Anda di halaman 1dari 56

 

BAB V
PEMBAHASA

A.1. Ajaran dan Ritual Tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung


Tarekat pada hakikatnya adalah metode dan merupakan teknologi

metafisika Islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Dalam usaha

pendekatan tersebut tentu memiliki cara khusus yang dipandang efektif oleh para

pemimpin tarekat. Demikian pula ajaran-ajaran tarekat Shādhiliyah di Pondok

PETA Tulungagung pada dasarnya adalah memiliki ciri khas yang dikembangkan

untuk mencapai tujuan para ahli tarekat tersebut. Adapun tujuan semua tarekat

secara umum sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Untuk mencapai tujuan tersebut para pengikut (murīd) tarekat Shādhiliyah

harus menjalankan amalan-amalan yang diajarkan oleh mursyid yang telah

menjadi tradisi tarekat dengan penuh keikhlasan dan semata-mata hanyalah karena

Allah. Seorang murid yang akan menjalankan amalan tersebut tidak mesti

tergantung pada batas ruang dan waktu tetapi diamalkan dimanapun tempatnya

dan kapanpun waktunya. Dzikir atau mengingat pada Allah tidak harus dengan

cara duduk di masjid atau di mushalla atau di pondok atau di zawiyah dengan

memutar-mutar biji tasbih, tanpa mau menghiraukan lingkungan sosial di

sekitarnya.

Pemikiran yang mendasari ajaran-ajaran tarekat seperti istighfar, shalawat

Nabi dan tahlil adalah bahwa manusia memiliki potensi-potensi alamiah (fithrah)

yang dibawa sejak dilahirkan. Manusia terdiri dari dua dimensi jasad dan ruh,

jasmani dan ruhani, lahir dan batin. Apabila salah satu dimensi itu tidak dimiliki

maka ia bukanlah manusia tetapi makhluk lain. Jika yang ada hanya unsur jasad

98
99

 
saja mungkin ia adalah tumbuh-tumbuhan, bebatuan atau makhluk lain. Jika yang

ada unsur ruhani maka ia adalah malaikat, jin, syaithan atau makhluk halus

lainnya. Manusia sejak pertama diciptakan selalu menyimpan misteri dan hakekat

yang menjadi sumber pemikiran para filosof baik filosof Barat, maupun para

filosof Muslim seperti Ikhwan al-Shafa. Berbagai aliran pemikiran timbul dalam

memandang eksistensi manusia.1 Paham monisme mengemukakan bahwa hanya

satu substansi yang menjadi inti hakekat manusia. Paham dualisme menyatakan

bahwa manusia terdiri dari dua unsure yang berbeda yaitu jiwa dan raga.

Golongan yang menyatakan bahwa jiwalah yang merupakan inti hakekat manusia

disebut sebagai kelompok idealism. Adapun golongan yang menyatakan bahwa

ragalah yang menjadi inti hakekat manusia disebut sebagai kelompok materialism.

Mengenai hakekat manusia, Ikhwan al-Shafa dalam kitabnya Rasāil menuliskan

sebagai berikut:

‫وكا ن اال نسان انما ھوجملة مجموعة من جوھرين مقرونين احدھما ھذا الجسد الجسمانى‬
‫الطويل الفريض العميق المدرك بطريق الحوا س واالخرھذه النفس الروحنية العالمة‬
2
‫المدركة بطريقة العقل‬
Artinya : " Manusia adalah gabungan dua substansi yang berhimpun, yaitu tubuh
jasmani yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi yang dapat dikenal
melalui perantara panca indera, dan substansi jiwa rohani yang
berpengetahuan dan hanya dapat dikenal dengan perantara akal."

Dalam pandangan Ikhwan al-Shafa manusia terdiri dari dua dimensi yaitu

tubuh jasmani yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi dan substansi jiwa rohani.

Dalam dimensi ruhani terdapat beberapa unsur yang mengandung potensi-potensi,

1
Fuad Hasan, Berkenalan dengan Eksistensialisme, (Jakarta, Pustaka Jaya, 1992), hlm.
39-71)
2
Ikhwan al-Shafa, Rasail Ikhwan al-Shafa wa Khullan al-Wafa' (Beirut, Dar al-Shadr,
1376H/1957 M), juz II, hlm. 457
100

 
baik positif maupun negatif. Unsur-unsur tersebut adalah akal (al-aql), ruh (al-

rūh), hati (al-qalb), dan nafsu (al-nafs). Nabi saw bersabda:

‫ان فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدالجسد كله أالوھى‬
3
(‫القلب )رواه البخارى‬
Artinya : " Sesungguhnya pada setiap jasad manusia ada segumpal darah, apabila
gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila
gumpalan itu rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa
gumpalan itu adalah qalb." (HR. Bukhari)

Sesungguhnya hati manusia merupakan tempat dan alat untuk ma'rifah

billāh. Al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risālah menyatakan bahwa sir merupakan

tempat dan alat untuk menyaksikan Tuhan (al-musyāhadah), ruh sebagai tempat

dan alat untuk mencintai Tuhan (al-mahabbah), dan al-qalb adalah tempat dan

alat untuk mengenal hakikat Tuhan (al-ma'rifah). Tetapi yang dimaksud hati

dalam hal ini menurut Ibn 'Arabi bukanlah gumpalan daging secara lahir yang

terletak di dada sebelah kiri, tetapi suatu potensi yang tersembunyi atau wujud

halus (al-quwwah al-khafiyah) yang mampu menemukan hakikat-hakikat ilahiyah

dengan jelas dan nyata.4

Dalam unsur hati (al-qalb) tersebut seringkali muncul potensi negatif dan

dikotori oleh berbagai macam penyakit seperti sombong (takabbur), pamer (riyā'),

terlalu mencintai dunia (ḥub al-duniyā), membangakan diri ('ujb), suka mengadu

domba (namīmah) dan suka membicarakan kejelekan orang lain (ghībah). Jiwa

manusia (al-nafs) juga memiliki potensi negatif yang terletak pada titik-titik yang

3
Abu Abdullah , Muhammad ibn Isma'il, Shahih al-Bukhāri, (Semarang: Thaha Putra,
t.th), juz I, hlm. 19
4
Ibn 'Arabi, Fushush al-Hikam, (Iskandariyah: t.p., 1946), hlm. 139
101

 
sangat lembut (lathāif) seperti nafsu amarah, nafsu lawwamah, nafsu bahimiyah,

dan nafsu sabu'iyah.

Jiwa (nafs) adalah kelembutan (lathīfah) yang bersifat halus (ruhaniyah).

Sebelum bersatu dengan jasmani manusia, lathifah ini disebut dengan al-rūh, dan

jiwa adalah ruh yang telah masuk dan bersatu dengan jasad yang menimbulkan

potensi kesadaran (al-idrāk). Ruh yang masuk dan bersatu dengan jasad manusia

memiliki lapisan-lapisan kelembutan (latha'if), sehingga dapat dikatakan bahwa

tujuh lathifah yang ada pada diri manusia itu adalah al-nafs atau jiwa. Adapun

tujuh lathifah tersebut adalah lathīfah al-nafs, lathīfah al-qalb, lathīfah al-ruh,

lathīfah al-sirr, lathīfah al-khafi, lathīfah al-akhfa, dan lathīfah al-qalabi. Setelah

lathā'if itu bersatu dengan badan manusia maka terjadi perubahan sebutan yaitu

lathīfah al-nafs disebut nafs al-amarah, lathīfah al-qalb disebut nafs al-

lawwamah, lathifah al-ruh disebut nafs al-mulhimah, lathīfah al-sirr disebut nafs

al-muthmainnah, lathīfah al-khafi disebut nafs al-radhiyah, lathīfah al-akhfa

disebut nafs al-mardhiyah, dan lathifah al-qalabi disebut nafs al-kamilah. Jadi

jiwa manusia memiliki tujuh macam nafs, berdasarkan tingkat kelembutannya

yaitu nafs al-amarah, nafs al-lawwamah, nafs al-mulhimah, nafs al-muthmainnah,

nafs al-radhiyah, nafs al-mardhiyah, dan nafs al-kamilah.5

Oleh karena itu jiwa-jiwa manusia memiliki ciri-ciri yang sama dengan

lathifah-lathifah tersebut. Sedangkan dari segi kebaikan dan kejelekan nilai jiwa,

adalah bahwa semakin dekat kecenderungan seseorang dengan unsur jasmaniyah,

maka akan semakin jelek dan rendah nilai jiwanya, dan semakin jauh dari unsur

5
Abū Hamid Muhammad al-Ghazālī, Ihya' Ulūm al-Dīn, (Kairo: Mushthafa Bab al-
Halabi, 1334 H), jilid III, hlm. 4
102

 
jasmaniyah maka akan semakin baik dan suci nilai jiwanya, karena jiwa tersebut

berarti semakin dekat dengan unsur ilahiyah.

Dengan adanya fenomena itulah maka jiwa manusia harus dididik, dilatih,

dan dibersihkan agar dapat melihat dan mengetahui serta kembali pada-Nya. Perlu

adanya formula, teknik dan metode metafisika Islam (thariqah) untuk

mengembangkan dan menguatkan potensi-potensi yang negatif dan

mengembalikan manusia pada fithrahnya yang luhur. Adapun ajaran-ajaran

tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Istighfar

Istighfār dimaksudkan untuk memohon ampun kepada Allah dari segala

dosa yang telah dilakukan oleh seseorang. Esensi istighfār adalah taubat dan

kembali kepada Allah, kembali dari hal-hal tercela menuju hal-hal yang terpuji.

Dalam pandangan Abu Ya'qub ibn Hamdan al-Susi, taubat adalah maqam pertama

dari beberapa maqam untuk menuju Allah. Ibn 'Athaillah dalam kitabnya Miftāh

al-Falāh wa Misbāh al-Arwāh menyatakan bahwa seorang murid yang melangkah

menuju Tuhan, apabila sebelumnya banyak melakukan dosa dan kejahatan, maka

mulailah dengan banyak membaca istighfar atau meminta ampun kepada Allah

sampai kelihatan buahnya.6

Dalam pandangan tarekat Shādhiliyah mengucapkan istighfar pada

hakikatnya adalah mengakui dan menyesali kesalahan-kesalahan yang telah

diperbuat. Ia berjanji kepada Allah tidak akan mengulangi perbuatannya, baik

yang tersembunyi maupun yang kelihatan. Orang yang membaca istighfar ibarat

6
Ibn 'Atha'illah, Miftāh al-Falāh wa Misbāh al-Arwāh, (Mesir: Maktabah Muhammad
Ali Shabih wa Auladih, t,th), hlm. 27
103

 
orang yang hendak mencuci pakaian, jika baju yang akan dicuci itu kotorannya

tidak terlalu tebal, tidak banyak dan tidak tergolong kotoran yang bandel, maka

hanya direndam dengan sabun beberapa menit saja tentu baju itu sudah bersih.

Tetapi jika baju itu kotorannya sangat tebal, bandel dan sudah terlalu lama tidak

dicuci sehingga tumbuh jamur-jamur hitam, maka baju tersebut harus direndam,

dikucek-kucek, disikat berkali-kali, baru akan bersih. Demikian pula orang yang

bertaubat dan istighfar, jika dosa dan maksiat yang telah dilakukan belum terlalu

banyak dan tergolong dosa ringan, tentu taubatnya segera diterima oleh Allah dan

diampuni dosanya. Tetapi apabila maksiat dan dosa-dosa yang telah lalu sangat

banyak dan tergolong dosa besar, tentu ia harus berkali-kali memohon ampun dan

membaca istighfar agar taubatnya diterima oleh Allah. Oleh karena itulah sebelum

seorang murid itu terlalu membuat banyak daftar dosa dan kotoran maka

bersegeralah untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.

Pernyataan diatas sesuai dengan Firman Allah :

(#ρ߉y`uθs9 ãΑθß™§9$# ÞΟßγs9 txøótGó™$#uρ ©!$# (#ρãxøótGó™$$sù x8ρâ!$y_ öΝßγ|¡àΡr& (#þθßϑn=¤ß ŒÎ) öΝßγ‾Ρr& θs9uρ

( ٦٤ :‫ ) النساء‬$VϑŠÏm§‘ $\/#§θs? ©!$#

Artinya:"Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang


kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun
memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."(QS. al-Nisa': 64)

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa barangsiapa yang melakukan

kejahatan dan dosa sedangkan mereka sanggup dengan rendah hati memohon

ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuninya. Apabila seseorang telah

diampuni-Nya maka ia kembali bersih dan tiada cela dalam dirinya. Kebaikan
104

 
bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa, tetapi orang yang berbuat dosa

dan menyadari kesalahannya dan meminta pengampunan-Nya.

Adapun istighfar yang diajarkan tarekat Shādhiliyah di Tulungagung

adalah: ‫أستغفرﷲ العظيم‬ yang dibaca sebanyak seratus kali. Hal yang perlu

dilakukan oleh seorang hamba yang telah terampuni dosanya dan dirinya telah

kembali bersih adalah mengganti kotoran jiwa dan hati dengan mengisinya

berbagai kebaikan dan amalan shalih seperti shalawat dan dzikir kepada Allah.

b. Shalawat Nabi saw

Setelah seorang sālik melakukan proses pembersihan hati dan penyucian

jiwa dan mengosongkan dirinya dari segala kotoran-kotoran, maka selanjutnya

mengisinya dengan cahaya Ilahi melalui amal shalih. Salah satu unsur yang akan

mengisi kekosongan itu adalah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw,

dengan maksud untuk memohonkan rahmat dan karunia bagi Nabi saw agar

pembacanya juga mendapat balasan limpahan rahmat dari Allah swt. Ibn

'Athaillah menyarankan kepada salik untuk selalu membaca shalawat siang malam

terutama setelah shalat fardhu, dan tidak boleh meninggalkan lafazh sayidina

(siyadah) karena di dalamnya terdapat rahasia (al-sirr) yang luhur sebagai

ungkapan penghormatan khusus kepada derajat cinta yang tinggi kepada Nabi

Muhammad saw.7

Membaca shalawat Nabi merupakan ungkapan cinta (al-mahabbah) dari

seorang pecinta kepada diri Muhammad saw. Barangsiapa mencintai seseorang

maka ia akan selalu mengingatnya dan mendo'akannya agar selalu dalam rahmat-

Nya. Dan tentu orang yang dicintai akan membalas segala kebaikan dan do'anya

7
Ibn 'Atha'illah, Miftah al-Falah, hlm. 38
105

 
dengan penuh kasih sayang dan cinta. Jika diantara keduanya telah terjalin hakikat

cinta, maka tentu tidak akan mampu menolak dan mengabaikan permintaannya.

Demikian pula apabila antara seorang salik telah terjalin hakikat cinta

dalam Tuhan (mahabbah fillāh) dengan Nabi Muhammad saw, maka tentu Allah

akan memberikan rahmat dan karunia kepada orang tersebut.

Rasulullah saw bersabda:

‫قيل لرسو ﷲ ص م متى اكون مؤمنا ؟ قال إذا أحببت ﷲ فقيل ومتى احب ﷲ؟ قال اذا احببت‬
‫رسوله فقيل ومتى احب رسوله؟ قال اذا اتبعت طريقته واستعملت سنته واحببت بحبه‬
8
‫وابغضت ببغضه وواليت بواليته وعا ديت بعداوته‬

Artinya : " Ditanyakan kepada Rasulullah, " Kapan aku dikatakan sebagai orang
mukmin?" Nabi saw menjawab: " Jika kamu telah mencintai Allah
swt.", lalu ditanyakan kepada Nabi saw. " Kapan aku disebut orang
yang mencintai Allah?", Nabi saw menjawab, " Jika kamu telah
mencintai Rasul-Nya", ditanyakan lagi, "Kapan aku disebut orang yang
mencintai Rasul-Nya?", Nabi saw menjawab: "Jika kamu mengikuti
jalannya, mengamalkan sunnahnya, kamu mencintai apa yang
dicintainya, dan kamu membenci apa yang dibencinya

Dari hadits tersebut dapat dipahami bagaimana cara mencintai rasulullah

saw. yaitu dengan mengikuti jalannya (thariqah), mengamalkan sunnahnya,

mencintai apa yang dicintainya dan membenci apa yang dibencinya, mengasihi

siapa yang dikasihinya dan memusuhi siapa yang dimusuhinya. Dengan cara

inilah manusia dapat disebut sebagai orang yang mencintai Nabi SAW, dan jika

telah mencintai Nabi SAW, berarti ia telah mencintai Allah.

Menurut tarekat Shādhiliyah, shalawat adalah kunci segala pintu menuju

Tuhan, dialah yang akan membukakan pintu, tabir atau hijab antara hamba dengan

Tuhannya. Dialah hamba, Nabi dan Rasul-Nya yang mampu memberikan cahaya

(al-*ur) sebagai penerang hati dari segala kegelapan dan kedzaliman menuju
106

 
jalan Tuhan. Barangsiapa yang mencintai Nabi saw. berarti dia mencintai Allah

dan barangsiapa yang dicintai oleh Allah berarti ia dekat dengan-Nya (al-qurb),

dan akan sampai kepada-Nya (wushul ila Allāh) dengan anugerah kema'rifatan

(ma'rifat billāh).

Firman Allah dalam Surat al-Ahzab ayat 56:

(#θßϑÏk=y™uρ ϵø‹n=tã (#θ=|¹ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ 4 ÄcÉ<¨Ζ9$# ’n?tã tβθ=|Áム…çµtGx6Í×‾≈n=tΒuρ ©!$# ¨βÎ)

( ۵٦ :‫ ) أألحزاب‬$¸ϑŠÎ=ó¡n@
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi saw. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab:
56)

Rasulullah saw bersabda:

9
‫صلوا على فان الصال ة على زكاة لكم واساالوا ﷲ لى ا لوسيلة‬

Artinya: "Bershalawatlah atasku karena sesungguhnya shalawat atasku adalah


zakat bagimu, dan bermohonlah kepada Allah dengan berwasilah
padaku."

