Anda di halaman 1dari 6

Mamuli: Sebuah Simbol Reproduksi dalam Identitas Kebudayaan Lokal

Tak banyak yang mengenal keberadaan mamuli, termasuk penduduk Nusa Tenggara Timur sendiri.
Kita lebih banyak mengenal simbol kebudayaan lokal yang telah populer dibandingkan dengan
beberapa kebudayaan yang belum terangkat dalam pusaran pengenalan kebudayaan daerah.
Penduduk Nusa Tenggara Timur boleh berbangga dengan dikenal luasnya produk kebudayaan lokal
seperti sasando, tii langga dan kain tenun daerah. Namun ada serpihan kebudayaan lain yang belum
diulas, salahsatunya adalah mamuli.

Ornamen telinga dari abad ke-19 yang berasal dari Kecamatan Kanatangu Kabupaten Sumba Timur.
Terbuat dari emas dengan ukuran 33/4 inci (9,5 cm).

photo: http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/1990.335.4

Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang
ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap. Selama ini kita telah mengenal
perhiasan dari Nusa Tenggara Timur seperti pena bola (tusuk konde), bula molik (hiasan kepala
berbentuk bulan sabit), gelang, giring-giring, anting-anting, kalung habas, kalung muti sala dan
cincin. Sebagaimana perhiasan adalah salah satu bentuk peradaban manusia maka mamuli diyakini
sebagai lambang jati diri sebagai perhiasan yang digunakan oleh masyarakat Sumba. Bentuk dasar
Perhiasan mamuli menyerupai bentuk rahim atau kelamin perempuan, sebagai simbol kewanitaan
dan perlambangan kesuburan, yang tentunya dimaksudkan menghormati kedudukan perempuan.

Ada pertanda bagi para perempuan Sumba yang menggunakan mamuli sebagai anting di sebelah
kanan, yang berarti belum atau tidak menikah. Tidak hanya digunakan oleh perempuan, mamuli juga
digunakan oleh laki-laki sebagai bentuk penghormatan yang digunakan pada saat menari dan
pergelaran upacara-upacara adat. Walaupun mamuli sebagai perlambagan perempuan (feminim),
namun dianggap mengandung nilai maskulinitas berdasarkan karakteristik sekunder dari ornamen
yang ada. Seperti pada gambar berikut memperlihatkan oranamen tambahan prajurit membawa
tombak dan perisai (maskulin) sebagai konsep perlindungan dan saling melengkapi, perlu juga
diketahui bahwa logam emas bagi masyarakat adat Sumba merupakan simbolisme laki-laki.

photo: http://cs.nga.gov.au/Detail-LRG.cfm?View=LRG&IRN=34761
Saat ini mamuli jarang lagi digunakan sebagai perhiasan telinga, dahulunya digunakan sebagai
anting-anting dengan cara memperbesar lubang pada telinga untuk disematkan anting-anting
mamuli. Namun kini telah dimodifikasi dengan kaitan untuk disematkan tanpa memperbesar lubang
pada telinga. Selain dijadikan anting-anting, fungsi mamuli juga bertambah karena ukurannya yang
besar digunakan sebagai kalung liontin (pendant) yang biasa dipakai dalam pergelaran tarian adat.
Mamuli juga dapat dilekatkan pada pakaian sebagai bros.

Perhiasaan berbentuk Omega (Ω) ini terbuat dari emas yang bahan dasarnya berasal dari logam
emas yang di berikan Belanda kepada keluarga dari raja-raja yang bersekutu dengan Belanda.
Sebelumnya kedudukan logam emas sangat sentral dalam kehidupan Merapu (agama asli Pulau
Sumba). Dalam kepercayaan setempat logam mulia berasal dari langit. Matahari terbuat dari emas
dan bulan bintang terbuat dari perak. Kemudian sebagian emas dari matahari jatuh kebumi saat
matahari terbenam dan juga perak jatuh ke bumi melalui bintang jatuh (meteorit). Baik logam emas
dan perak dijadikan sebagai kekayaan dari kemurahan Tuhan yang disimpan menjadi relik suci oleh
klan-klan di Sumba.

Secara adat mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, menjadi bekal kubur
selain perhiasan lainnya dan juga bagi keluarga bangsawan, mamuli merupakan salah satu benda
pusaka yang disimpan secara khusus karena memliki pertalian dengan para luluhur. Selain itu bentuk
mamuli banyak ditemukan dalam motif kain tenun Sumba.

