannya.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 9
ST. MT
70
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Fire Hose
Surabaya Kesehatan Kerja

VI. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Dari beberpa model pengemasan sleang pemadam kebakaran yang relah
saudara ketahui sesuaikan masing0masing model dengan kecocokan
peruntukannya
2. Ambilah masing-masing gambar untuk kegiatan saudara sebagai bahan laporan
VII. PUSTAKA

Selang pemadam kebaran (1988), Petrokimia Gresik

http://www.bromindo.com/selang-pemadam-api/, diakses pada tanggal 5 April 2015

http://www.indonetwork.co.id/abadi_teknik18/5498682, diakses pada tanggal 5 April


2015

http://www.slideshare.net/winarsoone/8-alat-pemadaman-kebakaran, dikases pada


tanggal 5 April 2015

http://duniapemadamapi.indonetwork.co.id/3802663/selang-pemadam-kebakaran-fire-
hose-polyester.htm, diakses pada tanggal 5 April 2015

VIII. TUGAS PENDAHULUAN


1. Sebutkan jenis-jenis selang pemadam kebakaran
2. Apa yang dimaksud dengan hoserell
3. Sebutkan perlengkapan selang pemadam kebakran danjelaskan masing-
masing

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Fire Hose Mohammad Hakam, oleh : 10
ST. MT

71
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

PRAKTEK

ANEMOMETER

I. TUJUAN
TIU: Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pencegahan
kebakaran
TIK: mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian
anemometer dan dapat menggunakan anemometer

II. Teori
Anemometer adalah peralatan yang dirancang untuk mengukur kecepatan,
aliran udara baik di dalam majupun diluar ruangan, jarak antara detector-
detektor asap tergantung pada pergerakan udara di dalam ruangan
(termasuk udara suplai dan sirukulasi ulang), yang ditunjukkan dalam menit
per pergantian udara atau perhantian udara perjam. Kecuali cara lain yang
dapat diterima oleh instansi yang berwenang, jarak antara harus sesai
dengan table 5.1 dan gambar 5.1
Tabel 5.1 Panduan Jarak antara Detektor Berdasarkan Luasan Ruangan
Menit/ Pergantian Pergantian Udara/jam Ft2/detector
Udara
1 60 125
2 30 250
3 20 375
4 15 500
5 12 625
6 10 750
7 8.6 875
8 7.5 900
9 6.7 900
10 6 900

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad 1
Hakam, ST. MT
72
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad 2
Hakam, ST. MT

73
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

Fungsi Anemometer:

1. Mengukur kecepatan angin


2. Memperkirakan Cuaca
3. Memperkirakan tinggi gelombang laut
4. Memperkirakan kecepatan dan arah arus

Anemometer berdasarkan cara pembacaannya


Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang
bersifat peka, kuat, sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat
meteorology terdiri dari dua jenis:
a. Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus menerus sejak
pemasangan hingga penggantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan
anemograf.
b. Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-
saat tertentu untuk memperoleh data. Contoh : barometer, ermometer dan
anemometer.
Prinsip Kerja Anemometer
a. Angin mengadakan tekanan yang kuat pada bagian tekanan yang kuat pada
baling-baling yang berbentuk cekung (mangkuk).
b. Bagian yang cekung akan berputar ke satu arah.
c. Poros yang berputar dihubungkan dengan dynamo kecil.
d. Bila baling-baling berputar maka terjadi arus listrik yang besarnya sebanding
dengan kecepatan putaran.
e. Besarnya arus listrik dihubungkan dengan galvanometer yang telah ditera
dengan satuan kecepatan dalam knots, m/s, km/jam dan beaufort.

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, oleh : 3
ST. MT
74
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

Tipe Anemometer
a. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang
berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros
vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin
bertiup maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung
kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran
rotor mengatur system akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin.
b. Anemometer tipe “cup counter”
Hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan.
Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke
pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari
kedua pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan
akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.