Rasulullah saw. bersabda:

10
( ‫من صلى على صالة صلى ﷲ عليه بھا عشرا ) رواه مسلم‬

Artinya: " Barang siapa membaca shalawat satu kali kepadaku maka Allah akan
memberikan rahmat padanya sepuluh kali."

Dari ayat dan hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa dianjurkan

membaca shalawat bagi orang-orang beriman dan mencintai Allah, yang

berkehendak bertemu dengan-Nya karena shalawat adalah zakat yang seyogyanya

9
Ibrahim al-Samarqandi, Tambih al-Ghafilin,(Semarang, Toha Putera, t,th), hlm. 148
10
Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar al-Ahadits, hlm. 204
107

 
dibayarkan kepada yang berhak, dan shalawat dapat menjadi wasilah atau amalan

yang dapat menghantarkan seorang salik pada Tuhannya.

Adapun bacaan shalawat dalam tarekat Shādhiliyah Tulungagung adalah

sebagai berikut:

‫اللھم صل على سيد نا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبى االمى وعلى اله‬
11
‫وصحبه وسلم تسليما بقدرعظمة ذاتك فى كل وقت وحين‬

Artinya: " Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada baginda kami Muhammad saw,
hamba-Mu, nabi-Mu dan rasul-Mu, nabi yang ummi (tidak bisa membaca
dan menulis) dan kepada semua keluarga dan sahabatnya, dan
limpahkanlah keselamatan dengan segala keagungan dzat-Mu di setiap
waktu dan keadaan."

Dalam shalawat tersebut terkandung makna penegasan bahwa Muhammad

adalah hamba Allah biasa seperti hamba-hamba-Nya yang lain yang memiliki

fitrah kemanusiaan pada umumnya, memiliki kecenderungan yang sama seperti

orang lain. Ia membutuhkan makan dan minum, tidur dan berumah tangga yang

mempunyai anak dan isteri, ia juga membutuhkan kawan dalam perjuangan

hidupnya. Ia senantiasa beribadah kepada-Nya siang dan malam tanpa mengenal

batas ruang dan waktu serta dengan rendah hati senantiasa memohon ampun

kepada-Nya walaupun ia terjaga dari dosa baik lahir maupun batin.

Selanjutnya menegaskan bahwa Muhammad adalah Nabi Allah, yaitu

manusia yang terpilih untuk menerima wahyu-Nya. Ia menerima berbagai fasilitas

keruhanian yang membedakan dengan manusia lain. Ia selalu terpelihara dari

segala sesuatu yang menyesatkan dan membahayakan ketinggian spiritualnya. Ia

senantiasa menempati maqam yang tinggi di sisi Allah sejak diciptakan alam

semesta ini sampai puncak penciptaan-Nya yaitu alam akhirat. Ia adalah Nabi
11
Risalah Tarekat Shādhiliyah yang dikeluarkan oleh Syaikh Abdul Jalil Mustaqim
Pondok PETA Tulungagung.
108

 
yang ummi yang tiada pandai membaca dan menulis sehingga apa yang diucapkan

dan diserukan adalah benar-benar langsung dari dzat yang Maha Mengetahui. Ia

tidak mungkin untuk merekayasa suatu kebenaran yang diperoleh dari buku-buku

yang dibacanya atau hasil karya dan tulisan tangannya sendiri.

Muhammad sekaligus adalah rasul Allah yang ditugaskan untuk

menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, meluruskan kesesatan tauhid dan

menyelamatkan umat dari kelalaiannya kepada-Nya. Ia senantiasa mengajak

umatnya untuk selalu beribadah dan menyembah kepada-Nya, karena

sesungguhnya semua makhluk itu diciptakan semata-semata hanyalah untuk

menyembah-Nya. Ia senantiasa menyeru umat manusia untuk mencari dan

menggapai kebahagiaan baik dalam kehidupan sesaat di dunia yang penuh tipu

daya maupun di akhirat yang tiada berkesudahan dan abadi.

c. Dzikir

Ajaran yang paling utama dan merupakan keniscayaan dalam suatu tarekat

adalah dzikir atau mengingat dan selalu menyebut nama Allah (dzikrullah),

demikian pula tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung. Dzikir adalah

perintah Allah pertama kali yang diwahyukan melaui malaikat Jibril kepada

Muhammad, ketika ia menyepi (khalwat) di Gua Hira'. Sebelum Allah

menurunkan syari'at tentang shalat, puasa, zakat dan lain-lain, maka dzikirlah

yang diajarkan kepada Muhammad. Dan tubuh Muhammad pada waktu itu

dengan serta merta menjadi gemetar dan masih belum mengetahui siapa nama

tuhannya yang harus disebut-sebut itu. Firman Allah swt:

(٣‫ـ‬١:‫ )العلق‬ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# . @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ . t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$#
109

 
Artinya: " Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS. al-Alaq: 1-3)

Dalam surat al-'Alaq ayat 1 yang berarti " bacalah", itu maksudnya Allah

tidak menyuruh Muhammad untuk membaca al-Qur'an, tetapi Allah menyuruhnya

untuk berdzikir dengan nama Allah. Tetapi pada saat itu Muhammad belum

mengerti siapa yang dimaksud nama Tuhan itu. Oleh karena itulah Allah

mengulangi perintah-Nya "bacalah" pada ayat ketiga dan Dia menjelaskan siapa

sesungguhnya Tuhan yang dimaksud itu. Dia jelaskan bahwa Tuhan adalah dzat

yang menciptakan manusia dari segumpal darah yang hina. Tuhan adalah dzat

yang Maha Pemurah dan Maha Mulia, yang mengajari manusia apapun yang tidak

diketahuinya. Dan Tuhan yang dimaksud adalah Allah SWT, yang di perintahkan

untuk berdzikir dengan menyebut nama-Nya. Jadi perintah Allah "iqra'" pada

hakikatnya tidak bermaksud untuk menyuruh Muhammad belajar membaca al-

Qur'an atau belajar menulis karena pada saat itu al-Qur'an belum ada. Al-Qur'an

secara umum dipahami sebagai kumpulan wahyu Allah, sedangkang saat itu

masih pertama kali wahyu diturunkan. Iqra' lebih tepat dipahami sebagai dzikir

kepada Allah dan untuk pertama mengetahui nama-nama Tuhan (ma'rifat bi

asma'illah).

Firman Allah:

(٤١ :‫ ) أألحزاب‬#ZŽÏVx. #[ø.ÏŒ ©!$# (#ρâ÷è0øŒ$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)


Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. al-Ahzab:41)

Ayat tersebut memerintahkan kepada umat Islam dan orang-orang yang

beriman agar berdzikir atau selalu ingat kepada Allah dengan membaca dzikir
110

 
sebanyak-banyaknya. Bahwasannya orang yang beriman itu adalah orang yang

mencintai Allah dan orang yang mencintai-Nya ditandai dengan selalu menyebut

nama-Nya.

Firman Allah:

Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# ̍ò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# ̍ø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#

(٢٨ : ‫)الرعد‬

Artinya: " Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
menjadi tenteram." (QS. al-Ra'd: 28)

Pada ayat diatas disebutkan bahwa sesungguhnya hanya dengan menyebut

nama-Nya, hati sang pecinta dan hati orang yang beriman akan merasa tenang dan

tentram. Hal demikian adalah rasional karena secara psikologis, kerinduan sang

pencinta telah terpenuhi dengan selalu menyebut nama kekasihnya. Dan Allah

akan hadir pada diri orang-orang yang selalu menyebut nama-Nya bahkan lebih

dekat dari urat nadinya.

Adapun cara berdzikir itu bermacam-macam antara lain dzikir lisan

dengan suara keras (jahr), dzikir dalam hati (qalbi) dengan tidak bersuara dan

dzikir secara sembunyi (sirri atau khafi). Apabila seorang salik sedang berdzikir

kepada Allah, maka semua makhluk akan mengikutinya untuk berdzikir. Apabila

seorang salik berdzikir dengan lisannya, maka semua bebatuan akan mengikuti

dzikir lisannya. Apabila seorang salik berdzikir dengan hatinya, maka semua alam

semesta beserta isinya akan mengikuti dzikir hatinya. Apabila seorang salik

berdzikir dengan jiwanya, maka langit dan isinya akan mengikuti dzikir jiwanya.

Apabila seorang salik berdzikir dengan ruhnya, maka kursi Tuhan dan isinya akan

mengikuti dzikir ruhnya. Apabila seorang salik berdzikir dengan akalnya, maka
111

 
semua malaikat 'arasy dan arwah al-muqarabin akan mengikuti dzikir akalnya.

Apabila seorang salik berdzikir dengan al-sirr-nya, maka semua 'arasy dan isinya

akan mengikuti dzikir al-sirr-nya, sehingga menyampaikan dzikir tersebut kepada

dzat suci Tuhan.12

Dzikir yang diamalkan oleh ahli tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung adalah kalimah thayibah atau tahlil yang juga disebut dzikir nafi

itsbat yang berbunyi "la ilaha illa Allah" (‫ )الاله االﷲ‬dan diakhiri dengan

mengucapkan "sayiduna Muhammad Rasulullah saw"( ‫) سيدنا محمد رسول ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم‬.

Dan diamalkan pula dzikir ismu dzat yang berbunyi "Allah, Allah". Adapun cara

mengamalkannya pertama adalah dimulai dengan mengucapkan dzikir nafi itsbat

"la ilaha illa Allah" dibunyikan secara perlahan dan dibaca panjang, dengan

mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju kecuali hanyalah Allah swt (la

maqsuda illa Allah), dan dibaca sebanyak tiga kali dan diakhiri dengan

mengucapkan " sayiduna Muhammad Rasulullah saw." Kemudian diteruskan

dzikir nafi itsbat " la ilaha illa Allah " tersebut sebanyak seratus kali. Ketika

mengamalkan dzikir tarekat Shadhiliyah dianjurkan supaya hati senantiasa dzikir

ismu dzat "Allah, Allah". Ajaran yang khas ketika membaca dzikir adalah

mengeraskan suara atau member penekanan yang kuat pada tiga tempat yaitu pada

akhir lafazh la, ditengah lafazh ilaha dan pada akhir lafazh Allah.13

Demikianlah tiga ajaran pokok tarekat Shādhiliyah tersebut, yang

merupakan ajaran-ajaran yang tentu diamalkan oleh semua tarekat yang ada.

Istighfar merupakan fase pembersihan dan pengosongan diri daari segala dosa dan

12
Ibn 'Atha'illah, Miftah al-Falah, hlm. 8
13
Abdul Khaliq al-Hilali, Darrat al-Salikin fi Dzikr al-Silsilat al-Thariqat al-Shādhiliyah
al-Mu'tabarah li al-Quthb al-Rabbani al-Syaikh Abu al- Hasan al-Shadhili, (t,t., th.,
1980), hlm. 5-8
112

 
kotoran jiwa serta penyakit hati (takhalli). Shalawat adalah upaya seorang salik

untuk mengisi diri, hati dan jiwanya (tahalli) dengan cahaya (nur) dari Nabi

Muhammad saw dan menyatu dengan cintanya karena ia adalah pintu menuju

Tuhan. Sedangkan dzikir nafi itsbat adalah upaya seorang salik untuk

mendekatkan diri kepada Allah dan untuk menangkap pancaran ketuhanan (faidh),

penyingkapan dan penampakan diri Tuhan (tajalli).

d. Wasilah dan Rabithah

Wasilah dalam tradisi tarekat dipahami sebagai suatu yang dapat

mendekatkan atau mengantarkan seorang salik kehadirat Allah, agar pendekatan

yang dilakukan dapat lebih berhasil dengan cepat. Firman Allah:

öΝà6‾=yès9 Ï&Î#‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉Îγ≈y_uρ s's#‹Å™uθø9$# ϵø‹s9Î) (#þθäótGö/$#uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ

(٣۵ :‫ ) المائدة‬šχθßsÎ=øè?

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-
Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. al-Maidah: 35)

Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah memerintahkan kepada kaum

mukminin untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dengan mencari

wasilah, agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Wasilah sesungguhnya

seringkali dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hubungan

vertikal atas bawah.

Di antara bentuk-bentuk tawasul yang diajarkan dan biasa dilakukan

tarekat shadhiliyah di Tulungagung adalah membaca surat al-Fatikah yang

ditujukan kepada arwah suci para syaikh sejak dari Nabi Muhammad saw. sampai

mursyid yang mengajar atau menalqin dzikir. Artinya wasilah itu boleh dilakukan
113

 
kepada Nabi Muhammad saw., nabi-nabi lain, para sahabat khulafa' al-rasyidun,

tabi'in, tabi'i al-tabi'in, auliya' dan masyayikh atau para mursyid yang merupakan

orang-orang shalih.

Sedangkan rabithah adalah menghubungkan ruhaniah seorang murid

kepada guru atau mursyidnya ketika murid tersebut akan melakukan dzikir kepada

Allah. Pada umumnya ahli tarekat melakukan praktek rabithah ini, merupakan

adab dalam pelaksanaan dzikir seorang murid dengan mengingat rupa guru

(syaikh) dalam ingatannya. Sebelum seorang dzakir melaksanakan dzikirnya,

maka terlebih dahulu ia harus mereproduksi ingatannya kepada syaikh yang telah

menalqin dzikir, yang akan dilaksanakan tersebut. Bisa berupa wajah syaikh,

seluruh pribadinya, atau prosesi ketika ia mengajarkan dzikir kepadanya. Atau

bisa juga hanya sekedar mengimajinasikan seberkas sinar (berkah) dari syaikh

tersebut.14

Adapun rabithah yang dipraktekkan pada tarekat Shādhiliyah di

tulungagung adalah dengan menyebut ismu dzat yaitu lafadz "Allah, Allah"

dalam hati. Praktek rabithah seperti itu dimaksudkan untuk menghindarkan diri

dari fitnah dan untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang diidentikkan dengan

prilaku orang-orang musyrik dan menjaga kemurnian tauhid. Alasan lain adalah

apabila seorang murid ketika akan melakukan dzikir mesti harus menghadirkan

rupa guru atau mursyid itu bisa membahayakan keselamatan keimanannya jika

dzikir tersebut dilakukan menjelang kematian yang sudah sangat dekat dengan

titik ajalnya.

14
Martin Van Bruinessen, Tarekat *aqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,
1992), hlm. 83-84
114

 
e. Wirid

Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara terus menerus

(istiqomah) pada waktu-waktu tertentu dengan jumlah bilangan tertentu, seperti

setiap selesai mengerjakan shalat lima waktu, sepertiga malam yang akhir, pagi

atau sore atau waktu-waktu tertentu lainnya. Wirid ini biasanya berupa potongan-

potongan ayat, atau shalawat atau nama-nama indah Tuhan (al-asma' al-husna).

Bagi murid tarekat Shādhiliyah di Tulungagung ketika mengamalkan wirid

tertentu, tidak boleh berniat untuk tujuan-tujuan tersebut atau niat-niat yang lain.

Mereka harus menata hati agar mampu berniat semata-mata karena Allah. Semua

hal yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah dan murid tarekat Syādziliyah

harus rela (ridha), terhadap taqdir-Nya baik secara lahir bersifat positif maupun

negatif. Jika ketika membaca dan melanggengkan wirid tertentu disertai manfaat

(fadhilah) maka seorang salik akan berkonsentrasi pada fadhilah tersebut, tidak

bertujuan berjalan (suluk) kepada Allah, dan tidak ada bedanya dengan orang

awam atau anak kecil yang minta upah karena ia telah melakukan suatu perintah

dari ibunya.

Adapun wirid yang dianjurkan tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung secara luas kepada murid-muridnya adalah penggalan ayat Al-

Qur'an surat al-Taubah ayat 128-129 dan wirid ayat kursi yang dibaca minimal

sebelas kali setelah shalat fardhu. Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang

satu dengan murid yang lain berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan mursyid.

