Laporan RI
Laporan RI
MK PROFESI KEPENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
Skor Nilai:
KELOMPOK 5 :
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ide mata kuliah Profesi
Pendidikan yang bertemakan Pentingnya Profesionalisasi Guru di Indonesia. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Laurensia Masri Perangin Angin, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan, yang telah membingbing dan mengajari
kami hingga dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi kata,
bahasa, dan juga susunan kalimat. Oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan, dan kami juga mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Di samping itu ucapan terimakasih kepada Ibu Laurensia
Masri Perangin Angin, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi
Kependidikan, yang telah membingbing dan mengajari kami hingga dapat menyelesaikan
tugas Rekayasa Ide ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat RI
Bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi professional guru dan juga untuk
wawasan baru sebagai mahasiswa yang akan menjadi seorang guru mengenai upaya
peningkatan profeionalisme guru
1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan
2
jati diri dan mengaktualkan diri. Seorang guru hendaknya meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab profesionalitasnya dalam bekerja serta memiliki motivasi yang tinggi untuk
terus menerus berusaha meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional sesuai
dengan kualifikasi yang dituntut atau dipersyaratkan oleh jenis dan jenjang satuan pendidikan
tempatnya bertugas/bekerja.
Namun pada kenyataannya masih banyak terdapat guru yang kurang bahkan tidak
memiliki keprofesionalan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa penyebab guru
yang tidak profesional yaitu kurangnya kompetensi seorang guru, ketidaksesuaian latar
belakang disiplin ilmu dengan bidang kerja guru,kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri mereka sendiri, kualifikasi guru yang belum setara sarjana, dan
masih banyak lagi faktor yang menyebabkan guru yang tidak profesiona. Guru yang tidak
profesional dalam kegiatan pembelajaran akan memberi dampak negatif baik kepada peserta
didik bahkan bangsa Indonesia sendiri. Bagi peserta didik, mereka tidak akan mengerti dan
tidak dapat mendapatkan ilmu atas apa yang diajarkan oleh guru, minat mereka dalam belajar
akan berkurang, tidak mendapatkan pengetahuan tentang suatu materi bahkan peserta diidk
memiliki kompetensi yang sangat rendah. Dan untuk bangsa Indonesia sendiri, jika masih
terdapat guru yang tidak profesional, maka akan berdampak bagi kemajuan bangsa ini
sendiri. Bangsa ini akan melahirkan penerus yang tidak memiliki pengetahuan serta
kemampuan yang tingggi. Seperti yang kita ketahui juga, jika seorang guru yang tidak
profesional akan berdampak pada masa yang akan datang. Permasalahan pun akan terjadi dan
banyak kesalahpahaman dalam pendidikan. Jika hal ini terjadi maka bangsa ini tidak akan
pernah maju, karena guru merupakan ujung tombak pendidikan. Oleh sebab itu, sangat
diperlukan berbagai upaya dalam meningkatkan profesional guru pada saat ini agar tidak
terjadi suatu hal yang menyebabkan semakin rendahnya pendidikan di masa yang akan
datang.
Masalah profesionalitas guru memang bukan masalah sepele butuh waktu dan tenaga
untuk mengatasinya. Minimnya profesionalisme guru mungkin disebabkan oleh Negara
Indonesia yang kurang respect dengan posisi guru, Negara yang kurang peduli pada nasib
guru karena apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi
negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia
berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara.
Dari pihak pemerintah sudah mencoba memberikan tunjangan profesi dan tunjangan
khusus bagi guru yang bertujuan agar dapat memperbaiki kompetensi dan kinerja guru
dengan mutu proses dan hasil belajar siswa menjadi indikatornya. Mendikbud juga mengajak
para guru agar berbangga dengan profesinya karena mamiliki peran yang mulia dan sebagai
penentu masa depan bangsa.
2.3 Permasalahan 2
Permaslahan ini juga ditangkap oleh Hesti Sulastri, Konsultan Relawan Sekolah
Literasi Indonesia. Setiap harinya, Hesti mendampingi dan memberikan konsultasi pada
Kepala Sekolah juga para guru untuk menerapkan pembelajaran berbasis literasi. Tujuan
4
akhir program ini adalah meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas pembelajaran. Hesti
melakukan program tersebut pada 16 wilayah. Ia juga bertugas mendampingi beberapa
sekolah. Dari interaksi setiap hari dengan para guru, Hesti menemukan bagaimana realita
pendidikan Indonesia sebenarnya. Dimana salah satu penyebab “sakit”-nya pendidikan di
Indonesia adalah rendahnya kompetensi para guru.
Dalam menjalankan tugasnya seorang guru harus memiliki empat kompetensi, yakni
kompetensi pedagodik, profesional, kepribadian, dan sosial. Di salah satu Madrasah
Ibtidaiyah yang Hseti dampingi, lima dari sembilan guru yang ada bukanlah sarjana
pendidikan. Hal ini tentu berdampak pada tidak memadainya kompetensi yang dimiliki para
guru tersebut dalam mengajar, terutama kompetensi pedagodik dan kompetensi profesional.
Dan ada juga guru yang tidak pernah menggunakan media pembelajaran dan selalu mengajar
dengan metode ceramah atau penugasan saja.
2.4 Permasalahan 3
Pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan. Banyak guru
yang telah lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan justru malah menurun
kompetensinya. Untuk itu, standard kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina.
"Untuk pembinaan karir juga tidak jelas, banyak yang perlakuan karirnya akhirnya
bermasalah karena jadi bentuk hukuman misalnya tak mendukung kebijakan atau pemimpin
daerah terpilih," ungkap Sulistiyo.
Sementara itu, masalah terakhir adalah hak guru yang tidak diterima sesuai waktu yang
ditentukan. Salah satu masalah tunjangan profesi guru yang nyaris selalu terlambat di tiap
daerah. Padahal dalam UU guru dan dosen Pasal 14 ayat (1) huruf a, tertera jelas guru berhak
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial. 5
"Ini yang juga selalu dikeluhkan guru. Sudah bekerja optimal masih saja tidak memperoleh
haknya dengan sesuai," tandasnya.
BAB III
6
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik
mempunyai rasa empati terhadap orang lain.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, beberapa solusi yang ada adalah dengan
memperbaiki sistem pembelajaran perguruan tinggi, khususnya LPTK dan mengadakan diklat
(pendidikan dan pelatihan) yang sesuai dengan kebutuhan para guru. Perguruan tinggi,
khususnya perguruan tinggi kependidikan sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas
rendahnya kualitas tenaga pendidik di Indonesia. Hal ini terjadi karena para guru belajardan
praktek di kampus, sehingga apapun yang menjadi hasil kerja guru merupakan produk
perguruan tinggi dimana guru tersebut belajar. Dalam hal ini LPTK membuat langkah untuk
mempersiapkan calon lulusannya menguasai keempat kompetensi yang sangat penting.
Melalui langkah-langkah yang dilakukan oleh LPTK, juga diharapkan nantinya muncul
lulusan-lulusan yang dapat membawa nama baik bagi almamater yang telah menempa dan
mendidik calon guru menjadi guru berkualitas tinggi.
1. Merancang model pelatihan untuk para guru dalam hal kompetensi mendesain
pembelajaran.
2. Merancang model pelatihan penelitian untuk para guru, terkait penelitian yang dapat
digunakan sebagai modal dasar perbaikan proses pembelajaran.
Melalui model pelatihan yang dirancang secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan,
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi setiap guru dalam mendesain pembelajaran.
7
3.3 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 3
Upaya pengembangan dan peningkatan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan yaitu,
Kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi dikelompokkan
ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan
penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan
pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi
dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider)
nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Ditingkat satuan pendidikan,
program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, coordinator guru kelas, dan
sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Pembinan dan
pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat,
dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan
hak guru. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat
dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi
kerja atau dedikasi yang luar biasa
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah
raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem
pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan
pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus
sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pengembangan profesi dan karir
diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan
proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan
penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Menurut PP No.
74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan
pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan
pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui
jabatanfungsional.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa
yang lebih baik.
Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan manajemen
proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan , pembinaan kerja,
pengkoordinasian , pelaporan, anggaran. Faktor- faktor yang mempengaruhi guru
profesional : status akademik, pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru,
berkepribadian.
Tenaga pendidik yang profesional dapat diartikan sebagai kometmen para tenaga
pendidik untuk meningkatkan profesionalismenya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya
itu. Profesionalisme pendidik dapat dicapai dengan memperdalam bidang keilmuan (kognitif)
melalui pendidikan pasca sarjana, pendidikan dan latihan jangka pendek;meningkatka
kemampuan psikomotorik dan afektif melalui pelatihan, lokakarya, seminar, diskusi,
pelaksanaan akademik dan mimbar akademik.
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Bintari, H. R. (2016). KINERJA GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN
KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING KABUPATEN SLEMAN UNY Journal
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Yahya,F., (2016) , Prestasi Belajar Siswa Yang Diajarkan Oleh Guru Lulusan Pendidikan
Keguruan Dengan Guru Lulusan Pendidikan Non Keguruan Di SMA NEGERI 5
Banda Aceh, Jurnal Seuneubok Lada , 3(2): 27-39.