Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN REKAYASA IDE

MK PROFESI KEPENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN KIMIA

Skor Nilai:

PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU DI


INDONESIA

KELOMPOK 5 :

1 . Hotma Damayanti Purba (4192431015)


2 . Nadia Azhari Putri (4191131004)
3 . Indra Dianeric Sihotang (4193331018)

DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA MASRI PERANGIN-ANGIN S.Pd.,M.Pd.


MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAMSTUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS


MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET,2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ide mata kuliah Profesi
Pendidikan yang bertemakan Pentingnya Profesionalisasi Guru di Indonesia. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Laurensia Masri Perangin Angin, S.Pd., M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan, yang telah membingbing dan mengajari
kami hingga dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari segi kata,
bahasa, dan juga susunan kalimat. Oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan, dan kami juga mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Di samping itu ucapan terimakasih kepada Ibu Laurensia
Masri Perangin Angin, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi
Kependidikan, yang telah membingbing dan mengajari kami hingga dapat menyelesaikan
tugas Rekayasa Ide ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan, 7 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan .............................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan RI ........................................................................................................1

1.3 Manfaat RI ......................................................................................................................1

BAB II DENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan ..............................................................2

2.2 Permasalahan 1 ..............................................................................................................3

2.3 Permasalahan 2 .............................................................................................................4

2.4 Permasalahan 3 ..............................................................................................................5

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 1 .........................................................................6

3.2 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 2 ........................................................................7

3.3 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 3 ........................................................................8

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................9

4.2 Rekomendasi ............................................................................................................ ...9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan


Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dinyatakan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Definisi tersebut menuntut agar guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikat pendidik. Untuk menghasilkan kualifikasi akademik yang baik diperlukan
sejumlah kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
professional. Kompetensi-kompetensi tersebut tersebut diperlukan oleh seorang guru untuk
dapat meraih. sertifikat pendidik sebagai bukti keprofesionalannya.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan salah satu
indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat membantu
proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang dimiliki oleh seorang
guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan profesionalisme guru menjadi
sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan Penulisan RI

1 Untuk memperkuat pemahaman pembaca akan pentingnya profesionalitas guru di


Indonesia.
2. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa menentukan suatu masalah dan dapat
menemukan sebuah solusi penyelesaiannnya.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

1.3 Manfaat RI
Bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi professional guru dan juga untuk
wawasan baru sebagai mahasiswa yang akan menjadi seorang guru mengenai upaya
peningkatan profeionalisme guru

1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan

Upaya untuk menyelenggarakan prestasi belajar yang benar-benar berkualitas, tidak


saja melibatkan siswa secara penuh sebagai obyek pendidikan. Akan tetapi guru sebagai
tenaga kependidikan harus memiliki kemampuan yang handal baik secara personal, sosial
maupun profesional. Sebab bagaimanapun keberhasilan siswa dalam belajar itu tergantung
padakemampuan guru untuk menciptakan kondisi memungkinkan siswa untuk belajar.
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan bahwa “Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani
sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya
dijelaskan dalam pasal 10 yaitu “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian yang diperoleh melalui
pendidikan profesi”.

Dalam melaksanakan suatu proses pendidikan haruslah dilakukan dengan bimbingan


yang optimal oleh pendidik terhadap peserta didik. Bimbingan yang dimaksud dimaknai
sebagai pemberian bantuan, arahan, petunjuk, nasehat, penyuluhan, dan motivasi yang
diberikan kepada peserta didik. Dengan bimbingan yang baik makna pendidikan akan lebih
dirasakan oleh peserta didik dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa pendidikan harus
mempunyai tujuan yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengembangkan
kemampuan atau potensi individu peserta didik sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidupnya di masa yang akan datang, baik fisik, intelektual, emosional, sosial, moral dan
spiritual.