Bacaan wirid tersebut adalah:


115

 
Νà6ø‹n=tæ ëȃ̍ym óΟšGÏΨtã $tΒ Ïµø‹n=tã ͕tã öΝà6Å¡àΡr& ôÏiΒ Ñ^θß™u‘ öΝà2u!%y` ô‰s)s9

àMù=ā2uθs? uθèδ ϵø‹n=tã āωÎ) tµ≈s9Î) Iω ª!$# š_É<ó¡ym ö≅à)sù (#öθ©9uθs? βÎ*sù ÒΟŠÏm§‘ Ô∃ρâu‘ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/

( × ١١ ) ÉΟŠÏàyèø9$# ĸöyèø9$# >u‘ uθèδuρ

’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ …絩9 4 ×ΠöθtΡ Ÿωuρ ×πuΖÅ™ …çνä‹è{ù's? Ÿω 4 ãΠθ•‹s)ø9$# ÷y∏ø9$# uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω ª!$#

( öΝßγxù=yz $tΒuρ óΟÎγƒÏ‰÷ƒr& š÷t/ $tΒ ãΝn=÷ètƒ 4 ϵÏΡøŒÎ*Î/ āωÎ) ÿ…çνy‰ΨÏã ßìxô±o„ “Ï%©!$# #sŒ tΒ 3 ÇÚö‘F{$#

Ÿωuρ ( uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# 絕‹Å™öä. yìÅ™uρ 4 u!$x© $yϑÎ/ āωÎ) ÿϵÏϑù=Ïã ôÏiΒ &óy´Î/ tβθäÜŠÅsムŸωuρ

( ×١١ ) ÞΟŠÏàyèø9$# ÷’Í?yèø9$# uθèδuρ 4 $uΚßγÝàøÏm …çνߊθä↔tƒ

f. Adab atau etika murid

Adab atau tata karma seorang murid merupakan sesuatu yang amat penting

dalam rangka mencapai tujuan tarekat. Adab seorang murid seharusnya

mencontoh kepada teladan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, bagaimana

adanya kepada Allah, kepada sahabatnya, dan kepada dirinya sendiri. Dalam

tarekat Shādhiliyah adab atau etika termasuk ajaran yang sangat penting, Dalam

tarekat Shadhiliyah di Tulungagung, para murid diharapkan selalu melakukan

segala sesuatu dengan tatakrama yang baik (akhlaq al-karimah), karena hanya

dengan akhlak yang baiklah seseorang diangkat derajatnya oleh Allah dan

dimuliakan oleh masyarakat sekitarnya. Muhammad Amin al-Kurdi membagi

adab murid menjadi empat diantaranya yaitu adab murid kepada Allah, adab nurid

kepada mursyidnya, adab murid kepada dirinya sendiri dan adab murid kepada

ikhwan dan sesama muslim.15 Bagi seorang murid yang menghendaki perjalanan

(suluk) kepada Tuhannya, perlu di pahami bahwa adab tersebut bukanlah aturan

15
Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwirul Qulub, hlm. 531
116

 
dari seorang mursyid yang memaksakan kehendak untuk dihormati atau bahkan

dikultuskan oleh murid-muridnya. Hal itu merupakan kesadaran pribadi yang

mendalam dari lubuk hati yang paling dalam dengan sikap tadharu' dan tawadhu'

atau merendahkan diri dari seorang hamba kepada Tuhan pencipta-Nya.

g. Hizib

Hizib berarti tentara atau pasukan. Hizib adalah suatu do'a yang cukup

panjang, dengan lirik dan bahasa yang indah yang disusun oleh seorang ulama'

besar.16 Hizib adalah kumpulan do'a khusus yang sudah sangat popular dikalangan

masyarakat Islam khususnya di pesantren dan tarekat. Hizib ini biasanya

merupakan do'a andalan seorang syaikh yang biasanya juga diberikan kepada para

muridnya secara ijazah yang jelas (ijazah sharih). Do'a ini diyakini oleh

kebanyakan masyarakat Islam atau kaum santri sebagai amalan yang memiliki

daya spiritual yang sangat besar.17

Hizib dalam pandangan tarekat Shādhiliyah adalah ibarat seorang petani

yang menanam padi di sawah. Agar tanaman padinya bisa tumbuh subur dan

menghasilkan panen yang melimpah tentu harus dipupuk dengan cukup dan

dibersihkan dari rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhannya. Demikian

juga seorang murid yang telah menanamkan benih dzikir dalam dirinya melalui

tarekat, agar benih dzikir dalam dirinya itu dapat tumbuh subur dan menghasilkan

kedekatan kepada Allah serta kema'rifatan kepada-Nya (ma'rifah billah), maka

16
Hizib yang terkenal adalah hizib yang disusn oleh Abu Hasan al- Shādhili pendiri
tarekat Shādhiliyah antara lain, hizb al-bahr, hizb al-nur, hizb al-bar, dan hizb nash: Lihat
Abi 'Abdillah Muhammad ibn Sulaiman al-Jazuli, Dalail al-Khairat ma'a al-Ahzab,
(Surabaya: Nabhan, t,th).
17
Masyhuri, Fenomena Alam Jin: Pengalaman Spiritual Dengan Jin, (Solo: CV. Aneka,
1996), hlm.7
117

 
perlu adanya amalan yang fungsinya untuk menyuburkan tanaman dzikir tersebut

yaitu hizib-hizib itu.

Hizib yang diajarkan tarekat Shādhiliyah di Tulungagung, jumlahnya

cukup banyak dan setiap murid tidak menerima hizib yang sama karena

disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhaniah murid sendiri dan kebijaksanaan

mursyid. Adapun hizib-hizib tersebut antara lain adalah hizb al-asyfa', hizb al-kafi

atau al-autad, hizb al-bahr, hizb al-baladiyah atau al-birhatiyah, hizb al-barr,

hizb al-nashr, hizb al-mubarak, hizb al-salamah, hizb al-nur, dan hizb al-hujb.18

Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali telah

mendapat izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid yang ditunjuk oleh

mursyid untuk mengijazahkannya.

1. Hizib al-Asyfa'

Hizib al-asyfa' adalah hizib yang khas dari tarekat Shādhiliyah di

Tulungagung. sebelum seseorang mengikuti proses bai'at atau talqin dzikir,

biasanya ia dianjurkan membaca hizib asyfa'. Adapun cara mengamalkannya

adalah apabila disertai puasa maka hizib asyfa' dibaca setiap selesai shalat fardhu

dan puasa dilaksanakan selama tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari atau empat puluh

hari, sesuai dengan petunjuk mursyid. Puasa dimulai pada hari selasa, misalnya

tiga hari berarti puasanya pada hari Selasa, Rabu, Kamis. Apabila tidak disertai

puasa, maka pembacaan hizib asyfa' dilaksanakan cukup sekali dalam sehari

semalam.

18
Semua hizib tersebut dapat dilihat pada risalah-risalah yang dikeluarkan oleh Pondok
PETA Tulungagung, Ibn 'Atha'illah Latha'if al-Minan, tahqiq 'Abd al-Halim Mahmud,
(Mesir: Dar al-Sya'b, 1986), hlm. 252-257
118

 
Pertama membaca surat al-Fatihah yang ditujukan kepada Allah swt, Nabi

Muhammad saw, Sayyidina Abu Bakar al-Shidiq, Sayidina 'Umar ibn al-

Khaththab, Sayidina 'Utsman ibn 'Affan, Sayidina 'Ali ibn Abi Thalib, Syaikh

'Abd al-Qadir al-Jailani, Mbah Panjalu, Sunan Kalijaga, Syaikh Ibnu 'Ulwan, Wali

Sembilan di Indonesia, Sulthan Agung, Syaikh 'Abd al-Qadir al-Kediri, syaikh

Mustaqin bin Husain, Syaikh Abdul Jalil bin Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi

Hidhir as.

Bacaan hizib asyfa':

ٌ ‫ص ﱞم َوبُ ْك ٌم ُع ْم‬
‫ي فَھ ُ ْم‬ ُ ،‫َري ِْم‬ ِ ‫اللﱠھُ ﱠم بِأ َ ْشفا َ ٍء بِ ِشفاَئِكَ َودَواَهُ بِد ََوانِكَ َوعَافاَهُ ِم ْن بَالَئِكَ ْالك‬
ُ ‫×( اِ ْنشا َ َء ﷲ‬٧) ‫× ( ال َغنِ ﱡي ْالماَنِ ُع َوﷲ ُ ْال َغنِ ﱡي ْال َح ِم ْي ُد‬١١٠ /×٦٠ / ×٤٠) َ‫الَيَعْ قِلُوْ ن‬
ُ ‫ض ﱠد َوالَنِ ﱠد ِس َواه‬ ْ ‫ت ع َْن‬
ِ َ‫خَلقِ ِه َوق ُ ْد َرتِ ِه فَالَ اَ ْينَ ال‬ َ َ‫سبْحاَنَ َم ْن اِحْ تَجا‬
ِ ْ‫ب بِ َجبَرُو‬ ُ ‫بِبَ َر َك ِة دُعاَئِ ِه‬
19
. (×٣) ُ‫ِس َواهُ ِسواَه‬
2. Hizib al-Kafi

Hizib al-Kafi atau al-Autad adalah hizib ysng diijazahkan oleh Syaikh

Mustaqim bin Husain kepada Syaikh Abdul Razzaq al-Termasi, yang merupakan

awal persahabatan dan hubungan spiritual diantara keduanya. Cara mengamalkan

hizib al-kafi ini dimulai dengan membaca al-fathihah yang ditujukan kepada Allah

swt, Nabi Muhammad saw, Sayidina Abu Bakar al-Shidiq, Sayidina Umar ibn al-

Khaththab, Sayidina 'Utsman ibn Affan, Sayidina 'Ali ibn Abi Thalib, Sayidina

Hasan dan Husain, Syaikh abd al-Qadir al-Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan

di Indonesia, Sunan Kalijaga, Syaikh Mustaqim bin Husain, Syaikh abdul Jalil bin

Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi Hidhir as.

Adapun bacaan hizib al-Kafi adalah sebagai berikut:

19
Semua hizib tersebut dapat dilihat pada risalah-risalah yang dikeluarkan oleh Pondok
PETA Tulungagung
‫‪119‬‬

‫‪ ‬‬
‫الح ْم ُد ¸ِ ْالكاَ ِفى بِس ِْم ﷲِ ْالكاَفِى الَ َحوْ َل‬
‫ت ْالكاَفِى لِ ُكلﱢ ْالكاَ ِفى َكفَانِ َي ْالكاَ ِفى َ‬
‫ت ْالكاَ ِفى َو َج ْد ُ‬
‫ص ْد ُ‬
‫قَ َ‬
‫َوالَقُ ﱠوةَ اِال ﱠ بِا¸ِ ْال َعلِ ﱢي ْال َع ِظي ِْم ‪ .‬ياَقَ ِويﱡ ياَ َمتِيْنُ ياَكاَفِى )‪ (×١١٣‬ياَقَ ِويﱡ ياَ َمتِيْنُ ياَكاَفِى )‪(×١٠٠٠‬‬
‫ْخ ُمحْ ِي ال ﱢد ْي ِن َع ْب ِد القاَ ِد ِر ْال ِج ْيالَنِى َوبِ َك َر َم ِة َكراَماَتِ ِه آمين‬‫ق س ُْلطاَ ِن األَوْ لِياَ ِء َسيﱢ ِد ال ﱠشي ِ‬ ‫اللﱠھُ ﱠم بِ َح ﱢ‬
‫ضرْ ‪ ،‬حا َ ِ‬
‫ضرْ ‪،‬‬ ‫ْخ ُمحْ ِي ال ﱢدي ِْن َع ْب ِد القاَ ِد ِر ْال ِج ْيالَنِى حا َ ِ‬ ‫شي ِ‬‫آمين آمين ياَ َربﱠ ْالعاَلَ ِمينَ ‪ .‬ياَ َسيﱢ ِد ال ﱠ‬
‫ت اِالﱠ بِإِ ْذ ِن ﷲِ‪ ،‬اِال ﱠ ِبإ ِ ْذ ِن ﷲِ‪ ،‬اِالﱠ بِإِ ْذ ِن ﷲِ ‪.‬‬ ‫ت‪ ،‬الَ اَ ُموْ ُ‬‫ت‪ ،‬الَ اَ ُموْ ُ‬ ‫ضرْ ‪ ،‬الَ اَ ُموْ ُ‬‫حاَ ِ‬
‫‪3. Hizib al-Bahr‬‬

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم َربﱢ يَسﱢرْ َو َسھﱢلْ َوالَتُ َعسﱢرْ ياَ ُميَسﱢرْ ا ب ت ث ج ح خ د ذ رز س‬
‫ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ال ء ي أَ ُعوْ ُذ بِا¸ِ ِمنَ ال ﱠشيْطا َ ِن الر ِ‬
‫ﱠاجي ِْم بِسم ﷲ‬
‫ب َربﱢى‬ ‫َظ ْي ُم ياَ َحلِ ْي ُم ياَ َعلِ ْي ُم اَ ْنتَ َربﱢى َو ِع ْل ُمكَ َح ْسبِى فَ ِنعْ َم ال ﱠر ِ‬
‫الرحمن الرحيم اللّھُ ﱠم يا َ َعلِ ﱡي ياَع ِ‬
‫َز ْي ُز ال ﱠر ِح ْي ُم‪ .‬نَسْأَلُكَ ْال ِعصْ َمةَ فِى ْال َح َركا َ ِ‬
‫ت‬ ‫ص ُر َم ْن تَشاَ ُء َواَ ْنتَ ع ِ‬ ‫ب َح ْسبِى تَ ْن ُ‬ ‫َونِ ْع َم ْال َح ْس ِ‬
‫ك َوالظﱠنُوْ ِن َو ْاألَوْ ھاَ ِم السﱠاتِ َر ِة لِ ْلقُلُوْ بِ‬
‫ت ِمنَ ال ﱡش ُكوْ ِ‬ ‫ت َو ْالخَ طراَ ِ‬ ‫اإلراَداَ ِ‬‫ت َو ِ‬ ‫ت َو ْال َكلِماَ ِ‬‫وال ﱠس َكناَ ِ‬
‫ب فَقَ ْد اِ ْبتَلَى ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ َو ُز ْل ِزلُوا ِز ْلزاَالً َش ِديْداً‪َ .‬واِ ْذ يَقُوْ ُل ْال ُمناَفِقُوْ نَ والﱠ ِذ ْينَ فِى‬
‫طا َل َع ِة ْال ُغيُوْ ِ‬
‫ع َْن ُم َ‬
‫قُلُوْ بِ ِھ ْم َم َرضٌ ماَ َو َع ْدناَ ﷲ ُ َو َرسُوْ لُه ُ اال ﱠ ُغرُوْ راً فَثَبﱠ ْتناَ َوا ْنصُرْ نا َ َو َس ﱠخ َر لَنا َ ھَذاَ ْالبَحْ َر َك َما‬
‫س َو ْالقَ َم َر لِ ُم َح ﱠم ٍد صلى ﷲ عليه وسلم‪َ .‬و َسخَرْ تَ ْالبَحْ َر لِ ُموْ َسى َعلَ ْي ِه ال ﱠس َ‬
‫ال ُم‬ ‫َسخَ رْ تَ ال ﱠ‬
‫ش ْم َ‬
‫ار ِإلبْراَ ِھ ْي َم عليه السالم َو َسخَ رْ تَ ْال ِجبا َ َل َو ْال َح ِد ْي َد لِدَاوُوْ َد عليه السالم َو َس ﱠخرْ تَ‬‫َو َسخَرْ تَ النﱠ َ‬
‫س َو ْال ِج ﱠن لِ ُسلَيْماَنَ عليه السالم َو َس ﱠخ َر لَناَ ُك ﱠل بَحْ ٍر ھ ُ َو لَكَ فِى األَرْ ِ‬
‫ض‬ ‫اإل ْن َ‬ ‫شياَ ِط ْينَ َو ِ‬‫الرﱢ ْي َح َوال ﱠ‬

‫ت وبَحْ ِر ال ﱡد ْنياَ َو َبحْ ِر األَ ِخ َر ِة اِنﱠكَ َعلَى ُك ﱢل ش ٍ‬


‫َيئ قَ ِد ْي ٌر َو َس ﱠخ َر لَنا َ ُك ﱠل‬ ‫َوالسﱠماَ ِء َو ْال ُم ْل ِك َو ْال َملَ ُكوْ ِ‬
‫اص ِر ْينَ َوا ْفتَحْ لَنا َ فَإِنﱠكَ خَ ْي ُر‬
‫ت ُكلﱢ شَي ٍء كھيعص ‪ ×3‬فَا ْنصُرْ ناَ فَإِنﱠكَ َخ ْي ُر النﱠ ِ‬ ‫شَي ٍء ياَبِيَ ِد ِه َملَ ُكوْ ِ‬
‫ﱠازقِ ْينَ َوارْ َح ْمناَ فَإ ِنﱠكَ َخ ْي ُر‬ ‫ك خَ ْي ُر الر ِ‬ ‫ْالفاَتِ ِح ْينَ َوا ْغفِرْ لَناَ فَإِنﱠكَ خَ ْي ُر ْالغَافِ ِر ْينَ َوارْ ُز ْقناَ فَإِنﱠ َ‬
‫ﱠاح ِم ْينَ َوا ْھ ِدنا َ َونَجﱢ ناَ ِمنَ القَوْ َم الظﱠالِ ِم ْينَ َوھَبْ لَناَ ِم ْن لَ ُد ْنكَ ِريْحا ً َ‬
‫طيﱢبَةً َس ِك ْينَةً َوھَبْ لَنا َ ِعيْشا ً‬ ‫الر ِ‬
‫ك َواحْ ِم ْلناَبِھاَ َحم َل‬‫ك َو َرحْ َمتِ َ‬ ‫شرْ ھا َ عَلينا ِم ْن خَ زاَئِ ِن لُ ْ‬
‫طف ِ َ‬ ‫طيﱢبا ً ُمباَ َركا ً َكماَ ِھ َي فِى ِع ْل ِم َ‬
‫ك َوا ْن ُ‬ ‫َ‬
‫والعاَفِيَ ِة فِى ال ﱢد ْي ِن وال ﱡد ْنيا َ َواألَ ِخ َر ِة اِنﱠكَ َعلَى ُك ﱢل َشي ٍء قدير‪ .‬اللﱠھُ ﱠم يَسﱢرْ َلنا َ‬ ‫ْال َكراَ َم ِة َوال ﱠسالَ َم ِة ْ‬

‫ﱠاح ِة لِقُلُوْ بِناَ َواَبْداَنَناَ وال ﱠسالَ َمةَ َو ْالعاَفِيَةَ فِى ِد ْينِناَ َو ُد ْنياَنا َ َو ُك ْن لَناَ َ‬
‫صا ِحبا ً فِى َسفَ ِرنا َ‬ ‫اُ ُموْ َرناَ َم َع الر َ‬
‫وام َس ْخھُ ْم عَلى َم َكانَتِ ِھ ْم‬ ‫واط ِمسْ عَلى ُوجُوْ ِه اَ ْعداَنِنا َ ْ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬
‫واط ِمسْ‬ ‫اط ِمسْ‬‫َوخَ لِ ْيفَةً فِى اَ ْھلِناَ َو ْ‬
‫ط فَاَنﱠى‬ ‫وا الصﱢراَ َ‬ ‫ط َمسْنا َ على ا ْعيُنِ ِھ ْم فَا ْستَبَقُ ْ‬ ‫وال َم ِج ْي َء اليْنا ولونَشاَ ُء لَ َ‬ ‫ي ْ‬ ‫ض ﱠ‬‫فَالَيَ ْست َِط ْيعُوْ نَ ْال َم ِ‬
‫ضيا ًّ َوالَيَرْ ِجعُوْ نَ يس والقرآ ِن‬ ‫ْصرُوْ نَ ‪َ .‬ولَوْ نَ َشا ُء لَ َم َس ْخناَھُ ْم على َمكاَنَتِ ِھ ْم فَما َ ا ْستَطا َ ُعوْ ا ُم ِ‬ ‫يُب ِ‬
‫ب وھو‬ ‫ستقيم تنزيل العزيز ال ﱠر ِح ِيم‪ .‬ﷲ ُ ال ﱢذ نَ ﱠز َل ْال ِكتاَ َ‬ ‫صراط ُم ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫الحكي ِْم إنّك لَ ِمنَ ال ُمرْ َسلِ ْينَ على‬ ‫َ‬
120