Salah satu bentuk atau motif mamuli pada kain tenun Sumba

photo: http://www.itanusashop.com/img/p/24-83-thickbox.jpg

Bentuk ornamen dari perhiasan ini mendapat sentuhan dari pengrajin emas yang berasal dari Pulau
Sabu. Selain itu juga ada Orang Ndao yang berasal dari Rote, telah lama dikenal sebagai pengrajin
emas, mereka datang ke Pulau Sumba untuk menawarkan jasanya. Penduduk hanya menyediakan
emas, maka bahan tersebut akan dibentuk menjadi mamuli dengan kreasi ornamen yang diinginkan.

Sekarang bagaimana identitas reproduksi dalam kebudayaan daerah lainnya?. Salah satu di
nusantara kita dapat melihatnya di Papua Barat. Di sana kita dapat menyaksikan para ibu-ibu
menggunakan tas rajutan yang biasanya dibawa dengan disangkutkan di kepala (head-carrying-bag),
dan mereka menyebutnya noken. Kerajinan tangan khas orang Papua ini terbuat atau dirajut dari
kulit kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau dari anggrek hutan. Noken digunakan untuk
membawa hasil bumi, ternak kecil, barang belanjaan atau untuk mengendong bayi, bahkan jika
bawaan banyak perempuan Papua dapat menggunakan lebih dari satu noken yang disusun tumpuk
dibelakang punggung dan disangkutkan di kepala. Noken bagi masyarakat setempat dilambangkan
sebagai sumber kesuburan kandungan seorang perempuan dan juga disimbolkan sebagai kehidupan
yang baik dan perdamaian.

photo: http://lh3.ggpht.com/

Berbeda dengan mamuli yang dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki karena mamuli
memiliki unsur keduanya, maka noken hanya diperbolehkan bagi perempuan Papua yang
membuatnya. Perempuan Papua yang belum bisa menjalin noken, dianggap belum dewasa dan
belum layak berumah tangga. Noken telah dimasukkan sebagai nominasi dalam Daftar yang
Membutuhkan Perlindungan Mendesak (Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage) di
bawah UNESCO, dengan alasan bahwa noken akan menghilang karena semakin sedikit orang yang
membuatnya. Nah bagaimana dengan mamuli sebagai sebuah kekayaan daerah Sumba, yang
seharusnya perlu didaftarkan sebagai sebuah culture heritage bangsa.

Sebenarnya masih banyak simbol reproduksi yang ditemukan dalam budaya Nusa Tenggara Timur.
Jika kita telisik lebih jauh bentuk rumah tradisional seperti rumah bulat (ume kbubu) yang berada di
Timor bagian tengah dan rumah gendang yang berada di Manggarai raya, maka kita akan
menemukan sebuah intepretasi. Walaupun keduanya memiliki bentuk yang agak berbeda yakni ume
kbubu berbentuk bulat sedangkan rumah gendang agak berbentuk kerucut, namun memiliki
kesamaan struktur bangunan yang terbuat dari daun ilalang dan ijuk yang disusun dari dari atap
hingga menerus ke lantai. Rumah sejak awal terbentuknya ribuan tahun yang lalu, digunakan untuk
menyimpan makanan, sebagai tempat perlindungan dan reproduksi keluarga dan tentunya kedua
rumah tradisional tersebut juga menyerupai bentuk rumah masa prasejarah. Bentuk kedua rumah ini
juga selaras dengan pemahaman dalam mitologi yunani bahwa rumah merupakan tempat
reproduksi, dari tempat aman untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak. Hal ini juga
digambarkan dalam simbol rumah menurut mitologi Yunani berbentuk mangkuk terbalik yang
merupakan bentuk payudara dewi Aphrodite sang dewi kesuburan. Jika demikian maka bentuk
kedua rumah ini merupakan simbol penghormatan adat terhadap kesuburan yang akan
mempengaruhi hasil panen.
rumah bulat (ume kbubu)

photo: http://www.flickr.com/photos/7566311@N03/2655333210/

rumah gendang

photo: http://img546.imageshack.us/img546/7690/tumblrl4bpuuzc941qa0jqj.jpg

Itulah beberapa kebudayaan daerah yang menjadi bagian dari penghormatan terhadap simbol
identitas reproduksi. Tak salah juga kita mengetahui sebuah kebudayaan negara lain yang cukup
mencenggangkan yaitu sebuah ritual di Kuil Tagata Jinja yang terletak di Kota Komaki sebelah Utara
Nagoya, Jepang. Setiap tahunnya di tempat tersebut digelar perayaan yang lebih dikenal dengan
nama “hounen matsuri” atau Japanese pe*** festival. Kegiatan ini merupakan tradisi ritual yang
telah berlangsung sejak jaman nenek moyang mereka, untuk merayakan keberkahan atas kesuburan
manusia (fertilitas) dengan hasil panen yang melimpah dan kemakmuran masyarakatnya.