Upaya untuk menyerenggarakan prestasi belajar yang benar-benar berkualitas, tidak


saja melibatkan siswa secara penuh sebagai obyek pendidikan. Akan tetapi guru sebagai
tenaga kependidikan harus memiliki kemampuan yang handal baik secara personal, sosial
maupun profesional.Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses dan luaran
pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, maka harus mampu menemukan

2
jati diri dan mengaktualkan diri. Seorang guru hendaknya meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab profesionalitasnya dalam bekerja serta memiliki motivasi yang tinggi untuk
terus menerus berusaha meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional sesuai
dengan kualifikasi yang dituntut atau dipersyaratkan oleh jenis dan jenjang satuan pendidikan
tempatnya bertugas/bekerja.

Namun pada kenyataannya masih banyak terdapat guru yang kurang bahkan tidak
memiliki keprofesionalan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa penyebab guru
yang tidak profesional yaitu kurangnya kompetensi seorang guru, ketidaksesuaian latar
belakang disiplin ilmu dengan bidang kerja guru,kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri mereka sendiri, kualifikasi guru yang belum setara sarjana, dan
masih banyak lagi faktor yang menyebabkan guru yang tidak profesiona. Guru yang tidak
profesional dalam kegiatan pembelajaran akan memberi dampak negatif baik kepada peserta
didik bahkan bangsa Indonesia sendiri. Bagi peserta didik, mereka tidak akan mengerti dan
tidak dapat mendapatkan ilmu atas apa yang diajarkan oleh guru, minat mereka dalam belajar
akan berkurang, tidak mendapatkan pengetahuan tentang suatu materi bahkan peserta diidk
memiliki kompetensi yang sangat rendah. Dan untuk bangsa Indonesia sendiri, jika masih
terdapat guru yang tidak profesional, maka akan berdampak bagi kemajuan bangsa ini
sendiri. Bangsa ini akan melahirkan penerus yang tidak memiliki pengetahuan serta
kemampuan yang tingggi. Seperti yang kita ketahui juga, jika seorang guru yang tidak
profesional akan berdampak pada masa yang akan datang. Permasalahan pun akan terjadi dan
banyak kesalahpahaman dalam pendidikan. Jika hal ini terjadi maka bangsa ini tidak akan
pernah maju, karena guru merupakan ujung tombak pendidikan. Oleh sebab itu, sangat
diperlukan berbagai upaya dalam meningkatkan profesional guru pada saat ini agar tidak
terjadi suatu hal yang menyebabkan semakin rendahnya pendidikan di masa yang akan
datang.

2.2 Permasalahan 1 “Minimnya Tingkat Profesionalisme Guru”

Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan, guru adalah seseorang yang


mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga
menunjang hubungan sebaik baiknya dengan anak didik,  mengembangkan dan menerapkan
keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaaan serta keilmuan. 
3
Tapi pada kenyataanya seorang guru banyak yang kurang professional, tidak sesuai
dengan konsep serta perannya sebagai seorang guru. Bahkan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan "Harus diakui bahwa hingga kini profesionalisme
guru di Indonesia masih belum memenuhi harapan. Masih diperlukan upaya-upaya keras agar
pekerjaan guru betul-betul sebagai profesional di masa yang akan datang,". Dalam upacara
peringatan Hari Guru Nasional di  Taman Makam Pahalawan Kalibata di Jakarta, Jum'at
(25/11/2016) yang dipublikasikan oleh REPUBLIKA.CO.ID (Antara).

Masalah  profesionalitas guru memang bukan masalah sepele butuh waktu dan tenaga
untuk mengatasinya. Minimnya profesionalisme guru mungkin disebabkan oleh Negara
Indonesia yang kurang respect dengan posisi guru, Negara yang kurang peduli pada nasib
guru karena apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi
negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007,  Indonesia
berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara.

Dari pihak pemerintah sudah mencoba memberikan tunjangan profesi dan tunjangan
khusus bagi guru yang bertujuan agar dapat memperbaiki kompetensi dan kinerja guru
dengan mutu proses dan hasil belajar siswa menjadi indikatornya. Mendikbud juga mengajak
para guru agar berbangga dengan profesinya karena mamiliki peran yang mulia dan sebagai
penentu masa depan bangsa.