 
ُ ‫ حسبي ﷲ ال اله اال ھو عليه تَ َو ﱠك ْل‬.‫يَت ََولﱠى الصالحين‬
ِ ْ‫ت وھو َربﱡ العر‬
‫ بسم ﷲ‬. ‫ش ال َع ِظي ِْم‬
×٣ ‫الّذي اليضره مع اسمه شي ٌء في األرض وال في السماء وھو السميع العلي ُم‬
‫بسم ﷲ شافى بسم ﷲ كافى بسم ﷲ معافى ھو ﷲ الحول والقوة اال با¸ العلي‬
‫منى عنك‬ ِ ‫من ِع ْل ِمكَ َوفَ ِھ‬ ْ ‫ق يا ُمعين اِ ْك ِسنِى ِم ْن نُوْ ِركَ َو َعلﱢ ْمنى‬
‫ ياﷲ يانو ُر ياح ﱡ‬. ‫العظيم‬
‫ُصلﱢوُنَ على النﱠبِ ﱢي‬ َ ‫إن ﷲ ومالئتَهُ ي‬ ‫ ﱠ‬.‫ْصرْ نِى بِكَ إنّك على ك ﱢل شيء قدي ٌر‬ ِ ‫ك َواب‬َ ‫وا ْس ِم ْعنِى ِم ْن‬
‫ير خَ ْلقِ ِه ُم َح ﱠم ٍد ياَ َحلِي ُم ياَ َس ِم ْي ُع ُدعَانِى‬
ِ ‫ وصلى ﷲ على َخ‬.‫ص ﱡلوا عليه َو َسلﱢ ُموا‬ َ ‫يآاَيﱡھا َ الﱠ ِذ ْينَ آمنُوا‬
َ ‫طفِكَ آمين آمين آمين وصلى ﷲ على سيﱢدنا مح ﱠم ِد النﱠبِ ﱢي ال َك ِري ْم وعلى اِله َو‬
‫صحْ بِ ِه‬ ْ ُ‫بِخَ صاَئِص ل‬
ِ
‫َف ﷲ نحن في‬ ِ ‫ نحن في َكن‬،‫َو َسلﱢ ْم تِسلِيْما ً َكثيرا دائِما ً الى يوم ْال ِقيا َم ِة والحمد ¸ َربﱢ العالمين‬
ِ ‫َف رسو ِل ﷲ نحن في كنف القرآن نحن في كنف بسم ﷲ الرحمن الرحيم اَ ْلفَ اَ ْل‬
‫ف الاله اال‬ ِ ‫َكن‬
.ِ‫ﷲ‬

4. Hizib al-Birhatiyah

Hizib al-Birhatiyah adalah hizib yang diijazahkan oleh Syaikh Abdul

Razzaq al-Termasi kepada Syaikh Mustaqim bin Husain, yang merupakan awal

persahabatan dan hubungan spiritual. Hubungan di antara keduanya sama yaitu

menjadi guru dan murid. Syaikh Abdul Razzaq al-Termasi memberikan ijazah

kepada Syaikh Mustaqim bin Husain dengan hizib al-birhatiyah, sedangkan

Syeikh Mustaqim bin Husain memberikan ijazah kepada Syaikh Abdul Razzaq al-

Termasi berupa hizib al-kafi.

Cara mengamalkannya pertama, membaca surat al-Fatikah yang ditujukan

kepada Nabi Muhammad saw., Nabi Dawud as., Nabi Sulaiman as., Sayidina Asif

bin Barkhaya, Sayidina Qalfatriyus, Sayidina Abu Bakar al-Shidiq, Sayidina

Umar ibn Khathab, Sayidina 'Utsman ibn 'Affan, Sayidina 'Ali ibn Abi Thalib,

Sayidina Hasan dan Husain, Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jailani, Syaikh Syams al-

Din, Syaikh Imam al-Ghazali, Syaikh 'Abd al-Salam, Syaikh Abu Hasan al-

Shadhili, Syaikh Abu al-'Abbas al-Mursi, Syaikh Abu al-'Abbas bin 'Ali al-Buni,
‫‪121‬‬

‫‪ ‬‬
‫‪Mbah Panjalu, Syaikh Mustaqim bin Husain, Syaikh Abdul Jalil bin Mustaqim,‬‬

‫‪kedua orang tua dan Nabi Hidhir as.‬‬

‫‪Bacaan Hizib al-Birhatiyah‬‬


‫ش‬ ‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم ‪ .‬بِرْ ھَتِيَه َك ِري ٍْر تَ ْتلِ ْي ٍه طُوْ راَ ِن َم ْز َج ٍل بَ ْز َج ٍل تَرْ قَ ٍ‬
‫ب بَرْ ھَ ٍ‬
‫ظ ِھي ٍْر نَ ُموْ َش ْل ٍ‬
‫خ بَرْ ھَبُوْ الَ بَ ْش َك ْيلَ ٍ‬
‫خ قَ ْز َم ٍز اَ ْن َغلَ ِلي ٍْط قَبْراَتٍ‬ ‫ش ُخوْ ِطي ٍْر قَ ْلنَھُوْ ِد بَرْ شا َ ٍن َك َ‬
‫غ َْل َم ٍ‬
‫ش طُوْ نَ ٍ‬
‫ش َش ْمخاَباَرُوْ ٍ‬
‫خ‪.‬‬ ‫غَياَھا َ َك ْي َدھُوْ الَ َش ْمخا َ ِھ ٍر َش ْمخا َ ِھي ٍْر َش ْمھاَ ِھي ٍْر بِ َك ْھ َ‬
‫طھُوْ نِ ْي ٍه بَشا َ ِر ٍ‬
‫ج َورُوْ ِديَ ٍة َم ْھفَيا َ ٍ‬
‫ج‬ ‫ْج بَ ْغطَ ِش ﱟي بَ ْل ِط ْش َغ ْش ُغ ِو ْي ٍل اَ ْم ِوي ٍْل َج ْل َد َمھ َْجما َ ھ َْل َم ٍ‬
‫ق َك ْھك ِھي ٍ‬
‫اللھم بِ َح ﱢ‬
‫سبْحاَنَ من ليس كمثله شيء وھو السّميع‬ ‫ت َس ْم َعھ ُْم َواَبْصا َ َرھُ ْم ُ‬ ‫ك إالّ ما اَ َخ ْذ ُ‬ ‫بِ ِع ﱠزتِ َ‬
‫ْج بَ ْغطَ ِش ﱟي بَ ْل ِط ْش َغ ْشغ َِو ْي ٍل اَ ْم ِو ْي ٍل َج ْل َد َمھ َْجما َ ھ َْل َم ٍ‬
‫ج‬ ‫البصير )‪ (×١٠٠٠‬اللھم بحق َك ْھلَ ِھي ٍ‬
‫ك االّ ما اَخَذت سم َعھم وابصارھم سبحان من ليس كمثله شيئ‬
‫ج بِ ِع ﱠزتِ َ‬
‫َورُوْ ِديَ ٍة َم ْھفَيا َ ٍ‬
‫وھو السميع البصير )‪. (×٢١‬‬
‫وا َم ْلحُوْ ثُوا َد ُموْ ثُ ْ‬
‫وا داَنِ ُموْ نَ ‪.‬‬ ‫خ َذاالَھاَ ُموْ َش ْي ِط ُشوْ نَ ‪ .‬اللّھ ّم ياَداَنُ ْ‬‫خ بَ ْش َم ٍ‬
‫اللھم يا َ بَ ْش َم ٍ‬
‫ش داَ َر ِعلِ ﱡيوْ ن‪ .‬اللّھم يا َ َرحْ ِميْثا َ َدھﱢلِ ْيلُوْ نَ َم ْيطَطَرُون‪ .‬اللّھم‬ ‫ياح ْيثُوا َم ْي ُموْ نَ اَرْ قَ ٍ‬
‫اللھم َ‬
‫ي اَصْ با َ ُو ٍ‬
‫ت‬ ‫َرحْ ثِتُ ْ‬
‫وا اَ ْخلَقُوْ نَ ‪ .‬اللھم يا َر ْخ ُموثُوا اَرْ ِخ ْي َم اَرْ ِخ ْي ُمونَ ‪ .‬اللھم يااَ ْھيا َ شَراَ ِھيا َ اَ ْدنا َ َ‬
‫ْش اَرْ ِغي ثَ ْثلِ ْيثُوْ نَ ‪ .‬اللھم اَ ْشبِرْ اَسْما َ اَسْماَوُنَ ‪ .‬اللھم يا ِمنِ ْيعُوثا‬
‫اَصْ باَتُوْ نَ ‪ .‬اللھم ياَنُو َر اَرْ ِغي َ‬
‫خ َم ْش ِخيْثا َم ْثلَ ُموْ نَ ‪ .‬لَقد‬
‫اَ ِملِيْخا َ َم ْل ُخوْ نَ ‪ .‬اللھم ياَاَالَ َم اَرْ ِع ْد اَرْ ِعى يَ ْزنُوْ نَ ‪ .‬اللھم يا َ َم ْش َم ٍ‬
‫جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ماعنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤف الرحيم‬
‫فإن تولوا فقل حسبي ﷲ الاله اال ھو عليه توكلت وھو ربّ العرش العظيم )‪(×٧‬‬
‫ﷲ الاله اال ھو الحي القيوم التأخذه سنة وال نوم له مافى السموات ومافى األرض من‬
‫ذا الذي يشفع عنده اال بإذنه يعلم مابين ايديھم وماخلفھم واليحيطون بشيء من علمه اال‬
‫بما شاء وسع كرسيّه السموات واألرض واليؤده حفظھما وھو العلي العظيم )‪. (×٧‬‬
‫‪5). Hizib al-Nashr‬‬

‫‪Sebelum membaca hizib al-nashr ini terlebih dahulu membaca surat al-‬‬

‫‪fatihah seperti biasanya dan ditambah kepada Syaikh Abu al-'Abbas al-Mursi,‬‬

‫‪Syaikh al-Badawi, Arwah al-Mujahidin fi sabilillah fi Mishr, Tsuraya, Iraq, wa‬‬

‫‪sair buldan al-muslimin ammah.‬‬


‫‪122‬‬

‫‪ ‬‬
‫‪Bacaan hizib al-nashr:‬‬

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم ‪ .‬اللھم بسطوة جبروت قھرك وبسرعة إغاثة نصرك‬
‫وبعزتك النتھاء حرماتك وبحمايتك لمن احتمى اياتك نسألك ياﷲ ياسميع يامجيب‬
‫ياقريب ياسريع يامنتقم ياقھار ياشديد البطش يامن اليعجزه قھر الجبابرة وال يعظم‬
‫عليه ھالك المتمردة من الملوك االكاسرة واالعداء الفاجرة ان تجعل كيد من كادنى فى‬
‫نحره ومكرمن مكربنا عائدا اليه وحفرة من حفرلنا واقعا ھو فيھا ومن نصب لنا شبكة‬
‫الخداع اجعله ياسيدى مسوقا اليھا ومصيدا فيھا واسيرا لديھما‪ .‬اللھم بحق كھيعص‬
‫اكفنا ھم العدى ولقھم الردى واجعلھم حبيب فدا وسلط عليھم عاجل النقمة فى اليوم‬
‫وغدا‪.‬‬
‫اللھم بدﱢد شملھم اللھم فرﱢق جمعھم اللھم ف ُ ّل ح ّدھم وقّلل ع ّدھم اللھم اجعل الدائرة‬
‫عليھم اللھم ارسل العذاب اليھم اللھم اخرجھم من دائرة الحلم واللطف واسلبھم مددھم‬
‫اإلمھال وغل ايديھم الى اعناقھم واربط على قلوبھم وال تبلغھم األمال فينا اللھم ّ‬
‫مزقھم‬
‫ّ‬
‫ومزقته انتصارا ألوليائك ورسلك اللھم انتصرلنا انتصارك ألحبائك على‬ ‫ك ّل مم ّزق‬
‫اعدائك اللھم التم ّكن األعداء فينا وال منا والتسلط علينا بذنوبنا حم حم حم حم حم حم‬
‫حم الينصرون حمعسق حمايتنا مما نخاف ‪ .‬اللھم قينا األسواء والتجعلنا محال للبلوى‬
‫اللھم اعطنا امل الرجاء وفوق األمل ياھوياھوياھو يامن بفضله لفضله نسئلك الھى‬
‫العجل العجل العجل الھى اإلجابة اإلجابة اإلجابة يامن اجاب نوحا في قومه يامن نصر‬
‫ابراھيم على اعدائه يامن ر ّد يوسف على يعقوب يامن كشف الضر ايوب يامن اجاب‬
‫دعوة زكريا يامن تقبل تسبيح يونس ابن مت ّى‪ .‬نسئلك اللھم باسرار اصحاب ھذه‬
‫ال ّدعوات المستجبات ان تقبل منا مابه دوناك ان تعطيانا مابه سئلناك انجزلنا وعدك‬
‫الذى وعدته لعبادك المؤمنين ‪.‬‬
‫الاله اال انت سبحانك انى كنت من الظالمين‪ .‬انقطعت امالنا وعزتك اال منك‬
‫وخاب رجاؤنا وحقك اال فيك ان ابطئت غارة األرحام وابعدت منا واسرع شيئا غارة‬
‫ﷲ يا غارة ﷲ حثى السير مسرعة في حل عقدتنا ياغارة ﷲ عدا العادون وجاروا‬
‫ورجعونا ﷲ مجيرا وكفى با¸ نصيرا‪ .‬حسبنا ﷲ ونعم الوكيل والحول والقوة اال با¸‬
‫العلي العظيم سالم على نوح فى العالمين استجب انا امين امين امين يامعين وعلى ال‬
‫‪123‬‬

‫‪ ‬‬
‫سيدنا محمد فى المرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين‪ .‬اللھم انت تعلم اعداننا عدادا فبدد‬
‫شملھم بددا والتبق منھم احدا انك انت الباقى سرمدا ومكروا مكرا ومكرنا مكرا وھم‬
‫اليشعرون‪ .‬فانظر كيف كان عاقبة مكرھم انا دمرنا ھم وقومھم اجمعين‪ .‬فتلك بيوتھم‬
‫خاوية بما ظلموت تدمر كل شيئ بامر ربھا فاصبحوا اليرى اال مساكنھم فھل ترى لھم‬
‫من باقية وھي خاوية على عروشھا فقطع دابر القوم الذين ظلموا والحمد ¸ رب‬
‫العالمين وصلى ﷲ على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين والحمد ¸ رب‬
‫العالمين )‪( ×٢١ / ×١١/×٣‬‬
‫‪6. Hizib al-Nur‬‬

‫‪Apabila tidak sedang berpuasa, maka waktu mengamalkan hizib al-nur ini‬‬

‫‪setelah shalat subuh atau setelah shalat ashar, paling tidak sekali. Apabila‬‬

‫‪dibarengi dengan berpuasa, maka puasanya di mulai pada hari Senin, setiap‬‬

‫‪selesai shalat lima waktu dibaca sedikitnya tiga kali. Adapun niatnya adalah‬‬

‫‪mohon ketetapan dan tambahnya iman, mohon taufiq, hidayah dan ridha dari‬‬

‫‪Allah maksudnya selamat dunia akhirat. Bacaan hizib al-nur:‬‬

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم ياﷲ يانور ياحق يامبين افتح قلبى بنورك وعلمنى من‬
‫علمك وفھمنى عنك واسمعنى عنك وبصرنى بك واقمنى بشھودك وعرفنى الطريق‬
‫اليك وھونھا على بفضلك والبسنى التقوى منك وبك انك على كل شيء قدير‪ .‬اللھم‬
‫اذكرنى وتب على واغفرلى مغفرة انسى بھا كل شيء سواك وھب لى تقواك واجعلنى‬
‫ممن يحبك ويخشاك واجعل لى من كل ھم وغم وضيق وھوى وخطرة وفكرة وكل‬
‫قضاء وامر فرجا ومخرجا احاط علمك بجميع المعلومات وعلت قدرتك على جميع‬
‫المقدورات وجلت ارادتك ان يوافقھا او يخالفھا شيء من الكائنات حسبى ﷲ وانا برئ‬
‫مما سوى ﷲ‪ .‬ﷲ الاله اال ھو عليه توكلت وھو رب العرش العظيم ‪.‬‬
‫الاله ﷲ نور عرش ﷲ الاله اال ﷲ نور نوح ﷲ الاله اال ﷲ نور قلم ﷲ الاله اال‬
‫ﷲ نور رسول ﷲ الاله اال ﷲ سر ذات رسول ﷲ الاله اال ﷲ ادم خليفة ﷲ الاله اال‬
‫ﷲ نوح نجى ﷲ اال اله اال ﷲ ابراھيم خليل ﷲ الاله اال ﷲ موسى كليم ﷲ الاله اال ﷲ‬
‫‪124‬‬