Velocity Anemometers
a. Cup Anemometers
Anemometer ini terdiri atas tiga cup setengah lingkaran dan terpasang pada tiap ujung
gagang horizontal. Aliran udara melewati masing-masingcup dan memutar masing-
masing tiap gagang horizontal berdasarkan angin yang datang. Oleh karena itu,
menghitung putaran poros selama periode waktu yang ditetapkan akan menghasilkan
kecepatan angin rata-rata.
b. Windmill Anemometers
Bentuk lain dari anemometer adalah bentuk kincir angina tau baling-baling. Berbentuk
panjang vertikal. Dalam kasus di mana arah pergerakkan angin selalu sama, seperti
dalam poros ventilasi tambang dan bangunan misalnya, baling-baling angin, yang
dikenal sebagai meter air dapat memberikan hasil yang paling memuaskan.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, : 4
ST. MT
75
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

c. Hot-wire Anemometers

Anemometers kawat panas menggunakan kawat yang sangat halus yang dipanaskan.
Udara mengalir melewati kawat memiliki efek pendinginan pada kawat. Hot-wire
Anemometer sangat halus, memiliki frekuensi-respon yang sangat tinggi dan resolusi
spasial baik dibandingkan dengan metode pengukuran lainnya, dan dengan demikian
hampir secara universal digunakan untuk studi rinci arus turbulen.

d. Laser Doppler Anemometers

Pada anemometer ini menggunakan sinar cahaya dari laser yang yang terbagi menjadi
dua balok, dengan satu disebarkan dari anemometer. Partikulat yang mengalir bersama
dengan molekul udara dekat tempat keluar balok mencerminkan, atau backscatter,
lampu kembali ke detektor, di mana ia diukur relatif terhadap sinar laser asli. Ketika
partikelpartikel berada dalam gerakan yang besar, mereka menghasilkan pergeseran
Doppler untuk mengukur kecepatan angin di sinar laser, yang digunakan untuk
menghitung kecepatan partikel udara di sekitar anemometer.
e. Sonic Anemometers
Menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk mengukur kecepatan angin.
Mengukur kecepatan angin berdasarkan jam terbangsonic pulses antara pasangan
transduser.
f. Acoustic Resonance Anemometers
Merupakan varian yang lebih baru dari sonic anemometer. Anemometers sonic
konvensional bergantung pada waktu pengukuran penerbangan, sensor resonansi
akustik menggunakan beresonansi akustik (ultrasonik).
g. Ping Pong Ball Anemometers
Dibuat berdasarkan bola ping-pong yang melekat pada string. Ketika angin bertiup,
ia menekan dan menggerakan bola, karena bola ping-pong yang sangat ringan, dapat
bergerak dengan mudah dengan angin yang kecil.

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, : 5
ST. MT

76
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

III. PERALATAN
a. Anemometer
b. Meteran
IV. BAGIAN-BAGIAN ANEMOMETER

\ File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, oleh : 6
ST. MT

77
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

V. PROSEDUR PENGUKURAN
a. Pengukuran Air Velocity
 Pasang :Probe Plug” ke dalam “probe input terminal” (fig. 3-14)
 Nyalakan alat dengan menekan “POWER OFF/ON Button”
 Pilih mode Velocity dengan menekan “VEL/FLOW Button”
 Pilih satuan temperature dengan menekan “C/F Cpnverstion
Button”
 Pilih ukuran Air Velocity (mph, ft/min, knot, Km/h, m/h)
dengan menekan :Unit/Button”
 Fungsi data Hold, selama prosedur pengukuran tekan “Data
Hold Button”
 Merekam data (MAX, MIN) tekan “MAX/MIN Button” untuk
merekam nilai data MAZ dan MIN selama prosedur pengukuran.
b. Pengukuran Air Velocity
 Pasang “Probe Plug” ke dalam “Probe Input Terminal” (Fig.3-
14)
 Nyalakan alat dengan menekan “Power OFF/ON Button”
 Pilih Mode Flow dengan meneakn “VEL/FLOW Button”
 Pilih satuan Air Flow Unit (CMM/CFM) dengan menekan
“Unit/ Button”
 Tekan “SAMPEL AREA Button” kearah pengukuran (m2,ft2)
akan tampak tanda
 Mensetting SAMPEL AREA prosedurnya menggunakan empat
tombol “”UNIT/” dan “MAX/MIN”

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, oleh : 7
ST. MT
78
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

VI. PERNYATAAN DAN TUGAS


Bagaimana menentukan jaran anbtar dektekto dengan menggunakan
anemomter, tulis langkah-langkahnya dan sertai dengan contoh sesuai hasil
pengukuran saudara dna bandingkan hasil perhitungan saudara dengan
factor pengali sesuai BSN, 2000

VII. PUSTAKA
a. BSN 2000. SNI 03-3985-2000 Tentang TataCara Perencanaan,
Pemasangan dan Pengujian Sistem dan Alarm Kekbakaran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
b. Anempometer, Manual Book.

