Anda di halaman 1dari 17

E.

TANJUNG BENOA

Saat anda mendengar nama pantai Tanjung Benoa, sebagian besar yang pernah liburan di
Bali, pasti akan mengenal pantai ini. Di halaman ini, penulis akan lebih memfokuskan tentang
sejarah Tanjung Benoa Bali. Bagi anda yang belum pernah mendengar, apalagi berkunjung,
maka ada baiknya anda membaca artikel ini, jika anda berencana untuk melakukan liburan ke
pulau dewata. Selain pantai ini, pulau Bali juga memiliki pantai lain yang mungkin dapat anda
kunjungi, seperti pantai Sanur dan pantai Kuta.

Tanjung Benoa adalah sebuah kelurahan yang berada di sebelah tenggara pulau Bali.
Termasuk dalam kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Pantai Tanjung Benoa Bali,
sangat terkenal dengan aktivitas rekreasi air atau wisata bahari dan sering disebut dengan nama,
Tanjung Benoa watersport. Jenis wisata bahari yang tersedia di pantai Tanjung Benoa dapat anda
lihat disini, watersport Tanjung Benoa. Tempat wisata Tanjung Benoa, sangat berdekatan dengan
salah satu tempat wisata di Bali yang sering digunakan sebagai tempat konfrensi, yaitu Nusa Dua

Sebelum berkembang menjadi kawasan wisata di Bali, tempat terdapatnya hotel-hotel


mewah dan restoran. Sejarah Tanjung Benoa merupakan perkampungan nelayan. Sebagian besar
penduduk di Tanjung Benoa, berprofessi sebagai nelayan sebelum berkembangnya pariwisata di
daerah ini. Perkembangan daerah ini sangat signifikan dari awalnya kampung nelayan, menjadi
kawasan wisata tempat dari hotel – hotel mewah, spa, tempat shoping untuk oleh-oleh khas
Bali dan restoran berstandard international. Kawasan wisata ini, memang sangat cocok untuk
aktivitas wisata bahari. Karena memiliki air laut yang tenang dan panorama bawah laut yang
tidak kalah dengan pantai-pantai di Bali yang lain. Sebagian besar peminat wisata bahari adalah
wisatawan yang berlibur bersama keluarga.

Sejarah Tanjung Benoa

Kawasan wisata Tanjung Benoa, memiliki letak geografis yang unik. Diapit oleh dua laut
dan kedua sisi dari pantai memiliki pasir putih. Sejarah Tanjung Benoa, sekitar tahun 1546,
pantai Tanjung Benoa adalah sebuah pelabuhan kecil. Yang di gunakan oleh pedagang dari Cina,
untuk berlabuh dan menjual barang dagangan mereka seperti keramik. Selain menjual, pedagang
Cina juga membeli barang dagangan penduduk asli Bali. Pertukaran barang dagangan di
pelabuhan inilah, yang membuat beberapa dari pedagang Cina menetap di Tanjung Benoa.
Dengan menepatnya penduduk Cina di Tanjung Benoa, membuat sebuah keunikan di tempat
wisata ini, yaitu terdapatnya klenteng atau Vihara yang lumayan besar. Nama vihara yang ada di
Tanjung Benoa adalah Vihara Caow Eng Bio. Selain vihara, anda juga dapat melihat candi
Hindhu seperti Pura Dalem Tengkulung Benoa Tanjung dan Pura Segara.

Sebelum berkembang menjadi tempat pariwisata di Bali. Daerah ini adalah kampung


nelayan, yang sebagian besar penduduk lokal untuk mencari mata pencaharian dengan menjadi
nelayan. Semenjak tahun 1980, kawasan terdekat dari Tanjung Benoa yaitu Nusa Dua, di bangun
kawasan wisata mewah yang bernama BTDC. Di kawasan BTDC Nusa Dua, berdiri hotel-hotel
mewah yang hampir sebagian besar hotel bintang lima. Dengan perkembangan signifikan dari
BTDC Nusa Dua, berhimbas terhadap daerah Tanjung Benoa. Tentunya dengan kelebihan pantai
pasir putih, air laut yang tenang, pohon palem dan kelapa di daerah sekitar pantai. Membuat
pantai Tanjung Benoa tidak ketinggalan dari Nusa Dua dalam perkembangan pariwisata di pulau
Bali. Pemerintah daerah pulau Bali, telah menetapkan kawasan Tanjung Benoa menjadi pusat
dari wisata bahari di Bali. Pemerintah daerah Bali juga membuat tempat penangkaran Penyu
hijau, yang termasuk kategori satwa langka dan dilindungi. Tempat penangkaran ini, lebih
dikenal dengan nama pulau Penyu. Lihat disini untuk lebih detail tentang pulau Penyu Tanjung
Benoa.