‫‪ ‬‬
‫عيسى روح ﷲ الاله اال ﷲ محمد حبيب ﷲ الاله اال ﷲ الرب الاله اال ﷲ الملك الحق‬
‫المبين خالق كل شيء وھو الواحد القھار رب السموات واألرض وما بينھما العزيز‬
‫الغفار الاله اال ﷲ العلي العظيم الاله اال ﷲ الحليم الكريم سبحان ﷲ رب السموات‬
‫السبع ورب العرش العظيم‪.‬‬
‫الحمد ¸ رب العالمين بسم ﷲ وبا¸ ومن ﷲ والى ﷲ وعلى ﷲ فليتوكل‬
‫المؤمنون حسبى ﷲ امنت با¸ توكلت على ﷲ والقوة اال با¸ اتوب اليك بك منك اليك‬
‫ولوال ماشئت ماتبت اليك فانزع من قلبى محبة غيرك واحفظ جوارحى من مخالفة‬
‫امرك وتا¸ لئن لم ترعنى بعينك وتحاظنى بقدرتك ألھلكن نفسى ثم اليعود ضرر ذلك‬
‫اال على عبدك اعوذ برضاك من سخطك وبمعافتك من عقوبتك وبك منك الاحصى‬
‫ثناء عليك انت كما اثنيك على نفسك بل انت اجل من ان يثنى عليك وانما ھى اعراض‬
‫تدل على كرمك قد منحتناھا على لسان رسولك لنعبدك بھا على اقدارنا ال على قدرتك‬
‫فھل جزاء اإلحسان االول الكامل اال االحسان منك يامن به ومنه اليه يعود كل شيء‬
‫نسئلك بحرمة األستاذ بل بحرمة النبي الھادى بل بحرمة السبعين والثمانية بل بحرمة‬
‫اسرارھا منك الى محمد النبي األمي بل بحرمة سيدة او القران العظيم بل بحرمة كتبك‬
‫المنزلة بل بحرمة االسم األعظم الذى اليضر معه شيء فى األرض وال فى السماء‬
‫وھو السميع العليم بل بحرمة قل ھو ﷲ احد ﷲ الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا‬
‫احد‪ .‬اكفنى كل غفلة وشھوة ومعصية فيما تقدم وفيما تأخر واكفنى كل طالب يطلبنى‬
‫بالحق والغير الحق في الدنيا واألخرة فإنك لك الحجة البالغة وانت على كل شيء قدير‪.‬‬
‫واكفنى ھم السبعين والثمانية واكفنى ھم الرزق وخوف الخلق واسنلك بى سبيل‬
‫الصدق وانصرنى بالحق واكفنى كل ھم وغم ھو دون الجنة واكفنا كل عذاب من فوقنا‬
‫او من تحت ارجلنا او يلبسنا شيعا اوذيق بعضنا بأس بعض واكفنا سوء ماتعلق به‬
‫وعلمك بما كان ويكون انك على كل شيء قدير‪ .‬سبحان الملك الخالق سبحان الخالق‬
‫الرزاق سبحان ﷲ عما يصفون عالم الغيب والشھادة فتعالى ﷲ عما يشركون سبحان‬
‫ذى القدرة والملكوت سبحان من يحيى ويميت سبحان الحق القائم القادر سبحان القادر‬
‫القاھر فوق عباده سبحان القائم الدائم حسبى ﷲ عليه يتوكل المتوكلون اعوذ با¸ من‬
‫جھد البالء ومن سوء القضاء ومن درك الشقاء ومن شماتة األعداء واعوذ بربى‬
‫‪125‬‬

‫‪ ‬‬
‫وربكم من كل متكبر اليؤمن بيوم الحساب يامن بيده ملكوت كل شيء وھو يجير‬
‫واليجار عليه انصرنى بالخوف منك والتوكل عليك حتى الاخاف غيرك والارجو‬
‫غيرك وال اعبد شيئا سواك اشھد انك على كل شيء قدير وانك قد احطت بكل شيء‬
‫علما‬
‫نسئلك بھذا األمر الذى ھو اجل الموجودات واليه المبدا والمنتھى واليه غاية‬
‫الغايا تسخر لنا ھذا البحر بحر الدنيا وما فيه ومن فيه كما سخرت البحر لموسى‬
‫وسخرت النار البراھيم وسخرت الجبال والحديد لداوود وسخرت الريح والشياطين‬
‫والجن لسليمان وسخرلى كل جبل وشخرلى كل حديد وكل شيطان من الجن واالنس‬
‫وسخرلى نفسى وسخرلى كل شيء يامن بيده ملكوت كل شيء وانصرنى باليقين‬
‫وايدنى بالروح األمين صدق ﷲ وعده ونصر عبده وھزم األحزاب وحده طه ماانزلنا‬
‫عليك القران لتسقى الى األسماء الحسنى اسئلك بھذا االسم العظيم الذى حفظت به‬
‫اوليائك الكرام انك الملك العالم ان تجعلنى باألسوة الحسنة التى كانت في ابراھيم‬
‫والذين معه اذ قالوا لقومھم انا براء منكم ومما تعبد من دون ﷲ كفرنا بكم وبدا بيننا‬
‫وبينكم العداوة والبغضاء ابى حتى تؤمن بھا با¸ وحده جل ربى ان يوجد بشيء او يفقد‬
‫بشيء انه اليضر معه شيء فى األرض وال فى السماء وھو السميع العليم ‪.‬‬

‫‪7. Hizib al-Mubarak‬‬

‫‪Sebelum membaca hizib al-mubarak ini, terlebih dahulu membaca surat al-‬‬

‫‪fatihah seperti biasanya dan ditambah kepada sayyidina Hamzah.‬‬

‫‪Bacaan hizib al-mubarak:‬‬

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم الم تركيف فعل ربك باصحاب الفيل ‪...‬الخ )‪(×٧‬‬
‫اخذت سمعھم وبصرھم بسمع ﷲ تعالى وبصره‪ .‬واخذت قوتھم وقدرتھم بقوة ﷲ‬
‫بقدرته بينى وبينھم ستر ﷲ تعالى للألنبياء الذين كانوا يستترون به من سطوة الفراعنة‪.‬‬
‫جبرائيل عن يمينى واسرافيل من خلفى وميكائيل عن يسارى سيدنا رسول ﷲ صلى‬
‫ﷲ عليه وسلم امامى وﷲ مطلع على يمنعھم منى‪ .‬صم بكم عمى فھم اليرجعون‪.‬‬
‫وجعلنا من بين ايديھم سدا ومن خلفھم سدا فاغشيناھم فھم اليبصرون‪ .‬يامعشر الجن‬
‫واإلنس ان استطعتم ان تنفذوا من اقطار السموات واألرض فانفذوا التنفذوا اال‬
‫‪126‬‬

‫‪ ‬‬
‫بسلطان‪ .‬امتنعت بقدرة ﷲ والنجات الى كنف ﷲ واستصحبت بعظمة ﷲ واحتفظت‬
‫بالف الف الحوال والقوة اال با¸ العلي العظيم ‪. (×٢١/×٧) .‬‬
‫‪8. Hizib al-Hujb‬‬

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم اللھم بتاللوء نور بھاء حجب عرشك من اعدانى‬
‫احتجبت وبسطوة الجبوروت ممن يكيدونى استترت وبطول حول شديد قوتك من كل‬
‫سلطان وبديموم قيوم دوام ابديتك من كل شيطان استعذت وبمكنون السر من سرك من‬
‫كل ھم وغم تخلصت يا حامل العرش عن حملة العرش ياشديد البطش يا حابس الوحش‬
‫احبش عنى من ظلمنى واغلب من غلبنى كتب ﷲ ألغلبن انا ورسلى ان ﷲ قوي‬
‫عزيز‪ .‬اللھم انى اسئلك بسر الذات بذات السر ھو انت انت ھو الاله اال انت احتجبت‬
‫بنور ﷲ وبنور عرش ﷲ وبكل اسم ﷲ من عدوى وعدو ﷲ ومن شر كل خلق ﷲ بمأة‬
‫الف الف الحول وقوة اال با¸ ختمت على نفسى ودينى واھلى ومالى وولدى وجميع ما‬
‫اعطانى ربى بخاتم ﷲ القدوس المنيع الذى حتم به اقطار السموات واألرض )حسبنا‬
‫ﷲ ونعم الوكيل ‪ (×٣‬وصلى ﷲ على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم ‪.‬‬

‫‪9. Hizib al-Barr‬‬

‫اعوذ با¸ من الشيطان الرجيم‪ .‬واذا جاءك الذين يؤمنون بآيتنا فقل سالم عليكم‬
‫كتب ربكم على نفسه الرحمة انه من عمل منكم سواء بجھالة ثم تاب من بعده واصلح‬
‫فإنه غفور رحيم بديع السموات واألرض انى يكون له ولد ولم تكن له صاحبة وخلق‬
‫كل شيء وھو بكل شيء عليم ذلكم ﷲ ربكم الاله اال ھو خالق كل شيء فاعبده وھو‬
‫على كل شيء وكيل التدركه األبصار وھو يدرك األبصار وھو اللطيف الخبير‪ .‬آلر‬
‫كھيعص حمعسق رب احكم بالحق وربنا الرحمن المستعان على ماتصفون طه ماانزلنا‬
‫عليك القرآن لتشقى اال تذكرة لمن يخشى تنزيال ممن خلق األرض والسموات العلى‬
‫الرحمن على العرش استوى له مافى السموات ومافى األرض وما بينھما وماتحت‬
‫الثرى وان تجھر بالقول فإنه يعلم السر واخفى ﷲ الاله اال ھو له األسماء الحسنى‬
‫)‪. (×٣‬‬
‫اللھم انك تعلم انى بالجھالة معروف وانت بالعلم موصوف وقد وسعت من جھا‬
‫لتى بعلمك فسع ذلك برحمتك كما وسعته بعلمك واغفرلى انك على كل شيء قدير‪.‬‬
‫ياﷲ يا مالك ياوھاب ھب لنا من نعماتك ماعلمت لنا فيه رضاك واكسنا كسوة تقينا بھا‬
‫من اليقين فى جميع عطا ياك وقدسنا بھا عن كل وصف يوجب نقصا مما استأثرت في‬
‫علمك عمن سواك ياﷲ ياعظيم يا علي ياكبير نسئلك الفقر مما سواك والغنا بك حتى‬
‫النشھد اال اياك والطف بنا فيھما لطفا علمته يصلح لمن والك واكسنا جالبيب العصمة‬
‫في األنفاس والحظات واجعلنا عبيدا لك فى جميع الحاالت وعلمنا من لدنك علما نصير‬
‫به كاملين فى المحيا والممات اللھم انت الحميد الرب المجيد فقال لما تريد تعلم فرحنا‬
‫‪127‬‬

‫‪ ‬‬
‫بماذا ولماذا وعلى ماذا وتعلم حزننا كذلك وقد اوجبت كون مااردته فينا ومنا وال نسألك‬
‫دفع ماتريد ولكن نسألك التأييد بروح من عندك فيما نريد كما ايدت انبياءك ورسلك‬
‫وخاصة الصديقين من خلقك انك على كل شيء قدير‪.‬‬
‫اللھم فاطر السموات واألرض عالم الغيب والشھادة انت تحكم بين عبادك‬
‫فھنينا لمن عرفك فرضى بقضائك والويل لمن لم يعرفك بل الويل ثم الويل لمن اقر‬
‫بوحدانيتك ولم يرض باحكامك اللھم ان القوم قد حكمت عليھم بالذل حتى عزوا‬
‫وحكمت عليھم بالفقد وحدوا فكل عز يمنع دونك فنسألك بدلة ذال تصحبه لطائف‬
‫رحمتك وكل وجد يحجب عنك فنسألك عوضة فقدا تصحبه انوار محبتك فإنه قد‬
‫ظھرت السعادة على من غيرك ملكه فھب لنا من مواھب السعداء واعصمنا من موارد‬
‫األشقياء اللھم انا قد عجزنا عن دفع الضر عن اننسنا من حيث نعلم بما النعلم وقد‬
‫امرتنا ونھيتنا والمدح والذم الزمتنا فاخوا الصالح من اصلحته واخوا الفساد من‬
‫اضللته والسعيد حقا من اغنيته عن السؤال منك والشقى حقا من احرمته مع كثرة‬
‫السؤال لك فاغننا بفضلك عن سؤالنا منك والتحرمنا من رحمتك مع كثرة سؤالنا‬
‫واغفرلنا انك على كل شيء قدير‪.‬‬
‫ياشديد البطش ياجبار ياقھار ياحكيم نعوذبك من شرما خلقت ونعوذبك من‬
‫ظلمة ما ابدعت ونعوذبك من كيد النفوس فيما قدرت واردت ونعوذبك من شر الحساد‬
‫على ما انعمت ونسألك عز الدنيا واألخرة كما سألك سيدنا محمد صلى ﷲ عليه وسلم‬
‫عز الدنيا باإليمان والمعرفة وعز األخرة باللقاء والمشاھدة انك سميع قريب مجيب‬
‫اللھم انى اقدم اليك بين يدي كل نفس ولحظة ولمحة وطرفة يطرف بھا اھل السموات‬
‫واھل األرض وكل شيء ھو فى علمك كائن وقد كان اقدم اليك بين يدى ذلك كله ﷲ‬
‫الاله اال ھو الحي القيوم الخ ‪ .‬اقسمت عليك ببسط يديك وكرم وجھك ونور عينيك‬
‫وكمال اعينك ان تعطينا خيرما نفذت به مشينتك وتعلقت به قدرتك وجرى به قلمك‬
‫واحاط به علمك واكفنا شرما ھو ضد ذلك واكمل ديننا واتمم علينا نعميكوھب لنا حكمة‬
‫الحكمة البالغة مع الحياة الطيبة والموتة الحسنة وتول قبض ارواحنا بيدك وحل بيننا‬
‫وبين غيرك فى البرزح وما قبله وما بعده بنور ذاتك وعظيم قدرتك رجيل فضلك انك‬
‫على كل شيء قدير‪.‬‬
‫ياﷲ ياعلى ياعظيم يا عليم ياحكيم ياكريم ياسميع ياقريب يامجيب ياودود حُلْ‬
‫بيننا وبين فتنة الدنيا والنساء والغفلة والشھوة والظلم العباد وسوء الخلق واغفرلنا‬
‫ذنوبنا واقض عنا تبعاتنا واكشف عنا السوء ونجنا من الغم واجعل لنا منه مخرجا انك‬
‫على كل شيء قدير ياﷲ يالطيف يارزاق ياقوي ياعزيز لم مقاليد السموات واألرض‬
‫تبسط الرزق لمن تشاء وتقدر وابسط لنا من الرزق وتوصلنا به الى رحمتك ومن‬
‫رحمتك ماتحول به بيننا وبين نقمك ومن حلمك مايسعنا به عفوك واختم لنا بالسعادة‬
‫التى ختمت بھا ألوليائك خير ايامنا واسعدھا يوم لقائك وزحزحنا فى الدنيا عن النار‬
‫‪128‬‬

‫‪ ‬‬
‫الشھوة وادخلنا بفضلك في ميادين الرحمة واكسنا من جالبيب العصمة واجعل لنا‬
‫ظھيرا من عقولناومھيمنا من ارواحنا ومسخرا من انفسنا كى نسبحك كثيرا ونذكرك‬
‫كثيرا انك كنت بنا بصيرا وھب لنا مشاھدة تصحبھا مكالمة وافتح اسماعنا وابصارنا‬
‫واذكرنا اذا غفلنا عنك باحسن ماتذكرنا به اذا ذكرناك وارحمنا اذا عصيناك باتم ما‬
‫ترحمنا به اذا اطعناك واغفر لنا ذنوبنا ماتقدم منھا وماتأخر والطف بنا لطفا يحجبنا‬
‫عن غيرك وال يحجبنا عنك فإنك بكل شيء عليم‪.‬‬
‫اللھم انى نسألك لسانا رطبا بذكرك وقلبا منيعا بشكرك وبدنا ھينا لينا لطاعتك‬
‫واعطنا مع ذلك ماال عين رات والاذن سمعت والخطر على قلب كل بشر كما اخبر به‬
‫رسولك صلى ﷲ عليه وسلم حسبما علمته بعلمك واغننا بال سبب واجعلنا سببا الغنى‬
‫ألوليائك وبرزخا بينھم وبين اعدائك انك على كل شيء قدير اللھم انا نسألك ايمانا دائما‬
‫ونسألك قلبا خاشعا ونسألك علما نافعا ونسألك يقينا صادقا ونسألك دينا قيما ونسألك‬
‫العافية من كل بلية ونسألك تمام العافية ونسألك الشكر على العافية ونسألك الغنى عن‬
‫الناس اللھم انا نسألك التوبة الكاملة والمغفرة الشاملة والمحبة الجامعة والخلة الصافية‬
‫والمعرفة الواسعة واألنوار الساطعة والشفاعة القائمة والحجة البالغة والدرجة العالية‬
‫وفك وثاقنا من المعصية ورھاننا من النقمة بمواھب المنة اللھم انا نسألك التوبة‬
‫ودوامھا ونعوذبك من المعصية واسبابھا وذكرنا بالخوف منك قبل ھجوم خطراتھا‬
‫واحملنا على النجاة منھا ومن التفكر فى طرائقھا وامح من قلوبنا حالوة مااجتنيناه منھا‬
‫واستبدلھا بالكراھة لھا والطعم لما ھو بضھا وافض علينا من بحر كرمك وجودك حتى‬
‫نخرج من الدنيا على السالمة من وبالھا واجعلنا عند الموت ناطقين بالشھادة عالمين‬
‫بھا )‪(×٣‬‬
‫واراف رافة الحبيب حبيبه عند الشدائد ونزولھا وارحنا من ھموم الدنيا‬
‫وغومھا بالروح والريحان الى الجنة ونعيمھا اللھم انا نسألك توبة سابقة منك الينا‬
‫لتكون توبتنا تابعة اليك منا وھب لنا التلقى منك كتلقى ادم منك لكلمات ليكون قدوة‬
‫لولده فى التوبة واألعمال الصالحة وباعد بيننا وبين والعناد واإلصرار والشبه بابليس‬
‫راس الغواة سيات من احببت وال تجعل حسنتنا حسنات من ابغضت فاإلحسان الينفع‬
‫مع البغض منك واالسانة التضر مع الحب فيك وقد ابھمت االمر علينا لنرجو ونحاف‬
‫فامن خوفنا والتخيب رجاءنا واتنا سؤلنا فقد اعطيتنا االيمان من قبل ان نسألكه وكتبت‬
‫وحببت وزينت وكرھت واطلقت الأللسن بما به ترجمت ونعم الرب انت فلك الحمد‬
‫على ما اتعمت فاغفرلنا وال تعاقبنا بالسلب بعد العطاء والبكفران النعم وجرمان‬
‫الرضى اللھم رضنا بقضائك وصبرنا على طاعتك وعن معصيتك الموجبة للنقص‬
‫والبعد عنك وھب لنا حقيقة االيمان بك حتى النخاف غيرك والنرجو غيرك والتحب‬
‫غيرك وال تعبد شيئا سواك وازعنا شكر نعمائك وغطنا بزداء عافيتك وانصرنا باليقين‬
‫والتوكل عليك واسفر وجوھنا بنور صفاتك واضحكنا وبشرنا يوم القيامة بين اوليائك‬
‫‪129‬‬