VIII. TUGAS PENDAHULUAN


a. Sebutkan macam-macam detector dan bagaimana pemasangannya
secara umum
b. Bagaimana menentukan jarak anatar detector dalam suatuy ruangan
dengan menggunakan factor pengali, jelasakna jwabaan saudara
c. Apa yang dimaksud dengan Titik Pangigl Manual (TPM) dan
bagaimana pemasangan sesuai luasannya
d. Berapa decibel dB(A) syarat dari audio alarm system

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Anemometer Mohammad Hakam, oleh : 8
ST. MT

79
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

PRAKTEK
INTEGRATED SYSTEM
I. TUJUAN
TIU: mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran
TIK: mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemadaman kebakaran
integrated system
II. TEORI
Instalasi pemadam api Automatics Integrated System
Instalasi pemadaman kebakaran yang bekerja secara otomatis yang diaktifkan
oleh panel control yang didisain menjadi satu kesatuan dengan system deteksi
otomatis
Aplikasi system tersebut ada 2 metode yaitu
1. Total flooding system
System yang didisain bekerja serentak memancarkan media pemadam
melalui seluruh nozzle kedalam ruangan dengan konsentrasi tertentu
2. Local protection system
sistem pemadam yang didisain dengan mengarahkan pancaran pada objek
yang dilindungi
detektor: …….(1)
1. Smoke detector
 Ionisasi detector
 Optical detector

1.Radiasi detector
 IR detector
 UV detector
3. Deteksi panas
Alarm:…..(2)

 Suara
 Cahaya
TPM….(3)

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad 1
System Hakam, ST. MT

80
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Anemometer
Surabaya Kesehatan Kerja

Penerapan Metode Pemadaman


a. Sistem pembanjiran total (Total Flooding System)
adalah pemadaman dengan cara menyemprotkan Gas CO2 melalui kepala
pemancar memasuki ruangan tertutup dan dilengkapi dengan peralatan otomatik
yang dapat menutup lubang-lubang, yaitu: pintu-pintu masuk dan jendela-
jendela. Pembanjiran total dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Kebakaran permukaan.
Digunakan untuk kebakaran bahan bakar padat atau cair
2) Api Sekam
Digunakan untuk kebakaran dalam atau api sekam misalnya kertas, buku, karton,
dan lain-lain.
b. Sistem pemadaman setempat (Local Protection System)
Dalam hal ini CO2 disemprotkan langsung pada sasaran yang terbakar
biasanya di ruangan yang besar atau banyak lubang-lubangnya. Pemadaman
setempat dapat dibagi menjadi dua pertimbangan, yaitu:
1. berdasarkan luas permukaan
Biasanya api hanya pada lapisan/ permukaan sehingga luas dapat diperhitungan
untuk menentukan jumlah gas CO2 yang diperlukan.
2. berdasarkan isi barang
Untuk api tiga dimensi, maka jumlah CO2 yang diperlukan tergantung dari isi dan
sasaran yang mungkin terbakar.

File : Disusun : Disetujui oleh : Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad 2
system Hakam, ST. MT

81
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

Komponen Integrated System


Detektor
Detektor kebakaran adalah suatu alat yang direncanakan untuk memberikan
respon dan mengirimkan sinyal ke sistem komunikasterjadi kebakaran. Dalam suatu
kebakaran, terdapat empat hal yang dapat dideteksi, yaitu: nyala (sinar api), panas,
asap, dan gas.
1. Detektor Panas
Detektor panas adalah detektor yang bekerja berdasarkan pengaruh
panas. Detektor ini dapat diperoleh dalam berbagai jenis sebagai berikut :
a. Detektor bertemperatur tetap (Fixed Temperature Detector)
Detektor ini bekerja pada batas temperatur tertentu dan akan
membunyikan alam ketika temperatur ruangan telah mencapai suatu angka
tertentu akibat panas yang ditimbulkan oleh terjadinya kebakaran.
b. Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperatur (Rate of Rise
Temperature Detector)
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur
ruangan per satuan waktu yang disebabkan oleh kebakaran. Detektor
tersebut bekerja bila temperatur ruangan naik dengan kecepatan
150F/menit (8,30C/menit) atau juga dengan kecepatan 270F/menit
(150C/menit).