2.3 Permasalahan 2

Salah satu permasalahan dari profesonal guru adalah “Rendahnya Kompetensi


Guru”.Permasalahan pendidikan di Indonesia masih menjadi tpoik perbincangan yang hangat.
Berbagai pihak, baik para pakar pendidikan maupun masyarakat awam sepakat, bahwa sistem
pendidikan di Indonesia “menderita sakit” yang berkepanjangan. Pemenrintah dengan segala
kekuatan yang dimilikinya telah berupaya mencarikan “obat” yang tepat untuk mengatasinya.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan pun kini telah banyak terjun membantu mengatasi
berbagai permasalahan pendidikan Indonesia ini. Namun hingga kini pendidikan Indonesia
masih belum mengalami kemajuan yang signifikan.

Permaslahan ini juga ditangkap oleh Hesti Sulastri, Konsultan Relawan Sekolah
Literasi Indonesia. Setiap harinya, Hesti mendampingi dan memberikan konsultasi pada
Kepala Sekolah juga para guru untuk menerapkan pembelajaran berbasis literasi. Tujuan

4
akhir program ini adalah meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas pembelajaran. Hesti
melakukan program tersebut pada 16 wilayah. Ia juga bertugas mendampingi beberapa
sekolah. Dari interaksi setiap hari dengan para guru, Hesti menemukan bagaimana realita
pendidikan Indonesia sebenarnya. Dimana salah satu penyebab “sakit”-nya pendidikan di
Indonesia adalah rendahnya kompetensi para guru.

Dalam menjalankan tugasnya seorang guru harus memiliki empat kompetensi, yakni
kompetensi pedagodik, profesional, kepribadian, dan sosial. Di salah satu Madrasah
Ibtidaiyah yang Hseti dampingi, lima dari sembilan guru yang ada bukanlah sarjana
pendidikan. Hal ini tentu berdampak pada tidak memadainya kompetensi yang dimiliki para
guru tersebut dalam mengajar, terutama kompetensi pedagodik dan kompetensi profesional.
Dan ada juga guru yang tidak pernah menggunakan media pembelajaran dan selalu mengajar
dengan metode ceramah atau penugasan saja.

Fenomena tersebut membuat pembelajaran yang seharusnya berpusat pada siswa


sesuai dengan Kurikulum 2013 menjadi tidak terwujud. Konsekuensinya siswa akan selalu
pasif menunggu ilmu dari guru, padahal guru merupakan agen pembelajaran yang harus
menjadi fasilitator, motivator, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Dari kasus
terebut mampu menggambarkan betapa kualitas guru mampu berimbas pada keberhasilan
pendidikan di Indonesia. Jika dalam waktu dekat tidak ada tindakan nyata untuk membenahi
masalah kualitas guru ini, maka kemajuan pendidikan di Indonesia tetaplah sebatas angan-
angan belaka.

2.4 Permasalahan 3

Pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan. Banyak guru
yang telah lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan justru malah menurun
kompetensinya. Untuk itu, standard kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina.

"Untuk pembinaan karir juga tidak jelas, banyak yang perlakuan karirnya akhirnya
bermasalah karena jadi bentuk hukuman misalnya tak mendukung kebijakan atau pemimpin
daerah terpilih," ungkap Sulistiyo.

Sementara itu, masalah terakhir adalah hak guru yang tidak diterima sesuai waktu yang
ditentukan. Salah satu masalah tunjangan profesi guru yang nyaris selalu terlambat di tiap
daerah. Padahal dalam UU guru dan dosen Pasal 14 ayat (1) huruf a, tertera jelas guru berhak
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial. 5
"Ini yang juga selalu dikeluhkan guru. Sudah bekerja optimal masih saja tidak memperoleh
haknya dengan sesuai," tandasnya.

BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 1 “Minimnya Tingkat Profesionalisme


Guru”

Pendidikan merupakan suatu tindakan untuk menumbuhkan, mengembangkan


potensi, pikiran, kepribadian, dan keahlian, sehingga pendidikan memegang peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan
salah satu faktor penentu bagi kemajuan suatu bangsa. (Bintari, H. R. 2016:16)

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentangguru dan dosen menyatakanbahwa


guru professional harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memiliki
standar kompetensi yakni kompetensi pedagogis, kompetensi professional, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial (Sertifikasi Profesi Guru:28).
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi langsung dengan
muridnya. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena
itu guru harus professional dan berkompeten guna meningkatkan kualitas pendidikan. Charles
(1994) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Mulyasa:25).
Kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, peracangan dan pelaksanaan pembelajaran, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Kompetensi kepribadian guru menunjukan kemampuan personal yang mencerminkan


kepribadian (1) mantap dan stabil; (2) dewasa; (3) arif dan bijaksana;(4) berwibawa; dan (5)
memiliki akhlak mulia dan perilaku yang dapat diteladani. Kompetensi profesional berupa
kemampuan untuk menguasai materi pembelajaran secara luas, dan mendalam yang
memungkinkan untuk membimbing peserta didik memenuhi standard kompetensi lulusan
yang ditetapkan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai makhluk sosial
dalam berinteraksi dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun,

6
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik
mempunyai rasa empati terhadap orang lain.

3.2 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 2

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, beberapa solusi yang ada adalah dengan
memperbaiki sistem pembelajaran perguruan tinggi, khususnya LPTK dan mengadakan diklat
(pendidikan dan pelatihan) yang sesuai dengan kebutuhan para guru. Perguruan tinggi,
khususnya perguruan tinggi kependidikan sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas
rendahnya kualitas tenaga pendidik di Indonesia. Hal ini terjadi karena para guru belajardan
praktek di kampus, sehingga apapun yang menjadi hasil kerja guru merupakan produk
perguruan tinggi dimana guru tersebut belajar. Dalam hal ini LPTK membuat langkah untuk
mempersiapkan calon lulusannya menguasai keempat kompetensi yang sangat penting.
Melalui langkah-langkah yang dilakukan oleh LPTK, juga diharapkan nantinya muncul
lulusan-lulusan yang dapat membawa nama baik bagi almamater yang telah menempa dan
mendidik calon guru menjadi guru berkualitas tinggi.

Selanjutnya dengan pelaksanaan diklat guru, pendidikan dan pelatihan merupakan


ranah yang tidak terpisahkan dari teknologi pendidikan, bahkan merupakan bagian dari
teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan diharapkan membawa perubahan signifikan
terhadap kualitas proses pembelajaran, dalam hal ini proses pendidikan dan pelatihan kepada
para guru di sekolah. Terkait masalah-masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
dapat dilakukan beberapa langkah penting diantaranya:

1. Merancang model pelatihan untuk para guru dalam hal kompetensi mendesain
pembelajaran.
2. Merancang model pelatihan penelitian untuk para guru, terkait penelitian yang dapat
digunakan sebagai modal dasar perbaikan proses pembelajaran.

Melalui model pelatihan yang dirancang secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan,
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi setiap guru dalam mendesain pembelajaran.

7
3.3 Solusi dan Pembahasan Permasalahan 3

Upaya pengembangan dan peningkatan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan yaitu,
Kebutuhan  guru akan  program  pembinaan  dan  pengembangan  profesi  dikelompokkan
ke  dalam  lima  kategori,  yaitu  pemahaman  tengtang  konteks  pembelajaran, penguatan 
penguasaan  materi,  pengembangan  metode  mengajar,  inovasi  pembelajaran,  dan
pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan  pembinaan  dan  pengembangan  profesi 
dapat  dilakukan  oleh  institusi  pemerintah, lembaga  pelatihan  (training  provider) 
nonpemerintah,  penyelenggara,  atau  satuan  pendidikan.  Ditingkat  satuan    pendidikan, 
program  ini  dapat  dilakukan  oleh  guru  pembina,  guru  inti, coordinator guru kelas, dan
sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Pembinan  dan 
pengembangan  karir  guru  terdiri  dari  tiga  ranah,  yaitu  penugasan,  kenaikan pangkat, 
dan  promosi.  Sebagai  bagian  dari  pengembangan  karir,  kenaikan  pangkat  merupakan 
hak guru. Kenaikan  pengkat  ini  dilakukan  melalui  dua  jalur.  Pertama,  kenaikan  pangkat
dengan  sistem  pengumpulan  angka  kredit.  Kedua,  kenaikan  pangkat  karena  prestasi 
kerja  atau dedikasi yang luar biasa