‫‪ ‬‬
‫واجعل يدك مبسوطة علينا وعلى اھلينا واوالدنا ومن معنا والتكلنا ومن معنا وال تكلنا‬
‫الى انفسنا طرفة عين وال اقل من ذلك يانعم المجيب )‪(×٣‬‬
‫يامن ھو ھو ھو في علوه قريب ياذا الجالل واالكرام يامحيطا بالليالى واأليام‬
‫اشكو اليك من غم الحجاب وسوء الحساب وشدة العذاب وان ذلك لواقع ما له من دافع‬
‫ان لم ترحمنى الاله اال انت سبحانك انى كنت من الظالمين )‪ (×٣‬ولقد شكا اليك‬
‫يعقوب فخلصته من حزنه ورددت ماذھب من بصره وجمعت بينه وبين ولده ولقد‬
‫ناداك نوح من قبله فنجيته من كربه ولقد ناداك ايوب من بعد فكشفت مابه من ضره‬
‫ولقد ناداك يونس فنجيته من غمه ولقد ناداك زكريا فوھبت له ولدا من صلبه بعد يأس‬
‫اھله وكبر سنه ولقد علمت كما نزل بابراھيم فانقدته من نار عدوه وانجيت لوطا واھله‬
‫من العذاب النازل بقومه فھالنا عبدك ان تعذبنى بجميع ما علمت من عذابك فانا حقيق‬
‫به وان ترحمنى كما رحمتھم مع عظام اجرامى فانت اولى بذلك واحق من اكرم به‬
‫فليس كرمك مخصوصا بمن اطاعك واقبل عليك بل ھو مبذول بالسبق لمن شئت من‬
‫خلقك وان عصاك واعرض عنك وليس من الكرم ان التحست اال لمن احسن اليك‬
‫وانت المفضال الغنى بل من الكرم ان تحسن الى من اساء اليك وانت الرحيم العلي‬
‫كيف وقد امرتنا ان نحسن الى من اساء الينا فانت اولى بذلك منا ربنا ظلمنا انفسنا وان‬
‫لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن كم الخاسرين ياﷲ )‪(×٣‬‬
‫يارحمن يارحيم ياحي ياقيوم يامن ھو ھو ھو ياھو ان لم نكن لرحمتك اھال ان‬
‫ننا لھا فرحمتك اھل ان تنا لنا يارباه يامواله يامغيث من عصاه اغثنا اغثنا اغثنا يارب‬
‫ياكريم وارحمنا يابر يارحيم يامن وسع كرسيه واالرض واليؤده حفظھما وھو العلي‬
‫العظيم )‪ (×٣‬اسألك االيمان بحفظك ايمانا يسكن بھا قلبى من ھم الرزق وخوف الخلق‬
‫واقرب منى قربا تمحق به عنى كل حجاب محقته عن ابراھيم خليلك فلم يحتج لجبريل‬
‫رسولك وال لسؤاله منك وحجبته بذلك من نار عدوه وكيف اليحجب عن مضره‬
‫االعداء من حس بقرب شيء والببعده عنى انك على كل شيء قدير افحسبتم‬
‫انماخلقناكم عبثا وانكم الينا الترجعون فتعالى ﷲ الملك الحق الاله اال رب العرش‬
‫الكريم ومن يدع مع ﷲ الھا اخر البرھان له به فانما حسابه عند ربه انه اليفلح‬
‫الكافرون وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين ھو الحي الاله اال ھو فادعوه‬
‫مخلصين له الدين الحمد ¸ رب العالمين ان ﷲ ومالئكته يصلون على النبي ياايھا‬
‫الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على‬
‫المرسلين والحمد ¸ رب العالمين ‪.‬‬
‫‪130‬‬

‫‪ ‬‬
‫‪10. Hizib al-Salamah‬‬

‫‪Sebelumnya didahului pembacaan surat al-Fatihah yang ditujukan kepada‬‬

‫‪Adam, Ibu Hawa', semua Nabi dan Rasul, syuhada', shalihin, auliya' al-arifin,‬‬

‫‪'ulama' amilin, malaikat al-muqarrabin, kaum mukminin dan mukminat, muslimin‬‬

‫‪dan muslimat. Bacaan hizib al-Salamah:‬‬

‫اعوذ با¸ من الشيطان الرجيم‬


‫لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف‬
‫الرحيم ‪.‬‬
‫فان تولوا فقل حسبي ﷲ الاله اال ھو عليه توكلت وھو رب العرش العظيم‬
‫)‪( ×٣١٣/×١١٣/×٤١/×٢٠/×٧‬‬
‫اعوذ با¸ من الشيطان الرجيم‬
‫ﷲ الاله اال ھو الحي القيوم ال تأخذه سنة والنوم له مافى السموات ومافى االرض من‬
‫ذا الذى يشفع عنده اال باذنه يعلم مابين ايديھم وماخلفھم واليحيطون بشيء من علمه اال‬
‫بما شاء وسع كرسيه السموات واالرض واليؤده حفظھما وھو العلي العظيم‪.‬‬
‫)‪( ×٣١٣/×١١٣/×٤١/×٢١/×٧‬‬
‫الدعاء ‪:‬‬
‫اعوذ با¸ من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم ﷲ الرحمن الرحيم‬
‫واليؤده حفظھما وھو العلي العظيم وحفظا من كل شيطان مارد وحفظا ذلك تقدير‬
‫العزيز العليم وحفظناھا من كل شيطان الرجيم انا نحن نزلنا الذكرى وانا له الحافظون‪.‬‬
‫لھم معاقبات من بين يديه ومن خلفه يحفظون من امر ﷲ ‪ .‬ﷲ حفيظ عليھم وما انت‬
‫عليھم بوكيل ان كل نفس لما عليھا حافظ بل ھو قران مجيد فى لوح محفوظ فان تولوا‬
‫فقل حسبى ﷲ الاله اال ھو عليه توكلت وھو رب العرش العظيم ياحفيظ ياحفيظ ياحفيظ‬
‫ياحفيظ احفظنا اللھم احرسنا بعينك التى التنام واكنفنا بكنفك الذى اليرام ياﷲ ياﷲ ياﷲ‬
‫يارب العالمين وصلى ﷲ على سيدنا محمد صلى ﷲ عليه وسلم وعلى آله وصحبه‬
‫وسلم سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على المرسلين والحمد ¸ رب‬
‫العالمين‪.‬‬
131

 
h. Zuhud

Zuhud adalah tidak adanya ketergantungan hati pada harta dan hal-hal

yang bersifat dunia lainnya.20 Sikap rakus terhadap harta, banyak berbuat yang

tidak baik, memakan yang tidak jelas status halal-haramnya (syubhat) dan berkata

sia-sia akan mengotori jiwa serta menjauhkan diri dari Allah. Dan Dia akan

memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang berlaku zuhud di dunia ini.

Sabda Rasulullah saw:

‫من زھد فى الدنيا علمه ﷲ بال تعلم وھداه بال ھدا ية وجعله بصيرا وكشف عنه العمى‬
21
( ‫)رواه أبو نعيم عن على‬

Artinya:"Barang siapa yang zuhud di dunia, maka Allah akan memberikan ilmu
tanpa harus belajar, menunjukkannya tanpa melalui hidayah,
menjadikannya mengetahui (mata hati) dan membukakan darinya
kebutaan." (HR. Abu Na'im dari 'Ali)

Zuhud adalah maqam yang mulia, dan ini merupakan langkah awal bagi

seseorang yang menuju Allah. Sebagaimana tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung Zuhud adalah mengosongkan diri dari selain Tuhan. Bagi seorang

pengikut tarekat tidak ada larangan untuk berprofesi menjadi apapun, asalkan

tidak menjadikan hati lupa kepada Allah.

Menurut Tarekat Shādhiliyah mengamalkan tarekat tidak harus

meninggalkan kepentingan duniawi secara lahiriyah, karena pada hakikatnya

zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan. Pengikut tarekat boleh saja

berbisnis, berdagang, berwirausaha tetapi jangan sampai semua itu menjadi sebab

yang menjadikan hati lupa kepada tuhan dan bergantung pada harta yang

20
Sayid Abu Bakar al-Makki, Kifayah al-Atqiya' Wa Minhaj al-Ashfiya' (Surabaya:
Maktabah Sahabat Ilmu, t., th.,) hlm. 10 dan 20.
21
Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar al-Hadits, hlm. 145
132

 
dimilikinya. Setelah seseorang memiliki harta benda, maka kewajibannya adalah

bersedekah. Dalam sedekah itu terkandung perang bathin (riyadhah al-qulub)

yaitu antara memberikan hartanya atau menyimpan hartanya.

Inti ajaran tarekat adalah belajar bagaimana mendekatkan diri kepada

Allah dalam keadaan bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun. Melalui tarekat

diharapkan manusia mampu mengatur hati, menerapkan manajemen kalbu dan

membersihkan hati karena hati merupakan kunci dalam mengarungi hakikat

kehidupan. Sehingga di Pondok PETA Tulungagng ditulis ungkapan "Biasakno,

kulinakno pengucapmu podo karo arepe atimu."22 Artinya biasakanlah

perkataanmu sama dengan kata hatimu. Apabila seseorang telah mampu berkata

dan berbuat jujur sesuai kata hatinya yang baik, maka ia akan mendapat

pencerahan cahaya ilahiyah (ma'rifah billah).

i. 'Uzlah dan Suluk

'Uzlah berarti mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat atau halayak

ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang dapat mengotori jiwa

seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan memikirkan keduniaan.

Para salaf al-shalih banyak yang memilih tinggal di rumah untuk mengabdikan

diri dan taat kepada Allah dengan memperbanyak ibadah. Mereka akan keluar jika

bertujuan amr al-ma'ruf nahy al-munkar, untuk mencari nafkah, atau untuk

mendatangi hajat kaum muslimin.23

Dalam pandangan tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung

untuk mengamalkan tarekat tidak harus seorang murid itu mengasingkan diri

('uzlah) dan meninggalkan kehidupan duniawi (al-zuhd), tetapi cukup Berdzikir

22
Sekarang pesan ini di tulis pada dinding depan pondok PETA Tulungagung.
23
'Ali Hasan al-'Aridh, Bahjat al-Nufus, hlm. 113
133

 
dengan mengasingkan diri dari keramaian seperti ketika suluk di pondok,

merupakan suatu latihan untuk melanggengkan dzikir (mulazamah al-dzikr).

'Uzlah yang sesungguhnya adalah jika seseorang mampu senantiasa melakukan

dzikir atau selalu ingat kepada Allah dalam keadaan apapun tidak tergantung pada

tempat, waktu dan keadaan ramai. Misalnya di terminal, mal, pasar, kantor,

sawah, kebun, dan lain-lain.

Adapun suluk adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan

dengan berdiam diri di pondok atau zawiyah, dengan ikhtiar atau usaha-usaha

tertentu sesuai dengan ajaran-ajaran mursyid. Suluk diisi dengan aktifitas ibadah

seperti puasa sunnah, membaca aurad atau dzikir tarekat, amal shalih dan lain-

lain. Pada hakikatnya suluk adalah membersihkan hati dan menyucikan jiwa

dengan taubat dan istighfar agar segala dosa dan kekhilafan diampuni oleh Allah

serta mengosongkan hati dan membersihkan diri dari tercela. Kemudian seorang

salik mengisi hati, jiwa dan dirinya dengan sifat-sifat dan segala perbuatan terpuji,

melakukan amal shalih, senantiasa beribadah dan berdzikir kepada Allah.

Sedangkan 'uzlah atau khalwah adalah menyepi dan mengasingkan diri dari

keramaian hiruk pikuk keduniawian serta mengasingkan diri dari pergaulan

manusia dengan tujuan untuk beribadah, tafakkur, dan berdzikir kepada Allah

setiap saat. Sebagaimana Firman Allah:

#J‰tnr& ÿϵÎn/u‘ ÍοyŠ$t7ÏèÎ/ õ8Ύô³ç„ Ÿωuρ $[sÎ=≈|¹ WξuΚtã ö≅yϑ÷èu‹ù=sù ϵÎn/u‘ u!$s)Ï9 (#θã_ötƒ tβ%x. yϑsù
(١١٠:‫)الكھف‬

Artinya:"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah


ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(QS. al-Kahfi: 110)
134

 
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun yang berkehendak

untuk bertemu dengan Allah, maka ia harus beramal shalih dan tidak

menyekutukan-Nya. Aplikasi dari ayat tersebut oleh para ahli tarekat diwujudkan

dalam aktifitas spiritual yang disebut sebagai suluk. Dalam suluk itulah seorang

salik akan senantiasa menjalankan amal-amal shalih, menjauhi perbuatan tercela

dan memenuhi hatinya dengan sifat-sifat terpuji. Melalui suluk itulah harapan

agar salik bertemu dan dekat dengan tuhannya dapat terwujudkan.

Praktek suluk yang dilaksanakan oleh murid-murid tarekat Shādhiliyah di

Pondok PETA Tulungagung, waktunya bervariasi yaitu ada yang sepuluh hari,

dua puluh hari atau empat puluh hari, sesuai dengan petunjuk mursyid. Murid

yang mengikuti kegiatan suluk, dialrang keluar dari lokasi pondok pesulukan,

karena segala sesuatu, sarana dan prasarana telah disediakan di lingkungan

pondok seperti kebutuhan makan (berbuka dan sahur) disiapkan oleh santri yang

bertugas memasak, tempat tidur, mandi, mushalla atau zawiyah dan lain-lain.

Tidak boleh bergurau sampai tertawa terbahak-bahak, tidak boleh membicarakan

segala hal yang berhubungan dengan kepentingan duniawi.

Seorang salik dianjurkan untuk selalu menyepi ('uzlah atau khalwah) di

dalam lingkungan pondok pesulukan, dengan selalu beribadah, berdzikir kepada

Allah dan beramal shaleh. Membaca istighfar, shalawat Nabi, dzikir nafi itsbat

dengan didahului membaca wasilah dan rabithah dengan membaca ismu dzat

(Allah, Allah) dalam hati, membaca wirid dan hizib yang telah diajarkan oleh

mursyid, dan selalu bertingkah laku dengan akhlak al-karimah baik adab kepada

Allah, kepada mursyid, kepada sesama murid dan adab kepaada dirinya sendiri.
135

 
Ajaran yang ditekankan dalam tarekat Shādhiliyah adalah bahwa

kesempurnaan suluk dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah adalah harus

berada dalam tiga dimensi ajaran Rasulullah saw, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.

Ketiga hal tersebut dalam istilah tasawuf disebut sebagai syari'at, tarekat, dan

hakikat.24 Jadi dalam tarekat diajarkan, bahwa seorang salik, dalam rangka

mendapatkan ma'rifah billah, tidak mungkin dapat berhasil tanpa memegangi

syari'at, melaksanakan tarekat dan menghayati hakikat. Seorang salik tidak

mungkin melepaskan ketiga dimensi keislaman itu. Ia tidak akan mendapatkan

ma'rifat kepada Allah tanpa berada dalam syari'at dan masuk dalam tarekat.

Dalam tradisi tarekat diyakini bahwa tarekat diamalkan justru dalam rangka

menguatkan dan mengukuhkan syari'at. Karena bertarekat dengan mengabaikan

syari'at, tidak mungkin mendapatkan sesuatu darinya, kecuali kesia-siaan. Dari

gambaran tersebut dapat dikatakan, bahwa suluk adalah upaya yang bertujuan

untuk mendapatkan ma'rifat kepada Allah swt, dengan senantiasa mendekatkan

diri kepada-Nya.

2. Ritual-Ritual Tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung


Ritual adalah beberapa kegiatan atau upacara yang disakralkan yang

dilaksanakan dengan tata cara tertentu yang melibatkan bersama antara murid dan

mursyid secara sungguh-sungguh dan khidmat. Ada beberapa bentuk upacara

ritual dalam tradisi tarekat Shādhiliyah khususnya di Pondok PETA Tulungagung

antara lain adalah bai'at atau talqin, khusushiyah, haul dan manaqib.

24
Abu Bakar al-Makki, Kifayat al-Atqiya' wa Minhaj al-Ashfiya' (Surabaya: Sahabat Imu,
t.th.), hlm. 9
136

 
a. Bai'at atau talqin

Upacara pemberian khiraqah yang merupakan tanda pengakuan sebagai

anggota atau pentasbihan seseorang untuk menjadi murid, atau pengikut atau

pengamal ajaran tarekat itu disebut dengan bai'at atau pentalqinan dzikir (talqin).

Pembai'atan adalah sebuah prosesi perjanjian atau sumpah kesetiaan dan

ketundukan seorang murid baru terhadap seorang mursyid suatu tarekat. Seorang

murid menyerahkan dirinya untuk dibina dan dibimbing dalam rangka

membersihkan hati dan jiwanya serta mendekatkan diri kepada Allah. Dan

selanjutnya seorang mursyid menerimanya (ijab qabul) dengan mengajarkan

dzikir (talqin al-dzikir) kepadanya. Langkah awal yang harus dilalui oleh seorang

salik, khususnya seorang yang memasuki salah satu tarekat adalah upacara

pemba'iatan.25 Mengikuti ba'iat merupakan salah satu syarat sahnya suatu

perjalanan spiritual (suluk) seorang salik.