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, oleh : 3
system ST. MT

82
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

b. Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperatur (Rate of Rise


Temperature Detector)
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur
ruangan per satuan waktu yang disebabkan oleh kebakaran. Detektor
tersebut bekerja bila temperatur ruangan naik dengan kecepatan
150F/menit (8,30C/menit) atau juga dengan kecepatan 270F/menit
(150C/menit).
c. Detektor kombinasi (Combination of Rate of Rise and Fixed Temperature
Detector)
Detektor ini bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan
atau batas temperatur maksimum yang diterapkan.
2. Detektor Asap
Detektor asap adalah detektor yang bekerja berdasarkan batas konsentrasi asap
tertentu. Detektor asap terdiri dari :
a. Detektor asap optic adalah detektor yang bekerja dengan prinsip
berkurangnya cahaya pada konsentrasi tertentu.
b. Detektor asap ionisasi adalah detektor yang bekerja dengan prinsip
berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada konsentrasi tertentu.

Tabel 2.1 Faktor pengali detektor

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, : 4
system ST. MT
83
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

Sumber : SNI 03-3985-2000)


3. Detektor Nyala Api
Detektor nyala api adalah detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api.
Detektor jenis ini terdiri dari :
a. Detektor nyala api Ultra Violet (UV) yaitu detektor yang bekerja
terhadap gelombang UV dibawah 40000A.
b. Detektor nyala api Infra Merah (IM) yaitu detektor yang bekerja
terhadap gelombang infra merah diatas 70000A.
4. Detektor Gas
Detektor gas adalah detektor yang bekerja berdasarkan gas tang timbul akibat
kebakaran atau gas lainnya yang mudah terbakar
Alarm
Alarm kebakaran adalah komponen dari integrated system yang memberikan
isyarat atau tanda terjadinya suatu kebakaran. Tujuan pemasangan alarm kebakaran
adalah untuk memberikan peringatan kepada semua orang akan adanya bahaya
kebakaran sehingga dapat melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan dalam
kondisi darurat dan juga untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran
mengidentifikasi titik awal terjadinya kebakaran (Kepmen PU, 2000). Sesuai dengan
cara kerjanya menurut Permenaker No. Per 02/MEN/1983 alarm kebakaran dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus
(audible alarm).
b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap
pandangan mata secara jelas (visible alarm).

File : Disusun : Disetujui oleh Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, : 5
system ST. MT
84
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, oleh : 6
system ST. MT
85
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

Standart System Operational Flow Chart

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, oleh : 7
system ST. MT
86
Politeknik Automatic Fire Program Studi
Perkapalan Extingusher Laboratory
Negeri Teknik Keselamatan &
Integrated system
Surabaya Kesehatan Kerja

III. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN


Sistem ini bekerja bila salah satu detector asap teraktifkan oleh adanya asap
(api). Suatu isyarat elektris akan diterima oleh panel indicator kebakaran, yang
akan memberikan tanda bahaya secara visual dengan menyalanya lampu merah
yang berkedip-kedip, disertai bunyi buzzer, dan dalam waktu bersamaan
membunyikan lonceng, menyalakan lampu indicator, mengaktidkan katup
solenoid pada kotak pilot untuk mengaktifkan katup-katup secara otomatis pada
tabung CO2, gas dari tabung CO2 dialirkan melalui pipa kecorong pemancar,
dengan demikian gas CO2 membanjiri ruangan dengan konsenterasi 34% dari
volume ruangan. Dengan volume tersebut cukup untuk menurunkan kadar
oksigen (O2) dalam ruangan tersebut dibawah 15% sehingga tidak cukup untuk
menunjang kebakaran, dan degan demikian api akan padam.

IV. PERTANYAAN DAN TUGAS


Jelaskan komponen Integrated System dan jelaskan masing-masing dari
komponen tersebut dan berikan contoh Integrated System

V. PUSTAKA
1. Materi Training K3 Bidang Kebakaran
2. Fire alarm control panel operating manual (2001) APPRON

VI. TUGAS PENDAHULUAN


Jelaskan masing-masing komponen pada dasar teori (1), (2), dan (3), berapa dB
(A) alarm, dan pada tiap jarak berapa TPM harus dipasang

File : Disusun : Disetujui Kode Revisi : Page :


Integrated Mohammad Hakam, oleh : 8
system ST. MT
87
88

Anda mungkin juga menyukai