Tanjung Benoa tempat wisata Bali, terletak berdekatan dengan kawasan wisata Nusa
Dua. Pantai Tanjung Benoa, memiliki pasir putih dengan ombak yang tidak terlalu besar. Karena
memiliki ombak yang tidak terlalu besar, membuat pantai Tanjung Benoa sangat cocok untuk
aktivitas wisata bahari. Tanjung Benoa tempat wisata Bali sangat terkenal, akan akan aktivitas
wisata bahari. Jika Anda hobi melakukan aktivitas water sport Bali. Maka Tanjung Benoa, salah
satu tempat wisata yang tidak boleh anda lewatkan, saat liburan di pulau dewata.

Hampir setiap hari Tanjung Benoa tempat wisata Bali, tidak pernah sepi akan kunjungan
wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tentunya tidak semua
orang yang datang ke pantai Tanjung Benoa Bali, akan bermain aktvitas Tanjung Benoa
watersport. Beberapa wisatawan ada yang memilih untuk sekedar menonton ataupun jalan-jalan
di pantai Tanjung Benoa.

Loksia Tanjung Benoa Tempat Wisata Bali

Lokasi dari tempat wisata Tanjung Benoa Bali, berada di ujung tenggara pulau Bali dan
merupakan sebuah kelurahan di kecamatan Kuta Selatan. Untuk mencari lokasi Tanjung Benoa
sangatlah mudah. Namun akan lebih mudah untuk mencari objek wisata Tanjung Benoa, jika
anda menggunakan peta di Google Map.

Jika anda datang dari airport Ngurah Rai, anda hanya memerlukan waktu 30 menit untuk
sampai di Tanjung Benoa tempat wisata Bali. Tentunya jika jalan tidak mengalami kemacetan.
Untuk mengindari kemacetan jika anda sedang berlibur pada saat musim ramai di Bali,
gunakalah jalan Tol Bali Mandara. Biaya tol Bali Mandara per tanggal 10 September 2015 untuk
mobil roda 4, Rp 11.000 / mobil. Musim ramai di Bali pada bulan Juli, Agustus, Desember dan
Awal Januari.

Cara Terbaik Ke Objek Wisata Benoa

Cara terbaik untuk wisata ke Tanjung Benoa tempat wisata Bali, jika anda tidak ingin
ribet akan kemacetan jalan, ribet mencari tempat parkir dan biaya murah untuk transfortasi.
Maka kami sarankan anda menggunakan jasa sewa mobil dengan supir Bali. Dengan anda
menggunakan jasa sewa mobil dengan supir di Bali, biaya transfortasi akan menjadi lebih murah.
Karena dihitung penggunaan dalam sehari selama 10 jam.

Selain menggunakan sewa mobil + driver di Bali ada cara lain yang lebih murah.
Namun syaratnya harus mengikuti permainan watersport di Tanjung Benoa Bali. Apabila dari
awal anda berkeinginan untuk ke pantai Tanjung Benoa untuk menikmati Tanjung Benoa
watersport, maka kami sarankan anda membeli paket Tanjung Benoa watersport.

Setiap perusahaan atau travel agent yang menjual paket watersport di Tanjung Benoa,
akan menawarkan jasa gratis antar jemput dari hotel tempat anda menginap ke lokasi pantai
Tanjung Benoa, jika anda membeli salah satu dari paket watersport, dengan minimum
pemesanan 2 orang.
Pusat Aktivitas Watersport Di Bali

Banyak orang mengatakan, tempat wisata di Tanjung Benoa Bali, adalah surga olahraga
air, bagi yang menyukai aktivitas wisata bahari. Di Tanjung Benoa tempat wisata Bali banyak
terdapat penyedia jasa Bali water sport seperti parasailing, jet ski, banana boat, fly fish,
snorkeling dan wisata ke pulau penyu. Harga yang ditawarkan masing masing penyedia juga
sangat bervariasi.

Bagi anda yang berminat untuk mencoba water sport di Tanjung Benoa dan anda
menggunakan jasa sewa mobil plus sopir di Bali, tanyakanlah kepada supir anda, perusahaan
yang menyediakan water sport di Tanjung Benoa dengan pelayanan yang bagus. Selain itu
tanyakan juga perusahaan water sport yang menawarkan harga kompetitif .