Adapun bentuk pembai'atan itu ada dua macam, yaitu pembai'atan

individual (fardhiyyah) dan pembai'atan kolektif (jam'iyyah). Baik bai'at secara

individual maupun kolektif, keduanya dilaksanakan dalam rangka melestarikan

tradisi rasul. Bai'at fardiyyah adalah proses pembai'atan yang dilaksanakan

dengan cara mursyid mengajarkan dzikir kepada murid satu persatu. Sedangkan

cara kedua adalah bai'at jam'iyyah yaitu proses pembai'atan yang dilakukan secara

bersama. Seorang mursyid cukup mengajarkan sekali saja kepada semua murid

yang mengikuti bai'at. 26

Adapun proses pembai'atan dalam tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung menggunakan bentuk fardiyah, tidak pernah menggunakan bentuk

25
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, hlm. 55
26
Abd al-Wahab al-Sya'rani, Anwar al-Qudsiyah, hlm. 16
137

 
jama'ah. Walaupun kedua bentuk itu pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad

saw. Sebelum dilaksanakan prosesi bai'at maka mursyid terlebih dahulu

memberikan pesan dan wasiat atau wejangan kepada para muridnya. Hal yang

sangat ditekankan dan selalu diulang-ulang dalam pengajian tarekat yaitu niat

yang bersih, semata-mata hanya karena Allah. Ilmu dan dzikir tarekat Shadhiliyah

adalah sesuatu yang luhur secara spiritual, sehingga sangat berbahaya bagi

seorang murid jika niat mengamalkannya keliru. Misalnya berniat supaya dapat

menjadi paranormal atau orang kaya atau orang yang kebal senjata yang biasanya

dipraktekkan dalam debus atau orang yang memiliki khadam jin. Apabila seorang

murid berniat seperti tersebut maka dzikirnya pada hakikatnya tidak akan pernah

sampai (wushul) kepada Allah, karena ia telah terjebak dan terpedaya dengan

gemerlap keduniaan. Dengan niat yang suci dan hati yang bersih, maka tujuan

utama berdzikir kepada Allah dalam rangka mendekatkan diri dan untuk mencapai

anugerah ma'rifat-Nya akan dapat tercapai. Jika seorang salik telah mencapai taraf

kedekatan yang sangat dekat kepada Allah, maka semua makhluk di muka bumi

ini akan ditundukkan baginya.

Niat dengan keyakinan yang mantap dan tidak adanya keraguan terhadap

mursyid yang membai'at seorang murid, juga membawa implikasi yang signifikan

terhadap keberhasilan tujuannya. Sehingga seorang salik tidak perlu lagi mencari-

cari mursyid lain, yang dipandang lebih dapat dipercaya mampu mengantarkan

dirinya ke haribaan Tuhannya. Untuk itulah menata hati untuk berniat yang bersih

sebelum memasuki dunia tarekat adalah suatu keniscayaan dan merupakan suatu

tataran spiritual yang urgen. Ibn 'Arabi dalam kitabnya Fushush al-Hikam

menyatakan bahwa ada tiga organ atau alat tubuh manusia yang dapat
138

 
mengantarkannya untuk bisa mencapai ma'rifat, dan rahasia ketuhanan (asror al-

ilahiyah). Pertama adalah hati (al-qalb) sebagai alat untuk merasakan (dzauq), dan

mengetahui sifat-sifat Allah, kedua adalah al-ruh sebagai alat untuk mencintai

Allah dan ketiga adalah al-sirr sebagai alat untuk mengetahui Allah. Hati orang-

orang arif adalah hati yang selalu bersama Allah dimanapun berada, dan

menyaksikan setiap tajalli Tuhan, serta hati yang tiada menyaksikan sesuatu

kecuali Allah (al-haq).27 Demikianlah pentingnya hati dalam menapaki jalan

Tuhan, sehingga para murid baru harus menata hati sebaik mungkin, sehingga

dalam hatinya tiada sesuatu melainkan al-haq.

Adapun prosesi pembai'atan tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung itu adalah sebagai berikut:

1. Murid duduk menghadap mursyid dalam keadaan suci, dengan posisi

kaki kebalikan duduk tawarruk pada tasyahud akhir. Dengan penuh

kekhusukan, niat hati yang bersih dan menyerahkan diri sepenuhnya

kepada mursyid untuk dibimbing.

2. Selanjutnya mursyid membaca kalimat berikut ini dan murid

memperhatikan dengan seksama yaitu:

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم‬


‫الحمد ¸ والصال ة والسالم على محمد الھادى الى الصراط المستقيم‬
‫× ﷲ اكبر‬٣ ‫استغفرﷲ العظيم‬
‫اللھم صلى على سيد نا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين‬
‫ان الذين يبايعونك انما يبايعون ﷲ يدﷲ فوق ايديھم فمن نكث فانما ينكث على نفسه‬
‫ومن اوفى بما عا ھد عليه ﷲ فسيؤتيه اجرا عظيما‬

27
Muhyiddin, Ibn 'Arabi, Fushush al-Hikam, (Mesir: t.p.,1946), hlm. 139
139

 
3. Membaca surat al-fatihah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw

dan diteruskan kepada semua guru-guru sampai Syaikh Mustaqim bin

Husain.

4. Ijab qabul pembai'atan antara mursyid yang menyerahkan dzikir tarekat

Shādhiliyah dan murid yang menerimanya.

5. Kemudia prosesi talqin dzikir, yaitu murid menirukan dzikir yang

diajarkan oleh mursyid:

× ٣ ‫الاله االﷲ‬
‫سيدنا محمد رسول ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم‬

Kemudian membaca do'a:


× ٧ ‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم اللھم افتح لى بفتوح العارفين‬
‫اللھم صل وسلم على سيدنا محمد صالة تنجينا بھا من جميع االھوال واالفات وتقضى‬
‫لنا بھا جميع الحجات وتطھرنا بھا من جميع السيئات وترفعنا بھا عندك اعلى الدرجات‬
.‫وتبلغنا بھا اقصى الغايات من جميع الخيرات فى الحيات وبعد الممات‬

Dalam bai'at tarekat Shādhiliyah hal, yang paling penting adalah talqin

dzikir yang diajarkan oleh mursyid kepada muridnya. Itulah inti prosesi bai'at

tersebut, yang nantinya dzikir yang diamalkan akan memberikan berkah yang

besar dan memiliki pengaruh yang mendalam terhadap ruhaniah seorang murid.

Setelah murid dibai'at, maka ia berkewajiban memelihara dan melaksanakan

dzikir tarekat Shādhiliyah dan wirid serta amalan yang lain yang diajarkan oleh

mursyid. Ibarat seorang laki-laki yang telah melaksanaka ijab qabul untuk

menikahi seorang perempuan, maka ia wajib memberikan nafkah bail lahir

maupun batin, menggaulinya dengan baik, memelihara dan melindunginya setiap

hari terus menerus.


140

 
b. Khusushiyah

Khushusiyah adalah peribadatan khusus yang diselenggarakan tarekat

Shādhiliyah, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara

berjama'ah. Khushusiyah adalah ibadah yang bersifat khusus sehingga tidak

semua orang diperkenankan untuk mengikuti aktifitas ini kecuali para murid

tarekat. Khushusiyah yang dilaksanakan tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung ada dua macam yaitu khushusiyah sughra dan khushusiyah kubra.

Khushusiyah sughra adalah khushusiyah yang dilaksanakan dua kali setiap

minggu, yaitu pada hari Senin malam selasa dan hari Kamis malam Jum'at.

Khushusiyah sughra diselenggarakan oleh setiap kelompok pengikut tarekat

Shādhiliyah yang tersebar di seluruh Nusantara.

Khushusiyah sughra yang diselenggarakan tarekat Shādhiliyah yang

bertempat di kemursyidan Pondok PETA Tulungagung, biasanya berlangsung

mulai jam 18.00-21.00 WIB di mushalla lantai dasar. Khushusiyah ini biasanya

diikuti oleh kurang lebih 100 orang jama'ah tarekat Shādhiliyah, yang tinggal di

lingkungan sekitar kota Tulungagung dan murid-murid yang sedang menjalani

suluk yang tinggal di Pondok. Khushusiyah sughra ini biasanya dipimpin oleh

seorang murid senior dari segi praktis telah banyak memiliki pengalaman.

Adapun khushusiyah kubra adalah ibadah khusus yang dilaksanakan oleh

pusat kemursyidan tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung yang

diselenggarakan tiap Kamis malam Jum'at Kliwon sekali dalam 35 hari (Jawa:

selapanan) yang dipimpin langsung oleh Pengasuh Pondok PETA Tulungagung

yaitu Agus Charir Mohamad Sholahudin Al Ayyubi. Khushusiyah kubra biasanya

dilangsungkan setelah khushusiyah sughra telah selesai dilaksanakan seperti


141

 
biasanya yaitu mulai jam 21.00-24.30 di ruang yang luas lantai dua.

Khushushiyah ini biasanya diikuti oleh kurang lebih 750 orang jama'ah tarekat

Shādhiliyah, yang datang dari seluruh wilayah Indonesia bagi murid yang

menghendaki karena tidak ada penekanan dan pemaksaan untuk harus datang.

Peserta khushushiyah ini juga murid-murid yang berada di lingkungan sekitar kota

Tulungagng dan murid-murid yang sedang menjalani suluk yang tinggal di

pondok.28

Kegiatan pengajian itu dimulai pada jam 22.30-24.00 WIB, setelah

kegiatan itu ditutup, diteruskan dengan makan sahur untuk puasa hari Senin

khususnya para murid yangs sedang menjalani suluk. Kemudian diteruskan

dengan menjalankan shalat sunat, antara lain shalat sunat mutlak, shalat taubat,

shalat hajat dan shalat li al-daf'i al-bala', lalu dzikir tarekat Shādhiliyah dan
29
ditutup dengan doa dan kegiatan ini biasanya diakhiri pada jam 02.30 WIB.

Pengajian tersebut diisi dengan materi-materi syari'at, tasawuf dan tarekat yang

disampaikan oleh para mubaligh yang juga murid tarekat Shādhiliyah Pondok

PETA, yang ditugaskan oleh mursyid. Para mubaligh yang pernah memberikan

ceramah pada pengajian ini, sejak periode pertama antara lain KH. Imam Muslim

(alm.), KH. Asrori Ibrahim (alm.) pengasuh Pondok Pesantren "Panggung"

Tulungagung, KH. Mudhafir dari Pondok Pesantren Kamulan Trenggalek, KH.

Jamaluddin Ahmad pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, dan

KH. Drs. Imron Jamil dari Jombang.

28
Khususiyah Kubra yang dilaksanakan tarekat Shādhiliyah di Kemursyidan
pondok PETA Tulungagung. Observasi Partisipatif Penulis, tanggal 2 Juni 2011.
29
Pengajian rutin yang dilaksanakan tarekat Shādhiliyah di Kemursyidan Pondok
PETA Tulungagung, Observasi Partisipatif Penulis, tanggal 21 Juni 1011.
142

 
Pengajian ini dimaksudkan untuk mengisi pikiran para murid dengan

pengetahuan-pengetahuan yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah, syari'ah,

tasawuf, maupun tarekat. Untuk memantapkan keyakinan terhadap adanya Allah

dan meningkatkan keimanan pada-Nya. Memberikan motivasi kepada para murid

untuk senantiasa bersedekah sesuai dengan kemampuannya. KH. Imron Jamil

pada suatu kesempatan dalam pengajian rutin di kemursyidan Tulungagung

mengungkapkan bahwa iman kepada Allah itu membawa implikasi yang luas

terhadap perilaku seseorang. Jika iman dalam hatinya kuat maka ia tidak akan

takut kelaparan, jika ada orang yang kelaparan, maka ia harus paling awal

menolong orang tersebut. Walaupun sesungguhnya ia sendiri hidup dalam serba

kekurangan, tetapi ia harus yakin bahwa Allah akan memberi jalan keluar dan

rizki yang tak disangka-sangka datangnya bagi orang-orang yang beriman dan

bertaqwa pada-Nya. Tentu sangat berat bagi si miskin itu, untuk bersedekah

dengan member makan pada orang lain, padahal ia sendiri dan keluarganya butuh

makanan itu. Inilah yang di maksud latihan hati (riyadhah al-qulb) yaitu

senantiasa bersedekah dengan ikhlas karena Allah, dan yakin bahwa Allah akan

menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.30

Kegiatan ibadah khushushiyah itu adalah mengamalkan amaliah dzikir

tarekat Shadhiliyah yang tatacaranya sudah ditentukan baik dilaksanakan secara

fardiyah maupun secara jama'ah. Ibn 'Athaillah menyarankan agar suara dzikir

dipelankan apabila dilakukan secara fardiyah, dan dikeraskan jika dilaksanakan

secara jama'ah. Tetapi jika dilaksanakan dengan berjama'ah itu lebih baik, karena

30
Pengajian rutin yang dilaksanakan tarekat Shādhiliyah di Kemursyidan pondok
PETA Tulungagung, Observasi Partisipatif Penulis, Tulungagung tanggal 21 juni
2011.
143

 
dzikir dengan jama'ah itu lebih kuat untuk membuka tabir dalam hati (hijab)

daripada sendirian. Hati yang keras itu seperti batu, maka untuk memecah batu itu

harus dengan kekuatan yang besar, sama dengan untuk membuka hijab yang kuat

juga harus dengan dzikir yang kuat yaitu dengan berjama'ah.

Adapun tatacara amaliah dzikir tarekat Shādhiliyah itu adalah diawali

dengan shalat sunat antara ;ain sholat sunat mutlak, shalat taubat, shalat hajat, dan

shalat li al-da'i al-bala'. Kemudian membaca surat al-fatihah kepada Allah,

membaca syahadat 100 kali, membaca takbir 100 kali. Dan diteruskan dengan

pembacaan surat al-fatihah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, para

nabi dan rasul, para sahabat, para wali Allah, para syaikh atau mursyid, kedua

orang tua, para ulama' amilin, syuhada', shalihin, malaikat al-muqarrabin, dan

semua kaum muslim dan mukmin. Kemudian membaca istighfar 100 kali,

membaca shalawat nabi 100 kali dan membaca dzikir nafi itsbat 100 kali dan

diakhiri dengan membaca do'a.

Amaliah dzikir tarekat Shādhiliyah selengkapnya sebagai berikut.

‫¸ تعلى الفاتحة‬
( ×١٠٠ ) ‫ ×( ﷲ اكبر‬١٠٠ ) ‫اشھدان ال اله اال ﷲ واشھدان محمدارسول ﷲ‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة سيدنا محمد ص م‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة سيدنا أبو بكر الصديق رض‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة سيدنا عمر ابن الخطا ب رض‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة سيدنا عثمان ابن عفان رض‬
‫إلى حضرة سيدنا على ابن أبى طا لب كرم ﷲ وجھه الفاتحة‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة سيدنا حسن وحسين رض‬
‫إلى حضرة حمزة الفاتحة‬
‫إلى حضرة سلطان اال ولياء الشيح محى الدين عبد القا در الجيالنى وجميع االولياء من‬
‫ الفاتحة‬.‫مشارق االرض ومغاربھا رض‬
‫ الفاتحة‬.‫إلى حضرة الشيح عبد السالم رض‬
‫إلى حضرة سلطا ن االولياء الشيخ أبى حسن الشاذلى الفاتحة‬
‫‪144‬‬

‫‪ ‬‬
‫إلى حضرة الشيخ فنجا لوواصوله وفروعه الفاتحة‬
‫إلى حضرة االولياء التسعة فى اندونيسيا الفاتحة‬
‫إلى حضرة الشيخ عبد الرزاق رحمه ﷲ الفاتحة‬
‫إلى حضرة الشيخ مستقيم ابن حسين واصوله وفروعه الفاتحة‬
‫إلى حضرة شيخنا عبد الجليل ابن مستقيم واصوله وفروعه الفاتحة‬
‫إلى حضرة أبينا ادم وامنا حواء ولجميع االمبياء والمرسالين والشھداء والصالحين‬
‫واالولياء العارفين والعلماء العاملين والمالئكة المقربين ولجميع المؤمنين والمؤمنات‬
‫والمسلمين والمسلمات االحياءمنھم واالموات الفاتحة‬
‫إلى حضرة سيدنا حضر عليه السالم الفاتحة‬
‫أستغفر ﷲ العظيم )‪(×١٠٠‬‬
‫اللھم صلى على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي االمى وعلى اله وصحبه‬
‫وسلم تسليما بقدرعظة ذاتك فى كل وقت وحين )‪(×١٠٠‬‬
‫الاله االﷲ )‪ (×١٠٠‬محمد رسول ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم‬
‫ثم الدعاء‬
‫بسم ﷲ الرحمن الرحمين الحمد ¸ رب العالمين حمدا يوافى نعمه ويكا فىء مزيده يا‬
‫ربنا لك الحمد كما ينغى لجال ل وجھك وعظيم سلطانك‪ .‬اللھم صل وسلم على سيدنا‬
‫محمد لك صالة تنجينا بھا من جميع االھوال واالفات وتقضى لنا بھا جميع الحجا ت‬
‫وتطھرنا بھا من جميع السيئا ت وترفعنا بھا عندك اعلى الدرجات وتبلغنا بھا اقصى‬
‫الغايات من جميع الخيرات فى الحيات وبعد الممات‪ .‬اللھم انت مقصود ى ورضاك‬
‫مطلوبى أعطنى محبتك ومعرفتك‪ .‬اللھم افتح لى بفتوح العارفين‪ .‬اللھم اختم لنا بخاتمة‬
‫السعادة واجعلنا من الذين سبقت لھم الحسنى وزيادة بجا ه سيدنا محمد ص م‪ .‬ذ ى‬
‫الشفاعة واله وصحبه ذوى السيا دة وسيدنا العباس الخضر بليا ابن ملكان ذى‬
‫االستقامة‪ .‬ربنا افرق علينا صبرا وثبت اقدا منا وانصرنا على القوم الكافرين‪ .‬ربنا اتنا‬
‫فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار وصلى ﷲ على سيدنا محمد وعلى‬
‫‪31‬‬
‫اله وصحه وسلم والحمد ¸ رب العالمين‪.‬‬

‫‪c. Haul dan Manaqib‬‬

‫‪Dalam tradisi tarekat dan pondok pesantren, haul adalah upacara‬‬

‫‪ritual tahunan untuk memperingati wafatnya pemimpin atau mursyid suatu tarekat‬‬

‫‪atau pendiri pertama pondok pesantren. Pesantren di Tulungagung yang setiap‬‬

‫‪31‬‬
‫‪Abdul Khaliq al-Hilali, Durrat al-Salikin, hlm. 4-8, dan risalah-risalah yang‬‬
‫‪dikeluarkan oleh Pondok PETA Tulungagung.‬‬
145

 
tahun mengadakan kegiatan haul misalnya pondok pesantren Menara Mangunsari

yaitu Haul KHR. Abdul Fattah, yang diikuti oleh puluhan ribu orang pengunjung.