Di olah dari berbagai sumber oleh penulis

http://daonlontar.blogspot.co.id/2011/12/mamuli-sebuah-simbol-reproduksi-dalam.html

Mengenal Mamuli, Perhiasan Warisan nan Unik Asal Sumba

25/04/20170311

Share on Facebook Tweet on Twitter

Mengenal Mamuli, Perhiasan Warisan nan Unik Asal Sumba

Foto: Dok. Mahligai Indonesia

Adalah wajar bila mengoleksi perhiasan-perhiasan tradisional antik atau kuno kini telah menjadi
bagian gaya hidup bergengsi bagi sebagian kalangan sosialita metropolitan. Apalagi saat ini
perhiasan antik tradisional semakin langka, terutama perhiasan-perhiasan yang menjadi ikon atau
mewakili adat etnik tertentu. Semakin langka dan unik perhiasan, semakin dicari orang.

Salah satu perhiasan kuno dan tergolong perhiasan langka yang bentuknya unik adalah Mamuli.
Perhiasan khas dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur ini bentuk dasarnya menyerupai symbol
omega, rahim atau kelamin perempuan, Kenapa desainnya begitu, ya? Konon, itu sebagai simbol
untuk menghormati kedudukan perempuan. Mamuli dipercaya sebagai benda yang dianggap paling
penting dalam adat Sumba.
Mamuli yang terbuat dari emas pada zaman dahulu digunakan seperti anting-anting. Bahkan,
masyarakat Sumba memiliki tradisi memanjangkan telinga dengan memakai Mamuli berukuran
cukup besar yang ditarik ke bawah. Cara pemakaiannya pun memiliki makna sendiri. Bagi para
perempuan Sumba, yang menggunakan Mamuli sebagai anting di sebelah kanan, berarti belum atau
tidak menikah.

Faktanya, mamuli tidak hanya digunakan oleh perempuan, loh. Kaum pria juga kerap
menggunakannya sebagai bentuk penghormatan pada saat menari atau pergelaran upacara-upacara
adat, sebutlah seperti upacara adat Pasola yakni upacara memohon kepada leluhur agar hasil panen
berlimpah ruah.

Meskipun Mamuli dimaknai sebagai lambang perempuan (feminin), namun adanya ornament yang
menghiasi bagian bawah – biasanya detailnya terlihat rumit, memiliki makna filosofi tersendiri sesuai
dengan jenis ornamennya. Misalnya, ornamen tambahan menyerupai prajurit membawa tombak
dan perisai yang mewakili sosok maskulin dipercaya sebagai penolak bala dan perlindungan. Mamuli
jantan atau maskulin memiliki bentuk dasar yang melebar.

Dalam tradisi masyarakat Sumba, Mamuli dipergunakan dalam peristiwa-peristiwa istimewa.


Misalnya, pada masa dahulu, Mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat,
maupun menjadi bekal penguburan. Selain itu, Mamuli merupakan salah satu benda pusakan yang
dipercaya menghubungkan manusia dengan para leluhur.

Bila pada zaman dahulu Mamuli sebagai hiasan di telinga, saat ini Mamuli dipergunakan sebagai
hiasan pada penutup kepala, sebagai bros yang disematkan di kain, dan juga untuk liontin atau
hiasan kalung yang biasa dipakai dalam pagelaran tarian adat.

Dalam kebudayaan Sumba, logam mulai dipercaya berasal dari langit. Matahari dibuat dari emas dan
bulan – bintang terbuat dari perak. Emas dan perak tertanam di bumi karena matahari dan bulan
tenggelam atau karena bintang jatuh dari langit. Benda yang terbuat dari emas menunjukkan
kekayaan dan berkah dari Tuhan.

Mamuli disimpan bersama benda-benda keramat lainnya oleh suku Sumba dan digunakan antara
lain oleh dukun sakti untuk berhubungan dengan arwah nenek moyang. Mamuli yang paling
berharga dan dianggap kuat jarang dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena dipercaya memiliki
kesaktian yang bisa menimbulkan bencana alam atau membawa malapetaka bagi orang di
sekitarnya. Mamuli juga digunakan sebagai jimat atau mahar pernikahan bagi pengantin perempuan.

http://mahligai-indonesia.com/ragam-busana/aksesoris-etnik/mengenal-mamuli-perhiasan-warisan-
nan-unik-asal-sumba-3684

Anda mungkin juga menyukai