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan  dalam  rangka  menjaga  agar  kompetensi  keprofesiannya  tetap  sesuai 
dengan perkembangan  ilmu  pengetahuan,  teknologi,  seni,  dan  budaya  dan/atau  olah 
raga.  Pengembangan dan  peningkatan  kompetensi  dimaksud  dilakukan  melalui  sistem 
pembinaan  dan  pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi  penugasan,  kenaikan 
pangkat,  dan  promosi.  Upaya  pembinaan  dan  pengembangan  karir guru  ini  harus 
sejalan  dengan  jenjang  jabatan  fungsional  mereka. Pengembangan profesi dan karir
diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam  rangka  pelaksanaan 
proses  pendidikan  dan  pembelajaran  di  kelas  dan  di  luar  kelas.  Inisiatif meningkatkan 
kompetensi  dan  profesionalitas  ini  harus  sejalan  dengan  upaya  untuk  memberikan
penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Menurut PP  No. 
74  Tahun  2005  tentang  Guru  mengamanatkan  bahwa  terdapat  dua  alur  pembinaan  dan 
pengembangan  profesi  guru,  yaitu:  pembinaan  dan pengembangan  profesi,  dan 
pembinaan  dan  pengembangan  karir.  Pembinaan  dan  pengembangan profesi  guru 
meliputi  pembinaan  kompetensi  pedagogik,  kepribadian,  sosial,  dan  profesional.
Pembinaan  dan  pengembangan  profesi  guru  sebagaimana  dimaksud  dilakukan  melalui 
jabatanfungsional.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa
yang lebih baik.

Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan manajemen
proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan , pembinaan kerja,
pengkoordinasian , pelaporan, anggaran. Faktor- faktor yang mempengaruhi guru
profesional : status akademik, pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru,
berkepribadian.

Tenaga pendidik yang profesional dapat diartikan sebagai kometmen para tenaga
pendidik untuk meningkatkan profesionalismenya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi  yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya
itu. Profesionalisme pendidik dapat dicapai dengan memperdalam bidang keilmuan (kognitif)
melalui pendidikan pasca sarjana, pendidikan dan latihan jangka pendek;meningkatka
kemampuan psikomotorik dan afektif melalui pelatihan, lokakarya, seminar, diskusi,
pelaksanaan akademik dan mimbar akademik.

4.2 Rekomendasi

Untuk meningkatkan profesional guru, diharapkan pemerintah ataupun pihak yang


memegang andil dalam pendidikan untuk melakukan usaha serta upaya dalam membentuk
guru yang profesional agar dapat mencapai tujuan pendidikan dan menjadikan bangsa ini
semakin unggul dalam dunia pendidikan.
9

DAFTAR PUSTAKA
Bintari, H. R. (2016). KINERJA GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN
KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING KABUPATEN SLEMAN UNY Journal
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Marselus. (2011). Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: PT Indeks

Yahya,F., (2016) , Prestasi Belajar Siswa Yang Diajarkan Oleh Guru Lulusan Pendidikan
Keguruan Dengan Guru Lulusan Pendidikan Non Keguruan Di SMA NEGERI 5
Banda Aceh, Jurnal Seuneubok Lada , 3(2): 27-39.

Usman, M.U., 1994. Menjadi Guru Profesional. Cetakan Kelima. Bandung: Remaja Rosdakarya.


10

Anda mungkin juga menyukai