Sedangkan manaqib sebenarnya adalah membaca riwayat hidup (biografi)

seseorang, tetapi biografi seorang sufi besar atau kekasih Allah (waliyullah)

seperti Syaikh 'Abdul al-Qadir al-Jilani, diyakini oleh para pengikut tarekat

memiliki kekuatan spiritual (barakah) yang besar.32

Dalam tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA Tulungagung, tidak

dikembangkan dan tidak terlalu dianjurkan untuk melakukan pembacaan manaqib

seperti tarekat lain. Manaqib akan dibacakan sekali saja setiap tahun dalam rangka

acara haul, sebagai wujud penghormatan kepada mursyid, mengambil contoh

untuk meneladani perilaku dan akhlaq mursyid (i'tibar). Apabila diibaratkan

sebuah mobil, manaqib merupakan aksesoris yang digantung di kunci atau di

bagian depan mobil, yang bertujuan untuk memperindah mobil tersebut.

Sebenarnya tanpa gantungan aksesoris itu, mobil tetap bisa berjalan dengan baik,

walaupun mengurangi keindahannya. Demikian pula dalam tarekat, manaqib

merupakan kegiatan tambahan, yang tanpa itu tarekat tetap dapat berjalan dengan

baik. Biasanya ketika kegiatan manaqib digelar, ribuan atau ratusan orang datang

untuk berpartisipasi aktif, tetapi ironisnya jika ibadah khusus tarekat seperti

khushushiyah atau ibadah yang biasanya diselenggarakan pada hari Selasa

(Selasan), pesertanya tidak terlalu banyak. Disinilah sering terjadi salah tafsir,

sebenarnya kegiatan mana yang merupakan ajaran inti dan pokok suatu tarekat itu,

32
Dudung Abdurahman, "Upacara Manaqiban pada penganut Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah", dalam Jurnal Penelitian Agama P3M. IAI* Sunan Kalijaga, No. 11,
(Yogyakarta: September-Desember 1992), hlm. 49
146

 
sehingga tujuan murid untuk mendekatkan diri kepada Allah dapat berhasil

dengan baik.

Sisi positif dari kegiatan manaqib adalah untuk menyatukan umat dan

memumpuk rasa persaudaraan sesame umat Islam (ukhuwah al-islamiyah). Semua

pengunjung yang hadir tentu memiliki perasaan yang sama sebagai saudara dan

tentu akan mempererat hubungan antar mereka (shilah al-rahim) yang

menjangkau semua wilayah sesuai dengan tingkatnya seperti tingkat desa,

kecamatan, kabupaten, propinsi bahkan tingkat nasional.

Dalam tradisi tarekat Shādhiliyah di Tulungagung, haul adalah upacara

ritual tahunan untuk memperingati wafatnya mursyid Syaikh Muhammad

Mustaqim bin Husain. Kegiatan tersebut diisi dengan mengamalkan dzikir tarekat

Shadhiliyah, tahlil akbar, pembacaan manaqib Syaikh Muhammad Mustaqim bin

Husain dan pengajian umum. Dalam haul tersebut akan terkumpul semua

kekuatan dan potensi tarekat, baik potensi lahiriah maupun potensi bathiniyah

(spiritual). Potensi lahiriyah yang dimaksud adalah murid-murid dan pengunjung

yang hadir berasal dari berbagai penjuru. Sejak awal diadakannya haul di Pondok

PETA Tulungagung, masyarakat menyambut dengan baik, sebagai wujud syi'ar

Islam (da'wah Islamiyah).

3. Proses Pembinaan Murid-Murid Tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA


Tulungagung

a. Penerimaan Murid Baru

Seseorang yang hendak memasuki tarekat Shādhiliyah di Pondok PETA

Tulungagung, terlebih dahulu biasanya diperintahkan untuk mengamalkan hizib

Asyfa' beberapa waktu lamanya. Hizib tersebut merupakan amalan pembukaan


147

 
bagi seseorang yang akan di bai'at atau di talqin dzikir, untuk menjadi murid

tarekat Shadhiliyah yang syah. Calon murid yang memiliki ilmu kejawen atau

kesaktian lain, maka ia harus membuangnya dengan melakukan amalan-amalan

tertentu sesuai dengan petunjuk mursyid. Kadang-kadang seseorang juga

diperintahkan mengikuti suluk atau 'uzlah di pondok PETA terlebih dahulu,

terkadang tidak diperlukan. Apabila seseorang telah dianggap bersih dari

pengaruh ilmu-ilmu yang tidak baik dan telah mengamalkan hizib Asyfa', maka ia

akan di bai'at resmi menjadi murid tarekat Shādhiliyah. Sebelum di bai'at, calon

murid harus membersihkan niat yang lurus, ikhlas dan semata-mata hanya karena

Allah, tidak boleh dicampuri dengan niat-niat duniawiah atau noda hitam sekecil

apapun dalam hati, seperti ingin bisa terbang, dapat berjalan diatas air, ingin

dihormati dan dimuliakan orang lain, menjadi paranormal atau ingin mejadi kaya

tanpa harus kerja keras.

Jika terdapat niat-niat yang bersifat duniawiah, dikhawatirkan amalan-

amalan yang diberikan atau diijazahkan kepada seorang murid itu akan berakibat

fatal karena akan bercampur dengan kekuatan syaithan yang dominan dalam diri

seseorang, maka ia akan tersesat, berbuat maksiat dan sulit untuk dikendalikan

karena ia tidak menyadari telah berbuat kesalahan yang samar-samar.

Oleh karena itulah pesan yang sering diulang-ulang oleh mursyid sebelum

melaksanakan proses bai'at, seorang murid harus meluruskan niat semata-mata

hanya karena Allah. Keberhasilan seorang murid akan ditentukan sejauh mana

tingkat kesucian niat tersebut. Apabila ia berniat untuk kepentingan duniawi,

maka ia akan berhenti sampai pada sesuatu yang diniatkan itu tanpa dapat

mencapai kedekatan dan kema'rifatan (ma'rifah billah). Seorang murid yang


148

 
benar-benar telah sampai kepada maqam ma'rifah, maka Allah akan memberikan

segala-galanya baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi, baik yang bersifat

lahir maupun batin, semua rahasia-rahasia yang selama ini tersembunyi baik

rahasia alam, makhluk maupun rahasia Tuhan.

Seseorang telah dianggap resmi menjadi murid tarekat Shādhiliyah di

Pondok PETA Tulungagng, apabila telah mengikuti prosesi bai'at. Ia tidak

disyaratkan mengumpulkan biodata, foto diri maupun identitas diri lain secara

ketat seperti pada organisasi tertentu. Pengelola maupun mursyid tidak pernah

mengeluarkan kartu anggota tarekat Shādhiliyah. Walaupun tidak ada aturan-

aturan yang mengikat, tetapi para murid sangat taat kepada mursyid karena guru

tarekat merupakan orang yang dipandang sebagai sumber berkah sebab

kedekatannya dengan Tuhan, bahkan mursyid tidak jarang merupakan kekasih

Tuhan (waliyullah).

b. Pembinaan Ruhani

Setelah seseorang dibai'at menjadi murid Tarekat Shādhiliyah di Pondok

PETA Tulungagung, maka ia harus menjalankan amalan-amalan yang

diperintahkan dan diajarkan oleh mursyid baik secara bersama-sama (jama'ah)

maupun sendiri-sendiri (fardiyah), dan dianjurkan mengikuti ritual-ritual yang

menjadi tradisi tarekat Shādhiliyah seperti khushushiyah. Pembinaan ruhani

murid-murid melalui ajaran-ajaran tarekat yang meliputi membaca istighfar

(astaghfirullah al-'azhim), shalawat Nabi saw., dzikir nafi itsbat (la ilaha illallah)

yang didahului dengan wasilah kepada para mursyid sampai pada Rasulullah saw,

dan rabithah dengan membaca ismu dzat (Allah-Allah), membaca wirid yang

dianjurkan mursyid seperti membaca ayat kursi dan surat-surat pendek.


149

 
Selanjutnya membaca hizib misalnya hizb al-asyfa', al-kafi, dan al-bahr,

menjalankan suluk jika dianjurkan mursyid selama tujuh hari, sepuluh hari, dua

puluh hari atau empat puluh hari sesuai petunjuk serta berbudi pekerti yang luhur

(akhlaq al-karimah) baik kepada Allah seperti ridha terhadap taqdir-Nya, selalu

bersyukur atas segala nikmat-Nya, kepada mursyid seperti taat, tawadhu',

menghormatinya lahir batin, kepada kawan-kawan (ikhwan) dan sesame muslim

seperti mengucapkan salam jika bertemu, lemah lembut, berprasangka baik (husn

al-zhan), mendamaikan jika terdapat perselisihan dan menepati janji, maupun

kepada diri sendiri seperti selalu bergaul dengan orang-orang shalih, tidak

berlebihan apabila makan, minum dan berbusana, tidak berharap kepada makhluk

(hama'), melanggengkan kesucian (dawam al-wadhu') dan menjaga lisannya.

Para murid dianjurkan untuk selalu mengikuti kegiatan ibadah khusus

(khushushiyah), baik khushushiyah sughra yang diselenggarakan setiap hari Senin

malam, dan hari Kamis malam di daerah dan kelompok masing-masing yang

dipimpin oleh ketua atau wakil kelompok maupun khushushiyah kubra yang

diadakan pada hari Kamis Kliwon malam setiap tiga puluh lima hari sekali (Jawa:

Selapan) di pondok Pesulukan Thariqah Agung (PETA) Tulungagung yang

dipimpin langsung oleh mursyid yaitu Agus Charir mohamad Sholahuddin Al-

Ayyubi sampai sekarang.

Apabila murid-murid telah melaksanakan semua perintah, aturan, anjuran

maupun ajaran-ajaran mursyid, insyaallah mereka dapat mencapai hati yang

terang (tashfiyah al-qulūb), jiwa yang suci (tazkiyah al-nafs), senantiasa dekat

dengan tuhannya dan mampu menggapai ma'rifah billāh, sehingga akan terbuka
150

 
penghalang (hijab) antara khaliq dan makhluk-Nya dan akan diberikan rahasia-

rahasia Tuhan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Murid-murid tarekat Shādhiliyah yang telah menapaki tingkatan ruhaniyah

(maqam) yang tinggi, tidaklah kemudian ia disebut murid yang telah lulus ujian,

yang boleh meninggalkan amaliah tarekat sehari-hari seperti biasa, apalagi

memutuskan hubungan dengan mursyidnya. Murid tarekat bukanlah murid

sekolah formal pada umumnya yang semua gerak-geriknya dibatasi oleh birokrasi

maupun waktu yang telah ditentukan. Apabila masuk sekolah harus mengisi daftar

hadir, membayar sumbangan penyelenggaraan pendidikan, dan waktu dibatasi

misalnya tiga, lima atau tujuh tahun. Murid sekolah yang dinyatakan lulus, maka

ia akan diberikan surat tanda tamat belajar dan tidak perlu lagi masuk

sebagaimana biasa dan kebanyakan hubungan guru dengan murid akan terputus.

Berbeda dengan murid tarekat Shādhiliyah, ketika telah mencapai tingkat

ruhaniyah tinggi dan dekat dengan Tuhan, mereka tidak akan mendapatkan surat

tanda tamat beribadah. Mereka tetap menjalankan amaliyah tarekat sebagaimana

biasa, senantiasa masuk ke dalam majelis peribadatan khusus tarekat

(khushushiyah) tanpa harus mengisi daftar hadir, karena hubungan antara khaliq

dengan makhluk tiada putusnya. Mereka tetap menjaga hubungan dengan gurunya

(murshid), baik ketika masih hidup maupun setelah mati, baik di dunia maupun di

akhirat. Walaupun mursyid telah meninggal dunia, tetapi ia tetap akan memantau

dan mendidik murid-muridnya, baik melalui mimpi yang benar maupun

mendatangi murid-Nya secara ruhaniyah. Sesungguhnya orang-orang yang mati

syahid (syuhada') dan para kekasih Allah (auliyaullāh) tidaklah mati, tetapi
151

 
mereka tetap hidup di alam yang berbeda, termasuk mursyid yang kamil

mukammil.

B. Dampak Spiritual Tarekat Shādhiliyah Bagi Pengikut Tarekat di Pondok


PETA Kauman Tulungagung

Di tengah fenomena pertumbuhan beragam gerakan spiritualitas, mulai

yang teratur dan rapi hingga yang "liar", nampak penting untuk mencari alternatif

spiritualitas yang lebih selaras dengan eksistensi manusia secara utuh.

Sebagaiamana dikatakan oleh Komarudddin Hidayat, jati diri manusia yang paling

asasi adalah rohaninya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa rohani manusia itu secara

asali baik dan suci, karena tercipta dari asal yang baik dan suci pula. Allah

meniupkan roh-Nya kepada jasad manusia sehingga dengan bekal roh itu pula

kelak manusia memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan Allah. Kontak

dengan Allah adalah hubungan spiritual, meskipun aspek fisiknya menjelma

dalam bentuk ibadah.33

Ketika manusia tidak mampu menjadi "makhluk spiritual", ia akan

mengalami sakit jiwa. Sakit jiwa yang paling parah adalah sakit rohani. Orang

yang sakit rohani tidak sadar mengenai baik dan buruk, atau benar dan salah.34

Lihat saja para koruptor yang tidak lagi peduli bagaimana cara mencari harta

dengan jalan yang benar dan bagaimana orang yang punya masalah tak mampu

mengendalikan diri, sehingga menimbulkan tekanan psikologis (stress).

Dalam konteks yang semacam ini, sesungguhnya tawaran yang diberikan

tarekat Shādhiliyah Tulungagung cukup komprehensip dan mampu memenuhi

33
Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas, Moralitas Agama dan Krisis Modernisme,
(Jakarta: Paramadina, 1998), hlm. 43
34
Achmad Sauqi, Meraih Kedamaian Hidup, Kisah Spiritualitas orang Modern,
(Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2010), hlm. 119
152

 
kebutuhan hidup manusia yang substansial. Untuk mengembalikan vitalitas

kemanusiaan agar mampu keluar dari jerat kehampaan spiritual, tarekat

memberikan perspektif yang mampu diposisikan sebagai landasan untuk

menciptakan kehidupan yang damai, tenang (ayem), dan penuh kesabaran. Terapi

dalam tarekat Shādhiliyah Tulungagung sebetulnya bersumber dari al-Qur'an

surat ar-Ra'du ayat 28:

Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# ̍ò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# ̍ø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#

Artinya: " (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram". (QS. al-Ra'du: 28)

Secara substansial, tarekat Shādhiliyah mengajarkan bahwa jika ajarannya

dipahami, dilaksanakan dan dihayati dengan sepenuhnya, akan mampu menjadi

daya terapi kejiwaan yang sangat actual dan potensial untuk mewujudkan hidup

yang bahagia dan penuh ketentraman. Hal ini sebagaimana diakui oleh beberapa

pengikut tarekat yang sudah beberapa lama mengamalkan ajaran tarekat

Shādhiliyah merasa ada dampak spiritual yang dirasakan diantaranya hidupnya

lebih sabar, baik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah swt,

maupun sabar dalam menghadapi musibah/ujian yang datang dari Allah swt.

selain itu juga dapat melahirkan ketenangan, kedamaian, karena memiliki kontrol

diri yang lebih baik, sehingga dapat menjalani hidup lebih ringan.

Ajaran tarekat juga menumbuhkan semangat dalam bekerja (etos kerja).

Karena para pengikutnya memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi, kerja keras,

bisa menerima kenyataan yang terjadi di lapangan kerja, sebagaimana adanya

rejeki bukan sesuatu yang bisa diprediksi dan dipastikan. Semua bisa berjalan
153

 
karena memiliki dasar pemikiran yang mantap yang dicapai melalui olah tarekat

yang istiqomah.

Selain itu ajaran tarekat juga menumbuhkan akhlak yang terpuji. Orang

yang bertarekat senantiasa menjaga dan memelihara dirinya dari perbuatan yang

tercela. penganut tarekat berkeyakinan bahwa ajaran tarekat merupakan tuntunan

moral dan kebatinan yang dapat menolak segala macam pikiran dan tindakan yang

bertentangan dengan agama, yang menjadikan seseorang berakhlak yang terpuji.

Dari berbagai dampak yang dirasakan para pengikut tarekat Shādhiliyah

Pondok PETA Tulungagung, sebetulnya yang paling penting adalah dampak

mersasa dekat dengan Allah. Ketika seseorang sudah merasa dekat dengan Allah

pasti setiap aktifitas kehidupannya sesuai dengan apa yang di gariskan oleh Allah.

Sehingga akan memunculkan sifat-sifat terpuji seperti sabar, tenang, giat bekerja

dan berakhlak yang baik, karena merasa kapan dan dimanapun selalu diawasi

oleh Allah swt.

Sebetulnya masih banyak dampak-dampak spiritual tarekat Shādhiliyah

bagi pengikutnya di pondok PETA Tulungagung, namun karena keterbatasan

waktu dalam penelitian, mudah-mudahan menjadi peluang bagi penelitian-

penelitian berikutnya untuk mengungkap semua itu. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai