Teori Relatifitas Khusus PDF
Teori Relatifitas Khusus PDF
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si.
Luh Putu Budi Yasmini, S.Pd, M.Sc.
OLEH :
Arum Sekar Kinasih (1913021023)
I N. Widya Artha (1913021030)
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, makalah yang berjudul “Teori Relativitas Khusus” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu maupun mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun
meteriil yang diberikan guna membantu proses penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menjadikan
makalah ini lebih baik di kemudian hari. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
Penulis
ii | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR ISI
iii | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 5
Gambar 3.2 5
Gambar 3.1 5
Gambar 4.1 6
Gambar 6.1 11
iv | F i s i k a M o d e r n D a s a r
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fisika adalah ilmu yang berupaya secara ilmiah menelaah gejala alam mulai
dari skala mikro (partikel elementer) hingga skala makro (jagad raya), serta mulai
dari kelajuan rendah hingga kelajuan maksimum. Teori relativitas merupakan salah
satu tulang punggung fisika modern. Sumbangannya terutama dalam bentuk
penataan dan pelurusan konsep-konsep dasar dalam fisika, khususnya yang
berkaitan dengan ruang-waktu, momentum-energi sebagai aspek kinematika semua
gejala alam, yang selanjutnya mengangkat cahaya sebagai pembawa isyarat
berkelajuan maksimum.
Sebelum teori relativitas umum diperkenalkan oleh Einstein pada tahun
1915, kita mengenal sedikitnya tiga hukum gerak yaitu mekanika Newton,
relativitas khusus, dan gravitasi newton. Mekanika Newton sangat berhasil dalam
menerangkan sifat gerak benda berkelajuan rendah. Namun mekanika ini gagal
untuk benda yang kelajuannya mendekati laju cahaya. Kekurangan ini ditutupi oleh
Einstein dengan mengemukakan teori relativitas khusus. Teori ini berhasil
menerangkan fenomena benda saat melaju mendekati laju cahaya. Sedangkan
gravitasi Newton berlaku pada medan gravitasi lemah.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana prinsip relativitas?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan kerangka acuan inersial?
1.2.3. Bagaimana cara memformulasikan transformasi Galileo ?
1.2.4. Bagaimana esesnsi percobaan Michelson-Morley?
1.2.5. Bagaimana postulat Einstein tentang relativitas khusus?
1.2.6. Bagaimana cara memformulasikan transformasi Lorentz?
1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat bagi penulis, penulis dapat mencari dan mengumpulkan bahan atau
sumber yang relevan untuk menyusun makalah ini dan secara tidak
langsung penulis telah mengenal pokok kajian teori relativitas khusus dalam
proses pengumpulan data.
1.4.2. Manfaat bagi pembaca, pembaca dapat menambah wawasan mengenai teori
relativitas khusus yang sekaligus dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan makalah, serta memberi saran dan masukan yang sifatnya
membangun.
2.3.Transformasi Galileo
Transformasi Galileo mengenai koordinat, waktu dan kecepatan tidak taat
dengan kedua postulat Einstein. Meskipun transformasi Galileo sesuai dengan akal
sehat kita, ia tidak memberi hasil yang sesuai dengan berbagai percobaan pada laju
tinggi. Oleh karena itu, kita memerlukan seperangkat persamaan transformasi baru
yang dapat meramalkan berbagai efek relativistik seperti penyusutan panjang,
pemuluran waktu dan efek Doffler relativistik. Karena kita juga mengetahui bahwa
transformasi Galileo berlaku baik pada laju rendah, transformasi baru ini haruslah
Gambar 3.2 (a) S, memiliki sistem koordinat XYZ dan S’, memiliki sistem
koordinat X’Y’Z’. (b) Setelah selang waktu t, titik asal koordinat S’ berada sejauh
v.t dari titik asal koordinat S.
Setelah selang waktu t, koordinat setiap benda (misal titik P) pada kerangka
acuan S’ kita nyatakan dengan koordinat pada kerangka acuan S. dari gambar 2. (b)
tampak bahwa
O’P = OP – OO’
O’P adalah koordinat x’, OP adalah koordinat x, dan OO’ = v t, sehingga
persamaan di atas menjadi
2.4.Percobaan Michelson-Morley
Menurut kaidah transformasi Galileo, kecepatan (termasuk kecepatan
cahaya) yang teramati oleh dua kerangka acuan yang saling bergerak relative
tersebut berbeda satu sama lain dan besarnya bergantung pada kecepatan relatif.
Sebaliknya percobaan Michelson-Morley yang dilakukan pada 1887
membuktikan bahwa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kecepatan kerangka
acuannya. Untuk membahas percobaan ini, andaikan di dalam suatu kerangka acuan
S yang dipilih, laju cahaya ke segala arah adalah c, dan bumi bergerak dengan
kecepatan v kearah sumbu x positif.
Keterangan gambar
A : pemecah berkas
B, C : cermin pemantul
S : sumber cahaya
D : detector cahaya
Dengan 𝑙1 adalah jarak AB. Dalam perjalanannya dari A ke cermin datar C dan
kembali, cahaya mempunyai kecepatan 𝑐 tegak lurus terhadap 𝑣, sehingga
kecepatan cahaya menurut kerangka di bumi adalah
𝑐 ′ = ±𝑐 − 𝑣
Dan besarnya adalah
𝑐 ′2 = 𝑐 2 − 𝑣 2 ∓ 2 𝑐. 𝑣
Karena 𝑐 ⊥ 𝑣 maka
𝑐 ′ = √( 𝑐 2 − 𝑣 2 )
Waktu yang diperlukan cahaya bergerak dari A ke C dan kembali lagi sesudah
pemantulan di C adalah
𝑙2 𝑙2
∆𝑡2 = +
√ 𝑐 2 − 𝑣2 √ 𝑐 2 − 𝑣2
2𝑙2⁄
𝑐
∆𝑡2 = 2
4.2.
√1−𝑣 ⁄ 2
𝑐
Jika kemudian peralatan diputar 900 maka peranan 𝑙1 dan 𝑙2 saling dipertukarkan
demikian pula 𝑡1 dan 𝑡2 menjadi 𝑡2′ dan 𝑡1′ sehingga perbedaan waktu tempuhnya
menjadi:
∆𝑡 ′ = ∆𝑡1′ − ∆𝑡2′
Dengan demikian, jika perlatan diputar 900 maka harapannya adalah terjadi
pergesaran pola interferensi yang teramati oleh detector D sebesar:
(∆𝑡 ′ − ∆𝑡)
𝛿=𝑐
𝜆
(𝑙1 + 𝑙2 ) 1 1
𝛿=2 [ − 2 ] 4.5
𝜆
√1− 𝑣2 ⁄ 2 1−𝑣 ⁄ 2
𝑐 𝑐
dt dt
tetap terpenuhi maka, dx dt yang menyatakan bahwa waktu merupakan besaran
relatif.
2.6.Transformasi Lorentz
Postulat Einstein yang diterbitkan pada tahun 1905 sebagai pendekatan
sederhana terhadap masalah yang timbul dalam percobaan Michelson-Morley
mengakibatkan koreksi terhadap transformasi Galileo. Transformasi Galileo
khususnya pada persamaan 𝑣 = 𝑣 ′ + 𝑢 menyatakan bahwa laju cahaya tidak sama
untuk kerangka acuan inersial yang berbeda (Kusmonarto, 2011: 10). Hal ini
bertentangan dengan postulat Einstein yang kedua, yakni laju cahaya pada ruang
hampa sama besarnya di semua kerangka inersial. Oleh sebab itu perlu dilakukan
koreksi terhadap transformasi Galileo.
Lorentz mengusulkan koreksi terhadap persamaan pada transformasi
Galelio dengan penambahan konstanta penghubung. Berikut adalah persamaan
yang diberikan oleh Lorentz:
𝑥 ′ = 𝛾 (𝑥 − 𝑣𝑡) 6.1
𝑦′ = 𝑦 6.2
𝑧′ = 𝑧 6.3
𝑡 ′ = 𝛾(𝑡 − 𝛿𝑥) 6.4
di mana 𝛾 adalah konstanta yang dapat bergantung pada u dan c tetapi tidak pada
koordinat (Tipler, 1978: 21). Adapun inversi dari transformasi Lorentz (Pers. 6.1 –
6.4) adalah:
10 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝑥 = 𝛾 (𝑥 ′ + 𝑣𝑡′) 6.5
𝑦 = 𝑦′ 6.6
𝑧 = 𝑧′ 6.7
𝑡 = 𝛾(𝑡 ′ + 𝛿𝑥) 6.8
Jika sebuah pulsa cahaya yang dimulai pada 𝑡 = 0 dengan asumsi awal untuk
mulainya pulsa cahaya bertepatan pada 𝑡 = 𝑡 ′ = 0, dan pulsa cahaya tersebut
dimulai pada titik asal 𝑂′ pada 𝑡 ′ = 0. Pulsa cahaya berjarak 𝑥 = 𝑐𝑡 dari titik 𝑂
searah sumbu X+ (seperti gambar 6.1). Selanjutnya 𝑥 ′ = 𝑐𝑡′ pada 𝑂′. Sehingga
diperoleh persamaan 4.9 dan 4.10 sebagai berikut.
𝑐𝑡 = 𝛾 (𝑐𝑡 ′ + 𝑣𝑡 ′ ) = 𝛾(𝑐 + 𝑣)𝑡 ′ 6.9
𝑐𝑡 ′ = 𝛾 (𝑐𝑡 − 𝑣𝑡) = 𝛾(𝑐 − 𝑣)𝑡 6.10
Dan
𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑐 2𝑡 2 6.11
𝑥 ′2 + 𝑦′2 + 𝑧′2 = 𝑐 2 𝑡 ′2 6.12
11 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
Substitusikan persamaan 6.13 ke persamaan 6.10:
𝑐𝑡 ′ = 𝛾(𝑐 − 𝑣)𝑡
𝛾 (𝑐 + 𝑣 ) 𝑡 ′
𝑐𝑡 ′ = 𝛾(𝑐 − 𝑣)
𝑐
𝑐 2 𝑡 ′ = 𝛾 2 (𝑐 − 𝑣)(𝑐 + 𝑣)𝑡′
𝑐 2 = 𝛾 2 (𝑐 2 − 𝑣 2 )
2
𝑐2
𝛾 = 2
𝑐 − 𝑣2
1
𝛾2 =
𝑣2
1− 2
𝑐
1
𝛾= 2
6.14
√1−𝑣2
𝑐
12 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝛾 2𝑣 = 𝑐 2𝛾 2 𝛿
𝑣 = 𝑐 2𝛿
𝑣
𝛿 = 𝑐2 6.20
𝑦′ = 𝑦 6.22
𝑧′ = 𝑧 6.23
𝑣𝑥
𝑡− 2
𝑡′ = 𝑐
2
6.24
√1−𝑣2
𝑐
𝑦 = 𝑦′ 6.26
𝑧 = 𝑧′ 6.27
𝑣𝑥′
𝑡′ + 2
𝑐
𝑡= 2
6.28
√1−𝑣2
𝑐
Dalam Beiser (1987: 36) disebutkan bahwa Lorentz menunjukkan bahwa rumus
dasar dari keelektromagnetan sama dalam semua kerangka acuan yang dipakai.
Transformasi Lorentz tereduksi menjadi transformasi Galileo jika kecepatan relatif
𝑣 kecil dibandingkan dengan kecepatan cahaya 𝑐. Sehingga benda yang bergerak
relatif terhadap kedua kerangka acuan 𝑂 dan 𝑂′, pengamat di 𝑂 mengukur ketiga
komponen kecepatan dari O adalah:
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝑣𝑥 = 𝑣𝑦 = 𝑣𝑧 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Sedangkan pengamat di 𝑂′ mendapatkan:
𝑑𝑥′ 𝑑𝑦′ 𝑑𝑧′
𝑣′𝑥 = 𝑣′𝑦 = 𝑣′𝑧 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dengan mendiferensialkan persamaan transformasi Lorentz untuk x, y, z dan t,
maka diperoleh:
13 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝑑𝑥 ′ + 𝑣 𝑑𝑡′
𝑑𝑥 =
√1 − 𝑣 2 ⁄𝑐 2
𝑑𝑦 = 𝑑𝑦 ′
𝑑𝑥 = 𝑑𝑧 ′
𝑣 𝑑𝑥′
𝑑𝑡 ′ +
𝑐2
𝑑𝑡 =
√1−𝑣 ⁄𝑐 2
2
𝑣𝑦′√1−𝑣 2⁄𝑐 2
𝑣𝑦 = 𝑣 𝑣′𝑦
6.26
1+ 2
𝑐
Jika sebuah benda bergerak searah sumbu-x dengan kecepatan cahaya (𝑣′𝑥 ≅ 𝑐),
ini berarti benda bergerak dalam kerangka acuan 𝑂′ dalam arah gerak relatif
terhadap 𝑂, maka pengamat dari 𝑂 akan mengukur kecepatan benda, sebagai
berikut:
𝑐+𝑣 𝑐(𝑐+𝑣)
𝑣𝑥 = 𝑣𝑐 = =𝑐 6.28
1+ 2 𝑐+𝑣
𝑐
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada persamaan 6.28, pengamat dari dua
kerangka acuan yang berbeda yakni daro 𝑂 dan 𝑂′ untuk benda yang bergerak
14 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
dengan kecepatan cahaya, maka kedua pengamat memperoleh hasil pengamatan
yang sama yakni sebesar c.
15 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, yakni :
1. Prinsip Relativitas adalah semua Pengamat yang tidak mengalami percepatan
harus diperlakukan setara dalam semua hal, walaupun bergerak (dengan
kecepatan tetap) relatif terhadap lainnya. Dapat dirumuskan bahwa hukum
fisika adalah invarian untuk semua pengamat inersial (tidak mengalami
percepatan). Dalam ruang hampa, laju cahaya diukur semua pengamat inersial
adalah sama dan tidak tergantung pada gerak sumbernya.
2. Kerangka acuan inersia merupakan suatu kerangka yang bertranslasi dengan
suatu kecepatan yang konstan, berarti. kerangka acuan itu tidak berotasi dan
pusat koordinatnya bergerak dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah
garis lurus.
3. Transformasi Galileo dapat digunakan untuk menyatakan hubungan antara
pengamatan suatu kejadian peristiwa yang terjadi dalam suatu kerangka
inersial, jika diamati oleh pengamat yang berada dalam kerangka acuan lain
yang bergerak dengan kecepatan relatif konstan.
4. Percobaan Michelson-Morley membuktikan bahwa laju cahaya tidak
dipengaruhi oleh kecepatan kerangka acuannya. Tetapi, setelah percobaan ini
dilakukan berulangkali, ternyata konsep tentang adanya eter tidak bisa
dipertahankan, kecepatan cahaya ke arah manapun dia bergerak
pada percobaan Michelson itu besarnya sama.
5. Postulat Einstein menegaskan bahwa:
a. Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama
dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu
sama lain.
b. Kecepatan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat,
tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.
6. Transformasi Lorentz memberikan koreksi terhadap transformasi Galileo
berdasarkan postulat Einstein.
16 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
3.2.Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran agar para pembaca lebih
memfokuskan lagi untuk mempelajari teori relativitas karena fenomena alam
semesta akan terungkap melalui hal tersebut.
17 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Terjemahan The Houw
Liong. Concepts of Modern Physics, Fourth Edition. Jakarta: Erlangga. Di akses
pada 6 September 2020, pukul 07.12 WITA
18 | F i s i k a M o d e r n D a s a r