Tips Membeli Water Sport Tanjung Benoa

Selain hanya menanyakan kepada sopir yang mengantar anda saat liburan di Bali, anda
dapat menggunakan media internet untuk mencari penyedia watersport di Tanjung Benoa. Untuk
memastikan anda mendapatkan perusahaan yang memiliki pelayanan yang memuaskan dan
harga yang kompetitif, gunakanlah Google Indonesia. Ada alasan kenapa kami meminta anda
menggunakan Google Indonesia dengan private browsing. Setiap browser di komputer akan
menyimpan history dari halaman yang anda buka sebelumnya. Dengan menggunakan private
browsing, anda akan mendapatkan listing dari perusahaan yang memiliki peringkat kuat di
Google Indonesia. Tanpa terpengaruh dari history dari browser komputer.

Dengan memilih perusahaan yang mendapat peringkat di halaman 1 Google Indonesia,


dengan kata kunci watersport Bali. Anda akan menemukan website perusahaan watersport di
Tanjung Benoa, yang menyediakan pelayanan sesuai yang tertera di website mereka. Tentunya
jangan anda memilih website iklan. Dengan membeli secara online, anda akan mendapatkan
harga yang jauh lebih murah, dari pada anda datang langsung ke lokasi, kemudian membeli di
lokasi permainan. Hal ini karena, para agent penyedia Bali water sports, memiliki kontrak harga
dengan penyedia layanan water sport di lokasi. Sehingga harga watersport yang anda dapatkan
melalui media internet, akan jauh lebih murah, dari pada anda membeli langsung di tempat anda
bermain. Diskonnya sampai 70%, lumayan kan untuk hemat biaya liburan di Bali.

Selain itu, usahakan untuk membeli paket watersport Tanjung Benoa, yang ditawarkan
oleh di media internet, karena harga jauh lebih murah dari pada membeli satuan dan beberapa
perusahaan juga menyediakan fasilitas antar jemput hotel secara gratis, jika anda membeli paket
water sport mereka.

F. MUSUEM PASIFIKA

Sejarah Museum Pasifika Bali

Museum Pasifika di Bali dapat kami katakan museum baru, dibandingkan dengan
museum lain yang ada di pulau Bali. Di museum Pasifika, menyediakan koleksi seniman dari
seluruh seniman di wilayah Asia Pasifik, dan lumayan banyak. Pada tahun 2004, museum ini
adalah Asia Pacific Art Centre, belum masuk kategori museum. Pada

Koleksi seni di museum Pasifika Bali sebagian besar adalah permanen, tapi di tempat ini
sering diadakan eksibisi seni baik dari Bali atau negara lain. Pengunjung Museum Pasifika di
Bali, setiap hari makin bertambah, dari tamu hotel di kawasan Nusa Dua, sekolah, para pelaku
industri pariwisata dan tentunya sebagian besar adalah para tahun 2006, barulah di beri
nama Museum Pasifika. Dari art center berubah menjadi museum, dikarenakan jumlah koleksi
seni yang terus bertambah dan letaknya yang di pusat tempat wisata Nusa Dua, menjadikan
museum ini sering mendapat kunjungan dari wisatawan, terutama wisatawan asing.

Walaupun koleksi seni di museum Pasifika Bali sebagian besar adalah permanen, tapi di
tempat ini sering diadakan eksibisi seni baik dari Bali atau negara lain. Pengunjung Museum
Pasifika di Bali, setiap hari makin bertambah, dari tamu hotel di kawasan Nusa Dua, sekolah,
para pelaku industri pariwisata dan tentunya sebagian besar adalah para pecinta seni.

Daya tarik pulau Bali tidak hanya keindahan alamnya saja yang dijadikan objek wisata
dan menjadi destinasi wajib saat mengagendakan tour di Bali, selain itu juga daya tarik budaya
termasuk hasil karya cipta seni warga lokal tersaji indah di berbagai galery seni dan juga
museum seni lukis. Dan salah satu museum seni lukis terbesar yang menampung karya seni
tersebut adalah Museum Pasifika di Nusa Dua. Bagi anda para pecinta dan pengagum barang
seni maka berkunjung ke museum pasifika, ini akan menjadi pilihan menarik, apalagi terletak di
wilayah Bali Selatan yang dikelilingi banyak objek wisata menarik, sehingga anda bisa
mengemas acara tour di Bali dengan mudah

Museum Pasifika Nusa Dua tergolong museum seni lukis terbaru dibandingan dengan
tempat lainnya seperti yang banyak tersebar di wilayah Ubud, namun demikian berbagai koleksi
seni yang dimilikinya, sanggup mengimbangi umurnya yang masih muda dan menjadi salah satu
peraih penghargaan Wonderful Indonesia Award 2011 oleh menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif untuk kategori museum, dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Nusa Dua. Ini
membuktikan kelestarian dan kelangsungan berbagai museum wajib dilestarikan. Kepopuleran
tempat ini, menjadi tujuan tour cukup diperhitungkan, sehingga anda yang menyusun agenda
tour di Bali wajib juga mengagendakan museum Pasifika ini.

Museum Pasifika Nusa Dua tergolong museum seni lukis terbaru dibandingan dengan
tempat lainnya seperti yang banyak tersebar di wilayah Ubud, namun demikian berbagai koleksi
seni yang dimilikinya, sanggup mengimbangi umurnya yang masih muda dan menjadi salah satu
peraih penghargaan Wonderful Indonesia Award 2011 oleh menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif untuk kategori museum, dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Nusa Dua. Ini
membuktikan kelestarian dan kelangsungan berbagai museum wajib dilestarikan. Kepopuleran
tempat ini, menjadi tujuan tour cukup diperhitungkan, sehingga anda yang menyusun agenda
tour di Bali wajib juga mengagendakan museum Pasifika ini.

Koleksi Museum Pasifika Nusa Dua

Museum pasifika Nusa Dua memamerkan berbagai macam hasil karya seni dari Asia
Pasifik, dan Bali sebagai sentralnya. Tempat ini cocok sebagai tempat wisata edukasi khususnya
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sejarah. Terdapat banyak hasil karya seni dari seniman
tersohor yang bisa anda temukan disini seperti maestro legendaris Antonio Blanco, Le Mayeur
dan juga Affandi, termasuk sejumlah seniman lain diantaranya Theo Meier, Emilio Ambron,
Renato Christiano dan Miguel Covarrubias dan hasil karya dari Theo Meier adalah seniman
pertama menjadi ikon saat pameran pertama kali dan dibuka untuk umum.

Para seniman Bali yang hasil karyanya dipajang di Museum Pasifika diantaranya;
seniman Nyoman Gunarsa dengan lukisan yang berjudul Legong Dancers with Red Cloth, Dewa
Putu Bedil dengan lukisan berjudul The Harvest, Ida Bagus Nyoman Rai berjudul Jogeg
Bumbung, I Ketut Tomblos lukisannya berjudul Village Scene Circa, Pan Seken dengan The
Death of Abimanyu termasuk sejumlah seniman luar Bali seperti Raden Saleh Sjarif Boestaman,
Dullah, Affandi, Anton Huang, Sudarso, Saraochin Salim dan tentu banyak lagi hasil karya seni
seniman bangsa dipajang di Museum Pasifika ini.

Tour di Bali dan menyelipkan kunjungan wisata anda ke Museum Pasifika Nusa Dua,
memberikan anda pengalaman baru tentang pemahaman mengenai sejarah seni terutama untuk
kawasan Asia Pasifik. Museum ini memiliki 8 buah paviliun dan terdiri dari 11 buah ruangan,
menampung berbagai hasil karya seni, setidaknya ada 600 buah hasil karya seni dari sekitar 200
orang seniman, mereka berasal Indonesia, Indochina, Polinesia, Malanesia dan beberapa dari
negara Asia lainnya, hasil karya seni para seniman tersebut disimpan dalam ruangan-ruangan
yang berbeda, sehingga pengunjung bisa lebih mudah untuk mengenalinya.

Dari ruangan-ruangan tersebut, tersimpan berbagai hasil karya seni para seniman / artis
yang dikelompokkan berdasarkan asal negaranya, seperti; pada ruangan I: menampilkan hasil
karya seni asal seniman Indonesia, ruangan II: untuk seniman dari Italia, ruangan III: seniman
asal Belanda, ruangan IV: artis Perancis, ruangan V: artis Indo-Eropa, ruangan VI: tempat
digelarnya pameran, ruangan VII: seniman dari Indochina, vietnam, laos dan Kamboja, ruangan
VIII: artis dari Tahiti dan Polinesia, ruangan IX: berbagai benda seni Vanuatu termasuk lukisan
dari kepulauan Pasifik, ruangan X: memajang hasil karya seni dari Osenia dan Pasifik,
sedangkan pada ruangan XI: khusus untuk seniman atau artis dari berbagai negara Asia seperti:
Cina, Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina dan Myanmar.

Begitu banyak hasil karya seni lukis dikoleksi disni termasuk berbagai benda seni dan
antik lainnya, sehingga pantas menjadi objek wisata wajib untuk dikunjungi saat tour, terutama
bagi pecinta seni. Lokasinya mudah dijangkau dari pusat pariwisata Bali seperti Kuta, apalagi
dari Nusa Dua maka sangat sayang untuk dilewatkan. Dalam acara tour di Bali maka anda bisa
mengemasnya unyuk mengunjungi Tanjung Benoa sebagai pusat watesport di Bali yang jarak
dan lokasinya berdekatan, begitu juga dengan tempat wisata Waterblow yang berada di wilayah
pulau Peninsula Nusa Dua.

Museum pasifika Nusa Dua sendiri didirikan oleh Moetaryanto dan Philippe Augier pada
tahun 2006, menjadi sebuah museum seni lukis terbaik di Bali, tempat ini buka dari pukul 10.00
– 18.00. Berkunjung ke tempat ini tidak seperti ke objek wisata di Bali lainnya yang bebas untuk
berphoto ria, pada ruangan-ruangan tertentu anda tidak diperbolehkan membawa kamera dan
tentunya tidak diijinkan untuk mengambil photo pada lukisan yang dipajang, larangan tersebut
mungkin ada hubungannya dengan hak cipta karena setiap gambar yang diambil bisa saja
dikomersilkan, ataupun dipalsukan, bisa juga karena flash kamera bisa mengganggu pengunjung
lain, maka alasan tersebut hanya pengelola yang tahu.

Lokasi Museum Pasifika Nusa Dua

Lokasinya di kawasan BTDC (Bali Tourism Development Corporation), Nusa Dua, Kuta
Selatan – Bali, yang mana merupakan lokasi dari berbagai hotel ataupun resor mewah, tepatnya
di area Blop P, di seberang Bali Colection yang merupakan komplek belanja dan Kuliner. Jika
anda menginap di kawasan ini seperti The Laguna, a Luxury Collection Resort & Spa, The
Westin Resort Nusa Dua, Melia Bali Indonesia, Nusa Dua Beach Hotel & Spa, Grand Hyatt
Benoa Beach Front Villas & Spa maka jarak Musem Pasifika tidak terlalu jauh cukup hanya
berjalan kaki saja.

Dari bandara menuju museum Pasifika hanya berselang 25 menit berkendaraan melalui
jalan tol atas laut. Museum ini berdekatan dengan sejumlah objek wisata di Bali lainnya seperti
Nusa Dua theatre sebuah tempat pementasan tarian kontemporer Devdan Show, Waterblow di
pulau Peninsula, Tanjung benoa watersport, pantai Geger dan wisata naik unta di pantai
Sawangan. Bahkan jika anda mengikuti paket tour di Bali selama sehari penuh, maka perjalanan
bisa dipaket sampai objek wisata Uluwatu untuk menyaksikan sunset, bahkan sampai Jimbaran
untuk sajian kuliner seafood.
Selain dengan cara ikut paket tour di Bali, cara lain berkunjung ke Museum Pasifika bisa
dengan sewa mobil di Bali plus supir, driver yang sudah berpengalaman bisa dengan mudah
mengantar anda termasuk keberbagai tempat lainnya, bisa juga sewa taksi bahkan sewa sepeda
motor karena letaknya cukup terjangkau.

Museum Pasifika berdiri di atas areal 12.000 m2, dan buka setiap hari mulai jam 10 pagi sampai
6 sore. Meski di tiket masuknya tertera nominal Rp 70.000, rupanya harga itu hanya berlaku bagi
wisatawan mancanegara. “Untuk wisatawan domestik, bayarnya Rp 50.000 saja,” ujar salah
seorang staf penjualan tiket sembari menyodorkan sobekan tiket. Tertera di tiket, angka 23491
dengan tulisan dibawahnya: Thank you for visiting Museum Pasifika. Bisa jadi, mungkin saya
adalah pengunjung ke-23491 di museum yang didirikan pada tahun 2006 oleh Moetaryanto dan
Philippe Augier ini. Di brosur museum, yang bergambar lukisan seorang wanita mengenakan
busana tradisional yang sedang menari, tertulis Museum Pasifika adalah The Largest Asia
Pacific Art Museum in the Heart of Bali. Penegasan ini kelihatannya tidak berlebihan, karena
memang museum ini menawarkan visi dari dua wilayah besar dunia yakni Asia dan Pasifik.
Tentu saja dengan titik pertemuannya adalah Bali itu sendiri. Koleksi seni utama dari kepulauan
Pasifik yang ada di sini misalnya, lukisan, patung, tekstil, dan benda-benda antik lainnya.
Terdapat sekitar 600 karya seni dari 200 artist (seniman) yang berasal dari Indonesia, Melanesia
Pasifik dan Polinesia, Indochina Peninsula, dan beberapa negara lain di Asia. Hebatnya, semua
koleksi seni yang dipajang di museum ini termasuk yang paling lengkap di dunia. Jadinya, tidak
salah kalau museum ini pernah meraih Wonderful Indonesia Award 2011 untuk kategori
Museum. Penghargaan tersebut langsung diserahkan oleh MARI ELKA PANGESTU selaku
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan menjadi modal sekaligus bukti nyata bahwa
museum ini patut dilestarikan bahkan dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata favorit
di kawasan Nusa Dua, Bali, selain berbagai obyek wisata nasional lainnya seperti yang termuat
di http://indonesia.travel/ sebagai Indonesia’s Official Tourism Website.

Selain itu, hingga tulisan ini ditayangkan pada bulan November 2013, Museum Pasifika
juga berhasil memenangkan predikat sebagai Traveller’s Choice 2013, yaitu peringkat ke-2 dari
9 obyek wisata yang ada di kawasan Nusa Dua, Bali. Penghargaan ini diberikan oleh
tripadvisor.co.id, sebuah situs web wisata terbesar di dunia. Usai menyerahkan tiket, staf wanita
di loket tiket masuk tadi pun memberian penjelasan singkat. “Di museum ini ada 8 paviliun dan
11 ruangan yang memamerkan hasil-hasil seni. Semua koleksi seni dilarang untuk di-foto.
Kecuali, kalau sudah berada di ruangan ke-6 dan ke-9, baru boleh mengambil foto,” tuturnya
seraya menunjukkan denah museum yang tertempel di dinding dekat loket tiket masuk. Yup!
Museum Pasifika ini berbentuk empat persegi panjang. Terdiri dari 8 paviliun (termasuk café)
dan 11 ruangan secara berurutan, yakni Ruang Indonesian Artist; Italian Artists in Indonesia;
Dutch Artists in Indonesia; French Artists in Indonesia; Indo-European Artists in Indonesia;
Temporary Exhibition; Artist on Indochina Peninsula, Laos, Vietnam, Cambodia; Asia – Several
Artworks On Japan, China, Thailand, Malaysia, India, Myanmar, and the Philippines; Premier art
of Vanuatu and Pacific Islands, Paintings of Aloi Pilioko and Nikolai Michoutouchkine; Artists
in Polynesia; dan Ruang Textiles from Indonesia or Tapa from The Pacific.

Hanya di dua ruang, yakni Temporary Exhibition, dan Premier art of Vanuatu and Pacific
Islands, Paintings of Aloi Pilioko and Nikolai Michoutouchkine saja pengunjung diizinkan men-
jepret-kan kameranya. Kebijakan ‘No Camera’ ini membuat saya sedikit kesal, lantaran saat
memasuki lokasi pameran pertama, yakni Ruang Indonesian Artists, seluruh karya lukisan yang
terpajang di dinding, dalam berbagai ukuran dan berbingkai rapi, adalah karya para maestro lukis
kebanggaan bangsa Indonesia. Karena dilarang memotret, saya berusaha mencatat penjelasan
lukisan-lukisan tersebut. Sebut saja misalnya: 

1. Karya pelukis NYOMAN GUNARSA yang diberi judul Legong Dancers with Red Cloth
(dilukis tahun 1944) dengan ukuran 75 cm x 25 cm (watercolor on paper). Lukisan ini bertipikal
abstrak menggambarkan seorang wanita penari Legong mengenakan busana tradisonal
kemerahan, dengan mata melirik ke kanan.

2. Karya pelukis IDA BAGUS NYOMAN RAI (1920-1999) yang berjudul Joget Bumbung
(dilukis pada tahun 1940), dengan ukuran 47 cm x 63 cm (ink on paper). Lukisan ini
menampakkan dua sejoli yang tengah menari dengan sejumlah penonton wanita yang terlukis
bertelanjang dada.

3. Karya pelukis DEWA PUTU BEDIL (1921-1999) yang diberi judul The Harvest (1985),
dengan ukuran 135 c x 100 cm (conte on paper). Lukisan ini menggambarkan panen padi yang
dilaksanakan oleh pria dan wanita.
4. Karya pelukis N WIDAYAT (1928-2002) yang bertitel Eruption of the volcano Merapi
(1989), ukurannya cukup besar 150 cm x 150 cm. Lukisan di atas canvas ini menampakkan
letusan Gunung Merapi yang memuntahkan lahar dan meluncurkan awan panas, lengkap dengan
pepohonan yang mengering.

5. Karya pelukis SUDJANA KERTON (1922-1994) yang diberi judul Cockfight. Lukisan oil on
canvas ini berukuran 64 cm x 92 cm, dan di kanan bawah tertulis nama S. Kerton dengan huruf
oranye kemerahan. 

6. Karya pelukis I KETUT TOMBLOS (1917) dengan judul Village Scene Circa yang dilukisnya
pada tahun 1940, dengan ukuran 59 cm x 84 cm (watercolor on paper). Karya lukis ini
menggambarkan keramaian suasana pertunjukkan wayang kulit, lengkap dengan para pemain
tetabuhan gending/alat musik tradisional, dengan para penonton pria, wanita (bertelanjang dada),
tua, muda, juga para pedagang kaki lima.

7. Karya pelukis AFFANDI (1907-1990) yang diberi judul Boats in Cirebon (1965). Lukisan ini
secara abstrak menggambarkan perahu nelayan dengan ombak dan awan yang artistik khas sang
maestro. Ukuran lukisan ini 93 cm x 129 cm (oil on canvas). Terdapat tulisan ‘A 1965’ sebagai
inisial nama Affandi dan tahun lukisan itu dibuat.

8. Karya pelukis RADEN SALEH SJARIF BOESTAMAN (1811-1880) yang bertitel A Tiger
Hunt yang dilukis pada tahun 1845, dan menggambarkan perburuan harimau loreng Jawa yang
dilakukan oleh tiga orang berkuda. Para pemburu menunggang kuda putih, hitam, dan coklat,
dengan menghunuskan pedang.

9. Karya pelukis DULLAH (1919-1996) yang berjudul Cremation in Bali (1936). Lukisan ini
menggambarkan suasana kremasi jenazah dengan patung dua ekor lembu, rumah adat, Barong,
ada pula dua wanita membawa sesaji di atas kepalanya. Terdapat coretan nama ‘Dullah’ pada
kiri bawah lukisan.

10. Karya pelukis PAN SEKEN (1900-1980) yang berjudul The Death of Abimanyu. Lukisan ini
merupakan Trandition Balinese Painting, Kamasan-Klungkung, Bali yang dibuat sekitar tahun
1940 (natural pigment on canvas) dengan ukuran 85 cmx80 cm. Menggambarkan suasana perang
anak panah, para korban perang, dan suasana kremasi jenazah.
Tentu saja, masih banyak lagi lukisan hasil karya para maestro Indonesia di ruangan ini.
Seperti, ANTON HUANG (1935-1985) yang lukisannya diberi judul Balinese Offering;
SARAOCHIM SALIM (1908-2008) dengan lukisannya Two Indonesian Women; dan
SUDARSO (1914-2006) yang karya lukisannya terpampang dengan judul Sitting Girl.

Ada lagi, Ruang Indo-China yang memajang diorama lukisan karya seniman dari
Vietnam, Thailand, Kamboja, Hongkong. Sedangkan Ruang Asia, didominasi oleh lukisan khas
Tiongkok pada abad pertengahan. Ruang Tahiti juga ada, yang menampilkan semua lukisan
karya seniman Tahiti. Khusus pada ruang 6, dimana pengunjung boleh menjepretkan kameranya,
diisi oleh berbagai pernak-pernik tradisional Bali, seperti lukisan Bali, dan sepuluh topeng
Barong yang berbeda-beda sosok, yaitu Rangda, Barong Putih, Barong Hitam, Rarung, Kala
Srenggi, Burisrawa, Kala Hitam, Kala Putih, Celuluk Hitam, dan Celuluk Putih. Yang berwajah
dan berpostur paling ‘aeng’ (seram), sudah pasti Rangda (artinya: janda). Maklum, dialah ratu-
nya para Leak yang mewakili sosok batil, bersama dengan Rarung yang menjadi jelmaannya,
dan Celuluk sebagai anak buahnya. Sedangkan Barong, mewakili sosok kebaikan yang justru
menumpas kebatilan. Mitologi tradisi yang sakral dan mistik ini biasa disendratarikan lewat Tari
Barong (Melawan Randa).

Selain menampilkan sepuluh topeng sosok dalam mitologi Bali itu, masih di ruang VI,
terdapat banyak sekali lukisan karya Theo Meier (1908-1982), seniman asal Swiss yang pada
tahun 1936 jatuh cinta dengan Bali, untuk kemudian memilih tinggal di Sanur, dan
mempersunting gadis Pulau Dewata, Made Pulungan. Theo juga menjadi ikon pembukaan
pameran museum saat pertama kali mulai dibuka untuk umum. Di sini, sekali lagi, pengunjung
boleh mengambil foto, termasuk memotret lukisan-lukisan karya Theo Meier, yang salah satunya
adalah lukisan wajah setengah badan istrinya, Made Pulungan. Lukisan ini dibuat tahun 1937.
Bila sampai di ruang 6, pengunjung mulai kelelahan dan kaki merasa pegal, saya sarankan,
keluarlah dulu untuk menikmati suasana outdoor di tengah-tengah bangunan museum, yang
dibentuk menyerupai taman batu pancang lengkap dengan rerimbunan pepohonan. Begitu
terbuka dan asri, karena memang di taman ini biasa digelar berbagai pergelaran seperti sendratari
dan lainnya, dalam rangka menyambut para delegasi (tamu negara), atau pengunjung lainnya
pada event tertentu. Ada juga café yang menyediakan makanan dan minuman ringan yang bisa
dipesan sembari melepas penat di area taman terbuka. Selain di ruang 6, pengunjung juga
diizinkan mengambil foto di ruang 9 yang merupakan ruang pameran koleksi museum terdiri
dari berbagai patung-patung artefak (mirip totem) berbagai ukuran, bekas perahu kayu, pakaian
perang, peralatan berburu, dan beraneka bahagian tulang binatang, asesoris dari batu, kerang,
tulang, dan masih banyak lagi. Selain berasal dari Republik Vanuatu dan Kepulauan Solomon,
dua negara kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik bagian Selatan, ada juga yang dari
Papua Nugini.

Adapun di ruang 10 adalah merupakan pameran karya lukis dari Polynesia. Dan ruang
11, atau ruang terakhir, merupakan tempat museum memamerkan koleksi tekstilnya dari
berbagai negara di Asia Pasifik, termasuk kain Ulos (ikon ciri khas Batak dalam melaksanakan
Upacara Adat di Sumatera Utara). Uniknya, kain Ulos ini panjangnya hampir 20 meter dengan
lebar 2 meter. Hebatnya, kain Ulos ini tidak memiliki jahitan sambungan sama sekali. Kain ini
terpajang rapi dalam kaca berpigura, dan diletakkan memanjang di dinding yang bercat putih. So
beautiful, indah sekali! Lestarikan dan Kembangkan Museum Pasifika Dari reportase di atas,
jelas bahwa Museum Pasifika memiliki arti yang vital dalam menjelaskan kepada dunia bahwa
Bali memiliki magnet luar biasa dalam menarik hati para seniman (domestik dan mancanegara)
menimba ilmu, mengeksplorasi keindahan alam, budaya dan pesona ramah-tamah
masyarakatnya. Hal ini sudah dibuktikan, misalnya oleh Theo Meier, Antonio Blanco, Le
Mayeur, Miguel Covarrubias dan lainnya, yang sudah melanglang-buana ke berbagai negara tapi
akhirnya menjatuhkan tambatan hatinya hanya kepada Bali. Karena itu, keberadaan Museum
Pasifika sebagai salah satu destinasi wisata edukasi harus lebih dikedepankan dan
dimasyarakatkan. Sumbang saran saya untuk turut melestarikan museum ini adalah melakukan
langkah internal dan terobosan eksternal. Secara internal, pengelola Museum Pasifika harus
membenahi sejumlah pelayanan dan fasilitas yang membuat nyaman pengunjung. Misalnya saja,
penyediaan loker penitipan barang, memaksimalkan penyejuk ruangan, staf pemandu yang selalu
siap dan sigap, melengkapi fasilitas audiovisual dan multimedia bagi pengunjung terkait aktivitas
museum, hingga penyediaan brosur atau katalog agar dapat lebih memberikan informasi
komprehensif tentang profil maupun koleksi-koleksi karya seni yang dimiliki museum. Kalaupun
terdapat pelarangan untuk memotret, hendaknya di katalog dan multimedia tadi disediakan
gambar reproduksi atas karya-karya lukisan para maestro seni tersebut.
Selain itu, pengelola museum juga diharapkan pro-aktif untuk menggelar berbagai event
di taman terbuka yang ada di tengah-tengah museum. Entah itu dialog, diskusi, pelatihan yang
terkait dengan seni melukis, mengukir, musik, tari, hingga pergelaran seni-budaya lainnya. Hal
ini penting, karena hotel, resort, dan obyek-obyek wisata di Nusa Dua, selalu ramai dan tak
pernah sepi pengunjung. Maklum, Nusa Dua terkenal sebagai salah satu lokasi paling favorit
untuk menyelenggarakan Meeting Incentive Convention Exhibition (MICE), dengan peserta
yang mengglobal dan masif. Di dekat pintu masuk, depan loket tiket, saya sempat memandangi
sejumlah lukisan karya para pelajar di Bali. Lukisannya, jelas bercirikan tradisi dan ikon-ikon
kedaerahan. Jujur, saya menilainya, lukisan-lukisan mereka itu bagus-bagus sekali. Dua lukisan
sempat saya abadikan menggunakan kamera seperti terlihat di bawah ini.

IV. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai